HUBUNGAN MOTIVASI, PERSEPSI DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU UKS DALAM PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010.

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI, PERSEPSI DAN BEBAN KERJA

TERHADAP KINERJA GURU UKS DALAM PELAKSANAAN

USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI SEKOLAH

DASAR NEGERI (SDN) KECAMATAN PRINGAPUS

KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

Astuti Febiana Mustofa 6450406070

JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2010


(2)

ii

ABSTRAK

Astuti Febiana Mustofa.

Hubungan Motivasi, Persepsi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Guru UKS Dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2010,

XII+ 66 halaman+ 15 tabel+ 3 gambar+ 15 lampiran

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Penyakit gigi yang sering dan berkelanjutan dapat mengganggu kondisi fisik dan mental sehingga akan menurunkan proses belajar pada anak sekolah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah adakah hubungan antara motivasi, persepsi dan beban kerja terhadap kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi, persepsi dan beban kerja terhadap kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di sekolah dasar Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan rancangan Cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 25 guru UKS. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square dengan α=0,05.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi (ρ= 0,025 dan CC=0,468) dan beban kerja guru UKS (ρ=0,04 dan CC=0,529) dengan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan UKGS. Sedangkan persepsi guru UKS (ρ value=0,859 dan CC=0,115) tidak ada hubungannya dengan kinerja dalam pelaksanaan kegiatan UKGS.

Disarankan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang untuk meningkat motivasi guru UKS melalui pemberian imbalan dan insentif sebagai upaya meningkatkan kinerja serta lebih mengoptimalkan peran lintas program dan lintas sektor untuk mendukung program UKGS. Disarankan kepada guru UKS untuk mengevaluasi kembali beban kerja dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dengan mengikuti pelatihan UKGS yang dilaksanakan oleh Puskesmas dengan dukungan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.

Kata Kunci: Motivasi, Persepsi, Beban Kerja, Kinerja, UKGS Kepustakaan: 45 (2000-2009)


(3)

iii

ABSTRACT

Astuti Febiana Mustofa, 2010.

The Relationship between UKS Teacher’s Motivation, Perception and Workload toward the Performance in Implementing The Activity of UKGS in Elementary School of Pringapus, Semarang District in 2010,

XII+ 66 pages + 15 tables + 3 figures+ 15 appendices

Dental hygiene and oral health is part of a healthy body that cannot be separated from each other. Dental desease which often generate to generate to feel keen and continuous will very bother physical and psychological condition so that will degrade the leaming process of the students.

The statement of problem of this research is whether there is any relationship between UKS teacher’s motivation, perception and workload toward the performance in implementing the activity of UKGS in elementary school of Pringapus, Semarang District in 2010. The purpose of this research is to know whether there is any relationship between UKS teacher’s motivation, perception and workload toward the performance in implementing the activity of UKGS in elementary school of Pringapus, Semarang District in 2010.

The research method that used of this research was explanatory research with cross sectional approach. The population was 25 UKS teachers. The sample was taken using total sampling technique. The instrument used in this research was questionnaires. The data analysis was done nd bivariantly through chi-square test with degree of meaning (α)=0,05.

Based on the result of the study, it can be concluded that there was a relationship between the UKS teacher’s motivation (ρ= 0,025 and CC=0,468) and workload (ρ=0,04 and CC=0,529) toward the performance in implementing the activity of UKGS. Whereas there was not a relation between the UKS teacher’s perception (ρ=0,859 and CC=0,115) toward the performance in implementing the activity of UKGS.

The Semarang District Health Office is suggested to increase the UKS teacher’s motivation through the provision of rewards and incentives as an attempt to improve the UKS teacher’s performance and optimize the role of cross-programmes and across sectors to support the UKGS program. The UKS teacher is suggested to evaluate the workload and improve their knowledge and skills with UKGS training conducted by Public Health Centre with support of Semarang District Health Office.

Keywords: Motivation, Perception, Workload, Performance, UKGS References: 45 (2000-2009)


(4)

iv

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan panitia sidang ujian skripsi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama Astuti Febiana Mustofa, NIM 6450406070 yang berjudul “Hubungan Motivasi, Persepsi dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Guru UKS Dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2010”.

