BAB 5 PEMBAHASAN
5.1. Karakteristik Organisasi UKGS
Berdasarkan karakteristik organisasi UKGS, hasil penelitian menunjukkan sarana dan prasarana pada sebahagian besar puskesmas 75 di kota Binjai
termasuk cukup Tabel 4.5, yang mana sarana transportasi untuk mengangkut petugas dan peralatan UKGS ke sekolah dasar masih belum dimanfaatkan untuk
pelaksanaan program UKGS. Sarana transportasi yang ada di puskesmas selama ini digunakan hanya untuk program KIAKB dan Posyandu. Adanya motivasi dari
pimpinan puskesmas dalam pemanfaatan sarana transportasi untuk pelaksanaan program UKGS sangat diharapkan agar didapat pemecahan masalah ini. Indikator
sarana dan prasarana lainnya seperti kartu status dan alat tulis, alat peraga, UKGS kit, bahan dan obat-obatan sudah tersedia di puskesmas. Jadi sebenarnya kendala
dapat diatasi dan beberapa indikator sarana dan prasarana sudah cukup memadai untuk mendukung pelaksanaan program UKGS.
Biaya operasional pada sebahagian besar puskesmas 75 di Kota Binjai termasuk cukup Tabel 4.5, yang mana puskesmas memanfaatkan biaya
operasional puskesmas untuk melaksanakan program UKGS berdasarkan kemampuan masing-masing puskesmas sementara tidak ada dana dari pihak
swasta, perusahaan atau donatur dari masyarakat yang membantu membiayai pelaksanaan program UKGS. Motivasi dari Dinas Kesehatan Unit Pelayanan
Kesehatan untuk mengalokasikan biaya operasional khusus pelaksanaan program UKGS akan sangat membantu dalam mengatasi keterbatasan biaya operasional di
49
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
50
puskesmas dalam melaksanakan program UKGS misalnya melakukan perawatanpenambalan gigi seluruh siswa SD binaan puskesmas yang
memerlukannya. Masyarakat swasta juga dapat dilibatkan dengan melakukan penyuluhan tentang pentingnya melakukan pencegahan dan perawatan kesehatan
gigi dan mulut siswa SD sejak usia dini serta menjelaskan kendala biaya kepada orangtua siswa melalui wadah komite sekolah, minimal orangtua termotivasi
untuk membawa anaknya ke dokter gigi di puskesmas untuk pemilik kartu askes dan askin atau ke klinik swasta.
Sebahagian besar petugas UKGS 62,5 sudah lengkap Tabel 4.5. Penyebaran tenaga dokter gigi sudah merata di setiap puskesmas namun tenaga
perawat gigi masih belum mencukupi. Motivasi dari Kepala Dinas Kesehatan untuk menambah tenaga perawat gigi akan membantu menyelesaikan
permasalahan ini. Unit sekolah tempat dilaksanakannya program UKGS sebahagian besar
62,5 dalam kategori cukup Tabel 4.5, yang mana partisipasi kepala sekolahguru masih kurang dalam mendukung program UKGS, serta komite
sekolah yang sama sekali tidak dilibatkan dalam pelaksanaan program UKGS. Motivasi pimpinan puskesmas dan Dinas Kesehatan Unit Promosi Kesehatan
mengenai promosi dan penyuluhan tentang pentingnya dukungan pihak sekolah dan orangtua dalam pemeliharaan dan perawatan kesehatan gigi dan mulut siswa
SD melalui program UKGS akan dapat memaksimalkan pelaksanaan program UKGS puskesmas.
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
51
Pada umumnya monitor dan evaluasi puskesmas 87,5 di kota Binjai masuk kategori cukup Tabel 4.5, yang mana puskesmas tidak melakukan
pemetaan jumlah SD dan SD yang telah menjalankan kegiatan UKGS. Sedangkan indikator lainnya sudah ada yaitu perencanaan program UKGS pada mini
lokakarya puskesmas, catatan harian setiap pelaksanaan program UKGS, kartu perawatan siswa serta laporan bulanan puskesmas. Motivasi pimpinan puskesmas
untuk membicarakannya pada setiap rapat mini lokakarya puskesmas, misalnya dengan mengusulkan pelatihan petugas UKGS untuk pemetaan data jumlah SD
dan SD yang telah menjalankan UKGS sehingga dapat memaksimalkan kegiatan monitor dan evaluasi. Khusus format laporan UKGS sebaiknya dibuat dalam
bentuk laporan klinis yaitu dijelaskan tindakan klinis yang telah dilakukan pada kegiatan UKGS di SD.
