Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
Terjadinya perbedaan rata-rata pertambahan jumlah individu kepadatan populasi tersebut disebabkan oleh adanya perbedaan kombinasi media campuran
kotoran ayam dengan pupuk TSP dan Urea. Hal ini disebabkan karena media kultur M2 yang dipupuk dengan kombinasi antara 200mg2l TSP + 4.5mg2l Urea ini
menyebabkan tersedianya pakan Fitoplankton yang cukup bagi pertumbuhan B. plicatilis.
Shasmand 1986 menyatakan bahwa dalam mengkultur Brachionus pemberian pupuk Urea dan TSP yang seimbang sangat menentukan terhadap
pertumbuhan fitoplankton sebagai sumber bahan makanan dari B. plicatilis, keadaan ini disebabkan karena pupuk Urea dengan kandungan unsur N sekitar 14.20 dapat
meningkatkan metabolisme fitoplankton karena fitoplankton sangat tergantung kepada unsur N dan P disebabkan mempunyai kandungan gizi yang sangat bagus untuk
mendukung pertambahan terhadap fitoplankton terdapat dalam media kultur tersebut. Sehingga dengan mudah B. plicatilis ini berkembang biak dengan baik.
4.2 Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis
Dari hasil analisis data terhadap pertambahan jumlah populasi Brachionus plicatilis yang telah dilakukan, didapatkan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis
pada beberapa media perlakuan dengan penambahan makanan selama waktu
pengamatan cukup bervariasi seperti terlihat pada Tabel 4.2 berikut.
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
Tabel 4.2. Rata-rata Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis ind x 2 x 10
-3
x hari
-1
pada media perlakuan Waktu Pengamatan
Media dan Laju Pertumbuhan M0
M1 M2
M3
Hari ke-2 1.352
1.575 1.825
1.658 Hari ke-4
0.887 1.120
1.178 1.154
Hari ke-6 0.727
0.855 0.896
0.882 Hari ke-8
0.342 0.369
0.451 0.441
Hari ke-10 0.233
0.393 0.428
0.436 Hari ke-12
0.209 0.413
0.423 0.419
Hari ke-14 0.129
0.342 0.366
0.355 Hari ke-16
0.090 0.260
0.269 0.269
Total 3.969
5.509 5.836
5.614 Rata-rata
0.496 0.688
0.729 0.701
Keterangan: M0 = 200 mg2 l kotoran ayam kontrol
M1 = 200 mg2 l kotoran ayam + 4 mg2 l TSP+ 4mg2 l Urea M2 = 200 mg2 l kotoran ayam + 4 mg2 l TSP + 4 mg2 l Urea
M3 = 200 mg2 l kotoran ayam + 4,5 mg2 l TSP+ 5 mg2 l Urea
Dari Tabel 4.2 terlihat bahwa selama waktu pengamatan pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis
tertinggi terdapat pada perlakuan Media M2, yaitu sebesar 5,836 2 x 10
-3
x hari
-1
diikuti oleh media M3 sebesar 5,614. x 2 x 10
-3
x hari
-1
dan media M1 sebesar 5,509. x 2 x 10
-3
x hari
-1
, sedangkan media M0 merupakan media dengan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis terendah, yaitu sebesar 3,969 ind x 2 x
10
3
x hari-, hal ini disebabkan karena media M0 merupakan media kontrol, yaitu tanpa pemberian pupuk TSP dan Urea.
Laju pertumbuhan Brachionus plicatilis secara keseluruhan terlihat sangat bervariasi, baik antar media maupun antar waktu pengamatan. Secara keseluruhan laju
pertumbuhan yang paling tinggi didapatkan pada waktu pengamatan hari ke-2 pada semua media perlakuan. Keadaan ini menunjukkan bahwa bahan makanan pada waktu
ini masih dapat mendukung laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis secara maksimal. Selanjutnya pada pengamatan hari ke-6 dan hari ke-8 pada semua media
terlihat laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis mengalami penurunan. Terjadinya penurunan laju pertumbuhan populasi ini disababkan oleh bahan makanan
yang tersedia sudah berkurang dan tidak mampu mendukung terjadinya laju
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
pertumbuhan secara optimal. Hal ini sesuai dengan pernyataan Priyambodo 2001, bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis ketersediaan pakan sangat menentukan
terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrien dalam bahan media dapat menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhannya.
Pada waktu pengamatan hari ke-10, yaitu setelah dilakukan penambahan makanan pada hari ke-8, kembali terjadi peningkatan laju pertumbuhan populasi
Brachionus plicatilis pada media M1, M2 dan M3, sedangkan pada media M0 terus
mengalami penurunan karena tidak dilakukan penambahan makanan. Keadaan ini menunjukkan bahwa ketersediaan bahan makanan pada semua media perlakuan hanya
tersedia dan mampu mendukung kehidupan dan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis
hanya sampai hari ke-8, dan setelah dilakukan penambahan bahan makanan kembali laju pertumbuhan populasi dapat dipertahankan. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mujiman 1998 yang menyatakan bahwa bila dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali akan dapat mempertahankan kepadatan
populasi Brachionus plicatilis.
