Checks to bits Bits to checks Checks stop criterion

Tonny Juliandy : Simulasi Teknik Pengkodean Regular Low Density Parity Check Code Pada Sistem MC-CDMA, 2009. USU Repository © 2009 2.12 2.13 merupakan likelihood dari bit ke l yaitu i, i = 0,1. Prosedur iterative belief propagation log domain decoding algorithm sebagai berikut: Tahap Inisialisasi Setiap bit node l menentukan priori LLR . Contoh kasus terhadap pengiriman informasi pada kanal memoryless AWGN dengan modulasi BPSK, 2.14 Dimana x,y merepresentasikan bit yang dikirim dan bit yang diterima, dan adalah variansi derau. Untuk setiap posisi m,l dijelaskan H ml = 1, dimana H ml merepresentasikan elemen dari baris ke-m dan kolom ke-l pada matriks parity check H, dan diinisialisasi sebagai berikut: dan 2.15

1. Checks to bits

Setiap check node m mengumpulkan seluruh informasi yang masuk , ’s dan memperbaharui kekuatan bit l berdasarkan pada informasi seluruh bit yang dihubungkan pada check node m. 2.16

2. Bits to checks

2.17

3. Checks stop criterion

Tonny Juliandy : Simulasi Teknik Pengkodean Regular Low Density Parity Check Code Pada Sistem MC-CDMA, 2009. USU Repository © 2009 Proses decoder menghasilkan peluang posteriori untuk bit l dengan menjumlahkan informasi dari seluruh check nodes yang menghubungkan bit l. 2.18 Hard decision dibuat berdasarkan , dan menghasilkan pendekodean masukan yang dapat diperiksa terhadap matriks parity check H. Jika H = 0, atau iterasi maksimum maka proses decoder berhenti dan keluarannya adalah . Jika sebaliknya maka proses decoder akan kembali pada step 1-3.

2.2 Interleaver

Kondisi multipath menyebabkan kedatangan sinyal pada sisi penerima melalui dua atau lebih jalur dengan jarak yang berbeda. Hal ini berakibat akumulasi sinyal terima akan terdistorsi. Pengaruh negatif dari kanal dapat mengakibatkan kecenderungan terjadinya error berurutan atau burst error. Pemakaian pengkodean akan baik digunakan pada error yang terdistribusi random dibandingkan jika digunakan pada burst error. Budiman, G., 2005 Time diversity atau interleaving adalah salah satu cara yang efektif untuk mengatasi burst error. Interleaving sebelum transmisi pada pengirim dan deinterleaving setelah penerimaan pada penerima, menyebabkan pola burst error menjadi disebar dalam waktu, untuk selanjutnya akan ditangani oleh decoder dimana akan dianggap sebagai pola error yang random. Ide dibalik interleaving adalah untuk memisahkan simbol-simbol data terkode dalam domain waktu. Penghalangan waktu tersebut diisi oleh simbol-simbol dari data terkode lain. Simbol-simbol terkode dari encoder akan diterima dalam blok-blok oleh sebuah block interleaver sebelum dilakukan proses mapping. Pengurutan yang bisa dilakukan adalah dengan mengisi deretan terkode pada baris-baris pada susunan I baris dan J kolom. Data terkode sejumlah J pertama akan menempati baris pertama, dan untuk data ke-J+1 sampai dengan data ke-2J menempati baris kedua, dan begitu seterusnya sampai semua baris dalam block interleaver terisi seluruhnya. Kemudian data dibaca per kolom pada satu waktu dan akan dikirim ke kanal setelah proses mapping.