5.2. Kinerja Program UKGS
5.2.1. Cakupan Program UKGS Berdasarkan cakupan program UKGS, hasil penelitian untuk cakupan
sekolah yang melaksanakan UKGS masih kurang pada Puskesmas Tanah Tinggi yaitu 0 Tabel 4.7, sedangkan Menurut Depkes RI 1996 sasaran SDMI
UKGS dalam wilayah kerja puskesmas adalah 100. Untuk cakupan pelaksanaan sikat gigi masal di sekolah, Puskesmas Kebun
Lada dan Tanah Tinggi mempunyai cakupan yang kurang yaitu 20 dan 0 Tabel 4.7 sedangkan menurut Depkes RI 1996, target atau sasaran yang telah
ditetapkan adalah minimal 80 SDMI melaksanakan sikat gigi masal.
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
52
Pada cakupan siswa kelas selektif yang memperoleh perawatan ternyata ketiga puskesmas masuk dalam kategori kurang yaitu 0-22 Tabel 4.7,
sedangkan menurut Depkes RI 1996, target atau sasaran yang telah ditetapkan adalah minimal 80 SDMI mendapatkan perawatan gigi dan mulut berdasarkan
permintaan dan kebutuhan. Selanjutnya cakupan pembinaan petugas UKGS ke SD pada Puskesmas
Binjai Kota dan Kebun Lada sudah memenuhi target minimal yaitu pembinaan petugas UKGS sebanyak 2 kali pertahun per SD Tabel 4.7, sesuai menurut
Depkes RI 2000, target atau sasaran yang telah ditetapkan adalah minimal 2 kali pertahun petugas UKGS melakukan pembinaan ke SDMI. Motivasi dari
pimpinan puskesmas untuk meningkatkan kunjungan petugas UKGS ke SD akan dapat meningkatkan cakupan puskesmas, dapat juga melakukan pelatihan
terhadap guru olah raga, dokter kecil atau petugas lainnya agar dapat melakukan pemeriksaan gigi siswa SD dan melakukan rujukan ke orangtua siswa selanjutnya
membawa anaknya berobat ke dokter gigi di puskesmas atau klinik gigi. 5.2.2. Status Kesehatan Gigi dan Mulut
5.2.2.1. Status Oral Higiene Status OHIS siswa SD pada ketiga puskesmas terpilih termasuk kategori
cukup yaitu 2,45 menurut Green dan Vermillion Tabel 4.8. Berdasarkan penelitian Girsang 2003, rerata indeks OHIS untuk siswa SD tuna netra dan
tidak tuna netra usia 12 tahun di Medan adalah 2,17 yang masuk kategori cukup. Hal ini sesuai dengan rerata OHIS siswa SD Kota Binjai yang juga kategori
cukup.
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
53
5.2.2.2. Status Periodontal Secara umum status periodontal siswa SD di ketiga puskesmas terpilih
termasuk baik setiap siswa mempunyai 4-5 sekstan gusi sehat Tabel 4.11. Hal ini berkait dengan status oral higiene yang cukup pada ketiga puskesmas terpilih,
karena oral higiene yang baik akan menyebabkan status periodontal yang baik, sesuai dengan penelitian Ramola 2006 pada siswa SD kelas 6 di wilayah kerja
Puskesmas Kotamatsum yang mana status periodontal juga baik setiap siswa mempunyai 3 sekstan gusi sehat.
