Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media Cakap

(1)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI

Brachionus plicatilis O. F. Muller DENGAN PENAMBAHAN

VITAMIN C PADA MEDIA CAKAP

SKRIPSI

SRI JAYANTHI

060805026

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI

Brachionus plicatilis O. F. Muller DENGAN PENAMBAHAN

VITAMIN C PADA MEDIA CAKAP

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains

SRI JAYANTHI

060805026

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(3)

PERSETUJUAN

Judul : LAJU PERTUMBUHAN POPULASI Brachionus

plicatilis O. F. Muller DENGAN PENAMBAHAN

VITAMIN C PADA MEDIA CAKAP

Kategori : SKRIPSI

Nama : SRI JAYANTHI

Nomor Induk Mahasiswa : 060805026

Program Studi : SARJANA (S1) BIOLOGI

Departemen : BIOLOGI

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, November 2010 Komisi Pemimbing :

Pembimbing II Pembimbing I

Mayang Sari Yeanny, S.Si., M.Si Drs. Arlen Hanel John, M.Si NIP. 197211261998022002 NIP. 195810181990031001

Diketahui/Disetujui oleh

Departemen Biologi FMIPA USU Ketua,

Prof. Dr. Dwi Suryanto, M.Sc NIP. 196404091994031003


(4)

PERNYATAAN

LAJU PERTUMBUHAN POPULASI

Brachionus plicatilis O. F. Muller DENGAN PENAMBAHAN

VITAMIN C PADA MEDIA CAKAP

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, November 2010

SRI JAYANTHI 060805026


(5)

PENGHARGAAN

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah S.W.T. Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang atas rahmat dan ridha-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F.

Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP”. Shalawat dan

salam penulis sampaikan kepada baginda Rasul, Nabi Muhammad S.A.W. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Arlen H.J., M.Si dan Ibu Mayang Sari Yeanny S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing I dan II yang telah banyak memberikan bimbingan, motivasi, arahan, serta dukungannya hingga selesainya skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Ibu Masitah, S.Si, M.Si, Ibu Etti Sartina Siregar, S.Si, M.Si dan Bapak Riyanto Sinaga, S.Si., M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Kepada Ibu Mayang Sari Yeanny, S.Si., M.Si selaku dosen penasehat akademik. Bapak Prof. Dr. Dwi Suryanto M.Sc selaku ketua Departemen Biologi, Ibu Nunuk Priyani M.Sc selaku sekretaris Departemen. Biologi. Bapak dan Ibu staf pengajar Departemen. Biologi FMIPA USU. Ibu Roslina Ginting dan Bang Erwin selaku pegawai Departemen. Biologi, serta Ibu Nurhasni Muluk selaku analis dan laboran di laboratorium Departemen. Biologi yang telah memberikan bantuan kepada penulis. Kepada Bapak Drs. Arlen Hanel John, M.Si yang selama ini telah menjadi figur Bapak bagi penulis dan seluruh anak-anak beliau di Biologi, khususnya di Bidang Ekologi Hewan, terima kasih atas segala bantuan beliau kepada penulis.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta (Syahrial Zainoen dan Syawaliyah), kakanda-kakandaku (Dian Prihatini, Amri Zatasa dan M. Amin), adinda Fardhan Arifin, Sahabat hatiku (Zulfan Arico) dan seluruh keluarga yang telah memberikan doa, perhatian, dukungan serta cinta dan kasih sayangnya kepada penulis.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan untuk Bapak Prof. Dr. Syafruddin Ilyas, Ir. Guslim yang telah meluangkan waktunya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan teman-teman seperjuangan di stambuk 2006, Diah, Ami, Umri, Eva, Leni, Rivo, Abi, Andri, Dwi, Hilda, Sari, Adi, Rudi, Zuki, Nikmah, Tari, Reni, Dian, Ica, zulfa, Fida, Lena, Jean, Helen, Desmina dan seluruh stambuk 2006 terima kasih untuk doa dan dukungannya. Kakak-kakak dan Adik-adik penulis di Biologi, Kak Diana, Kak Fifi, Kak Azay, Bang Dahin, Bang Juned, Bang Rahmad, Ncay, Aini, Juju, Gilang, Uya, Affan, Juve, Remon, Jayana, Eka, Desi, Dwi, Abel, Maika, Tika, Rissa, Eva dan seluruh mahasiswa Biologi USU penulis ucapkan terima kasih atas semua bantuan dan dukungan dan semua pihak yang telah terlibat yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Demikianlah skripsi ini penulis sampaikan semoga bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Amin Ya Robbal ‘Alamin.


(6)

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP

ABSTRAK

Penelitian mengenai, “Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F.

Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP” telah dilaksanakan

pada bulan Mei 2010, dilaksanakan di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan 4 media perlakuan, yaitu media M0 (tanpa penambahan vitamin C) (kontrol), media M1 (Vitamin C 0,4 mg/2 l), media M2 (Vitamin C 0,8 mg/2 l) dan media M3 (Vitamin C 1,2 mg/2 l) dengan 6 ulangan dan 8 kali waktu pengamatan. Laju petumbuhan populasi tertinggi didapatkan pada media M3 sebesar 7,978 ind x 2 x 10-3 x hari-1, diikuti media M2 sebesar 7,536 ind x 2 x 10-3 x hari-1, selanjutnya media M1 sebesar 7,509 ind x 2 x 10-3 xhari-1, dan terendah terdapat pada media M0 sebesar 7,016 ind x 2 x 10-3 x hari-1. Analisis statistik menunjukkan vitamin C berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan masing-masing media perlakuan.


(7)

The Growth Rate of Brachionus plicatilis O. F. Muller Population With The addition of Vitamin C in CAKAP Medium

ABSTRACT

Research on, "The Growth Rate of Brachionus plicatilis O. F. Muller Population

with addition of Vitamin C in CAKAP Medium " has been conducted in May 2010,

carried out at Animal Sistematic Laboratory at Biology Department, Mathematics and Natural Science Faculty, North Sumatra University. The research used Non Factorial Complete Randomized Design with 4 treatment medium, that is medium of M0 (without the addition of Vitamin C) (control), medium M1(Vitamin C 0.4 mg / 2 l), medium M2 (Vitamin C 0.8 mg / 2 l) and medium M3 (Vitamin C 1.2 mg / 2 l) with 6 replications and 8 times the period of observation. The highest population growth rate is in M3 medium at 7.978 ind x 2 x 10-3 x day-1, followed by 7.536 for M2 medium ind x 2 x 10-3 x day-1, then M1 medium of 7.509 ind x 2 x 10-3 x hari-1, and have the lowest in media of 7.016 ind M0 x 2 x 10-3 x day-1. Statistical analysis showed that the vitamin C a very significant effect on the growth rate each treatment media.


(8)

DAFTAR ISI

halaman

PERSETUJUAN ii

PERNYATAAN iii

PENGHARGAAN iv

ABSTRAK v

ABSTRACT vi

DAFTAR ISI vii

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

I. PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang

1.2 Permasalahan

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Hipotesis

1.5 Manfaat Penelitian

1 3 3 3 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Brachionus plicatilis O. F. Muller 2.2 Klasifikasi Brachionus plicatilis 2.3 Biologi Brachionus plicatilis

2.4 Peranan Pupuk dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis 2.5 Peranan Vitamin C bagi Rotifera

5 5 6 7 9 11

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Metode Penelitian 3.2 Persiapan Bahan Media Brachionus plicatilis 3.3 Persiapan Media

3.3.1 Media Aklimasi

3.3.2 Media Perlakuan 3.4 Persiapan Bibit Brachionus plicatilis

3.5 Perlakuan Penambahan Vitamin C 3.6 Perlakuan Waktu Pengamatan

3.7 Pengamatan Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis 3.8 Analisis Data

13 14 14 14 14 14 15 15 16 16 17

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Individu Brachionus plicatilis (ind/ml) pada media perlakuan

4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

18 18 20


(9)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 5.2 Saran

25 25 25

DAFTAR PUSTAKA 26


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul halaman

2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis Kotoran Ternak dan Unggas

9 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya 10 4.1 Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. 2 x

10-3 x hari -1) pada Media Perlakuan

20 4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan selama Waktu

Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16) 22 4.4 Uji Beda Rata-Rata Duncan Perlakuan selama Waktu Pengamatan

(Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)

23


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul halaman

2.1 Bentuk Morfologi Brachionus plicatilis 4

2.2 Daur Hidup Brachionus plicatilis 7

4.1 Grafik Rata-Rata Pertambahan Jumlah Populasi Brachionus plicatilis (ind/2 l) dengan Penambahan Vitamin C Pada Media

CAKAP 18

4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. 2 x10-3 x hari-1) dengan Penambahan Vitamin C Pada Media


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul halaman

Lampiran A Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk Brachionus plicatilis

29 Lampiran B Bagan Alir Laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis 30

Lampiran C Bagan Posisi/Letak Media Perlakuan 31

Lampiran D Jumlah Individu (kepadatan) populasi Bracionus plicatilis (ind/ml) pada media Perlakuan

32 Lampiran E Data Fisik Media pada Beberapa Tingkat Variasi

Konsentrasi Vitamin C selama Waktu Pengamatan.

34 Lampiran F Pertambahan Jumlah Populasi Brachionus plicatilis

(ind./ml) pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan (H= 2 hari)

35

Lampiran G Laju Pertumbuhan Jumlah Individu Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-) Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP selama Waktu Pengamatan.

36

Lampiran H Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan untuk Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16

37

Lampiran I Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian 45


(13)

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP

ABSTRAK

Penelitian mengenai, “Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F.

Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP” telah dilaksanakan

pada bulan Mei 2010, dilaksanakan di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metoda Rancangan Acak Lengkap (RAL) Non Faktorial dengan 4 media perlakuan, yaitu media M0 (tanpa penambahan vitamin C) (kontrol), media M1 (Vitamin C 0,4 mg/2 l), media M2 (Vitamin C 0,8 mg/2 l) dan media M3 (Vitamin C 1,2 mg/2 l) dengan 6 ulangan dan 8 kali waktu pengamatan. Laju petumbuhan populasi tertinggi didapatkan pada media M3 sebesar 7,978 ind x 2 x 10-3 x hari-1, diikuti media M2 sebesar 7,536 ind x 2 x 10-3 x hari-1, selanjutnya media M1 sebesar 7,509 ind x 2 x 10-3 xhari-1, dan terendah terdapat pada media M0 sebesar 7,016 ind x 2 x 10-3 x hari-1. Analisis statistik menunjukkan vitamin C berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuhan masing-masing media perlakuan.


