Dehidrasi, Penjernihan dan Parafinasi Pemotongan Pewarnaan

2.5 Preparasi Jaringan 2.5.1 Fiksasi Untuk menghindarkan pencernaan jaringan oleh enzim-enzim atau bakteri dan untuk melindungi struktur fisik, potongan organ harus diperlakukan dengan tepat dan memadai sebelum atau secepat mungkin setelah dikeluarkan daru tubuh binatang. Biasanya terdiri darim merendamkan jaringan tersebut di dalam zat kimia Junqueira,1980 Reagen yang paling umum dipergunakan sebagai zat fiksatif adalah formalin, alkohol, dan kalium bikromat. Pemilihan zat fiksatif ditentukan oleh jaringan dan metode pemulasan yang akan digunakan Leeson,1985.

2.5.2 Dehidrasi, Penjernihan dan Parafinasi

Tujuannya adalah membuat blok jaringan menjadi keras kaku sehingga dapat dipotong menjadi irisan tipis. Sebelum pemendaman jaringan yang telah difiksasi dicuci untuk menghilangkan kelebihan zat fiksasi dan kemudian didehidrasi dengan deretan etil-alkohol dengan konsentrasi yang meningkat. Selanjutnya meliputi pengeluaran zat dehidrasi dan penggantiannya dengan cairan yang mampu bercampur baik dengan zat dehidrasi maupun dengan medium pemendaman. Zat tersebut berupa xilol, kloroform, atau benzen. Sesudah penjernihan, jaringan diinfilrasi dengan zat pemendam, biasanya parafin. Kemudain dipadatkan sehingga diperleh massa homogen keras Leeson,1985. Universitas Sumatera Utara Setiap sel dalam jaringan hidup mengandung air sejumlah kira-kira 85 dari sitoplasmanya. Dan karena air tidak dapat bercampur dengan paraffin atau seloidin, maka jaringan yang dipreparasi dengan paraffin harus didehidrasi terlebih dahulu. Ini dimaksudkan agar tidak ada lagi sisa-sisa molekul air yang tertinggal di dalam jaringan, yang nantinya tidak dapat diganti dengan molekul parafin maupun seloidin. Akibatnya dapat diperoleh irisan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan Jones,1950.

2.5.3 Pemotongan

Jaringan yang telah dipendam dapat diiris dengan ketebalan 3 sampai 10 µm. Untuk demikian digunakan mikrotom Leeson,1985.

2.5.4 Pewarnaan

Kebanyakan jaringan tidak berwarna sehingga sulit memeriksa jaringan yang tidak diwarnai di bawah mikroskop. Kebanyakan zat warna yang digunakan dalam pemeriksaan histologik bersifat seperti senyawa asam atau basa dan mempunyai kecenderungan membentuk ikatan garam dengan gugus-gugus jaringan yang dapat berionisasi. Zat warna yang paling sering digunakan adalah eosin hematosiklin Junqueira,2005. Sebelum dilakukan pemulasan, maka parafin perlu dihilangkan dengan cara mencelupkannya dalam suatu cairan xilol, dan selanjutnya dicelupkan dalam sederetan alkohol dengan konsentrasi yang menurun sebelum dipulas Leeson,1985. Universitas Sumatera Utara Deparafinasi adalah menghilangkan parafin yang terdapat di dalam jaringan. Caranya adalah dengan merendam jaringan dalam xylene. Waktu yang diperlukan sekitar 15 menit atau lebih. Dalam waktu tersebut diharapkan parafin sudah dapat larut sempurna. Bila proses deparafinasi tidak sempurna maka parafin yang masih tertinggal di dalam jaringan akan mengganggu proses pewarnaan selanjutnya Jones,1950. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Laboratorium Formulasi Fakultas Farmasi dan Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental yang dimulai dengan pembuatan larutan natrium laginat sebagai bahan pembuatan kapsul alginat. Lalu dilanjutkan pemberian sediaan kapsul alginat yang mengandung aspirin terhadap hewan percobaan kelinci yang dibandingkan dengan tablet Ascardia ® . Parameter yang digunakan adalah kemampuan masing-masing sediaan melindungi saluran cerna terhadap efek iritasi aspirin.

3.1 Bahan – Bahan

Natrium alginat 300-400 cp adalah produk Wako Pure Chemical industries, Ltd Japan. Natrium klorida, asam asetat glasial, alkohol, xylol, parafin, formalin, eter, asam klorida adalah produk Merck. Aspirin adalah produk PT. Varia Sekata Medan. Laktosa diperoleh dari Brataco Chemical. Tablet Ascardia ® adalah produksi PT.Pharos.

3.2 Alat – Alat

Neraca listrik Mettler Toledo, kandang kelinci, penyangga mulut kelinci, kamera digital Olympus, timbangan kelinci Warce-Liege, pencetak kapsul dan chamber, peralatan bedah, mikrotom, mikroskop cahaya, oven, penangas air dan alat-alat laboratorium yang biasa digunakan. Universitas Sumatera Utara