dengan akomodasi terus menerus,terutama bila pasien masih muda dan daya akomodasinya masih kuat.
Hipermetropia total,hipermetropia yang ukurannya didapatkan sesudah diberikan sikloplegia
.6,7,10,13,15
Contoh pasien hipermetropia : Pasien usia 25 tahun,dengan tajam penglihatan 620
Dikoreksi dengan sferis + 2.00 → 66 Dikoreksi dengan sferis + 2.50 → 66
Dikoreksi dengan sikloplegia,sferis + 5.00 → 66 Maka pasien ini mempunyai :
Hipermetropia absolut sferis + 2.00 Hipermetropia manifes sferis + 2.50
Hipermetropia fakultatif sferis + 0.50 Hipermetropia laten sferis + 2.50
Pada pemeriksaan funduskopi didapatkan gambaran optic disc kecil,banyak pembuluh darah, batasnya tidak tegas seperti gambaran funduskopi pada
papillitis,sehingga disebut pseudopapillitis
.17,18
II.3 RIGIDITAS OKULER Rigiditas okuler merupakan resistensi bola mata terhadap perubahan volume
dalam bola mata, resistensi ini dimanifestasikan sebagai perubahan tekanan intra okuler
.19
Friedenwald menyatakan bila volume berubah secara linear maka tekanan berubah secara eksponensial, yang akan memberikan hubungan dPP = EdV ,
integrasi untuk tonometer menjadi: Log Pt – log Po = E Vc dan
Log Pt1 – log Pt2 = E Vc1 – Vc2 Dimana Pt : tekanan tonometer
Pt1-Pt2 : tekanan tonometer dengan pemberat berbeda Po : tekanan intraokuli sebelum tonometri
E : koefisien rigiditas okuler Vc1-Vc2: volume indentasi kornea
Friedenwald menyimpulkan bahwa nilai E bervariasi dari setiap mata,nilai rata- ratanya adalah 0,0215
.4,8,18
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi rigiditas okuler yaitu
:8
Ukuran bola mata Kekenyalan pembungkus korneosklera
Efek bantalan dari sirkulasi uvea Distensi bola mata sebelumnya
Umur Rigiditas okuler mata menurun pada miopia, dysthyroid ophthalmopathy,
pemakaian miotikum jangka lama, operasi ablasio retina atau compressible gas. Rigiditas okuler mata meninggi pada hipermetropia, glaukoma yang lama
.1,2,3
Pembesaran bola mata pada miopia sebagai akibat bertambahnya volume bola mata akan menurunkan rigiditas okuler, hubungan ini dinyatakan dalam
koefisien kekakuan dinding bola mata yaitu kenaikan setiap millimeter kubik volume bola mata akan menurunkan rigiditas okuler sebesar 0,00207.
Dengan menipisnya sklera pada miopia distensi bola mata dapat menjadi lebih besar dari normal, sehingga akan menurunkan rigiditas okuler pada penderita miopia
. 1,2,7,8,20
©2003 Digitized by USU digital library
4
III.4 TONOMETER SCHIOTZ Tonometer Schiotz merupakan tonometer indentasi yang dipakai sampai saat
ini. Pertama kali diperkenalkan tahun 1905 yang kemudian dimodifikasi tahun1924.Terdiri dari 3 bagian yaitu: foot plate,plunger,handle dan beban pemberat
5,5 ; 7,5 ;10 ;15 gr
.1,2,3,15,21,22
Keuntungan dari tonometer Schiotz yaitu : Konstruksinya sederhana
Dapat dibawa kemana-mana Harganya relatif murah
Mudah digunakan Tekanan bola mata diukur dengan meletakkan tonometer pada kornea dan
mengukur dalamnya indentasi kornea oleh plunger yang diberi beban tertentu. Skala yang terdapat pada tonometer dikalibrasi dimana 1 unit skala menunjukkan 0,05
mm penonjolan plunger indentasi
.1,2,3,22
Teknik untuk melakukan pemeriksaan rigiditas okuler adalah
:4
Diukur tekanan bola mata dengan tonometer Schiotz dengan beban pemberat 5,5 dan 10 gram atau 7,5 dan 15 gram.
Dengan beban 5,5 dan 10 gr dilakukan pembacaan skala tonometer dan dimasukkan ke dalam nomogram Friedenwald
Dengan tabel didapatkan Po. Dibuat garis penghubung antara kedua titik ini beban 5,5 dan 10 gr
Dibuat garis sejajar melalui titik 0 dengan garis penghubung tersebut Garis ini akan memotong garis lengkung tabel
Pada titik potong garis ini dengan ordinat akan memberikan tekanan Po dan pada lengkung garis ini merupakan angka rigiditas okuler.
Gambar diambil dari kepustakaan 19
©2003 Digitized by USU digital library
5
Gambar diambil dari kepustakaan 4 B.KERANGKA KONSEPSIONAL
DIUKUR
MIOPIA
HIPERMETROPIA TONOMETER SCHIOTZ
TABEL FRIEDENWALD
RIGIDITAS OKULER
©2003 Digitized by USU digital library
6
BAB III METODOLOGI PENELITIAN