(14)

The Growth Rate of Brachionus plicatilis O. F. Muller Population With The addition of Vitamin C in CAKAP Medium

ABSTRACT

Research on, "The Growth Rate of Brachionus plicatilis O. F. Muller Population

with addition of Vitamin C in CAKAP Medium " has been conducted in May 2010,

carried out at Animal Sistematic Laboratory at Biology Department, Mathematics and Natural Science Faculty, North Sumatra University. The research used Non Factorial Complete Randomized Design with 4 treatment medium, that is medium of M0 (without the addition of Vitamin C) (control), medium M1(Vitamin C 0.4 mg / 2 l), medium M2 (Vitamin C 0.8 mg / 2 l) and medium M3 (Vitamin C 1.2 mg / 2 l) with 6 replications and 8 times the period of observation. The highest population growth rate is in M3 medium at 7.978 ind x 2 x 10-3 x day-1, followed by 7.536 for M2 medium ind x 2 x 10-3 x day-1, then M1 medium of 7.509 ind x 2 x 10-3 x hari-1, and have the lowest in media of 7.016 ind M0 x 2 x 10-3 x day-1. Statistical analysis showed that the vitamin C a very significant effect on the growth rate each treatment media.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil perikanan terbesar di dunia dan nilai ekspor produk perikanan Indonesia di pasar dunia pada tahun 2006 menduduki peringkat 10 dengan pasar ekspor utamanya adalah Amerika, Uni Eropa dan Jepang dengan peningkatan jumlah produksi rata-rata dalam lima tahun terakhir sebesar 8,28 %. Sampai saat ini, produksi perikanan Indonesia berasal dari perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Hasil produksi sektor perikanan dari budidaya sekitar 4,9 juta ton dari total produksi 8 juta ton pada tahun 2007 dan hampir separuhnya berasal dari hasil budidaya air tawar. Walaupun demikian, masih dijumpai beberapa permasalahan yang terkait dengan proses industrialisasi sektor ini, diantaranya ketidakstabilan kualitas dan kuantitas larva ikan yang dihasilkan lewat proses pembibitan (larvikultur) di tempat pembenihan ikan (DKP, 2007).

Haris (1983) menyatakan bahwa permasalahan yang sering ditemui dalam pembenihan ikan adalah tingginya tingkat kematian dari larva ikan, hal ini disebabkan karena kekurangan makanan pada saat kritis, yaitu pada masa penggantian dari makanan kuning telur ke makanan lain. Untuk mengatasi tingginya kematian ikan pada stadia larva ini perlu disediakan makanan, dimana makanan yang diberikan harus memenuhi beberapa syarat yaitu: ukuran makanan yang diberikan lebih kecil dari bukaan mulut benih ikan tersebut, kualitas yang baik, terdapat dalam jumlah banyak, makanan harus bergerak aktif karena larva pada stadia awal masih relatif pasif serta mudah diperoleh, selanjutnya dijelaskan bahwa makanan alami bagi larva ikan yang terbaik (makanan awal) setelah pergantian makanan dari kuning telur adalah Rotifera, diantaranya dari genus Brachionus.


(16)

Menurut Mujiman (1998) agar benih ikan yang dipelihara dapat tumbuh sehat dan bertahan hidup hingga dewasa harus diberi pakan alami. Isnansetyo & Kurniastuty (1995) menegaskan bahwa peranan pakan alami dalam usaha pembenihan ikan belum dapat digantikan sepenuhnya oleh pakan-pakan buatan. Selanjutnya Dahril (1996) juga menjelaskan bahwa salah satu jenis pakan alami yang banyak digunakan dalam usaha budidaya ikan adalah Brachionus plicatilis.

Brachionus plicatilis merupakan makanan paling tepat bagi larva ikan, karena memenuhi syarat sebagai jasad pakan, diantaranya adalah elastis/kenyal, bergizi, dapat dicerna dengan baik, terapung atau tersuspensi dan pergerakannya lambat (Woynarovi ch & Hovart, 1980). Selanjutnya Yunus et al. (1996) menjelaskan bahwa Brachionus plicatilis mempunyai laju perkembangbiakan yang cukup tinggi. Kemudian Landau (1992) dan Dahril (1996) menyatakan bahwa Brachionus plicatilis mempunyai siklus hidup yang pendek, makanannya sederhana, mudah diperoleh, yaitu jasad renik yang berasal dari kotoran ternak. Menurut Sutejo (1995), kotoran ternak pada umumnya mengandung unsur hara yang lengkap diantaranya adalah unsur nitrogen dan phosfor dimana kedua unsur ini merupakan unsur hara essensial untuk pertumbuhan fitoplankton.

Selain menggunakan pupuk organik yang berasal dari kotoran ternak, untuk meningkatkan produksi pakan alami juga dapat digunakan pupuk anorganik seperti Triple Superphospat (TSP), Urea, Kalium Chlorida (KCl). TSP merupakan sumber phospat yang murah dan tersedia di pasar dalam jumlah yang banyak, begitu juga untuk Urea sebagai sumber nitrogen (Shasmand, 1986). Selain itu, Suriawan (2004) menyatakan bahwa Pengayaan (enrichment) rotifera dapat dilakukan dengan penambahan emulsion scot, selco atau vitamin B atau C powder. Selanjutnya Kurmaly & Guo (1996) menyatakan bahwa vitamin C (asam askorbat) berfungsi mempengaruhi imunitas, pertumbuhan dan resistensi Rotifera terhadap penyakit jika ditambahkan ke medianya.

Sebagai negeri yang memiliki biodiversitas yang tinggi, Indonesia memiliki sumber pakan alami yang beragam, salah satunya adalah Brachionus plicatilis. Pemberian Brachionus plicatilis atau jenis zooplankton lain sebagai pakan ikan dikenal dengan sebutan pakan hidup atau live feed. Namun sampai kini belum ada


(17)

cara pembudidayaan Brachionus plicatilis agar dapat tumbuh dan berkembang biak dengan optimal sehingga dapat memenuhi kebutuhan pakan ikan. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan penelitian dengan judul “Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media

CAKAP”

1.2 Permasalahan

Telah cukup banyak penelitian yang dilakukan tentang laju pertumbuhan Brachionus plicatilis. Namun demikian belum diketahui komposisi penambahan vitamin C manakah yang baik untuk laju pertumbuhan Brachionus plicatilis pada media kombinasi kotoran ayam dan beberapa pupuk organik (Urea dan TSP).

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis dengan diberikan perlakuan penambahan vitamin C pada media kombinasi kotoran ayam, pupuk Urea dan TSP.

1.4 Hipotesis Penelitian

Didapatkan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis yang tinggi dengan penambahan vitamin C pada media kombinasi kotoran ayam, pupuk urea dan TSP.


(18)

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang didapatkan diharapkan dapat bermanfaat:

a. Sebagai informasi dalam memanfaatkan penambahan vitamin C pada media kombinasi kotoran ayam, pupuk urea dan TSP untuk pembudayaan pakan alami. b. Sebagai informasi bagi instansi terkait yang membutuhkan teknik penyediaan


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Brachionus plicatilis O. F. Muller

Djarijah (1995) mengatakan bahwa Brachionus plicatilis merupakan organisme eukariot akuatik yang termasuk ke dalam zooplankton yang bersifat filter feeder yaitu mengambil makannya dengan cara menyaring partikel dari media tempat hidupnya. Zooplankton dari genera Brachionus ini mempunyai variasi ukuran tubuh, yaitu antara 50-300 mikron. Ukuran tubuh yang bervariasi ini juga dibedakan berdasarkan tipe, yaitu untuk yang berukuran besar (230-400 mikron) digolongkan kedalam tipe L, sedangkan yang berukuran kecil (50-220 mikron) digolongkan kedalam tipe S. Dahril (1996) mengatakan bahwa bentuk dan ukuran tubuh Rotifera berbeda antara jantan dan betinanya, dimana ukuran tubuh Rotifera jantan jauh lebih kecil dengan bentuk tubuh agak meruncing ke bagian bawah bila dibandingkan dengan betina (Gambar 2.1).


(20)

Tubuh Brachionus terbagi menjadi tiga bagian yaitu kepala, badan, dan kaki atau ekor. Pemisahan antara kepala dan badan tidak jelas, sedangkan bagian kaki dan ekor berakhir dengan belahan yang disebut jari. Badan Brachionus dilapisi oleh kutikula yang tebal dan pada bagian kepala terdapat enam duri, sepasang duri diantaranya merupakan duri yang paling panjang dan terdapat di tengah. Di bagian ujung tubuhnya terdapat gelang-gelang silia berbentuk seperti spiral dan berfungsi untuk memasukkan makanan ke mulutnnya (Priyambodo dan Tri, 2001).

2.2 Klasifikasi Brachionus plicatilis

Ciri khas yang merupakan dasar pemberian nama Rotatoria atau Rotifera adalah terdapatnya suatu bangunan yang disebut korona. Korona ini bentuknya bulat dan berbulu-bulu getar, yang memberikan gambaran seperti sebuah roda (Mujiman, 1998; Djarijah, 1995). Brachionus plicatilis merupakan salah satu Rotifera yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat hirarkinya Edmonson (1963) sebagai berikut:

Phylum : Rotifera Kelas : Monogonata Ordo : Ploima Familia : Brachionidae Genus : Brachionus

Spesies : Brachionus plicatilis O. F. Muller

Brachionus termasuk salah satu genus yang sangat populer diantara sekian banyak jenis Rotifera. Genus ini terdiri dari 34 spesies (Dahril, 1996). Menurut Mudjiman (2002) bahwa selain Brachionus plicatilis dikenal juga beberapa spesies dari genus Brachionus, antara lain: Brachionus pala, Brachionus punctatus, Brachionus abgularis, dan Brachionus moliis.


(21)

2.3 Biologi Brachionus plicatilis

Brachionus ditemukan di perairan tawar, payau, atau laut, tergantung jenisnya (Mudjiman, 1998). Menurut Dahril (1996) pertumbuhan populasi Brachionus sp. Dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti suhu, pH, salinitas, konsentrasi oksigen terlarut, konsentrasi nitrit dan konsentrasi amonia.

Brachionus sp. dapat berkembang dengan baik jika dipelihara di tempat yang mendapat sinar matahari (Mujiman, 1998). Brachionus plicatilis bersifat euthermal. Pada suhu 15°C Brachionus plicatilis masih dapat tumbuh, tetapi tidak dapat bereproduksi, sedangkan pada suhu di bawah 10°C akan terbentuk telur istirahat. Kenaikan suhu antara 15-35°C akan menaikkan laju reproduksinya. Kisaran suhu antara 22-30°C merupakan kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi, disamping itu Brachionus plicatilis juga bersifat euryhalin. Betina dengan telurnya dapat bertahan hidup pada salinitas 98 ppt, sedangkan salinitas optimalnya adalah 10-35 ppt. Keasaman air turut mempengaruhi kehidupannya. Rotifera ini masih dapat bertahan hidup pada pH 5 dan pH 10, sedangkan pH optimum untuk pertumbuhan dan reproduksi berkisar antara 7,5-8,0 (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Brachionus sp. Umumnya bersifat omnivora dan suka memakan jasad-jasad renik yang mempunyai ukuran tubuh kecil dari dirinya, seperti : alga, ragi, bakteri dan protozoa (Pennak, 1978). Brachionus plicatilis bersifat penyaring tidak selektif (non selective filter-feeder). Pakan diambil secara terus menerus sambil berenang (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Sistem reproduksi rotifera terjadi secara seksual (kawin) dan aseksual (parthenogenesis). Secara seksual, organ reproduksi betina terdiri dari ovarium, yolk gland dan oviduct, sedangkan organ reproduksi pada jantan terdiri dari satu testis yang dihubungkan oleh saluran sperma ke penis (Djuhanda, 1980).

Menurut Priyambodo & Tri (2001), dalam keadaan normal, spesies ini dapat berkembang biak secara parthenogenesis (bertelur tanpa kawin). Ada dua tipe Branchionus betina, yaitu betina amiktik dan betina miktik. Isnansetyo & Kurniastuty


(22)

(1995) mengatakan bahwa betina miktik adalah betina yang dapat dibuahi. Telur yang dihasilkan betina miktik akan menetas menjadi jantan. Jantan ini akan membuahi betina miktik dan menghasilkan 1-2 telur istirahat. Telur ini mengalami masa istirahat sebelum menetas menjadi betina amiktik. Betina amiktik adalah betina yang tidak dapat dibuahi. Dari betina amiktik yang terjadi ini maka reproduksi secara aseksual akan terjadi lagi antara betina miktik dan amiktik tidak dapat dibedakan secara eksternal. Selanjutnya Mujiman (1998) mengatakan bahwa Brachionus plicatilis yang jantan hanya muncul pada musim-musim tertentu saja sehingga yang betina hampir selamanya berkembang biak secara parthenogenesis (tanpa kawin) dan dalam banyak hal yang jantan jarang sekali muncul, bahkan banyak di antara jenisnya tidak dikenal pejantannya. Untuk lebih jelasnya siklus hidup Rotifera B. plicatilis dapat dilihat pada Gambar. 2.2 dibawah ini :


(23)

2.4 Peranan Pupuk dalam Pembudidayaan Brachionus plicatilis

Rotifera Brachionus plicatilis dapat tumbuh dengan baik jika dipelihara bersamaan dengan Chlorella sp. yang ditumbuhkan dengan beberapa jenis pupuk. Jadi pupuk diberikan untuk memberikan nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan fitoplankton yang merupakan makanan Rotifera Brachionus plicatilis. Dengan menggunakan pupuk kotoran ayam akan dihasilkan kepadatan Chlorella sp. yang paling tinggi dibandingkan dengan pupuk kotoran ternak lainnya, hal ini dikarenakan tinggi dan lengkapnya kandungan unsur hara kotoran ayam tersebut (Balai Penelitian & Pengembangan Budidaya Laut, 1985).

Kadarini (1997) mengatakan bahwa jenis pupuk dibedakan menjadi dua macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari perubahan atau peruraian sisa-sisa (serasah) tanaman dan hewan misalnya pupuk kandang, pupuk hijau dan sebagainya sedangkan pupuk anorganik atau pupuk buatan, yaitu pupuk yang merupakan hasil industri pabrik-pabrik pembuat pupuk misalnya pupuk Urea, TSP, Diamonium Phospat (DAP) dan sebagainya.

Menurut Saifuddin (1985) dan Setyamidjaja (1986) bahwa pemakaian pupuk organik yaitu kotoran ternak dapat merangsang pertumbuhan populasi mikroorganisme. Selanjutnya Sutejo (1995) dan Mujiman (1998) juga menjelaskan bahwa kotoran ternak terutama kotoran ayam merupakan pupuk organik yang banyak dimanfaatkan dalam usaha bercocok tanam dan pada masa kini banyak dimanfaatkan juga dalam usaha perkembangan perikanan, misalnya digunakan dalam pembudidayaan pakan alami ikan, yaitu Brachionus plicatilis.

Dari hasil penelitian Sachlan (1980) menunjukkan bahwa Rotifera dapat tumbuh banyak jika kolam dipupuk dengan pupuk kandang. Kemudian Setyamidjaja (1986) dan Hardjowigeno (1987) mengatakan bahwa pupuk kotoran ayam mempunyai kandungan unsur hara yang cukup tinggi, karena bagian yang padat bercampur dengan bagian yang cair (urine). Selain itu pupuk kotoran ayam adalah pupuk yang lengkap karena mengandung hampir semua unsur hara yang bekerja secara perlahan-lahan


(24)

dalam jangka waktu yang lama (Hardjinomo dalam Rafnida, 1986). Bahkan dari hasil penelitian Anindiastuti dalam Setiabudiningsih (1989) menunjukkan bahwa pemupuk an dengan menggunakan kotoran ayam cenderung memberikan kandungan unsur hara yang lebih lengkap sehingga meningkatkan produktivitas primer perairan. Menurut Lingga (1995) pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi dan termasuk pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya mengandung satu macam unsur saja, dimana pupuk Urea hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor. Adapun komposisi mineral dan kandungan air dari kotoran ayam dibandingkan dengan kotoran ternak lainnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut ini.

Tabel 2.1 Komposisi Mineral dan Kandungan Air Beberapa Jenis Kotoran Ternak dan Unggas

Jenis Ternak Nitrogen Fosfor Kalium Air

Kuda

- padat 0,55 0,30 0,40 75

- cair 1,40 0,02 1,60 90

Sapi

-padat 0,40 0,20 0,10 85

-cair 1,00 0,50 1,50 92

Kerbau

-padat 0,60 0,30 0,34 85

-cair 1,00 0,15 1,50 92

Kambing

-padat 0,60 0,30 0,17 60

-cair 1,50 0,13 1,80 85

Domba

-padat 0,75 0,50 0,45 60

-cair 1,35 0,05 2,10 85

Babi

-padat 0,95 0,35 0,40 80

- cair 0,40 0,10 0,45 87

Ayam

- padat dan cair 1,00 0,80 0,40 55


(25)

Menurut Dahril (1996) fitoplankton secara umum dapat mempengaruhi pertumbuhan Rotifera, karena dengan meningkatnya jumlah fitoplankton di suatu perairan maka akan meningkatkan pula pertumbuhan Rotifera Brachionus plicatilis tersebut. Unsur hara esensial yang harus ada di perairan dan merupakan faktor pembatas untuk pertumbuhan fitoplankton adalah unsur phospat dan nitrogen (Shasmand, 1986).

Berdasarkan kandungan unsur hara, pupuk urea dan TSP termasuk pupuk tunggal, karena hanya mengandung satu macam unsur hara. Urea hanya mengandung N sedangkan TSP hanya mengandung P. Pupuk Urea dan TSP termasuk pupuk buatan (pupuk anorganik) yang berkadar hara tinggi (Sutejo, 1995). Urea terbuat dari gas amoniak dan gas asam arang yang mengandung zat N 46%. TSP berupa bubuk berwarna abu-abu dan mengandung zat P 14-20% (Lingga, 1995). Berikut dicantumkan beberapa jenis pupuk nitrogen dan fosfor beserta kadar haranya.

Tabel 2.2 Beberapa Jenis Pupuk Nitrogen dan Fosfor Beserta Kadar Haranya

Jenis Pupuk Kadar N (%) Kadar P (%)

Zwavelzure ammoniak 20-21 -

Urea 46 -

Chilisalpeter 14-16 -

Natronsalpeter 16

Kalkammonsalpeter 20 -

Kalkstikastof 20-21 -

Superposfat/ Enkel uperposfat (ES) - 18-20

Dubble Superposfat (DS) - 36-40

Triple Superposfat (TSP) - 48-54

Posfat Cirebon - 25-28

Fused Magnesium posfat (EMP) - 19

Sumber: Lingga (1995)

2.5 Peranan Vitamin C bagi Rotifera

Zat-zat gizi yang merupakan bagian terbesar dalam diet manusia maupun hewan adalah protein, karbohidrat dan lemak. Walaupun demikian, ada pula zat gizi lain yang juga mempunyai peranan penting dalam fungsi sel tubuh. Zat tersebut tidak bisa


(26)

disintesis oleh tubuh, berperan penting sehingga harus diberikan dari luar agar fungsi sel dalam tubuh dapat berjalan sehingga kesehatan dapat tercapai. Zat tersebut adalah vitamin (Prawirokusumo, 1991).

Vitamin dibutuhkan dalam jumlah sedikit, tetapi harus ada dalam pakan. Vitamin merupakan senyawa organik kompleks yang dibutuhkan untuk pertumbuhan, perawatan dan reproduksi. Ada sekitar empat vitamin larut lemak dan 11 vitamin larut air yang dibutuhkan oleh organisme akuatik. Beberapa fungsi vitamin larut dalam air baik secara langsung maupun bentuk modifikasinya sebagai koenzim amino-transferase. Tidak ada vitamin larut dalam lemak yang diketahui berfungsi sebagai co-enzim (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995).

Marzuqi et al. (2001) menjelaskan bahwa vitamin dibutuhkan untuk pertum-buhan, pemeliharaan tubuh, dan reproduksi. Vitamin dibagi menjadi 2 bagian yaitu vitamin yang larut dalam lemak (A,D,E dan K) dan vitamin yang larut didalam air yaitu riboflavin, thiamin, vitamin C dan lain-lain. Selanjutnya Grant et al (1989) menyatakan bahwa Vitamin C adalah antioksidan (asam askorbat) yang positif mempengaruhi sistem kekebalan tubuh ikan dan beberapa hewan akuatik (zooplankton). Vitamin C secara alami terjadi di lingkungan akuatik, dan ada data yang kuat dari para ilmuwan, bahwa dosis vitamin C memiliki banyak efek positif pada kehidupan akuatik.


(27)

BAB 3

BAHAN DAN METODE

3.1 Metode Penelitian

Penelitian: “Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F Muller Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP” dilaksanakan pada bulan Mei 2010 di Laboratorium Sistematika Hewan, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sumatera Utara, Medan

Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen dengan analisis rancangan acak lengkap (RAL) non faktorial dengan 4 perlakuan media serta 6 ulangan. Perlakuan tersebut sebagai berikut :

M0 = tanpa penambahan Vitamin C (kontrol) M1 = Vitamin C 0,4 mg/2 l

M2 = Vitamin C 0,8 mg/2 l M3 = Vitamin C 1,2 mg/2 l

Keterangan : M0, M1, M2 dan M3 (Media CAKAP) = Media Campuran Kotoran Ayam, Pupuk Urea dan Pupuk TSP (Sihombing, 2009)

Komposisi media tersebut berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Sihombing (2009). Pada penelitian yang telah dilakukan, diketahui pertumbuhan tertinggi terdapat pada komposisi media yang terdiri dari 200 mg/ 2 l kotoran ayam + 4 mg/ 2 l Urea + 3 mg/ 2 l TSP. Berdasarkan hal tersebut maka komposisi media di atas digunakan sebagai kontrol pada penelitian ini. Wanasuria (1993) mencatat bahwa pemberian tambahan vitamin C dengan cara pengayaan dengan dosis 0,1 – 0,5 mg/ l pada media pengayaan rotifera dapat meningkatkan pertumbuhannya.


(28)

3.2 Persiapan Bahan Media Brachionus plicatilis

Media pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah campuran kotoran ayam yang telah dikeringkan terlebih dahulu di bawah sinar matahari, pupuk urea dan TSP. Kotoran ayam yang telah kering, urea, TSP dan vitamin C dihaluskan dan diayak, kemudian ditimbang sesuai komposisi perlakuan seperti di atas. Selanjutnya kotoran ayam, urea dan TSP tersebut dimasukkan ke dalam kantung strimin.

3.3 Persiapan Media 3.3.1 Media aklimasi

Air yang digunakan untuk media aklimasi diperoleh dari air kolam Perpustakaan Universitas Sumetera Utara Medan yang telah disaring dengan menggunakan plankton net bermata saring 15 mikron. Air kolam tersebut dimasukkan ke dalam aquarium sebanyak 25 l. Kemudian media yang terdiri dari 2.500 mg kotoran ayam + 50 mg pupuk Urea + 37,5 mg pupuk TSP dimasukkan ke dalam kain strimin dan dicelupkan ke dalam akuarium dan diaklimasi selama 2 hari.

3.3.2 Media Perlakuan

Air yang digunakan untuk media perlakuan diperoleh dari air kolam Perpustakaan Universitas Sumetera Utara Medan yang telah disaring dengan menggunakan plankton net bermata saring 15 mikron. Air kolam tersebut dimasukkan kedalam stoples kaca sebanyak 24 yang masing-masing diisi sebanyak 2 l air kolam. Kemudian masing-masing media pakan yang telah ditimbang seperti kotoran ayam 200 mg, Urea 4 mg dan TSP 3 mg dimasukkan ke dalam kain strimin, selanjutnya dimasukkan kedalam stoples yang telah berisi air kolam dengan cara menggantungkan /mencelupkan dibawah permukaan air media, kemudian masing-masing stoples perlakuan ditutup dengan kain kasa/strimin untuk mencegah masuknya serangga atau hewan lain, dan dibiarkan selam 7 hari (Sihombing, 2009). Shasmand (1986) menjelaskan dengan melakukan pemupukan berarti akan merubah konsentrasi zat hara


(29)

sehingga akan mempengaruhi Zooplankton, dalam hal ini Brachionus plicatilis. Selanjutnya Mujiman (1998) juga menjelaskan tujuan pemupukan pada media kultur Brachionus plicatilis adalah untuk menumbuhkan jasad-jasad renik yang merupakan makanan Brachionus plicatilis.

Setelah 7 hari dimasukkan bibit B. plicatilis dari media aklimasi ke dalam masing-masing media perlakuan sebanyak 25 individu. Kemudian stoples media ditutup kembali dengan kain kasa. Selanjutnya stoples media dimasukkan ke dalam rak lemari yang tertutup dan diberi lampu TL 20 watt dengan jarak dari permukaan stoples media perlakuan sekitar 20 cm.

Pada penelitian yang telah dilakukan kondisi sifat fisik air media seperti suhu dan pH diperiksa 3 kali dalam 16 hari, yaitu pada hari ke 4, 9 dan 13. Untuk suhu diukur dengan alat termometer dan pH diukur dengan pH meter. Selanjutnya media perlakuan diberi aerasi setiap hari selama 3 menit dengan menggunakan aerator supaya kandungan O2 terlarut tidak terlalu rendah.

3.4 Persiapan Bibit Brachionus plicatilis

Brachionus plicatilis yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari kolam Perpustakaan Universitas Sumatera Utara Medan. Brachionus plicatilis diambil dengan menggunakan plankton net dan dimasukkan ke dalam ember bervolume 10 liter. Selanjutnya dimasukkan bibit Brachionus plicatilis secukupnya ke dalalam akuarium tersebut untuk diaklimasikan selama 5 hari. Akuarium diletakkan di bawah lampu 20 Watt dengan jarak ± 20 cm dan aerasi dilakukan selama 5 hari.

3.5 Perlakuan Penambahan Vitamin C

Perlakuan penambahan vitamin C dilakukan setelah dimasukkan Brachionus plicatilis kedalam stoples dan dilakukan penambahan vitamin C setiap hari sesuai dengan komposisi masing-masing perlakuan. Hal ini berdasarkan Merchie et al (1995)


(30)

menyatakan teknik pengayaan rotifera dengan penambahan vitamin dilakukan selama 24 jam.

3.6 Perlakuan Waktu Pengamatan

Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan dua hari sekali hari selama 16 hari atau (8x pengamatan) dimana pada masing-masing media perlakuan dilakukan ulangan sebanyak 6 kali.

H1 = hari ke-2 H2 = hari ke-4 H3 = hari ke-6 H4 = hari ke-8 H5 = hari ke-10 H6 = hari ke-12 H7 = hari ke-14 H8 = hari ke-16

Hal ini berdasarkan lama hidup Brachionus plicatilis, yaitu selama 12-19 hari (Hyman, 1951).

3.7 Pengamatan Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

Pengamatan dan penghitungan laju pertumbuhan populasi dilakukan dua hari sekali seperti yang telah dijelaskan pada perlakuan waktu pengamatan. Brachionus plicatilis diambil dari masing-masing media perlakuan dengan menggunakan pipet serologi 10 ml. Sebelum dilakukan pengambilan, air media terlebih dahulu diaduk perlahan-lahan dengan batang pengaduk kaca supaya Brachionus plicatilis tersebar merata sehingga dapat mewakili semua Brachionus plicatilis yang terdapat di dalam media. Kemudian Brachionus plicatilis diambil dengan pipet serologi.

Brachionus plicatilis yang terdapat di dalam pipet serologi diterawangkan pada sinar lampu kemudian dihitung jumlahnya dengan kasat mata. Cara ini sesuai dengan yang dilakukan Balai Penelitian Dan Pengembangan Budidaya Laut Serang, serta Isnansetyo dan Kurniastuti (1995). Penghitungan pertumbuhan populasi dilakukan


(31)

sebanyak 6 kali sebagai ulangan untuk masing-masing media perlakuan. Setelah dilakukan penghitungan maka Brachionus plicatilis dimasukkan kembali ke dalam stoples. Pengamatan ini dilakukan sampai dengan pengamatan hari ke-16.

3.8 Analisis Data

Setiap pengamatan/penelitian selesai dilakukan penghitungan jumlah populasi Brachionus plicatilis, selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus menurut Fogg (1975), sebagai berikut:

K =

t No Nt ln

ln −

Dimana: K = Laju pertumbuhan jumlah populasi Brachionus plicatilis per hari Nt = Jumlah populasi Brachionus plicatilis setelah t hari

No = Jumlah populasi awal Brachionus plicatilis t = Waktu pengamatan (hari)

Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan analisis of variance (ANOVA), sedangkan untuk menguji beda antara perlakuan dilakukan dengan uji beda rata-rata duncan atau DNMRT (Steel & Torrie, 1993).


(32)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Rata-rata Pertambahan Jumlah Populasi Brachionus plicatilis (ind/2 l) Setiap Dua Hari Pengamatan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap perbandingan rata-rata populasi Brachionus plicatilis akibat penambahan vitamin C, didapatkan rata-rata pertambahan jumlah populasi Brachionus plicatilis seperti terlihat pada Gamba 4.1 di bawah ini:

Gambar 4.1 Grafik Rata-Rata Pertambahan Jumlah Populasi Brachionus plicatilis (ind/2 l) dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP

Dari Grafik 4.1 terlihat bahwa rata-rata pertambahan jumlah populasi Brachionus plicatilis akibat pemberian vitamin C lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol pada semua hari pengamatan. Dimana rata-rata pertambahan jumlah individu


(33)

populasi tertinggi terdapat pada pengamatan hari ke-8 pada media M3 dengan penambahan vitamin C 1,2 mg/2 l sebesar 23.888 ind/2 l. Hasil ANOVA vitamin C berpengaruh nyata terhadap panambahan/ peningkatan populasi Brahionus plicatilis. Tingginya rata-rata pertambahan individu pada media M3 disebabkan oleh sesuainya kombinasi pemberian vitamin C (1,2 mg) pada media ini, sehingga tersedianya nutrisi pada media mendukung pertambahan jumlah populasi Brahionus plicatilis.

Menurut Dahril (1996), bahwa kondisi media yang baik dan tersedianya nutrisi yang mencukupi dalam media kultur dapat menyebabkan terjadinya pertambahan populasi Brachionus plicatilis dengan cepat, tetapi juga akan mengalami penurunan yang cepat pula bila kondisi media dan nutrisi tidak lagi dapat mendukung kehidupannya. Selanjutnya Shasmand (1986) menyatakan bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis pemberian pupuk Urea dan TSP yang seimbang sangat menentukan terhadap pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber bahan makanan dari Brachionus plicatilis, keadaan ini disebabkan pupuk urea dengan kandungan unsur N sekitar 46% dan pupuk TSP dengan kandungan unsur P sekitar 14-20% dapat meningkatkan metabolisme fitoplankton, sehingga berkembang biak dengan baik.

Marzuqi et al., 1999 mengatakan vitamin C merupakan bahan-bahan mikro yang sangat dibutuhkan oleh tubuh. Jenis vitamin ini dibutuhkan tubuh untuk meningkatkan metabolisme, daya tahan terhadap perubahan lingkungan, penyakit, pertumbuhan, pemeliharaan tubuh, dan reproduksi.

Sato et al, 1982 Salah satu unsur mikro nutrien yang penting dalam proses vitelogenesis dan embriogenesis adalah vitamin C. Pada proses vitelogenesis, vitamin C sebagai donor elektron dalam reaksi hidroksilasi biosintesis hormon steroid yang diperlukan bagi berlangsungnya proses tersebut. Selain itu, vitamin C juga berfungsi sebagai anti oksidan yang akan melindungi kolesterol dari kerusakan akibat terjadinya proses oksidasi sehingga kebutuhan kolesterol untuk proses biosintesis hormon estrogen dapat terpenuhi. Pada proses embriogenesis, vitamin C berperan dalam metabolisme lemak, yaitu dalam reaksi biosintesis karnitin, yang berfungsi mentransfer asam lemak rantai panjang dari sitosol ke mitokondria untuk dikonversi menjadi energi melalui proses oksidasi. Dengan demikian, kebutuhan energi selama


(34)

proses tersebut berlangsung dapat dipasok dalam jumlah yang cukup sesuai kebutuhan. Vitamin C mempunyai fungsi sebagai kofaktor enzim prolil dan lisin hidroksilase yang mengkatalis hidroksilasi prolin dan lisin, yang esensial untuk biosintesis jaringan kolagen yang terdapat pada ovarium dan perkembangan embrio. Kolagen merupakan penyusun utama dinding dalam kantong ovarium. Kolagen sebagai penyusun dinding kapiler darah di jaringan termasuk telur. Kapiler darah pada gonad penting dalam pendistribusian nutrien ke oosit. Selama embrio dan larva berkembang, kandungan vitamin C telur cepat menurun karena pada saat itu terjadi pembentukan tulang dan jaringan ikat.

4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah diberikan penambahan vitamin C pada media perlakuan selama waktu pengamatan didapatkan hasil yang cukup bervariasi seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.1 Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Perlakuan

Waktu Pengamatan Media dan Laju Pertumbuhan

M0 M1 M2 M3

Hari ke-2 2,383 2,489 2,536 2,597 Hari ke-4 1,332 1,348 1,421 1,416 Hari ke-6 0,897 0,956 0,978 1,057 Hari ke-8 0,706 0,787 0,777 0,866 Hari ke-10 0,567 0,623 0,604 0,650 Hari ke-12 0,434 0,508 0,481 0,544 Hari ke-14 0,375 0,433 0,396 0,452 Hari ke-16 0,322 0,365 0,343 0,396

Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa pola laju pertumbuhan Brachionus plicatilis pada semua perlakuan dengan penambahan vitamin C dan kontrol adalah sama yaitu menurun selama waktu pengamatan. Laju pertumbuhan antar perlakuan pada setiap hari pengamatan ternyata tidak berbeda nyata. Laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada pengamatan hari ke-2 perlakuan media M3, yaitu sebesar 2,597 ind. x 2 x 10-3 x hari-1, sedangkan media M0 merupakan media dengan


(35)

laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis terendah, yaitu sebesar 0,322 ind. x 2 x 10-3 x hari-1.