Dari hasil secara keseluruhan dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan antara waktu pengamatan awal hari ke-2 sampai dengan hari ke-8 lebih tinggi bila
dibandingkan dengan waktu pengamatan setelah dilakukan penambahan bahan makanan hari ke-10 sampai dengan hari ke-16. Hal ini dikarenakan jumlah individu
populasi Brachionus plicatilis dari hari ke hari semakin meningkat, sehingga penambahan makanan dengan jumlah yang sama kurang mampu mendukung
kehidupan, terutama laju pertumbuhan populasinya. Sehingga perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis setelah diberikan penambahan makanan
pada media perlakuan terlihat tidak maksimal. Untuk lebih jelasnya melihat perbandingan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada pengamatan
sebelum dan sesudah diberikan penambahan makanan dapat dilihat pada Gambar 4.2
berikut.
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
Gambar 4.2 Grafik Laju Pertumbuhan Populasi Brachionus plicatilis ind. 2 x 10
-3
x hari
-1
pada Media Perlakuan
Dari Gambar 4.2 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan populasi Brachionus
plicatilis tertinggi terdapat pada pengamatan hari ke-2 untuk semua media perlakuan,
kemudian untuk pengamatan hari ke-4 sampai dengan hari ke-8 mengalami penurunan laju pertumbuhan untuk semua media. Hal ini dikarenakan telah berkurangnya
ketersediaan bahan makanan bagi Brachionus plicatilis pada masing-masing media, yang pada akhirnya kondisi ini tidak dapat lagi mendukung kehidupan dan
perkembangbiakan Brachionus plicatilis. Selanjutnya untuk pengamatan hari ke-10, yaitu setelah diberikan penambahan makanan pada hari ke-8, terjadi peningkatan
kembali laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis namun tidak setinggi pada pengamatan hari ke-2 sampai dengan hari ke-8. Keadaan ini menunjukkan bahan
makanan hanya mampu mencukupi kebutuhan hidup Brachionus plicatilis sampai dengan hari ke-8.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Mujiman 1998, bahwa dalam mengkultur Brachionus plicatilis
ketersediaan pakan sangat menentukan terhadap laju pertumbuhan populasinya, apabila terjadi kekurangan nutrisi dalam bahan media dapat
menyebabkan terjadinya penurunan laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis atau bahkan mengalami kematian secara massal. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa
bila dilakukan pemupukan susulan setiap 5-6 hari sekali akan dapat mempertahankan kepadatan populasi Brachionus plicatilis.
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap laju pertumbuhan populasi Brachionus plicatilis pada ke empat media dengan perlakuan penambahan
makanan selama waktu penelitian, setelah dianalisis secara statistik ternyata diantara waktu pengamatan dan komposisi media yang berbeda menunjukkan perbedaan yang
sangat nyata. Oleh karena itu dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.3
Tabel 4.3 Uji Beda Rata-rata Duncan pada Media Perlakuan selama Waktu
Pengamatan Hari ke-2 sampai dengan Hari ke-16 Media
Rata-rata Laju Pertumbuhan
Hari ke-2 sampai dengan hari ke-8
Hari ke-10 sampai dengan hari ke-16
M0 4,961
dD
0,873
dD
M1 5,879
cC
2,112
cC
M2 6,525
aA
2,228
aA
M3 6,202
bB
2,218
bB
Keterangan:Angka pada kolom yang sama diikuti huruf kecil yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 5, sedangkan
huruf besar yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf 1 menurut uji
Duncan
Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa setiap media perlakuan berbeda sangat nyata baik pada pengataman sebelum diberikan penambahan makanan hari ke-2
sampai dengan hari ke-8 maupun pada pengamatan setelah diberikan penambahan makanan hari ke-10 sampai dengan hari ke-16. Huruf yang sama pada kedua kolom
menunjukkan bahwa pengamatan sebelum diberikan penambahan makanan hari ke-2 sampai dengan hari ke-8 dengan pengamatan sesudah penambahan makanan hari ke-
10 sampai dengan hari ke-16 tidak berbeda, sedangkan huruf yang berbeda menunjukkan pengamatan sebelum dan sesudah penambahan makanan berbeda nyata
keadaan ini menunjukkan bahwa penambahan bahan makanan mempengaruhi laju pertumbuhan popualsi Brachionus plicatilis. Dimana semakin banyak jumlah individu
B. plicatilis maka semakin besar pula bahan makanan yang dibutuhkan. Dapat dilihat
bahwa media M2 merupakan media terbaik jika dibandingkan dengan media yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi media terbaik dan secara optimum dapat
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
mendukung kehidupan B. plicatilis dan perkembangbiakannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan mujiman 1998, bahwa pemberian pupuk TSP posfor yang paling baik
adalah lebih rendah pemberian komposisi media terbaik dan secara optimum dapat mendukung kehidupann Brachionus plicatilis dan perkembangbiakannya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Mujiman 1998, bahwa pemberian pupuk Urea nitrogen yang paling baik adalah lebih rendah dari pemberian pupuk TSP posfor, sehingga
proses metabolisme dan pertumbuhan fitoplankton yang dibutuhkan sebagai sumber bahan makanan Brachionus plicatilis dapat berlangsung dengan baik.
Sri Wahyuni Hasibuan : Perbandingan Laju Pertumbuhan Populasi B. plicatilis Setelah Diberikan Penambahan Makanan Pada Media Perlakuan, 2009.
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan