Proses perubahan spesi ion dari trivalen menjadi heksavalen dapat terjadi di dalam tubuh organisme, spesi ion dari heksavalen menjadi trivalen tidak pernah terjadi di
dalam tubuh organisme.
Selanjutnya diuraikan,
kromium bervalensi 3 merupakan unsur esensial pada makhluk hidup, karena berperan dalam metabolisme glukosa dan lipida. Defesiensi
kromium dapat memperlihatkan gejala diabetes melitus dan timbulnya platelet dalam pembuluh darah. Lebih dari itu, kromium dalam jumlah sedikit sangat dibutuhkan
makhluk hidup sebagai unsur mikro.
Dengan terjadinya pencemaran lingkungan, kadar unsur krom yang masuk ke dalam tubuh manusia dapat meningkat melebihi kadar normal kadar normal : 0,05
mgkg berat badan, baik melalui makanan maupun air minum, mencerna makanan yang mengandung kadar kromium tinggi bisa menyebabkan gangguan pencernaan,
berupa sakit lambung, muntah, dan pendarahan, luka pada lambung, konvulsi, kerusakan ginjal, dan hepar, bahkan dapat menyebabkan kematian, Widowati, 2008
Untuk mencegah dampak negatif dari logam berat krom terhadap kesehatan manusia, maka badan kesehatan dunia WHO telah menetapkan kadar krom
heksavalen yang diperbolehkan dalam air minum maksimum 0,05 ppm, dan hal yang telah ditetapkan pula dalam baku mutu lingkungan untuk air golongan A dengan kadar
yang sama yakni 0,05mgL MEN. NEG KLH,1988 sedang baku mutu logam Cr untuk
biota laut adalah 0,05 mgKg WHO,1988
2.3 Ikan, Udang, Kerang
2.3.1. Ikan
Ikan yang temasuk kelas teleostei adalah hewan air yang selalu bergerak. Kemampuan gerak yang cepat inilah yang menyebabkan ikan tidak banyak
berpengaruh pada kondisi pencemaran logam seperti makhluk lainnya kepiting, udang dan kerang. Ikan-ikan yang hidup di laut lepas jarang dipakai sebagai indikator
pencemaran logam berat, tetapi pada lokasi tertentu yang daerah hidupnya terbatas
Universitas Sumatera Utara
seperti di sungai, danau ikan air tawar dan di teluk air laut, ikan-ikan itu akan menderita pada kondisi tercemar. Banyak penelitian mengenai toksisitas logam pada
ikan yang hidup di air tawar dan di air laut dilakukan baik di lapangan maupun di laboratorium.
Penelitian mengenai pengikatan logam oleh protein dalam jaringan ikan yang disebut metalotionin MTN telah dilaporkan oleh Brown 1982. Ikan Salmon yang
dipelihara dalam air yang mengandung Hg kemudian diamati perubahan patologinya dalam hati mengandung MTN-Hg secara maksimumjenuh. Hal ini menunjukkan
bahwa enzim hati yang berupa protein mengikat Hg sehingga menjadi metaloenzim dengan berat molekul yang tinggi dalam fraksi elektroforesis.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa kandungan MTN dapat digunakan sebagai indikator untuk mengetahui tingkat pencemaran air tawar dalam suatu
lingkunghan tertentu. Ikan yang ditangkap dalam sebuah danau atau sungai yang tercemar oleh sampah industri atau pertambangan menunjukkan adanya MTN yang
mengandung Cu atau Zn yang kenaikan kandungan logamnya dapat meningkat sampai 4-6 kali lipat dari yang normal.
2.3.2 Udang
Hewan air yang termasuk dalam krustasea baik yang hidup di air tawar maupun di air laut selalu mencari makan di dasar air. Sifatnya yang detrivorus pemakan sisa-
sisa inilah yang menyebabkan hewan ini cukup baik untuk indikator polusi logam berat. Banyak penelitian mengenai pengaruh logam terutama Hg, Pb, Cd, Cu, dan Zn
terhadap jenis krustasea ini yaitu kepiting, udang, dan hewan beruas lainnya. Derajat akumulasi logam ke dalam jaringan krustacea ini tergantung pada faktor dan kondisi
lingkungan yaitu kadar garam, pH dan temperatur.
Proses mekanisme absorpsi, ekskresi, detoksikasi dan akumulasi menunjukkan bahwa hewan tingkat tinggi mempunyai kemampuan meregulasi logam dalam
tubuhnya walaupun ada perubahan konsentrasi logam dalam air sekitarnya.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 Kerang