Dari hasil secara keseluruhan terlihat bahwa selama waktu pengamatan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis tertinggi pada semua media didapatkan pada waktu pengamatan hari ke-2 dan ke-4, sedangkan pada hari pengamatan ke-6 sampai ke-16 laju pertumbuhan populasinya menurun, keadaan ini menunjukkan bahwa pada hari pengamatan ke-2 dan ke-4 bahan makanan masih tersedia sehingga dapat mendukung kehidupan dan perkembangbiakan Brachionus plicatilis dengan baik, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Gambar 4.2. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priyambodo (2001), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrien dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhannya.

Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. 2 x 10-3 x hari-1) dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP.

Menurut Mujiman (1998), bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrisi dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis atau bahkan mengalami kematian secara massal. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa bila dilakukan pemupukan


(36)

susulan setiap 5-6 hari sekali akan dapat mempertahankan kepadatan populasi Brachionus plicatilis.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada ke empat media dengan perlakuan penambahan beberapa variasi vitamin C selama waktu penelitian, setelah dianalisis secara statistik (Lampiran H) ternyata selama waktu pengamatan dan komposisi media yang berbeda dan interaksi antara media dan waktu pengamatan menunjukkan perbedaan yang sangat nyata. Oleh karena itu dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.2 Uji Beda Rata-Rata Duncan pada Media Perlakuan selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)

Media Rata-Rata Laju Pertumbuhan dari Hari ke-2 sampai Hari ke-16

M0 7,016 (a)

M1 7,508 (a)

M2 7,535 (a)

M3 7,976 (a)

Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan

Dari Tabel 4.2 dapat dilihat dari hasil analisis statistik menunjukkan bahwa media M3 berbeda sangat nyata dengan 3 (tiga) media lainnya. Perlakuan media M2 tidak berbeda dengan perlakuan media M1. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi media M3 adalah komposisi media terbaik dan secara optimum dapat mendukung kehidupan dan perkembang-biakan Brachionus plicatilis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman (1998), bahwa pemberian pupuk TSP (posfor) yang paling baik adalah lebih rendah dari pemberian pupuk Urea (nitrogen), sehingga proses metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton yang dibutuhkan sebagai sumber bahan makanan Brachionus plicatilis dapat berlangsung dengan baik, serta penambahan vitamin C dengan konsentrasi yang diperlakukan yaitu 1,2 mg. Menurut Lingga & Sutejo (1995), pupuk yang banyak digunakan baik dalam usaha pembudidayaan tanaman maupun perikanan adalah pupuk Urea dan TSP, karena kandungan unsur hara kedua pupuk ini tinggi dan termasuk pupuk tunggal yaitu pupuk yang hanya


(37)

mengandung satu macam unsur saja, dimana pupuk Urea hanya mengandung nitrogen dan pupuk TSP hanya mengandung fosfor.

Vitamin C merupakan salah satu nutrien mikro yang dibutuhkan oleh hewan akuatik dalam proses reproduksi. Kandungan vitamin C dalam ovarium akan meningkat pada awal perkembangannya dan kemudian menurun pada fase akhir sebelum ovulasi. Hewan akuatik tidak mampu mensintensis vitamin C (Faster dalam Sandnes 1991) sehingga untuk mempertahankan metabolisme sel, vitamin C mutlak harus diperoleh dari luar tubuh karena tidak terdapat enzim L-gulonolakton oksidase yang dibutuhkan untuk biosintesis vitamin C (Dabrowski, 2002).

Sedangkan uji rata-rata Duncan untuk perlakuan waktu pengamatan dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Uji Beda Rata-Rata Duncan Perlakuan selama Waktu Pengamatan (Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16)

Waktu Pengamatan Rata-Rata

H2 10.005(a)

H4 5,517 (b)

H6 3,888 (b)

H8 3,136 (b)

H10 2,444 (b)

H12 1,967 (c)

H14 1,656 (c)

H16 1,426 (c)

Keterangan: Huruf kecil yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5% menurut uji Duncan

Laju pertumbuhan populasi B. plicatilis pada keempat media perlakuan berdasarkan waktu pengamatan didapatkan laju pertumbuhan populasi yang paling tinggi adalah pada H1. Sedangkan pada H2 sampai H8 nilai laju pertumbuhan semakin kecil. Hal ini terjadi karena pada H1 merupakan hari dimana B. plicatilis mempunyai fekunditas yang paling tinggi sehingga laju pertumbuhan pada H1 merupakan laju pertumbuhan yang paling tinggi. Dahril (1996) menjelaskan bahwa keberadaan B. plicatilis disuatu perairan sangat ditentukan oleh faktor- faktor: angka kelahiran (fekunditas), lama hidup (life span), dan angka kematian (mortalitas) dimana puncak dari fekunditas B. plicatilis terjadi di hari kedua. Selanjutnya Rusfian (1988) juga mengatakan bahwa jumlah populasi B. plicatilis akan berkembang dengan baik pada hari kedua dan hari keempat setelah inokulasi. Kemudian dari H2 sampai H8 (akhir


(38)

pengamatan) angka laju pertumbuhan semakin mengecil, hal ini menunjukkan semakin menurunnya kemampuan fekunditas dari B. plicatilis tersebut juga disebabkan oleh telah berkurang atau habisnya ketersediaan nutrient didalam media, sehingga tidak dapat lagi mendukung kehidupan B. plicatilis. Keadaan ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Mujiman (1998) yang menyatakan bahwa dalam mengkultur B. plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrisi dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan, bahkan mengalami kematian secara massal.


(39)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea, dan Pupuk TSP Serta Penambahan Beberapa Variasi Vitamin C, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

a. Penambahan vitamin C sebanyak 1,2 mg menunjukkan hasil yang paling optimal terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis.

b. Rata-rata pertambahan jumlah individu Brachionus plicatilis tertinggi pada pengamatan hari ke-8 pada media M3 sebesar 23.88 ind/2 l. Sedangkan terendah pada media M0 sebesar 9.054ind/2 l.

c. Laju pertumbuhan pada populasi Brachionus plicatilis tertinggi terdapat pada perlakuan media M3 sebesar 7,978 ind. x 2 x 10-3 x hari-1, sedangkan terendah pada media M0 sebesar 7,016 ind. x 2 x 10-3 x hari-1.

5.2 Saran

Dari hasil yang telah diperoleh selama melakukan penelitian ini, disarankan: a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis dengan melakukan penambahan jumlah konsentrasi vitamin C yang lebih optimal.

b. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis dengan menggunakan kombinasi antara vitamin C dan vitamin B1.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Setiabudiningsih. 1998. Pengaruh Kualitas dan Kuantitas Scenedesmus acuminatus Terhadap Siklus Hidup Brachionus caliciflorus pallas. Kertas Karya. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. hlm. 69 (tidak dipublikasikan) Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut ATA-192. 1985. Budidaya

Rotifera (Brachionus plicatilis) O.F. Muller. Serang: Sub Balai Penelitian Budidaya Pantai Bojonegoro. hlm. 1-2

Dabrowski K. 2002. Ascorbic acid in aquatic organisms status and perspectives.CRC Press London.

Dahril, T. 1996. Rotifer Biologi dan Pemanfaatannya.Pekan Baru: Penerbit UNRI- Press. hlm. 5, 14 dan 43-46

Data DKP. 2007.

Djarijah, A. B. 1995. Pakan Ikan Alami. Cetakan I. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm.12-13; 35-55

Djuhanda, T. 1980. Kehidupan Dalam Setetes Air Dan Beberapa Parasit Pada Manusia. Bandung: Penerbit ITB. hlm. 29-36

Edmonson, W. T. 1963. Fresh Water Biology. Second Edition. New York. London. John Willey & Sons. Inc. Page. 410

Fogg, G. E. 1975. Algae Culture and Phytoplankton Ecologi. 2nd Ed. Penerbit University of Winconsin Press, Maddison. P. 19

Grant, B., Seib, P., Long-Liao, M., and K. Corpron (1989). Polyphosphosphorylated L-ascorbyl Acid: A Stable from of Vitamin C for Aquaculture Feeds. J. World Aquacult. Soc. 20: Page. 143.

Rafnida. 1986. Pengaruh Pupuk Kandang Terhadap Perkembangan Populasi Moina sp. Kertas Karya. Fakultas Perikanan Universitas Riau. Pekan Baru. hlm. 38 (tidak dipublikasikan)

Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Medityatma Sarana Perkasa. Hlm. 220 Haris, E. 1983. Beberapa Usaha dalam Peningkatan Produksi Benih. Direktorat

Jenderal Perikanan Departemen Pertanian. Jakarta: hlm. 11.

Hyman, L. H. 1951. The Invertebrata : Acanthocepala, Aschelminthes and Entprocta. Volume III. New York : Mc. Graw-Hill Book Company, Inc : pp. 91-100 & 117-141.


(41)

Isnansetyo, A; Kurniastuty. 1995. Teknik Kultur Phytoplankton dan Zooplankton: Pakan Alami Ikan Untuk Pembenihan Organisme Laut. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. hlm. 5-14, 30.

Kadarini, T. 1997. Pupuk Anorganik Sebagai Alternatif Untuk Meningkatkan Produksi Pakan Alami Pada Budi Daya Ikan. Warta Penelitian Perikanan Indonesia. Volume III. No.3. hlm. 2

Kurmaly, K, and F. C. Guo. 1996. Effect of Enviromental Stressors: High Ammonia, Low Dissolved Oxygen and Low Temperature Shock, on Vitamin C and Astaxanthin Content of Shirmp Tissue, pp. 207-208. In R.L Creswell (ed.). Book of Abstracts of World Aquaculture’96. World Aquaculture Soceity, Bangkok. Thailand.

Landau, M. 1992. Introduction Aguaculture. New York: Jhon Willey & Sons, Inc: pp. 338-39

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Cetakan ke-10. Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya. hlm. 57-59

Marzuqi, M., N. A. Giri, K. M. Setiawati dan K. Suwirya (2001). Pemeliharaan Larva Kerapu Batik (Epinephelus microdon) Dengan Awal Pemberian Pakan Mikro Pada Umur Yang Berbeda. Teknologi Budi Daya Laut dan Pengembangan Sea Farming di Indonesia, Departemen Kelautan dan Perikanan (JICA), 190.

Merchie, G., Lavens, P., Dhert, Ph., Dehasque, M., Nelis, H., De Leenheer, A. and Sorgeloos, P. 1995. Variation of ascorbic acid content in different live food organisms. Aquaculture. Page: 134.

Mujiman, A. 1998. Makan Ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penerbar Swadaya. hlm. 14-17, 49-51.

Mudjiman, A. 2002. Makanan Ikan. Jakarta: Penerbit PT. Penebar Swadaya. Hlm. 88-89.

Prawirokusumo, S.1991. Biokimia Nutrisi. Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta. hlm: 11.

Pennak, R. W. 1978. Freshwater Invertebrates of United State. 2nd Edition. New York: Jhon Willey & Sons, Inc: pp. 179-187, 190-194s

Priyambodo, K & Tri. 2001. Budidaya Pakan Alami untuk Ikan. Jakarta: PT. Penebar Swadaya. hlm.28

Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Universitas Riau. hlm. 85

Saifuddin. 1985. Kesuburan dan Pemupukan Tanah Pertanian. Bandung: Pustaka Buana. hlm. 56


(42)

Sandnes K. 1991. Studies on Vitamin C in Fish Nutrition. Dept Fisheries and Marine Biology, Univ Bergen Norway.

