Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
betina telur normal
telur istirahat amiktik
diploid
2.4 EKOLOGI
Brachionus hidup di perairan tawar, payau dan laut, bersifat planktonik dan hewan ini dapat ditangkap dengan jala plankton atau plankton Net Djarijah 1995; Mujiman,
1998.
Isnansetyo Kurniastuty, 1995 B. plicatilis bersifat euthermal. Pada suhu 15
o
C masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat beristirahat. Kenaikan suhu antara 15- 35
o
C akan menaikan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara 22-30
o
C merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi, disampng itu B. plicatilis
juga bersifat euryhalin. Betina dengan telurnya dapat bertahan hidup pada salinitas 98
oo, sedangkan salinitas optimalnya adalah 10-35
o
oo.
Pada umumnya Rotifera planktonik secara normal membutuhkan O
2
yang cukup tinggi. Namun genus Brachionus dapat bertahan pada kondisi yang anaerob
dalam jangka waktu pendek dan mampu bertahan pada konsentrasi oksigen terlarut yang cukup rendah untuk jangka waktu yang panjang Pennak, 1978
2.5 Peranan Pupuk Dalam Pembudidayaan Rotifera B. plicatilis
Pupuk dibedakan menjadi dua macam, yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan dan penguraian
sisa serasah tanaman dan binatang, misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya, sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan, yaitu pupuk yang
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
merupakan hasil industri pabrik-pabrik pembuatan pupuk, misalnya pupuk Urea, TSP, DAP dan sebagainya Kadarini,1997.
Sutejo 1995 menyatakan berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk Urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara.
Urea hanya mengandung N sedangkan TSP hanya mengandung P. Urea dan TSP termasuk pupuk buatan pupuk anorganik yang berkadar hara tinggi. Komposisi
mineral dan kandungan air dan kotoran ayam dan beberapa jenis kotoran ternak
lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. Urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam
arang yang mengandung zat P 14-20 Lingga,1995.
Tabel 2.1. Komposisi Mineral dan Kandungan Air beberapa Jenis Kotoran Ternak Unggas
Jenis ternak Kadar zat dan air dalam
Nitrogen Fosfor
Kalium Air
Kuda -padat
-cair 0,55
1,40 0,30
0,02 0,40
1,60 75
90 Sapi
-padat -cair
0,40 1,00
0,20 0,50
0,10 1,50
85 92
Kerbau -padat
-cair 0,60
1,00 0,30
0,15 0,34
1,50 85
92 Kambing
-padat -cair
0,60 1,50
0,30 0,13
0,17 1,80
60 85
Domba -padat
-cair 0,75
1,35 0,50
0,05 0,45
2,10 60
85 Babi
-padat -cair
0,95 0,40
0,35 0,10
0,40 0,45
80 87
Ayam -padat dan cair
1,00 0,80
0,40 55
Bahwa pemakaian pupuk organik untuk bahan media kultur, terutama yang berasal
dari kotoran ternak akan memberikan keuntungan, yaitu dapat merangsang pertumbuhan mikroorganisme, diantaranya adalah pupuk organik dari kotoran ayam
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
yang mempunyai kandungan unsur hara cukup tinggi, karena bagian yang cair urine bercampur dengan bagian yang padat. Selain itu pupuk kotoran ayam dan pupuk
kandang pada umumnya adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara berlahan-lahan dalam jangka waktu yang lama
Setyamidjaja, 1986.
Rotifera B. plicatilis dapat tumbuh dengan baik apabila dipelihara bersamaan dengan Chlorella sp yang ditumbuhkan dengan beberapa jenis pupuk. Jadi pupuk
diberikan untuk memberikan nutrien yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan Rotifera B. plicatilis. Dengan menggunakan pupuk kotoran
ayam dihasilkan kepadatan Chlorella sp yang paling tinggi dan lengkapnya kandungan unsur hara kotoran ayam tersebut Balai Penelitian Pengembangan
Budidaya Laut, 1985.
Setyamidjaja 1986 mengatakan bahwa pemakaian pupuk organik berupa kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme, Kotoran
ternak terutama kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam dan pada masa kini banyak dimanfaatkan juga dalam
usaha perkembangan perikanan. Misalnya digunakan dalam pembudidayaan pakan alami ikan, B. plicatilis Sutejo, 1995; Mujiman, 1998. Dari hasil Penelitian Sachlan
1980 menunjukkan bahwa Rotifera dapat tumbuh banyak jika kolam dipupuk dengan pupuk kandang. Bahkan dari hasil penelitian Setiabudiningsih 1998
menunjukkan bahwa pemupukan dengan menggunakan kotoran ayam cenderung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan
produktivitas primer perairan.
Menurut Dahril 1996 fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan rotifera, karena dengan meningkatkan pula pertumbuhan Rotifera B.
Plicatils tersebut. Unsur hara esensial yang harus ada diperairan dan merupakan faktor
pembatas fitoplankton adalah unsur fosfor dan nitrogen Shasmand, 1986.
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa defisiensi fosfor dan nitrogen di perairan menentukan pertumbuhan fitoplankton serta akhirnya mengurangi
produktivitas dalam sutu perairan Sumawidjaja, 1981. Menurut Lingga Sutejo 1995 pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman
maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua
pupuk ini tinggi Tabel 2.2 dan termasuk pupuk tunggal, yaitu pupuk Urea hanya
mengandung suatu macam unsur saja, yakni hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor.
Tabel 2.2. Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya Jenis pupuk
Kadar N Kadar P
Zwavelzure ammoniak Urea
Chilisalper Natronsalpeter
Kalkstikastof SuperposfatEnkel
uperposfat Dubble superposfat DS
Triple Superposfat TSP Posfat Cirebon
Fused Magnesium posfat EMP
20-21 45-46
14-16 16
20-21 -
- -
- -
- -
- -
- 18-20
36-40 48-54
25-28 19
Sumber : Lingga 1995.
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
BAB 3
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian