Perombakan bahan organik dan biologis

2.3.3 Kerang

Jenis kerang baik jenis kecil yang disebut oister maupun jenis besar yang disebut klam merupakan indikator yang baik dalam memonitor suatu pencemaran lingkungan oleh logam. Hal tersebut disebabkan oleh sifatnya yang menetap dalam suatu habitat tertentu. Dari analisis logam dalam jaringan kerang tersebut dapat diketahui kadar pencemaran logam di daerah tersebut. Jenis kerang juga dapat dipakai untuk memonitor pengaruh konsentrasi logam terhadap kualitas air, faktor musim, temperatur, kadar air, diet, dan reproduksi. Dilaporkan juga bahwa oister dapat mengakumulasi logam berlipat ganda lebih besar daripada konsentrasi logam tersebut dalam air sekitarnya. Hal ini menunjukkan bahwa oister merupakan bioakumulator paling baik terhadap logam daripada organisme lainnya. Darmono,1995

2.4 Perombakan bahan organik dan biologis

Untuk penentuan unsur – unsur yang terkandung dalam suatu materi organik dan biologis, biasanya dibutuhkan perlakuan awal yang bertujuan untuk menguraikan atau merombak senyawa – senyawa bentuk organik menjadi senyawa bentuk anorganik. Proses perombakan tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti : 1. Tehnik pipa – pembakaran combustion – tube techniques. Digunakan terutama untuk penentuan unsur C, H, dan N 2. Tehnik destruksi kering dry – ashing techniques. Digunakan untuk unsur – unsur yang sukar menguap 3. Tehnik tabung – oksigen oxygen – flask techniques. Dapat digunakan untuk semua unsur 4. Tehnik destruksi basah disertai pemanasan termasuk metode kjeldahl, dapat juga digunakan untuk semua unsur 5. Peleburan dengan natrium peroksida digunakan untuk non logam. Destruksi kering merupakan yang paling umum digunakan dengan cara membakar habis bagian organik dan meninggalkan residu anorganik sebagai abu untuk analisis labih lanjut. Secara sederhana dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut : sampel Universitas Sumatera Utara diletakkan pada cawan quartz, porselin, platina dan dipanaskan dalam udara terbuka digunakan cawan penutup sampai semua materi organik terbakar habis dan meninggalkan residu berupa logam oksida dan senyawa – senyawa yang tidak mudah menguap seperti senyawa sulfat, posfat, dan silikat. Masalah utama dengan tekhnik yang sangat sederhana ini bahwa tiap unsur dapat diubah menjadi bentuk yang mudah menguap secara cepat sehingga hilang sebahagian atau keseluruhan logam tersebut. Kehilangan dengan cara penguapan ini menjadi lebih besar bila temperatur pengabuan sangat tinggi. Tetapi bila rendah maka sampel tidak akan diabukan secara keseluruhan dan ini juga menjadi faktor kesalahan. Maka prosedur ini sebaiknya dilakukan dalam tanur sehingga kita dapat mengatur temperatur dan menemukan temperatur yang cocok. Temperatur yang digunakan disesuaikan dengan unsur yang hendak dianalisis. Destruksi basah yaitu pemanasan sampel organik atau biologis dengan adanya pengoksidasi kuat seperti asam – asam mineral baik tunggal maupun campuran. Jika dalam sampel dimasukkan zat pengoksidasi, lalu dipanaskan pada temperatur yang cukup tinggi dan jika pemanasan dilakukan secara kontinu pada waktu yang cukup lama, maka sampel akan teroksidasi sempurna sehingga meninggalkan berbagai elemen – elemen pada larutan asam dalam bentuk senyawa anorganik yang sesuai untuk dianalisis Anderson, 1987. Berbagai bahan kimia yang sering digunakan untuk destruksi basah ini dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Asam sulfat sering ditambahkan ke dalam sampel untuk membantu mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. Asam sulfat merupakan bahan pengoksidasi yang kuat meskipun demikian waktu yang diperlukan untuk destruksi masih cukup lama. 2. Campuran asam sulfat dan kalsium sulfat dapat dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel. Kalsium sulfat akan menaikkan titik didih asam sulfat sehingga suhu destruksi dapat dipertinggi dan destruksi dapat lebih cepat. Universitas Sumatera Utara 3. Campuran asam sulfat, asam nitrat banyak digunakan untuk mempercepat proses destruksi. Kedua asam ini merupakan oksidator yang kuat. Dengan penambahan oksidator ini akan menurunkan suhu digesti bahan yaitu pada suhu 350 C, dengan demikian komponen yang dapat menguap atau terdekomposisi pada suhu tinggi dapat tetap dipertahankan dalam abu yang berarti penentuan kadar abu lebih baik. 4. Penggunaan asam perklorat dan asam nitrat dapat digunakan untuk bahan yang sangat sulit mangalami oksidasi. Dengan perklorat yang merupakan oksidator yang sangat baik memungkinkan destruksi dapat dipercepat. Kelemahan perklorat ini adalah bersifat mudah meledak sehingga cukup berbahaya, untuk ini harus sangat hati – hati dalam penggunaannya. Destruksi dengan bahan perklorat dan asam nitrat ini dapat berlangsung sangat cepat yaitu dalam 10 menit sudah dapat diselesaikan Sudarmaji, 1989. Beberapa cara analisis logam telah banyak dilakukan baik untuk keperluan diagnosis saja yaitu sistem kualitatif maupun keperluan penelitian yang lebih mendetail yaitu sisten kuantitatif. Sistem kualitatif dilakukan jika seseorang hanya ingin mengetahui jenis logam yang ada tetapi tidak dalam jumlahnya. Sedangkan sistem kuantitatif dilakukan untuk mengetahui secara detail berapa ppm logam tersebut. Biasanya sistem ini penting dilakukan untuk keperluan penelitian yang memerlukan sensitivitas yang tinggi. Bahan contoh untuk analisis ada bermacam – macam baik tanaman, pakan ternak, bahan pangan untuk manusia, organ hewan, dan sebagainya. Untuk bahan yang dikelompokkan bahan nabati, pakan dan makanan, bahan yanng dianalisis biasanya dicurigai mengandung logam yang tinggi atau terlalu rendah, sehingga menyebabkan toksik atau defisiensi pada hewan atau manusia. Digesti atau ekstraksi dari bahan tersebut dapat dilakukan dengan sistem kering atau sistem basah, tergantung keinginan penelitinya. a. Destruksi Kering pengabuan Cangkir porselin yang bersih sudah direndam HNO 3 10 dan dibilas dengan akuabides serta dikeringkan ditimbang. Masukkan sampel ke dalamnya dan Universitas Sumatera Utara ditimbang, kemudian dikeringkan dalam oven 60 C selama 3 hari. Ditimbang lagi dan dihitung berat kering sampel, usahakan berat sekitar 3 – 5 gram. Setelah dingin kemudian dimasukkan dalam furnace temperatur 100 C dan sedikit – sedikit dinaikkan sampai 550 C sekurang – kurangnya selama 8 jam. Dinginkan dan larutkan dengan asam klorida pekat ssekitar 10 mL, panaskan sampai volum menjadi 5 mL. Larutkan dalam 10 HCl, dimasukkan dalam gelas ukur melalui kertas saring whatman 42 dengan menggunakan corong plastik sampai volum menjadi 50 mL, kemudian dianalisis. 3 b. Destruksi Basah Cangkir porselin bersih ditimbang, kemudian masukkan dalam oven 60 C selama sekitar 3 hari. Cawan isi sampel kering ditimbang usahakan berat kering dengan cara menghitung berat keseluruhan dikurangi berat cangkir. Ditambahkan campuran larutan HNO : HClO = 4 : 1 sekitar 10 mL. Panaskan dalam hotplate dengan suhu 115 C. Setelah kering sempurna dengan warna keputihan tambahkan HNO 3 10 dan dibilas dengan akuabides. Saring dengan kertas saring whatman 42 masukkan dalam gelas ukur sampai volum larutan menjadi 50 mL, kemudian dianalisis. Darmono, 1995.   P   P 4

2.5 Spektrofotometri Serapan Atom