Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
2.2 Morfologi
Brachionus plicatilis memiliki struktur tubuh masih sangat sederhana dengan tubuh
berbentuk bilateral simetris, menyurupai piala. Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu, hipodesmis dan kutikula. Kutikula merupakan bagian kulit yang tebal yang disebut
dengan lorika. Lorika mempunyai bukaan yang digunakan untuk mengeluarkan kaki Cole, 1993.
Mujiman 1998 menjelaskan bahwa antara jantan dan betina terdapat perbedaan bentuk yang menyolok. Yang jantan mempunyai bentuk kecil dari pada
yang betina, lagi pula mengalami degenerasi Gambar 2.1. Sedangkan yang betina hampir selamanya berkembang biak secara parthenogenesis tanpa kawin. Dalam
banyak hal, yang jantan jarang sekali muncul. Bahkan banyak diantara jenisnya yang tidak kita kenal pejantannya. Selanjutnya dijelaskan bahwa Brachionus hidup antara 8
–12 hari. Selama itu mereka dapat bertelur sebanyak 5 butir.
C - Coroa de cilios D - dedos ou apendicesaderentes
E - estomago L - lorica
M - mastax O - ovo
P - pe Pe - Penis
V - vesicula Vi - vitelo ovario
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
Gambar 2.1. Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis A. Betina ; B. Jantan. 2.3 Biologi
Sel tubuh Rotifera B. plicatilis tersusun sebagai jaringan tubuh yang membentuk sistem organ yang umumnya masih sangat sederhana. Sistem pencernaan dimulai dari
mulut yang dekat dengan korona. Di bagian mulut terdapat faring yang disebut mastax. Kerongkongannya pendek, yaitu yang menghubungkan antara mastax dengan
lambung. Makanan yang tidak dicerna dibuang keluar melalui anus Djuhanda, 1980. Makanan diambil terus menerus sambil berenang Isnansetyo Kurniastuty, 1995.
Secara alami Brachionus ini suka makan jasad-jasad renik yang lebih kecil dari dirinya, antara lain ganggang renik, ragi, bakteri dan protozoa Mujiman, 1998.
Dari hasil penelitian Snell Garman 1996 menyimpulkan bahwa perkembangan Rotifera secara kawin atau tidak kawin sebenarnya terjadi pada waktu
yang hampir bersamaan. Peristiwa perkawinan Rotifera B. plicatilis akan sangat bergantung pada peluang terjadinya kontak antara B. plicatilis jantan dengan B.
plicatilis betina. Pada saat populasi meningkat, jumlah jantan semakin banyak maka
peluang untuk terjadinya perkawinan akan semakin besar. Apalagi B. plicatilis betina yang mana dalam waktu satu jam saja setelah bertelur ia telah mampu dikawini B.
plicatilis jantan.
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut 1995 menjelaskan bahwa daur hidup B. plicatilis adalah unik, dimana dalam keadaan normal, B. plicatilis
berkembang secara parthenogenesis bertelur tanpa kawin. B. plicatilis betina yang amiktik akan menghasilkan telur yang akan berkembang menjadi betina-amiktik pula.
Namun dalam keadaan yang tidak normal, misalnya terjadi perubahan salinitas, suhu air, intensitas cahaya dan kualitas pakan maka telur B. plicatis betina-amiktik tadi
dapat menetas menjadi betina miktik. Betina-miktik ini kemudian akan menghasilkan telur yang kemudian akan berkembang menjadi hewan jantan. Bila B. plicatilis jantan
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
dan betina-miktik tersebut kawin, maka betina-miktik akan menghasilkan telur kista dormant egg yang tahan terhadap kondisi perairan yang jelek dan tahan terhadap
kekeringan. Telur kista ini akan dapat menetas lagi bila keadaan perairan telah menjadi normal kembali.
Pada mulanya betina miktik menghasilkan 1-6 telur kecil. Betina miktik adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan oleh betina miktik akan menetas menjadi
jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur ini mengalami masa istirahat sebelum menetas menjadi betina amiktik. Betina
amiktik adalah betina yang tidak dapat dibuahi. Dari betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara aseksual akan terjadi lagi. Betina miktik hanya akan
menghasilkan telur miktik demikian juga sebaliknya betina amiktik. Antara betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal Isnansetyo Kurniastuty,
1995.
Walaupun telah banyak literatur yang menerangkan adanya perubahan antara betina amiktik menjadi betina miktik ini, namun pembiakan secara bisexual ini belum
banyak diketahui secara jelas. Untuk beberapa genera dari famili Brachionidae diketahui bahwa kondisi yang menentukan seekor betina menjadi amiktik atau miktik
terjadi beberapa saat sebelum telur mulai membelah. Hal ini juga menunjukkan bahwa yang mengontrol produksi betina miktik ini pada umumnya adalah kondisi
lingkungan faktor luar dan bukan merupakan faktor dalam semata Dahril, 1996.
KONDISI NORMAL KONDISI ABNORMAL
Betina telur normal
betina telur miktik
amiktik diploid
miktik haploid
telur normal kawin jantan
diploid
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
betina telur normal
telur istirahat amiktik
diploid
2.4 EKOLOGI