HASIL PENELITIAN Perbedaan Rata-Rata Regiditas Okuler Pada Miopia dan Hipermetropia di RSUP H. Adam Malik Medan

III.6 ANALISIS DATA Setelah data dikumpulkan lalu ditabulasi. Untuk mengetahui perbedaan rigiditas okular pada penderita miopia dan hipermetropia dilakukan uji t-test jika data dari 2 kelompok ini berdistribusi normal,sebaliknya dapat digunakan uji Mannwhitney 23 . III.7. DEFINISI OPERASIONAL Miopia merupakan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar dengan sumbu bola mata tanpa akomodasi dibias di depan retina. Hipermetropia merupakan kelainan refraksi dimana sinar-sinar sejajar dengan sumbu bola mata tanpa akomodasi dibias dibelakang retina. Rigiditas okuler merupakan tahanan bola mata terutama sklera terhadap kemungkinan membesarnya bola mata.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 1 Februari 2003 sampai dengan 30 April 2003 di RSUP H. Adam Malik Medan.Terdapat 30 orang penderita miopia dengan 56 mata,dan 17 orang penderita hipermetropia dengan 30 mata. Tabel 1.Distribusi penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan umur Miopia Hipermetropia Jumlah Umur n n n 20 tahun 7 14,9 0,0 7 14,9 21-30 tahun 10 21,3 0,0 10 21,3 31-40 tahun 6 12,8 7 14,9 13 27,7 41-50 tahun 7 14,9 7 14,9 14 29,8 50 tahun 0,00 3 6,4 3 6,4 Jumlah 30 63,8 17 36,2 47 100 Pada tabel 1 memperlihatkan jumlah penderita miopia dan hipermetropia yang berobat ke RS H.A.Malik yang diamati berdasarkan umur. Kelompok umur yang terbanyak adalah umur 41-50 tahun yaitu 29,8. Tabel 2. Distribusi penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan jenis kelamin Miopia Hipermetropia Jumlah Jenis Kelamin n n n Perempuan 17 36,2 10 21,3 27 57,4 Laki-laki 13 27,7 7 14,9 20 42,6 Jumlah 30 63,8 17 36,2 47 100 Pada tabel 2 memperlihatkan jumlah penderita miopia dan hipermetropia yang berobat ke RS H A Malik yang diamati berdasarkan jenis kelamin.Didapat lebih banyak perempuan 57,4 dari laki-laki 42,6. ©2003 Digitized by USU digital library 8 Tabel 3. Distribusi penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan suku Miopia Hipermetropia Jumlah Suku n n n Karo 15 31,9 7 14,9 22 46,8 Melayu 2 4,3 2 4,3 4 8,5 Batak Toba 4 8,5 4 8,5 8 17,0 Mandailing 1 2,1 1 2,1 Aceh 3 6,4 2 4,3 6 12,8 Jawa 3 6,4 1 2,1 4 8,5 Minang 2 4,3 1 2,1 3 6,4 Jumlah 30 63,8 17 36,2 47 100 Pada tabel 3 memperlihatkan penderita miopia dan hipermetropia yang berobat ke RSUP HA.Malik berdasarkan suku. Rata-rata penderita miopia dan hipermetropia adalah suku Karo 46,8. Tabel 4. Distribusi penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan tingkat Pendidikan Miopia Hipermetropia Jumlah Pendidikan n n n SD 2 4,3 2 4,3 4 8,5 SMP 6 12,8 4 8,5 10 21,3 SMA 17 36,2 8 17,0 25 53,2 D3 2 4,3 1 2,1 3 6,4 Sarjana 3 6,4 2 4,3 5 10,6 Jumlah 30 63,8 17 36,2 47 100 Pada tabel 4 memperlihatkan jumlah penderita miopia dan hipermetropia yang berobat ke RSUP HA Malik berdasarkan tingkat pendidikan. Rata-rata penderita miopia dan hipermetropia berpendidikan SMA 53,2 . Tabel 5. Distribusi penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan pekerjaan Miopia Hipermetropia Jumlah Pekerjaan n n n IRT 3 6,4 3 6,4 6 12,8 Pelajar 7 14,9 0,0 7 14,9 PNS 15 31,9 10 21,3 25 53,2 Supir 1 2,1 0,0 1 2,1 Wiraswasta 2 4,3 2 4,3 4 8,5 Mahasiswa 2 4,3 0,0 2 4,3 Peg.swasta 0 0,0 1 2,1 1 2,1 Pensiunan PNS 0,0 1 2,1 1 2,1 Jumlah 30 63,8 17 36,2 47 100 ©2003 Digitized by USU digital library 9 Pada tabel 5 memperlihatkan jumlah penderita miopia dan hipermetropia yang berobat ke RSUP HA Malik berdasarkan pekerjaan. Kebanyakan penderita miopia dan hipermetropia pekerjaannya PNS pegawai negri sipil yaitu 53,2. Tabel 6. Distribusi penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan besarnya dioptri koreksi kaca mata Miopia Hipermetropia Jumlah n n n Ringan :- 3.00 D 43 50,0 25 29,07 68 79,07 