Sato M, Yoshinaka R, Ikeda S. 1982. Dietary ascorbic acid requirement of rainbow trout (Oncorhynchus mykiss) for growth and collagen formation. Bull Jpn Soc Fish 44 : 1029–1035.

Setyamidjaja, D. 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: Simplex. hlm.. 122

Shasmand, S. 1986. Pengaruh Pemupukan Triple Superphospat dan Urea Terhadap Kelimpahan dan Keanekaragaman Zooplankton Pada Kolam Yang Ditebari Ikan Mas (Cyprinus carpio L ). Pekan Baru: Kertas Karya. Fakultas Perikanan Universitas Riau. hlm.1- 5, 30 (tidak dipublikasikan)

Sihombing, D. 2009. Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (Brachionus plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan. Skripsi S1 Biologi. FMIPA USU. Medan: Tidak dipublikasikan. hlm. 14-15 Steel, R. G. D.; J. H. Torrie. 1993. Prinsip dan Prosedur Statistik suatu Pendekatan

Biometrik. Cetakan Ketiga. Jakarta: P.T. Gramedia Pustaka Utama

Sutejo, M. 1995. Pupuk Dan Cara Pemupukan. Cetakan V. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. hlm. 86-91, 108-142

Wanasuria, S. 1993. Vitamin C Untuk Pakan Aquaculture. Poultry Indonesia, Jakarta. hlm. 12, 16

Woynarovich, E, and I. Horvath. 1980. The Artificial Propagarion of Warmater Fin Fishes. A Manual For Extension. FAO. Rome. 181 p

Yunus; Ketut. S, Kasprijo, Irwan, S. 1996. Pengaruh Pengkayaan Rotifera (Brachionus plicatilis) Dengan Menggunakan Minyak Hati Ikan COD Terhadap Sintasan Larva Kepiting Bakau (Scylla serrata). Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Volume II. No.3 hlm. 39


(43)

Disaring

Dibungkus kain strimin

Dicelupkan

Lampiran A. Bagan Alir Persiapan Media Pakan untuk Brachionus plicatilis

Air kolam

Stoples/botol

Kotoran ayam + pupuk Urea + pupuk TSP

Sumber pakan


(44)

Ditutup dengan kain kasa

Diberi cahaya 20 watt

Dibiarkan selama satu minggu

Dimasukkan bibit B. plicatilis sebanyak 25 individu

Dilakukan pengamatan dan penghitungan setiap 2 hari selama 16 hari

B. plicatilis diambil dengan pipet serologi 20 ml

Diamati dibawah sinar lampu

Dihitung dengan mata telanjang

Ditambahkan vitamin C sesuai komposisi setiap hari

Lampiran B. Bagan alir laju Pertumbuhan Brachionus plicatilis

Media Perlakuan

Media Perlakuan Setelah satu minggu

Pipet Serologi 20 ml

Jumlah individu /ml (kepadatan)


(45)

LAMPIRAN C. Bagan Posisi/Letak Media Perlakuan Secara Randomisasi

RAK 1 RAK 2

RAK 3 RAK 4

M0(6) M1(2) M1(5)

M3(1) M2(4)

M2(3)

Lampu TL 20 Watt

M3(3) M2(5)

M1(1) M0(5)

M1(4) M0(2)

Lampu TL 20 Watt

M3(6) M3(4)

M0(3) M3(5)

M2(2) M3(2)

M2(1) M1(6)

M0(4) M2(6)

M1(3) M0(1)

Lampu TL 20 Watt Lampu TL 20 Watt


(46)

Lampiran D. Jumlah Individu (Kepadatan) Populasi Brachionus plicatilis (ind/ml) Dengan Penambahan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP

Perlakuan Waktu Pengamatan

H0 H1 H2 H3 H4

Media Ulangan X 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x

M0 1 0,013 2 3 4 0 1 1 1,833 1 5 0 4 2 3 2,500 3 1 7 3 2 1 2,833 3 2 3 4 3 2 2,833

2 0,013 0 1 0 2 0 2 0,833 1 3 3 4 1 2 2,333 0 5 6 9 7 7 5,667 6 2 3 2 3 2 3,000

3 0,013 5 2 4 2 1 1 2,500 4 3 4 4 3 4 3,667 1 3 4 4 3 6 3,500 4 4 2 2 4 5 3,500

4 0,013 3 2 2 2 3 0 2,000 0 5 0 7 4 1 2,833 1 2 3 0 2 2 1,667 12 7 19 10 4 7 9,833

5 0,013 0 1 1 2 0 1 0,833 1 12 2 3 2 2 3,667 13 4 3 3 3 2 4,667 1 1 4 2 2 0 1,667

6 0,013 2 1 5 0 3 1 2,000 5 1 1 0 1 2 1,667 0 1 3 1 0 2 1,167 4 8 6 8 5 7 6,333

Total 0,078 9,999 16,666 19,501 27,166

Rata-rata 0,013 1,667 2,778 3,250 4,527

M1 1 0,013 7 3 2 0 1 3 2,667 3 3 11 2 2 3 4,000 6 6 13 7 9 8 8,167 6 21 11 2 6 3 8,167

2 0,013 2 0 0 1 1 2 1,000 0 3 2 2 2 1 1,667 3 2 10 2 4 2 2,833 8 3 6 3 6 8 5,667

3 0,013 0 1 3 2 1 4 1,833 1 3 8 3 6 0 5,167 3 3 8 2 4 3 2,833 22 19 18 15 17 15 17,667

4 0,013 6 2 1 2 2 1 2,333 3 1 2 4 1 0 1,833 7 5 5 8 7 5 6,167 10 1 11 3 4 3 5,333

5 0,013 0 2 0 0 3 6 1,833 5 6 6 4 2 1 4,000 0 1 3 0 10 2 2,667 4 5 9 8 4 6 6,000

6 0,013 3 2 0 4 4 0 2,167 3 2 1 3 1 3 2,167 3 3 4 5 5 4 4,000 3 2 8 5 6 4 4,667

Total 0,078 11,833 18,834 26,667 36,888

Rata-rata 0,013 1,972 3,139 4,444 6,148

M2 1 0,013 1 3 1 3 3 1 2,000 2 2 1 2 2 2 1,833 4 2 2 2 1 2 2,167 3 4 4 0 5 2 3,000

2 0,013 2 1 2 1 1 1 1,333 8 9 7 7 8 5 7,333 12 7 2 3 2 5 5,167 24 19 14 18 19 6 16,667

3 0,013 1 3 0 2 5 0 1,833 5 9 5 3 8 6 6,000 6 7 14 6 6 5 7,333 7 16 4 4 8 6 7,500

4 0,013 1 5 3 5 1 1 2,667 0 7 5 2 6 3 2,833 3 5 2 7 3 3 3,833 8 1 2 1 3 2 2,833

5 0,013 0 2 3 4 1 1 1,833 4 5 3 6 4 7 4,833 6 1 6 1 4 5 3,833 5 10 3 4 8 4 5,667

6 0,013 2 4 5 4 3 2 3,333 3 4 3 6 4 3 2,833 3 19 12 6 2 4 7,667 18 16 14 10 8 10 12,667

Total 0,078 13,000 25,665 30,000 48,334

Rata-rata 0,013 2,167 4,277 5,000 8,056

M3 1 0,013 3 1 6 3 3 1 2,833 1 2 4 1 2 3 2,167 8 11 6 10 6 4 7,500 9 3 12 4 6 6 6,667

2 0,013 1 2 0 2 4 2 1,833 5 8 7 7 4 2 5,500 5 3 11 17 13 5 9,000 7 24 23 13 11 15 15,500

3 0,013 4 1 0 2 1 1 1,500 7 4 3 7 9 4 5,667 18 23 22 7 13 9 15,333 16 14 23 5 16 7 13,500

4 0,013 2 1 0 3 2 5 2,167 1 3 2 0 4 0 1,667 8 9 4 13 7 4 7,500 13 8 7 4 7 8 7,833

5 0,013 5 4 2 3 0 2 2,667 4 7 9 6 4 10 6,667 4 6 6 2 1 1 3,333 6 17 14 19 15 15 14,333

6 0,013 5 4 1 3 4 5 3,667 4 2 1 5 4 6 3,667 12 3 4 11 3 4 6,167 11 20 10 14 20 20 13,833

Total 0,078 14,667 25,335 48,833 71,666


(47)

Perlakuan Waktu Pengamatan

H5 H6 H7 H8

Media Ulangan 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x 1 2 3 4 5 6 x

M0 1 4 3 6 5 4 3 4,167 42 2 4 2 3 4 2,833 1 2 1 2 1 3 1,667 1 3 2 6 2 1 2,500

2 12 2 6 6 0 5 5,167 1 4 7 2 4 2 3,333 0 4 2 1 1 2 1,667 5 1 0 4 0 4 2,333

3 5 0 2 1 0 4 2,000 1 1 1 0 1 0 0,667 2 3 3 4 2 0 2,333 1 0 1 0 2 1 0,833

4 6 7 14 7 9 4 7,833 2 3 2 0 3 2 2,000 5 1 4 3 0 0 2,167 6 3 3 1 2 7 3,667

5 2 0 1 6 3 1 2,167 2 2 5 2 6 0 2,833 2 7 3 6 4 1 3,833 1 2 7 4 2 1 2,833

6 5 3 10 2 1 2 3,833 8 7 3 2 5 4 4,833 9 2 3 5 5 2 4,333 3 6 0 2 0 4 2,500

Total 25,167 16,499 16,000 14,666

Rata-rata 4,194 2,749 2,667 2,444

M1 1 9 2 1 1 3 6 3,667 5 6 14 6 5 5 6,833 12 2 11 5 3 8 6,833 0 4 2 9 6 2 3,833

2 5 6 9 4 7 6 6,167 7 4 4 3 5 8 5,167 3 9 4 0 8 12 6,000 3 9 5 5 8 9 6,500

3 4 10 4 5 7 7 6,167 3 13 3 9 5 5 6,333 10 8 2 5 7 5 6,167 7 15 11 8 5 4 8,333

4 2 2 3 5 5 5 3,667 3 2 0 1 3 4 2,167 1 11 12 4 9 8 6,500 2 3 6 3 3 7 4,000

5 1 1 5 6 11 9 5,500 11 9 11 13 7 8 9,833 12 5 10 6 6 2 6,833 4 12 4 8 9 2 6,500

6 4 6 2 9 13 16 8,333 9 11 10 7 3 6 7,667 1 1 5 4 4 1 2,667 1 2 3 1 1 1 1,500

Total 32,502 38,000 35,000 30,666

Rata-rata 5,417 6,333 5,833 5,111

M2 1 2 4 7 2 1 3 3,167 0 2 1 6 0 2 1,833 1 0 3 5 12 3 4,000 0 1 2 1 2 1 1,167

2 6 7 13 10 9 9 9,000 13 9 5 10 8 15 10,000 4 0 15 21 20 18 13,000 4 2 2 7 8 3 4,333

3 5 6 3 2 10 13 6,500 5 12 7 4 4 2 5,667 5 6 1 3 1 4 3,333 5 12 5 3 6 9 6,667

4 2 2 2 1 4 7 3,000 2 1 0 2 0 3 1,333 0 1 2 0 1 0 0,667 4 2 0 0 2 4 2,000

5 8 3 5 13 11 9 8,167 9 5 6 3 0 5 4,667 4 1 1 2 1 1 1,667 2 1 2 2 13 5 4,167

6 9 8 10 3 2 2 5,667 18 5 4 10 9 4 8,333 8 7 5 9 5 8 7,000 1 2 3 7 3 5 3,500

Total 35,501 31,833 29,667 21,834

Rata-rata 5,917 5,306 4,944 3,639

M3 1 8 3 5 5 8 3 5,333 14 7 20 5 8 6 10,000 8 10 9 5 10 12 9,000 15 12 9 11 8 4 9,833

2 9 5 6 5 4 5 5,667 6 3 14 9 12 18 10,333 9 7 15 14 8 9 10,333 3 17 8 9 2 4 7,167

3 7 9 13 6 4 4 7,167 5 14 3 18 5 11 9,333 15 10 12 20 8 12 12,833 5 7 5 2 2 11 5,333

4 19 22 8 21 7 3 13,333 7 3 3 6 9 6 5,667 1 1 3 6 1 2 2,333 9 15 18 9 8 7 11,000

5 14 19 15 8 11 7 12,333 8 11 16 15 13 10 12,167 21 14 17 8 14 5 12,833 6 3 9 5 7 9 6,500

6 19 13 9 12 6 11 11,667 4 10 14 5 6 4 7,167 6 3 2 8 2 4 4,167 5 4 7 3 8 7 5,667

Total 55,500 54,667 51,499 45,500

Rata-rata 9,250 9,111 8,583 7,583

Keterangan: M0 = Tanpa penambahan Vitamin C (kontrol) M1 = Vitamin C 0,4 mg/2 l

M2 = Vitamin C 0,8 mg/2 l M3 = Vitamin C 1,2 mg/2 l


(48)

Lampiran E. Data Fisik Media pada Beberapa Tingkat Variasi Konsentrasi Vitamin C selama Waktu Pengamatan.

Suhu (0C) pH (%)

M0 29 7,6

M1 29 7,8

M2 29 7,8


(49)

Lampiran F. Pertambahan jumlah populasi Brachionus plicatilis (ind./ml) pada Perlakuan selama waktu pengamatan (H= 2 hari).

Perlakuan Ulangan Waktu Pengamatan

H0 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 Media

M0 1 0,013 1,833 2,500 2,833 2,833 4,167 2,833 1,667 2,500

2 0,013 0,833 2,333 5,667 3,000 5,167 3,333 1,667 2,333

3 0,013 2,500 3,667 3,500 3,500 2,000 0,667 2,333 0,833

4 0,013 2,000 2,833 1,667 9,833 7,833 2,000 2,167 3,667

5 0,013 0,833 3,667 4,667 1,667 2,167 2,833 3,833 2,833

6 0,013 2,000 1,667 1,167 6,333 3,833 4,833 4,333 2,500

Total 0,078 9,999 16,666 19,501 27,166 25,167 16,499 16,000 14,666

Rata-rata 0,013 1,667 2,778 3,250 4,527 4,194 2,749 2,667 2,444

M1 1 0,013 2,667 4,000 8,167 8,167 3,667 6,833 6,833 3,833

2 0,013 1,000 1,667 2,833 5,667 6,167 5,167 6,000 6,500

3 0,013 1,833 5,167 2,833 17,667 10,167 6,333 6,167 8,333

4 0,013 2,333 1,833 6,167 5,333 7,667 2,167 6,500 4,000

5 0,013 1,833 4,000 2,667 6,000 5,500 9,833 6,833 6,500

6 0,013 2,167 2,167 4,000 4,667 8,333 7,667 2,667 1,500

Total 0,078 11,833 18,834 26,667 36,888 32,502 38,000 35,000 30,666

Rata-rata 0,013 1,972 3,139 4,444 6,148 5,417 6,333 5,833 5,111

M2 1 0,013 2,000 1,833 2,167 3,000 3,167 1,833 4,000 1,167

2 0,013 1,333 7,333 5,167 16,667 9,000 10,000 13,000 4,333

3 0,013 1,833 6,000 7,333 7,500 6,500 5,667 3,333 6,667

4 0,013 2,667 2,833 3,833 2,833 3,000 1,333 0,667 2,000

5 0,013 1,833 4,833 3,833 5,667 8,167 4,667 1,667 4,167

6 0,013 3,333 2,833 7,667 12,667 5,667 8,333 7,000 3,500

Total 0,078 13,000 25,665 30,000 48,334 35,501 31,833 29,667 21,834

Rata-rata 0,013 2,167 4,277 5,000 8,056 5,917 5,306 4,944 3,639

M3 1 0,013 2,833 2,167 7,500 6,667 5,333 10,000 9,000 9,833

2 0,013 1,833 5,500 9,000 15,500 5,667 10,333 10,333 7,167

3 0,013 1,500 5,667 15,333 13,500 7,167 9,333 12,833 5,333

4 0,013 2,167 1,667 7,500 7,833 13,333 5,667 2,333 11,000

5 0,013 2,667 6,667 3,333 14,333 12,333 12,167 12,833 6,500

6 0,013 3,667 3,667 6,167 13,833 11,667 7,167 4,167 5,667

Total 0,078 14,667 25,335 48,833 71,666 55,500 54,667 51,499 45,500

Rata-rata 0,013 2,445 4,222 8,139 11,944 9,250 9,111 8,583 7,583

Keterangan: M0 = Tanpa penambahan Vitamin C (kontrol) M1 = Vitamin C 0,4 mg/2 l

M2 = Vitamin C 0,8 mg/2 l M3 = Vitamin C 1,2 mg/2 l


(50)

Lampiran G. Laju Pertumbuhan Jumlah Individu Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-) Dengan Penambahan Vitamin C Pada Media CAKAP selama Waktu Pengamatan.

Perlakuan Waktu Pengamatan

Media Ulangan H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16

M0 1 2,474 1,315 0,897 0,673 0,577 0,449 0,347 0,329

2 2,080 1,297 1,013 0,680 0,599 0,462 0,347 0,324

3 2,629 1,411 0,933 0,670 0,504 0,328 0,371 0,260

4 2,518 1,346 0,809 0,829 0,640 0,420 0,365 0,353

5 2,080 1,410 0,981 0,607 0,512 0,449 0,406 0,337

6 2,518 1,213 0,750 0,774 0,569 0,493 0,415 0,329

Total 14,299 7,992 5,383 4,233 3,401 2,601 2,251 1,932 Rata-rata 2,383 1,332 0,897 0,706 0,567 0,434 0,375 0,322

M1 1 2,662 1,432 1,073 0,805 0,564 0,522 0,447 0,355

2 2,171 1,213 0,897 0,760 0,616 0,499 0,438 0,388

3 2,474 1,496 0,897 0,902 0,666 0,516 0,440 0,404

4 2,594 1,237 1,027 0,752 0,638 0,426 0,444 0,358

5 2,474 1,432 0,887 0,767 0,605 0,552 0,447 0,388

6 2,558 1,279 0,955 0,735 0,646 0,532 0,380 0,297

Total 14,933 8,089 5,736 4,721 3,735 3,047 2,596 2,190 Rata-rata 2,489 1,348 0,956 0,787 0,623 0,508 0,433 0,365

M2 1 2,518 1,237 0,853 0,680 0,550 0,412 0,409 0,281

2 2,315 1,584 0,998 0,895 0,654 0,554 0,493 0,363

3 2,474 1,533 1,056 0,795 0,621 0,506 0,396 0,390

4 2,662 1,346 0,948 0,673 0,544 0,386 0,281 0,315

5 2,474 1,480 0,948 0,760 0,644 0,490 0,347 0,360

6 2,773 1,346 1,063 0,860 0,608 0,539 0,449 0,350

Total 15,216 8,526 5,866 4,663 3,621 2,887 2,375 2,059 Rata-rata 2,536 1,421 0,978 0,777 0,604 0,481 0,396 0,343

M3 1 2,692 1,279 1,060 0,895 0,602 0,554 0,467 0,414

2 2,474 1,512 1,090 0,885 0,608 0,557 0,477 0,395

3 2,374 1,519 1,179 0,868 0,631 0,548 0,492 0,376

4 2,558 1,213 1,060 0,800 0,693 0,506 0,371 0,421

5 2,662 1,560 0,924 0,876 0,686 0,570 0,492 0,388

6 2,831 1,411 1,027 0,871 0,680 0,526 0,412 0,380

Total 15,581 8,494 6,340 5,195 3,900 3,261 2,711 2,374 Rata-rata 2,597 1,416 1,057 0,866 0,650 0,544 0,452 0,396 Total 60,029 33,101 23,325 18,812 14,657 11,796 9,933 8,555 Rataan 2,501 1,379 0,972 0,784 0,611 0,491 0,414 0,357

Keterangan: M0 = Tanpa penambahan Vitamin C (kontrol) M1 = Vitamin C 0,4 mg/2 l

M2 = Vitamin C 0,8 mg/2 l M3 = Vitamin C 1,2 mg/2 l


(51)

Lampiran H. Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada Media Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Urea dan TSP Serta Penambahan Vitamin C

DB Perlakuan = P – 1 = (8 x 4) – 1 = 32 – 1 = 31 DB H = H – 1 = 8 – 1 = 7

DB M = M – 1 = 4 – 1 = 3

DB Total = (t x n) – 1 = (8 x 4 x 6) – 1 = 192 – 1 = 191 DB Galat = t(n – 1) = (8x 4) (6 – 1) = 32 (5) = 160

FK =

(

)

8 6 4 208 , 180 2 ×

× = 192 923 , 32474

= 169,140

JK Total = (2,474)2 + (1,315)2 + … + (0,380)2 – FK = 257,008 – 169,140

= 87,868

JK Perlakuan =

(

) (

)

(

)

6 374 , 2 ... 992 , 7 299 ,

14 2 + 2 + + 2

– FK = 255,562 – 169,140

= 86,422

JK Galat = JK Total – JK Perlakuan = 87,868 – 86,197

= 1,671

JK H =

(

) (

)

(

)

6 4 555 , 8 ... 101 , 33 029 ,

60 2 2 2

× + +

+ – FK

= 255,122 – 169,140 = 85,982


(52)

JK M =

(

) (

)

(

)

6 8 856 , 47 ... 047 , 45 029 ,

42 2 2 2

× + +

+ – FK

= 169,377 – 169,140 = 0,237

JK H x M = JK Perlakuan – JK H – JK M = 86,422 – 85,982 – 0,237 = 0,203

KT Perlakuan =

Perlakuan DB n JKPerlakua = 31 422 , 86 = 2,788

KT H =

H DB JKH = 7 982 , 85 = 12,283

KT M =

M DB JKM = 3 237 , 0 = 0,079

KT H x M =

HxM DB JKHxM = 21 378 , 20 = 0,970

KT Galat =

Galat DB JKGalat = 160 671 , 1 = 0,010

FH P =

KTG KTP = 010 , 0 788 , 2 = 278,8

FH H =

KTG H KT = 010 , 0 283 , 12 = 1228,3

FH M =

KTG KTM = 010 , 0 079 , 0 = 7,9


(53)

FH H x M = G KT HxM KT = 010 , 0 970 , 0 = 97

Analisis Sidik Ragam RAL Non Faktorial Laju Pertumbuhan Populasi

Brachionus plicatilis (ind. x 2 x 10-3 x hari-1) pada media perlakuan selama waktu pengamatan hari ke-2 sampai dengan hari ke-16