5.2.2.3. Status Karies Gigi Pada ketiga puskesmas terpilih memiliki tingkat keparahan DMF-T yang
sama yaitu sedang 2,77 menurut WHO. Sesuai dengan hasil penelitian Ramola 2006 yang mendapatkan rerata pengalaman karies gigi DMF-T sebesar 2,37
gigi pada siswa SD di wilayah kerja Puskesmas Kotamatsum Medan, sedangkan menurut Survei Profil Kesehatan Gigi dan Mulut di Indonesia pada Pelita VI
1995, status karies gigi DMF-T indeks kelompok umur 12 tahun adalah 2,21. Rerata DMF-T siswa SD masih dalam indikator sehat 2000 DMF-T 3 namun
belum dapat mencapai indikator sehat 2010 DMF-T2. 5.3. Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Kinerja Program UKGS
5.3.1. Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Cakupan Pelayanan UKGS Puskesmas kategori baik Binjai Kota mempunyai 2 unsur cakupan
pelayanan UKGS baik, namun pada cakupan perawatan siswa kelas selektif masih kurang, yang mana puskesmas mempunyai keterbatasan biaya operasional dalam
melakukan perawatanpenambalan terhadap seluruh siswa kelas selektif yang
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
54
memerlukan perawatanpenambalan. Permasalahan akan teratasi dengan adanya motivasi Dinas Kesehatan Unit Pelayanan Kesehatan dalam menetapkan
anggaran untuk operasional perawatanpenambalan gigi siswa kelas selektif di puskesmas. Bahkan jika perlu untuk SD yang lokasinya jauh dari puskesmas dapat
dikirim mobil puskesmas keliling atau klinik gigi lapangan yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan Kota Binjai sebanyak 2 unit sehingga perawatanpenambalan
gigi siswa kelas selektif dapat terjangkau secara keseluruhan. Puskesmas kategori cukup Kebun Lada mempunyai 2 unsur cakupan
pelayanan UKGS kategori cukup. Kekurangan puskesmas ini adalah tidak melaksanakan perawatan pada semua siswa kelas selektif yang memerlukan
tindakan sama seperti Puskesmas Binjai Kota. Juga tidak melaksanakan sikat gigi masal pada semua SD binaannya, yang mana berkaitan dengan petugas
UKGS yang kurang aktif, kurangnya dukungan sarana dan prasarana serta biaya operasional dari puskesmas untuk pelaksanaan sikat gigi masal di seluruh sekolah
dasar pada wilayah kerja puskesmas. Motivasi pimpinan dan tenaga kesehatan gigi puskesmas dalam mencari alternatif lain untuk pelaksanaan sikat gigi masal
misalnya dengan melibatkan siswa SD untuk membawa sikat gigi dan pasta gigi dari rumah masing-masing pada waktu pelaksanaan sikat gigi bersama di sekolah
akan membantu mengatasi masalah cakupan ini. Selanjutnya setelah selesai sikat gigi masal dilanjutkan dengan kumur-kumur dengan larutan fluor untuk mencegah
karies gigi siswa SD. Puskesmas kategori kurang Tanah Tinggi semua cakupan pelayanan
UKGSnya kurang, mengindikasikan bahwa puskesmas ini tidak menjalankan
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
55
program UKGS yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Sebenarnya sudah ada tenaga kesehatan gigi di Puskesmas Tanah Tinggi, sarana dan prasarana juga
cukup memadai untuk pelaksanaan program UKGS. Motivasi dan kebijaksanaan pimpinan dan tenaga kesehatan gigi puskesmas untuk mulai melaksanakan
kegiatan program UKGS ke SD akan mengatasi permasalahan ini, juga ada pembinaan dari Dinas Kesehatan tentang pelaksanaan program UKGS di
puskesmas dan menerapkan sistem reward and punishment . 5.3.2. Hubungan Karakteristik Organisasi dengan Status Kesehatan Gigi Mulut
5.3.2.1. Hubungan Karakteristik Organisasi dengan OHIS Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik, ada hubungan antara
karakteristik organisasi UKGS puskesmas dengan OHIS siswa SD Tabel 4.12, meskipun status oral higiene ketiga puskesmas kategorinya cukup Green dan
Vermillion. Belum maksimalnya pemanfaatan dan pelaksanaan unsur karakteristik organisasi UKGS terutama keterbatasan biaya operasional dan
minimnya dukungan unit sekolah, sehingga rerata OHIS siswa SD di Kota Binjai hanya berada pada kategori cukup. Tindakan edukatif yang ditanamkan melalui
penyuluhan mengenai kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut oleh petugas UKGS sudah dapat diterima oleh sebahagian siswa SD, demikian juga halnya
dengan upaya sikat gigi masal yang sudah diupayakan petugas UKGS pada masing-masing puskesmas. Sebahagian siswa mengerti dan memahami
pentingnya dan bagaimana cara menyikat gigi yang baik dan benar sehingga secara umum memiliki status kebersihan gigi dan mulut yang cukup. Untuk
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
56
meningkatkan status OHIS dari cukup menjadi baik dapat dilakukan dengan meningkatkan frekuensi penyuluhan ke SD.
