Patofisiologi Gejala Klinis dan Diagnosis

Universitas Sumatera Utara Sumber : http:www.dpd.cdc.govdpdxhtmlAscariasis.htm Gambar 2.2.Daur Hidup Cacing Ascaris

2.1.1.2 Patofisiologi

Gejala yang timbul pada penderita dapat disebabkan oleh cacing dewasa dan larva. Gangguan karena larva biasanya terjadi saat berada di paru. Pada orang yang rentan terjadi perdarahan kecil di dinding alveolus dan timbul gangguan pada paru disertai batuk, demam dan eosinofilia. Pada foto thoraks tampak infiltrat yang menghilang dalam waktu 3 minggu. Keadaan ini disebut Sindroma Loeffler. Akumulasi sel darah putih dan epitel yang mati membuat sumbatan menyebabkan Ascaris pneumonitis Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008. Menurut Effendy yang dikutip Surat Keputusan Menteri Kesehatan 2006 disamping itu gangguan dapat disebabkan oleh larva yang masuk ke paru-paru sehingga dapat menyebabkan perdarahan pada dinding alveolus yang disebut Sindroma loeffler. Gangguan yang disebabkan oleh cacing dewasa biasanya ringan. Kadang-kadang penderita mengalami gangguan usus ringan seperti mual, nafsu makan berkurang, diare dan konstipasi. Pada infeksi berat, terutama pada anak-anak dapat terjadi gangguan penyerapan makanan Malabsorbtion. Keadaan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara yang serius, bila cacing menggumpal dalam usus sehingga terjadi penyumbatan pada usus Ileus obstructive.

2.1.1.3 Gejala Klinis dan Diagnosis

Pada kebanyakan kasus tidak terdapat gejala. Namun, indikasi dari adanya Ascaris adalah gangguan nutrisi dan akan mengganggu pertumbuhan anak. Pada umumnya pasien akan mengalami demam, urticaria, malaise, kolik intestinal, mual, muntah, diare. Migrasi larva Ascaris melewati paru akan menyebabkan pneumonitis dan bronchospasm. Pada umumnya akan didapati eosinofilia. Kadang – kadang ascariasis dapat mengancam jiwa jika dalam situasi : 1. Ketika dalam jumlah besar cacing membentuk bolus dimana menyebabkan sumbatan pada lumen intestinal akan menyebabkan tanda dan gejala obstruksi intestinal akut. 2. Pada migrasi ektopik, menyebabkan cacing memasuki appendiks, saluran empedu, dan duktus pankreas. Ketika cacing mencapai traktus biliaris menyebabkan kolik berat dan menghasilkan cholangitis supuratif dan abses hepar Zaman,V.,Keong,L.,1982. Cara menegakkan diagnosa penyakit adalah dengan pemeriksaan tinja secara langsung. Adanya telur dalam tinja memastikan diagnosa askariasis. Selain itu diagnosis dapat dibuat bila cacing dewasa keluar sendiri baik dari mulut atau hidung karena muntah maupun melalui tinja Abidin,A.,Margono,S.,Supali,T.,2008.

2.1.1.4 Epidemiologi