SK DB JK KT FH 5% 1%

Perlakuan 31 86,422 2,788 278,8** 1,54 1,83 H 7 85,982 12,283 1228,3** 2,07 2,76 M 3 0,237 0,079 7,9** 2,67 3,91 H x M 21 0,203 0,970 97** 1,64 2,00 Galat 160 1,671 0,010

Total 191 87,868 Keterangan: (**) berbeda sangat nyata

Sx = n KTGalat = 6 010 , 0 = 0,041

7,016 (M0) 7,508 (M1) 7,535 (M2) 7,976 (M3)

0,05 2,77 2,92 3,02

0,01 3,64 3,80 3,90

0,114 0,120 1,238

0,149 0,156 0,160

a

D C B A


(54)

Tabel Analisis RAL 8 X 4

Media Waktu pengamatan Total

H2 H4 H6 H8 H10 H12 H14 H16

M0 2,383 1,332 0,897 0,706 0,567 0,434 0,375 0,322 7,016 (aD)

M1 2,489 1,348 0,956 0,787 0,623 0,508 0,433 0,365 7,508 (aBC)

M2 2,536 1,421 0,978 0,777 0,604 0,481 0,396 0,343 7,535 (aB)

M3 2,597 1,416 1,057 0,866 0,650 0,544 0,452 0,396 7,976 (aA)

Total 10,005 5,517 3,888 3,136 2,444 1,967 1,656 1,426

Media

X1 X2 Y

0 0 7,016

1 1 7,508

2 4 7,535

3 9 7,976

X 1,5 3,5 7,509

1. X12 = ∑X2 – (∑X12/n ) = 5

2. ∑X22 = ∑X22 – (∑X2/n )2 = 49

3. ∑X1 . X22 = ∑X1 X2 – ∑X1 . ∑X2 n = 15

4. D =∑ X12 . ∑X22 – (∑X1 . X22 )2 = 5 x 49 – (15)2

= 245 – 225 = 20


(55)

5. ∑X1 . Y = ∑X1 .Y – X1 Y n = 1,454

6. ∑X2 = ∑X2 . Y – ∑X2 . ∑Y n = 4,310

7. b1 = (∑X22 . X1Y ) – (∑X1 .X22 . X2 Y ) D

= ( 49 . 1,454) – (15 . 4,310) 20

= 0,330

8. b2 = (∑X12 . X2Y ) – (∑X1 .X22 . X1 Y ) D

= ( 5 . 4,310) – (15. 1,454) 20

= - 0,013

9. a = Y – (X1 . b1 ) - (X2 . b2)

= 7,509 – (1,5 . 0,330) - (3,5 . (-0,013)) = 7,509 – 0,495 – 0,046

= 6,968

Sehingga persamaan garis : Y = a + b1X – b2X2

= 6,968 + 0,330X – 0,013X2

Y0 = 6,968 + 0,330 (0) – 0,013 (0)2 = 6,968 Y1 = 6,968 + 0,330 (1) – 0,013 (1)2 = 7,285 Y2 = 6,968 + 0,330 (2) – 0,013 (2)2 = 7,576 Y3 = 6,968 + 0,330 (3) – 0,013 (3)2 = 7,841

Y Ŷ

7,016 6,968 7,508 7,285 7,535 7,576 7,976 7,841


(56)

R2 = √ 1 – (∑Ŷ - ∑Y)2 (∑Y - ∑Ŷ)2 = √ 1 – 0,072

0,462 = 0,919

Waktu Pengamatan

X1 X2 Y

2 4 10,005

4 16 5,517

6 36 3,888

8 64 3,136

10 100 2,444

12 144 1,967

14 196 1,656

16 256 1,426

X 102 3,755

1. X12 = ∑X2 – (∑X12/n ) = 168

2. ∑X22 = ∑X22 – (∑X2/n )2 = 57120

3. ∑X1 . X22 = ∑X1 X2 – ∑X1 . ∑X2 n = 3024

4. D =∑ X12 . ∑X22 – (∑X1 . X22 )2 = 452400

5. ∑X1 . Y = ∑X1 .Y – X1 Y n = -85,813

6. ∑X2 = ∑X2 . Y – ∑X2 . ∑Y n = -1377,734


(57)

7. b1 = (∑X22 . X1Y ) – (∑X1 .X22 . X2 Y ) D

= -1,625

8. b2 = (∑X12 . X2Y ) – (∑X1 .X22 . X1 Y ) D

= 0,062

9. a = Y – (X1 . b1 ) - (X2 . b2) = 12,056

Sehingga persamaan garis : Y = a + b1X – b2X2

= 12,056 + 1,625 X – 0,062 X2

Y2 = 12,056 + 1,625 (2) – 0,062 (2)2 = 8,558 Y4 = 12,056 + 1,625 (4) – 0,062 (4)2 = 4,564 Y6 = 12,056 + 1,625 (6) – 0,062 (6)2 = 0,074 Y8 = 12,056 + 1,625 (8) – 0,062 (8)2 = -4,912 Y10 = 12,056 + 1,625 (10) – 0,062 (10)2 = -10,394 Y12 = 12,056 + 1,625 (12) – 0,062 (12)2 = -16,372 Y14 = 12,056 + 1,625 (14) – 0,062 (14)2 = -22,846 Y16 = 12,056 + 1,625 (16) – 0,062 (16)2 = -29,816

Y Ŷ

10,005 8,558

5,517 4,564

3,888 0,074

3,136 -4,912 2,444 -10,394 1,967 -16,372 1,656 -22,846 1,426 -29,816

3,755

R2 = √ 1 – (∑Ŷ - ∑Y)2 (∑Y - ∑Ŷ)2 = √ 1 – 2683,615

2740,928 = 0,145


(58)

Contoh Perhitungan K = 2 013 , 0 ln 833 , 1 ln −

K =

2 ) 343 , 4 ( 606 ,

0 − −

K = 2,474

K = t No Nt ln ln − K = 4 013 , 0 ln 500 , 2 ln − K = 4 ) 343 , 4 ( 916 ,

0 − −

K = 1,315

K = t No Nt ln ln − K = 6 013 , 0 ln 833 , 2 ln − K = 6 ) 343 , 4 ( 041 ,

1 − −

K = 0,897

K = t No Nt ln ln − K = 8 013 , 0 ln 833 , 2 ln − K = 8 ) 343 , 4 ( 041 ,

1 − −


(59)

Lampiran I. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Pupuk TSP Pupuk Urea

Kotoran Ayam Vitamin C

By: Sri Jayanthi


(60)

(61)

Lampiran J. Foto-foto Pelaksanaan Penelitian

Susunan Media Perlakuan di dalam Rak Lemari Pengambilan B. plicatilis menggunakan pipet serologi 20 ml

Penghitungan jumlah populasi B. plicatilis dengan metode Hitung langsung (Terawang)


(1)

R2 = √ 1 – (∑Ŷ - ∑Y)2 (∑Y - ∑Ŷ)2 = √ 1 – 0,072

0,462 = 0,919

Waktu Pengamatan

X1 X2 Y

2 4 10,005

4 16 5,517

6 36 3,888

8 64 3,136

10 100 2,444

12 144 1,967

14 196 1,656

16 256 1,426

X 102 3,755

1. X12 = ∑X2 – (∑X12/n ) = 168

2. ∑X22 = ∑X22 – (∑X2/n )2 = 57120

3. ∑X1 . X22 = ∑X1 X2 – ∑X1 . ∑X2 n = 3024

4. D =∑ X12 . ∑X22 – (∑X1 . X22 )2 = 452400

5. ∑X1 . Y = ∑X1 .Y – X1 Y n = -85,813

6. ∑X2 = ∑X2 . Y – ∑X2 . ∑Y n = -1377,734


(2)

7. b1 = (∑X22 . X1Y ) – (∑X1 .X22 . X2 Y ) D

= -1,625

8. b2 = (∑X12 . X2Y ) – (∑X1 .X22 . X1 Y ) D

= 0,062

9. a = Y – (X1 . b1 ) - (X2 . b2) = 12,056

Sehingga persamaan garis : Y = a + b1X – b2X2

= 12,056 + 1,625 X – 0,062 X2

Y2 = 12,056 + 1,625 (2) – 0,062 (2)2 = 8,558 Y4 = 12,056 + 1,625 (4) – 0,062 (4)2 = 4,564 Y6 = 12,056 + 1,625 (6) – 0,062 (6)2 = 0,074 Y8 = 12,056 + 1,625 (8) – 0,062 (8)2 = -4,912 Y10 = 12,056 + 1,625 (10) – 0,062 (10)2 = -10,394 Y12 = 12,056 + 1,625 (12) – 0,062 (12)2 = -16,372 Y14 = 12,056 + 1,625 (14) – 0,062 (14)2 = -22,846 Y16 = 12,056 + 1,625 (16) – 0,062 (16)2 = -29,816

Y Ŷ

10,005 8,558

5,517 4,564

3,888 0,074

3,136 -4,912 2,444 -10,394 1,967 -16,372 1,656 -22,846 1,426 -29,816

3,755

R2 = √ 1 – (∑Ŷ - ∑Y)2 (∑Y - ∑Ŷ)2 = √ 1 – 2683,615

2740,928 = 0,145


(3)

Contoh Perhitungan K = 2 013 , 0 ln 833 , 1 ln −

K =

2 ) 343 , 4 ( 606 ,

0 − −

K = 2,474

K = t No Nt ln ln − K = 4 013 , 0 ln 500 , 2 ln − K = 4 ) 343 , 4 ( 916 ,

0 − −

K = 1,315

K = t No Nt ln ln − K = 6 013 , 0 ln 833 , 2 ln − K = 6 ) 343 , 4 ( 041 ,

1 − −

K = 0,897

K = t No Nt ln ln − K = 8 013 , 0 ln 833 , 2 ln − K = 8 ) 343 , 4 ( 041 ,

1 − −


(4)

Lampiran I. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian

Pupuk TSP Pupuk Urea

Kotoran Ayam Vitamin C

By: Sri Jayanthi


(5)

(6)

Lampiran J. Foto-foto Pelaksanaan Penelitian

Susunan Media Perlakuan di dalam Rak Lemari Pengambilan B. plicatilis menggunakan pipet serologi 20 ml

Penghitungan jumlah populasi B. plicatilis dengan metode Hitung langsung (Terawang)


Dokumen yang terkait

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

3 62 57

Pengaru Pemberian Beberapa Variasi Pupuk TSP Pada Komposisi Media Kotoran Ayam Dengan Pupuk Urea Terhadap Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brochionus Plicatilis)

1 71 50

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis Dengan Penambahan Vitamin B1 Pada Media Cakap

0 35 53

Laju Pertumbuhan Populasi Rotifera (Brachionus Plicatilis) Pada Media Kombinasi Kotoran Ayam, Pupuk Ures Dan Pupuk Tsp, Serta Penambahan Beberapa Variasi Ragi Roti

3 34 60

Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi (B. plicatilis) Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan

0 24 60

Pengaruh Dosis alfa-Tokoferol yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis

0 3 160

PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN ROTIFERA Brachionus plicatilis O.F MULLER | Rukka | MEDIA LITBANG SULTENG 103 347 1 PB

0 0 4

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 0 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Brachionus plicatilis O. F. Muller - Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 1 7

Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis O. F. Muller Diperkaya Beberapa Variasi Dosis Scott’s Emulsion Pada Kombinasi Kotoran Ayam Broiler, Pupuk Urea Dan TSP

0 0 12