Berdasarkan hasil penelitian ternyata lokasi sekolah tidak mempengaruhi rerata OHIS siswa SD karena baik lokasi terdekat dan terjauh sama-sama berada
dalam kategori cukup. 5.3.2.2. Hubungan Karakteristik Organisasi dengan CPITN
Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik, ada hubungan antara karakteristik organisasi UKGS puskesmas dengan indeks CPITN siswa SD Tabel
4.12, yang mana status periodontal ketiga puskesmas berada dalam kategori baik setiap siswa mempunyai 4-5 sekstan gusi sehat. Berdasarkan lokasi penelitian,
ternyata tidak ada perbedaan CPITN siswa SD antara jarak SD terjauh dan terdekat dari puskesmas kategori baik, cukup dan kurang Tabel 4.13. Hal ini
dapat dijelaskan karena rerata CPITN pada ketiga puskesmas sudah baik. 5.3.2.3. Hubungan Karakteristik Organisasi dengan DMF-T
Berdasarkan hasil penelitian dan uji statistik, tidak ada hubungan antara karakteristik organisasi UKGS puskesmas dengan DMF-T siswa SD Tabel 4.16,
dan tingkat keparahan karies gigi DMF-T pada ketiga puskesmas masuk dalam tingkatan sedang WHO. Upaya penurunan insidens karies gigi bermakna adalah
dengan cara pemakaian fluor misalnya kumur-kumur dengan larutan fluor di sekolah atau pengolesan dengan larutan fluor di klinik gigi. Apabila biaya
operasional tidak memadai untuk pengadaan larutan fluor yang mahal , dapat menggantinya dengan teh hijau yang mana harganya lebih ekonomis dan
kandungan fluornya tinggi. Selain itu, tindakan pencegahan karies gigi siswa SD
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
57
dapat dilakukan dengan kontrol sukrosa di kantin sekolah, yaitu mengawasi jajanan di kantin sekolah. Upaya pencegahan karies gigi dalam program UKGS
masih berupa penyuluhan dan sikat gigi masal, hal ini kurang bermakna dibandingkan dengan pemakaian fluor. Dengan demikian rerata DMF-T siswa SD
pada puskesmas kategori baik tidak lebih rendah dibandingkan dengan puskesmas kategori kurang.
Pada puskesmas kategori baik seharusnya rerata F gigi yang ditambal lebih tinggi dibandingkan puskesmas yang kurang dan proporsi F lebih besar
dibandingkan dengan D gigi berlubang. Hasil penelitian menunjukkan rerata F sangat rendah yaitu 0,03 pada puskesmas baik dan puskesmas kurang 0,02 Tabel
4.10. Hal ini menunjukkan tidak berjalannya cakupan perawatan siswa kelas selektif sehingga siswa SD dengan gigi berlubang tidak mendapat
perawatanpenambalan. Dengan demikian diperlukan upaya peningkatan untuk perawatan gigi berupa penambalan gigi pada siswa kelas 6 agar gigi yang
berlubang decay tidak menjadi busuk sehingga harus dicabut. 5.4. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan diantaranya : 1.
Data tentang cakupan pelayanan UKGS adalah data sekunder yang berasal dari keterangan petugas UKGS puskesmas, jadi peneliti tidak melihat
langsung pelaksanaan program UKGS dan tidak mengkonfirmasikan kepada kepala sekolah sehingga data yang dilaporkan baik belum tentu sama dengan
yang sebenarnya.
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
58
2. Sampel penelitian hanya siswa kelas 6 untuk melihat perawatan komprehensif,
sedang status kesehatan gigi dan mulut kelas 1 sampai dengan kelas 5 tidak diketahui sehingga data status kesehatan gigi dan mulut secara menyeluruh
tidak dapat digambarkan.
NETTY PRATIWI : HUBUNGAN KARAKTERISTIK ORGANISASI DENGAN KINERJA PROGRAM UKGS USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAHKOTA BINJAI TAHUN 2006, 2008.
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN