Pemanfaatan Ubi Kayu Pati

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DESKRIPSI PROSES

2.1 Pemanfaatan Ubi Kayu

Ubi kayu sebagai bahan penyusun pakan, baik dalam bentuk umbi segar, gaplek ataupun yang telah diperkaya dengan bahan lain, misalnya bungkil kacang kedelai yang mampu menghasilkan bahan pakan yang berkualitas. Kelemahan dari ubi kayu ini meliputi beberapa hal diantaranya disebabkan karena kandungan lemak dan proteinnya sangat rendah dan mengandung racun glukosida sianogenik yang sewaktu hidrolisis dapat menghasilkan asam sianida dan glukosa, dimana pada kadar yang tinggi racun ubi kayu dapat menyebabkan penyakit keracunan yang dinamakan dengan tropical atzic neutropathy. Untuk menghilangkan racun yang terdapat pada ubi kayu dapat dilakukan dengan cara sederhana, diantaranya dengan penggorengan, pengkukusan, penjemuran dan diolah menjadi makanan lain. Menurut Koch 1993, Bolhaiss 1954, dan de Bruijn 1971, berdasarkan kandungan zat racunnya ubi kayu dapat dibedakan seperti terlihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.1 Kandungan zat racun pada ubi kayu Tingkat Kandungan Kandungan Kadar HCN Tinggi 100 mgkg umbi basah kupas Sedang 50-100 mgkg umbi basah kupas Tidak beracun 50 mgkg umbi basah kupas Pembeli ubi kayu untuk kepentingan pakan yang besar dewasa ini adalah pabrik-pabrik pakan di negara-negara Masyarakat Ekonomi Eropa MEE yang mengimpor sebagian besar kebutuhannya dari Thailand. Indonesia sendiri pada tahun 1975 dan 1976 mengekspor gaplek dari Lampung sebanyak 180 dan 140 ribu ton. Potensi ekonomi negara-negara MEE bagi ubi kayu sebagian bahan baku penyusun pakan telah diketahui sejak tahun 1960-an. Pesatnya pertumbuhan permintaan terhadap ubi kayu sebagai bahan penyusun pakan di eropa berkaitan erat dengan kebijaksanaan pertanian bersama Common Agricultural Policy di negara- Universitas Sumatera Utara negara MEE sehubungan dengan harga-harga energi dan protein di pasaran internasional. Tabel 2.2 Standart kualitas ubi kayu Komponen Kualitas Kelembaban 13 – 14 Kandungan pati 70 – 75 Kandungan serat 5 Bahan asing 35 Sumber : Tjakroadikoesoemo 1993

2.2 Pati

Pati C 6 H 10 O 5 n 1. Pati yang belum termodifikasi, yaitu semua pati yang dihasilkan dari pabrik pengolahan dasar, misalnya tepung dari tapioka. telah dikenal di Mesir sejak 4000 tahun sebelum Masehi. Bahan ini dapat diperoleh dari berbagai macam tumbuh-tumbuhan terutama dari jagung, ubi kayu, ubi jalar, kentang, padi, gandum, dan sorgum. Di dalam perdagangan, dikenal 2 dua macam pati yaitu : 2. Pati yang telah termodifikasi, yaitu melalui cara hidrolisis oksidasi dan subsitusi. Produk-produk modifikasi tersebut diantaranya adalah : a. Thin boiling starch Pati ini biasanya dibuat dengan cara mengasamkan suspensi pati sampai pH tertentu, memanaskannya pada kondisi suhu tertentu sampai diperoleh derajat konversi atau modifikasi yang diinginkan. b. Pati teroksidasi Pati teroksidasi dibuat dengan cara yang sama dengan thin boiling starch, tetapi bahan konversinya digunakan natrium hipoklorit sebagai ganti asam. Universitas Sumatera Utara

2.3 Uraian Proses