Sedang : -3.00 – 6.00 D 13 15,12 5 5,81 18 20,93 Berat : -6.00 – 9.00 D 0,0 0,0 0,0 Jumlah 56 65,12 30 34,88 86 100 Pada tabel 6 memperlihatkan penderita miopia dan hipermetropia yang berobat ke RSUP HA Malik berdasarkan besarnya dioptri koreksi kacamata. Rata-rata penderita miopia dan hipermetropia adalah miopia dan hipermetropia ringan 79,07 . Tabel 7. Hasil uji beda koreksi, tekanan intraokuli TIO, rigiditas okuler mata kanan OD dan mata kiri OS penderita miopia n X ± SD Probability Koreksi a OD 28 2,14 ± 1,35 0,803 OS 28 2,05 ± 1,31 TIO a OD 28 17,04 ± 1,95 0,727 OS 28 17,21 ± 1,85 Rigiditas Okuler b OD 28 0,0211 ± 0,00599 0,600 OS 28 0,0198 ± 0,00489 a : uji t independent b : uji Mann Whitney Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil uji t independent penderita miopia berdasarkan koreksi dan TIO mata kanan dan kiri menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada kedua mata p 0,05 . Hasil uji Mann Whitney penderita miopia berdasarkan rigiditas okuler mata kanan dan kiri menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada kedua mata p 0,05 . Tabel 8. Hasil uji beda koreksi, tekanan intraokuli TIO, rigiditas okuler mata kanan OD dan mata kiri OS penderita hipermetropia n X ± SD Probability Koreksi a OD 16 1,4 ± 0,85 0,712 OS 14 1,3 ± 0,89 TIO a OD 16 17,38 ± 1,50 0,515 OS 14 17,00 ± 1,62 Rigiditas okuler a OD 16 0,0224 ± 0,00461 0,542 OS 14 0,0234 ± 0,00435 a : uji t independent ©2003 Digitized by USU digital library 10 Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil uji t independent penderita hipermetropia berdasarkan koreksi, TIO, rigiditas okuler mata kanan dan kiri menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada kedua mata p0,05. Tabel 9.Hasil uji tekanan intraokuli TIO, rigiditas okuler penderita miopia ringan dan hipermetropia ringan n X ± SD Probability TIO a Miopia 43 16,70 ± 1,78 0,076 Hipermetropia 25 17,44 ± 1,36 Rigiditas okuler a Miopia 43 0,0217 ± 0,00321 0,066 Hipermetropia 25 0,0222 ± 0.00487 a : uji t independent Tabel 9 menunjukkan bahwa hasil uji t independent penderita miopia dan hipermetropia ringan berdasarkan TIO dan rigiditas okuler menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada kedua kelompok p0,05. Tabel 10.Hasil uji tekanan intraokuli TIO,rigiditas okuler penderita miopia sedang dan hipermetropia sedang n X ± SD Probability TIO a Miopia 13 18,54 ± 1,56 0,011 Hipermetropia 5 16,00 ± 2,00 Rigiditas okuler a Miopia 13 0,0147 ± 0,00264 0,010 Hipermetropia 5 0,0286 ± 0,00564 a : uji t independent Tabel 10 menunjukkan bahwa hasil uji t independent penderita miopia dan hipermetropia sedang berdasarkan TIO dan rigiditas okuler menunjukkan perbedaan yang bermakna p0,05. Tabel 11. Hasil uji beda koreksi, tekanan intraokuli TIO, rigiditas okuler penderita miopia dan hipermetropia n X ± SD Probability Koreksi a miopia 56 2,0982 ± 1,3183 0,007 c hipermetropia 30 1,3667 ± 0,8553 TIO b miopia 56 17,13 ± 1,89 0,904 hipermetropia 30 17,20 ± 1,54 Rigiditas okuler b miopia 56 0,0205 ± 0,00546 0,036 c hipermetropia 30 0,0229 ± 0,00444 a : uji t independent b : uji Mann Whitney c : signifikan Tabel 11 menunjukkan bahwa hasil uji t independent penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan koreksi menunjukkan perbedaan bermakna antara miopia dan hipermetropia p0,05. ©2003 Digitized by USU digital library 11 Hasil uji Mann Whitney penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan TIO menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna pada penderita miopia dan hipermetropia p0,05. Hasil uji Mann Whitney penderita miopia dan hipermetropia berdasarkan rigiditas okuler menunjukkan perbedaan bermakna p0,05. Hal ini menunjukkan bahwa rigiditas okuler penderita hipermetropia lebih tinggi dari rigiditas okuler penderita miopia.

BAB V DISKUSI DAN PEMBAHASAN