7. Pemeriksaan Laboratorium TINJAUAN PUSTAKA

Ditambah bukti-bukti adanya suatu infeksi Streptococcus beta hemolitycus grup A sebelumnya yaitu hapusan tenggorok yang positif atau kenaikan titer tes serologi ASTO dan anti DNA-ase B. Bila terdapat adanya infeksi streptococcus beta hemolitycus grup A sebelumnya maka diagnosis DR didasarkan atas adanya : 1 Dua gejala mayor; dan 2 Satu gejala mayor dengan dua gejala minor. 18

a.7. Pemeriksaan Laboratorium

Terdapat tiga golongan uji laboratorium yang berguna untuk diagnosis DR apabila digunakan dengan manifestasi klinis. Golongan pertama meliputi uji radang jaringan akut, yakni reaktan fase akut. Golongan kedua adalah uji bakteriologis dan serologis yang membuktikan infeksi streptococcus beta hemolitycus grup A sebelumnya. Golongan ketiga adalah pemeriksaan radiologis, elektrokardiologis, dan ekokardiografi untuk menilai adanya kelainan jantung. 16 Pada golongan pertama reaktan fase akut, uji yang biasa digunakan adalah leukosit perifer, Laju Endapan Darah LED, dan Protein C-reaktif PCR. Uji leukosit perifer merupakan uji yang berubah-ubah dan tidak bisa diandalkan, karena sebagian besar penderita DR akut mempunyai jumlah leukosit yang normal. Uji LED berguna dalam memantau perjalanan penyakit. Namun pada gagal ginjal LED dapat menurun sampai normal. Sedangkan uji PCR merupakan protein yang muncul dalam serum selama proses radang tertentu. PCR tidak dipengaruhi oleh gagal jantung, sehingga merupakan tanda yang lebih tepat untuk adanya jaringan radang dan tingkat aktivitas rematik. 16 Tri Ayu Melani : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Rematik PJR Yang Dirawat Inap Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2008, 2010. Pada golongan kedua, yaitu uji untuk diagnosis infeksi streptococcus. Uji yang sering digunakan adalah uji antistreptolisin O ASTO dan uji antideoksiribonuklease B anti-DNAse B. 16 Pada uji ASTO dan anti-DNAse B dapat ditunjukkan adanya infeksi streptococcus beta hemolitycus grup A, bila terjadi peningkatan titer ASTO dan anti- DNAse B. Titer ASTO positif bila besarnya 210 Todd pada orang dewasa dan 320 Todd pada anak-anak. Sedangkan titer pada anti-DNAse B 120 Todd untuk orang dewasa dan 240 Todd untuk anak-anak. 18 Pada golongan ketiga terdapat pemeriksaan radiologis, elektrokardiologis, dan ekokardiogafi. Pada pemeriksaan foto dada polos tidak menunjukkan adanya suatu kelainan, akan tetapi dapat dijumpai pembesaran jantung, yang menunjukkan kemungkinan adanya efusi perikardial. 25 Pada pemeriksaan elektrokardiografi berguna dalam diagnosis dan tata laksana karditis rematik akut. Pemanjangan interval P-R pada DR akut terjadi pada 28-40 penderita, sehingga berguna untuk diagnosis DR. Sedangkan pada pemeriksaan ekokardiografi dapat membantu penilaian jenis dan derajat kelainan jantung. Pada penderita DR akut, ekokardiografi dapat memberikan informasi tentang karditis. 16 Tri Ayu Melani : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Rematik PJR Yang Dirawat Inap Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2008, 2010. Faktor DR tersebut juga sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya faktor genetik, umur, dan jenis kelamin. Faktor genetik memiliki hubungan dengan kejadian DR yaitu dengan terdapatnya beberapa orang dalam satu keluarga yang menderita penyakit ini, serta fakta bahwa DR lebih sering mengenai saudara kembar monozigotik daripada kembar dizigotik. 14 Selain itu, PJR termasuk ke dalam penyakit yang disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas dari produk-produk yang dihasilkan oleh Streptococcus beta hemolitycus grup A. 22 Konsep genetika ini diperkuat oleh penemuan yang mempergunakan teknologi yang canggih, yaitu bahwa pada penderita DR ditemukan antigen HLA Human Leucocyte Antygen tertentu. 14 Umur merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya DR. Penyakit ini paling sering mengenai anak berumur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Distribusi ini sesuai dengan insidens infeksi Streptococcus pada anak usia sekolah. 14 Prevalensi penyakit jantung rematik di Indonesia sebesar 0,3-0,8 per 100.000 penduduk usia 5-15 tahun. 27 DR lebih sering didapatkan pada anak perempuan daripada laki-laki. Begitu juga dengan kelainan katup sebagai gejala sisa PJR juga menunjukkan perbedaan jenis kelamin. Pada orang dewasa gejala sisa berupa stenosis mitral lebih sering didapatkan pada perempuan, sedangkan insufisiensi aorta lebih sering ditemukan pada laki-laki. 14 Tri Ayu Melani : Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Rematik PJR Yang Dirawat Inap Di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2004-2008, 2010. Faktor ekstrinsik, antara lain : a. Keadaan Sosial Ekonomi yang Buruk Tingkat sosial ekonomi merupakan faktor penting dalam terjadinya DR. Golongan masyarakat dengan tingkat pendidikan dan pendapatan yang rendah dengan segala manifestasinya, seperti ketidaktahuan, perumahan dan lingkungan yang buruk, tempat tinggal yang berdesakan, dan pelayanan kesehatan yang kurang baik, merupakan golongan yang paling rawan. Pengalaman di negara-negara yang sudah maju menunjukkan bahwa angka kejadian DR akan menurun seiring dengan perbaikan tingkat sosial ekonomi masyarakat negara tersebut. 21 Menurut penelitian Mbeza, masyarakat yang hidup dengan tingkat sosial ekonomi rendah memiliki resiko 2,68 kali menderita DR RR=2.68. 28

b. Iklim dan Geografi