Pada hari: Rabu

Tanggal : 26 Januari 2010

Panitia Ujian

Ketua Panitia Sekretaris

Drs. H. Harry Pramono, M.Si Widya Hary C. SKM, M.Kes NIP 195910191985031001 NIP 197712272005012001

Dewan Penguji Tanggal Persetujuan

Ketua penguji 1.Drs. Herry Koesyanto, M.S NIP 19581221986011001

Anggota Penguji 2. Drs. Bambang Budi R., M.Si (Pembimbing Utama) NIP 196012171986011001

Anggota Penguji 3. dr. Fitri Indrawati


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

¾ Mimpi sebenarnya adalah ruang yang selalu mendahului kenyataan dan tidak ada satu kenyataan yang terbentuk dalam diri seseorang diluar mimpi-mimpinya. (Anis Matta)

¾ Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita menemukan dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil. (Mario Teguh)

Persembahan:

Skripsi ini Ananda persembahkan kepada:

1. Bapak (Mashad Mustofa) dan Ibu (Siti Rokhayati) tercinta sebagai darma bhakti Ananda

2. Adik-adikku tersayang

(Nurul Fadhilah M. dan Irsyad Majid) 3. Almamaterku UNNES


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Hubungan Motivasi, Persepsi Dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Guru UKS Dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2010” dapat terselesaikan.

Penyelesaian skripsi ini dimaksudkan untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Sehubungan dengan pelaksanaan penelitian sampai tersusunnya skripsi ini, dengan rasa rendah hati, saya sampaikan terima kasih yang tulus kepada yang terhormat:

1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Said Junaidi, M. Kes., atas ijin penelitian.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, dr. H. Mahalul Azam, M. Kes., atas ijin penelitian.

3. Pembimbing I, Drs. Bambang Budi Raharjo, M.Si., atas arahan, bimbingan dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Pembimbing II, dr. Fitri Indrawati, atas arahan, bimbingan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Sungatno, atas arahan dan bantuan dalam mengurus perijinan.

6. Kepala Sekolah Dasar Kecamatan Pringapus atas ijin untuk melakukan penelitian.


(7)

vii

7. Bapak, ibu dan adik serta keluarga tercinta atas kasih sayang, perhatian, bantuan, motivasi dan do’a dalam penyusunan skripsi ini.

8. Temanku Zulfi, Afri, A’laa, Nesia, Endah, Novita dan Reza terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam penyelesaian skripsi ini.

9. Sahabatku Siyam, Ela, Eni, Ervie, Nurul, Nayla, Loly, Titin, Kristi, Sinta dan Pak Rudjito terima kasih atas dukungan dan bantuannya dalam suka dan duka atas kasih sayang dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Teman-teman Ilmu Kesehatan Masyarakat Angkatan 2006 atas kekompakan dan kerjasama.

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas dengan melimpah amal baik Bapak, Ibu, dan Saudara. Disadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan guna penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, November 2010


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT... iii

PERSETUJUAN ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

1.5 Keaslian Penelitian ... 9

1.6 Ruang Lingkup Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

2.1 Landasan Teori ... 12

2.1.1 . Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) ... 12

2.1.2 Kinerja ... 16


(9)

ix

2.1.4Persepsi ... 31

2.1.5Beban Kerja ... 34

2.2 Kerangka Teori ... 38

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

3.1 Kerangka Konsep... 39

3.2 Hipotesis Penelitian ... 39

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 40

3.4 Variabel Penelitian ... 40

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel ... 40

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

3.7 Instrumen Penelitian ... 42

3.8 Sumber Data Penelitian ... 43

3.9 Teknik Pengambilan Data ... 44

3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 47

4.1. Deskripsi Data ... 47

4.2. Hasil Penelitian ... 50

BAB V PEMBAHASAN ... 56

5.1 Pembahasan ... 56

5.2 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ... 60

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 61

6.1 Simpulan ... 61

6.2 Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1.1Matrik Keaslian Penelitian ... 9

1.2Matrik Perbedaan Penelitian ... 10

2.1 Alokasi Waktu Satu Jam Tatap Muka ... 35

3.1 Definisi Operasional... 40

4.1Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

4.2Distribusi Responden Berdasarkan Umur ... 48

4.3Distribusi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 49

4.4Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 49

4.5Distribusi Motivasi Responden ... 50

4.6Distribusi Persepsi Responden ... 51

4.7Distribusi Beban Kerja Responden ... 51

4.8Distribusi Kinerja Responden ... 52

4.9Tabulasi Silang Antara Motivasi Dengan Kinerja Guru UKS ... 53

4.10 Tabulasi Silang Antara Persepsi Dengan Kinerja Guru UKS ... 54


(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1Proses Perseptual: Suatu Interpretasi Individual ... 31 2.2Kerangka Teori ... 37 3.1Kerangka Konsep ... 38


(12)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian ... 68

2. Tabulasi Data Hasil Uji Coba Instrumen ... 74

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 76

4. Data Responden Penelitian ... 80

5. Tabulasi Data Hasil Penelitian... 81

6. Hasil Analisis Univariat ... 83

7. Hasil Analisis Bivariat ... 85


(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam kerangka mencapai tujuan tersebut, pembangunan kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai pentahapannya. (Depkes RI, 2009: 1)

Salah satu pokok program Indonesia Sehat 2010 adalah pokok program upaya kesehatan. Program yang termasuk dalam upaya kesehatan ini adalah program pemberantasan penyakit menular dan program pencegahan penyakit tidak menular. Tujuan umum dari program ini adalah untuk meningkatkan pemerataan dan mutu upaya kesehatan yang berhasilguna dan berdayaguna serta terjangkau oleh segenap anggota masyarakat. Adapun salah satu tujuan khususnya adalah menurunkan angka kesakitan, kematian dan kecacatan dari penyakit menular dan penyakit tidak menular termasuk kesehatan gigi. (Depkes RI, 2003:8)

Masalah kesehatan gigi yang mempunyai prevalensi cukup tinggi di Indonesia adalah penyakit kelainan jaringan penyangga gigi (periodontal disease) dan karies gigi. Kedua penyakit tersebut mempunyai dampak yang luas, yaitu gangguan pada kualitas hidup antara lain keterbatasan fungsi gigi, disabilitas fisik, ketidaknyamanan psikis, dan disabilitas psikis. Hal ini dapat mempengaruhi


(14)

2

komunikasi, nutrisi, kegiatan belajar, dan aktivitas anak lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan normal. (Nurmala Situmorang Tampubolon, 2005: 13)

Sampai sekarang, karies masih merupakan masalah kesehatan baik di negara maju maupun di negara-negara bekembang. Menurut data World Health Organization (WHO) yang diperoleh dari enam wilayah (Afrika, Amerika, Asia Tenggara, Eropa, negara bagian barat Pasifik dan negara bagian timur Mediterranian) menunjukkan bahwa rerata pengalaman karies pada anak usia 12 tahun berkisar 2,4. Kelompok 12 tahun ini merupakan indikator kritis, karena sekitar 76,97% karies menyerang pada usia tersebut. Hal ini masih jauh dari target WHO di mana indeks Decay Missing Filling-Teeth (DMF-T) pada tahun 2010 adalah 1,0. (WHO, 2000)

Di Indonesia, berbagai penelitian kesehatan gigi dan mulut menunjukkan tingginya prevalensi dan keparahan penyakit karies dan penyakit periodontal. Data Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, menyatakan di antara penyakit yang dikeluhkan dan yang tidak dikeluhkan, prevalensi penyakit gigi dan mulut adalah tertinggi meliputi 60% penduduk. Prevalensi pengalaman karies cenderung meningkat dengan bertambahnya usia yaitu 43,9% pada usia 12 tahun dengan T 1,1 sampai mencapai 80,1% pada usia 35-44 tahun dengan DMF-T 4,7. Hasil studi SKRDMF-T tahun 2004 menunjukkan peningkatan prevalensi karies yaitu mencapai 90,05% dan ini tergolong lebih tinggi dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. (Sondang Pintauli dan Taizo Hamada, 2008: 4)

Berdasarkan hasil wawancara dengan seorang petugas bidang promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang (2010), diketahui bahwa


(15)

penyebab non-klinis penyakit gigi pada siswa sekolah dasar (SD) adalah rendahnya tingkat pemeliharaan gigi oleh siswa. Pemeliharaan gigi siswa sekolah secara umum terkait dengan peran stakeholders dan orang-orang yang relatif dekat dengan siswa yang terkait dengan masalah kesehatan gigi seperti: (1). Keluarga siswa terutama orang tua, (2). Guru khususnya melalui kegiatan UKS/UKGS dan pelajaran atau pendidikan kesehatan, dan (3). Tenaga kesehatan gigi di puskesmas, melalui pelayanan di puskesmas dan UKGS.

Program pelayanan upaya kesehatan gigi dan mulut yang ditujukan kepada siswa sekolah adalah Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang merupakan salah satu upaya pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut dan menjadi salah satu sub program pokok puskesmas. Program UKGS sampai saat ini telah dilaksanakan secara berkesinambungan, namun masih belum menjangkau seluruh SD di Indonesia. Dari data yang ada, hasilnya belum mencapai target (80% SD). Di Jawa Tengah masih mencakup 40,52% SD UKGS tahap III. (Depkes RI, 2004: 20)

Data pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas Provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sampai dengan 2009, menunjukkan wilayah Kabupaten Semarang mengalami peningkatan rasio tambal/cabut gigi dan peningkatan persentase murid SD yang perlu mendapat perawatan gigi dan mulut. Data pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas tahun 2007, menunjukkan wilayah Kabupaten Semarang memiliki rasio tambal/cabut gigi sebesar 0,91 dengan persentase murid SD yang perlu mendapat perawatan sebesar 30,19% dari 67,68% murid SD yang diperiksa gigi dan mulut. Rasio tambal/cabut tersebut mengalami peningkatan pada tahun 2008 menjadi 1,24. Sedangkan


(16)

4

persentase murid SD yang perlu mendapat perawatan juga meningkat mencapai 33,22% dari 71,84% murid SD yang diperiksa gigi dan mulut. Pada tahun 2009 rasio tambal/cabut gigi kembali meningkat mencapai 1,35 dan persentase murid SD yang perlu mendapat perawatan meningkat mencapai 33,97% dari 70,33% murid SD yang diperiksa gigi dan mulut. (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2007-2009)

Data pelayanan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, menunjukkan peningkatan persentase murid SD yang perlu mendapat perawatan gigi dan mulut di wilayah Puskesmas Pringapus. Data pelayanan UKGS wilayah Puskesmas Pringapus selama tahun 2007 menunjukkan dari 69,13% murid SD yang diperiksa gigi dan mulut, sebesar 24,34% murid SD perlu mendapat perawatan. Pesentase murid SD yang perlu mendapat perawatan meningkat pada tahun 2008 menjadi 100% dari 20,13% murid SD yang diperiksa gigi dan mulut. Pada tahun 2009, data pelayanan UKGS puskesmas Pringapus menunjukkan 81,43% murid SD perlu mendapat perawatan dari 98,68% murid SD yang diperiksa gigi dan mulut. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2007-2009)

Salah satu kebijakan yang diambil oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang adalah peningkatan partisipasi seluruh lapisan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesadaran, kemampuan dan membentuk perilaku hidup sehat serta ikut dalam upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan kesehatan menuju visi Indonesia Sehat 2010 yaitu terciptanya masyarakat Indonesia yang hidup dalam


(17)

lingkungan dengan perilaku hidup sehat. (Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang, 2008: 3)

UKGS dengan sasaran anak sekolah adalah pelaksanaan upaya pelayanan kesehatan gigi dari tingkat pelayanan promotif, preventif dan kuratif atas dasar permintaan dan kebutuhan. Tujuan UKGS adalah terciptanya kondisi dimana anak didik mempunyai pengetahuan, kesadaran dan kemampuan pemeliharaan diri sehingga mampu mencegah terjadinya penyakit atau kelainan gigi dan mulut, serta mengambil tindakan yang tepat untuk mencari pengobatan apabila diperlukan dan mendapatkan pengobatan atau perawatan yang memadai sehingga tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal. Pelaksanaan upaya ini secara langsung menggabungkan potensi orang tua siswa, guru dan tenaga kesehatan gigi puskesmas maupun dari dinas kesehatan setempat. Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang saling menunjang untuk peningkatan pelaksanaan kegiatan UKGS. Adapun hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan kegiatan UKGS adalah kinerja guru UKS, dokter kecil, anak didik, sarana, dana sehat dan pembinaan petugas puskesmas. (Depkes RI, 2004:21)

Tri Erri Astoeti (2006: 20) menyatakan bahwa guru adalah orang yang membantu orang lain belajar dengan melatih, menerangkan, memberi ceramah, mengatur disiplin, menciptakan pengalaman dan mengevaluasi kemampuan siswa. Guru dapat berperan sebagai konselor, pemberi instruksi, motivator, manajer dan model dalam menunjukkan sesuatu yang baik misalnya dalam perawatan gigi. Guru menjadi panutan perilaku termasuk perilaku kesehatan siswa. Oleh sebab itu, mereka juga harus mempunyai sikap dan perilaku positif dan merupakan pendorong atau penguat perilaku sehat anak sekolah.


(18)

6

Henry Simamora (1995) dalam Anwar Prabu Mangkunegara (2006:14) menyatakan bahwa ada tiga faktor yang berpengaruh terhadap kinerja personal, yaitu faktor individu, faktor psikologi dan faktor organisasi. Faktor individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang keluarga, dan demografi. Faktor organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain pekerjaan. Faktor psikologi terdiri dari persepsi,motivasi, sikap, kepribadian, dan belajar. Ketiga kelompok faktor tersebut dapat mempengaruhi perilaku kerja yang selanjutnya berefek kepada kinerja personal.

Hasil wawancara sementara dengan 10 orang guru UKS SD di Kecamatan Pringapus pada bulan April 2010, menunjukkan bahwa kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS masih belum optimal. Kegiatan promotif dan preventif UKGS berupa penyuluhan kesehatan gigi dengan gerakan sikat gigi bersama satu bulan sekali, tidak dilaksanakan secara rutin oleh 60% responden, 80% responden tidak melaksanakan pencatatan laporan dan evaluasi kegiatan UKGS, serta 50% responden jarang melakukan rujukan penyakit gigi ke puskesmas bagi anak didik, sehingga banyak anak didik datang ke puskesmas untuk memeriksakan penyakit giginya dengan kondisi yang sudah parah. Adapun beberapa permasalahan yang berkaitan dengan rendahnya kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS berdasarkan wawancara tersebut antara lain: (1). Beban kerja dimana 100% responden memiliki tugas rangkap dan merasa tidak memiliki cukup waktu untuk menyelesaikan tugas-tugasnya, (2). Motivasi dalam melaksanakan UKGS kurang karena 60% responden hanya melaksanakan UKGS begitu saja tanpa ada keinginan untuk lebih maju dan berkembang, (3). Persepsi sebagai pelaksana UKGS dimana 60% responden merasa kurang berperan dalam pengambilan


(19)

keputusan tentang pelaksanaan UKGS dan merasa kurang bebas dalam melaksanakan UKGS.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat diasumsikan beberapa hal yang dapat mempengaruhi kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS yaitu beban kerja, motivasi dan persepsi guru UKS. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui hubungan motivasi, persepsi dan beban kerja terhadap kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di sekolah dasar (SD) Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan antara motivasi dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ? 2. Apakah ada hubungan antara persepsi dengan kinerja guru UKS dalam

pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ? 3. Apakah ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja guru UKS dalam

pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang ?

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi, persepsi dan beban kerja terhadap kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus.


(20)

8

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Menggambarkan hubungan motivasi dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS

2. Menggambarkan hubungan persepsi dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS

3. Menggambarkan hubungan beban kerja dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS

4. Menggambarkan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS 1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti

Manfaat yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui hubungan antara motivasi, persepsi dan beban kerja terhadap kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS, menambah informasi, pengetahuan, dan dapat mengaplikasikan teori-teori yang diperoleh selama kuliah terhadap permasalahan kesehatan yang ada dilapangan.

1.4.2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang

Manfaat bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang khususnya petugas di bagian Promosi Kesehatan dan Pelayanan Kesehatan yaitu dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam pengembangan program UKGS ataupun dalam pemberian pengarahan, bimbingan dan evaluasi terhadap petugas pelaksana program UKGS.

1.4.3. Bagi Pelaksana Program UKGS di Puskesmas

Manfaat bagi petugas pelaksana UKS dan UKGS di Puskesmas yaitu dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan informasi untuk dipergunakan dalam perencanaan, evaluasi dan pembinaan petugas pelaksana program UKGS.


(21)

1.4.4. Bagi Guru UKS

Manfaat bagi guru UKS yaitu dapat dijadikan sebagai gambaran dan masukan dalam upaya meningkatkan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS.

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Matrik Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian Nama Penelitia n Tahun dan Tempat Penelitian Rancanga n Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. Hubungan Sumber Daya Organisasi Dan Fungsi Kepemimpina n Dengan Kinerja Tim Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Puskesmas Di Kota Medan Tahun 2008

Ali Imron 2008, Puskesmas di Kota Medan Explanator y research Variabel Bebas : sumber daya organisasi (sumber daya manusia, sarana dan prasarana) dan fungsi kepemimpinan (perencanaan, pengambilan keputusan dan pengawasan pegawai ) Variabel terikat : Kinerja tim UKGS puskesmas Ada hubungan yang bermakna antara variabel sarana dan prasarana (p=0,038 dan r=0,492) dengan kinerja tim UKGS. 2. Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Koordinator SP2TP Puskesmas Di Kota Medan Tahun 2005 Linda Tambun 2005, Puskesmas Di Kota Medan Explanator y reseach Variabel bebas : beban kerja Variabel terikat: kinerja koordinator SP2TP puskesmas Terdapat hubungan beban kerja dengan kinerja koordinator SP2TP puskesmas (p=0,000 dan r=0,827)


(22)

10

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumya dapat dilihat pada matriks di bawah ini :

Tabel 1.2 Matrik Perbedaan Penelitian

No. Pembeda Ali Imron Linda Tambun Astuti Febiana Mustofa

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Judul Hubungan Sumber Daya Organisasi Dan Fungsi Kepemimpinan Dengan Kinerja Tim Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) Puskesmas Di Kota Medan Tahun 2008

Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja Koordinator SP2TP Puskesmas Di Kota Medan Tahun 2005

Hubungan Motivasi, Persepsi Dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Guru UKS Dalam Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di SDN

Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang Tahun 2010

2. Tahun dan Tempat Penelitian

2008,

Puskesmas di Kota Medan

2005,

Puskesmas di Kota Medan

2010,

SDN di Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

3. Variabel Penelitian

Variabel bebas : sumber daya organisasi dan fungsi

kepemimpinan Variabel terikat : kinerja tim UKGS puskesmas Variabel bebas: Beban kerja Variabel terikat: Kinerja koordinator SP2TP puskesmas

Variabel bebas : motivasi, persepsi dan beban kerja

Variabel terikat : kinerja guru UKS dalam

pelaksanaan UKGS

1.6. Ruang Lingkup Penelitian 1.6.1. Ruang Lingkup Tempat

Lingkup tempat penelitian ini adalah sekolah dasar negeri se-Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

1.6.2. Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari pengambilan data sampai dengan penelitian pada bulan Maret sampai bulan Agustus tahun 2010.


(23)

1.6.3. Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini termasuk dalam ilmu kesehatan masyarakat khususnya dalam bidang administrasi kebijakan kesehatan yang meneliti tentang motivasi, persepsi, beban kerja dan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS.


(24)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) 2.1.1.1 Pengertian UKGS

Penyelenggaraan upaya kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu kegiatan pokok puskesmas yang bersifat menyeluruh, terpadu dan meliputi upaya peningkatan, pencegahan, penyembuhan, dan pemulihan penyakit gigi dan mulut. Pelayanan kesehatan gigi puskesmas juga dilakukan dengan mengembangkan program pelayanan luar puskesmas, yaitu dengan program UKGS. Program UKGS menjadikan SD sebagai pusat pelayanan kesehatan gigi dalam skala terbatas. (Depkes RI, 2004: 5)

Menurut Eliza Herijulianti, dkk., (2002: 125), UKGS adalah bagian integral dari UKS yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana, pada para siswa, terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal. UKGS di lingkungan STD memiliki sasaran semua anak sekolah tingkat pendidikan dasar (6-14 tahun). Pelayanan kesehatan ini diberikan pada anak usia sekolah dengan tujuan agar tercapai derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal. UKGS merupakan suatu komponen dari UKS yang merupakan suatu paket pelayanan asuhan sistematik yang ditujukan bagi anak usia sekolah di lingkungan


(25)

sekolah dalam bentuk pelayanan promotif, promotif-preventif hingga pelayanan paripurna.

2.1.1.2 Tujuan UKGS

Tujuan UKGS adalah :

1. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dengan mengadakan usaha preventif dan promotif.

2. Mengusahakan timbulnya kesadaran dan keyakinan bahwa untuk meningkatkan taraf kesehatan gigi perlu pemeliharaan kebersihan mulut (oral hygiene).

3. Mengusahakan agar anak-anak sekolah dasar mau memelihara kebersihan mulutnya di rumah (habit formation)

4. Meningkatkan taraf kesehatan gigi anak sekolah dasar dengan menjalankan usaha kuratif apabila usaha preventif gagal melalui sistem selektif (selectif approach).

5. Meningkatkan kesadaran terhadap kesehatan gigi dengan suatu sistem pembayaran yang bersifat pra-upaya (pre-payment sistem). (Depkes RI, 2004: 8)

2.1.1.3 Sasaran Pelaksanaan UKGS

Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi sasaran primer, sekunder dan tersier. Sasaran primer adalah peserta didik atau siswa sekolah. Sasaran sekunder adalah guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan dan orang tua siswa, sedangkan sasaran tersier meliputi :

1. Lembaga pendidikan termasuk perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya.


(26)

14

3. Lingkungan yang meliputi lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat. Untuk mencapai derajat kesehatan gigi dan mulut anak sekolah yang optimal, UKGS harus diutamakan pada upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut. (Depkes RI, 2004: 12)

2.1.1.4 Kegiatan Pelayanan UKGS

2.1.1.4.1Paket Minimal UKS yaitu UKGS tahap I

1. Pendidikan/penyuluhan/KIE kesehatan gigi dan mulut 2. Pencegahan penyakit gigi dan mulut

2.1.1.4.2Paket Standar UKS yaitu UKGS tahap II

1. Pelatihan guru UKS/Penjaskes dan tenaga kesehatan di Puskesmas dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

2. Pendidikan/penyuluhan/KIE kesehatan gigi dan mulut pada siswa 3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut

4. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I 5. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit

6. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I-VI (care on demand) 7. Rujukan oleh guru bagi yang memerlukan

2.1.1.4.3Paket Optimal UKS yaitu UKGS tahap III

1. Pelatihan guru (kelas/UKS/Penjaskes) dan tenaga kesehatan dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

2. Pendidikan/penyuluhan/KIE kesehatan gigi dan mulut bagi siswa kelas I-VI 3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut


(27)

4. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut siswa kelas I dan kelas terpilih 5. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit

6. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada kelas I-VI (care on demand) 7. Pelayanan medik gigi dasar sesuai kebutuhan (treatment need) pada siswa

kelas terpilih. (Depkes RI, 2004: 21) 2.1.1.6 Tenaga Pelaksana UKGS 2.1.1.6.1Tenaga kesehatan gigi

Tenaga puskesmas yang ditugaskan mengurus kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut serta melaksanakan UKGS. Jika tidak ada tenaga kesehatan gigi, maka tugas tersebut diserahkan kepada tenaga kesehatan lain yang telah dilatih tentang kesehatan gigi dan mulut.

2.1.1.6.2Tenaga sekolah

Tenaga pelaksana UKGS di unit sekolah adalah dokter kecil dan guru UKS yang telah dilatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. (Depkes RI, 2004: 20)

2.1.1.7 Peran Guru UKS Dalam Pelaksanaan UKGS

Sekolah adalah lembaga formal yang di dalamnya terdapat kurikulum, guru, siswa, metode belajar, media belajar dan fasilitas yang diperlukan dalam melakukan

kegiatan belajar. Di masyarakat sekolah, selain kepala sekolah, maka tenaga pengajar atau guru yang dilibatkan dalam pendidikan kesehatan gigi dan melakukan pemecahan masalah khususnya kesehatan gigi dan mulut melalui pelatihan kader kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan yang dilakukan guru, terutama guru UKS adalah :

1. Memimpin sikat gigi massal dengan pasta gigi berfluor 2. Melaksanakan kumur-kumur dengan larutan fluor


(28)

16

3. Memberikan pendidikan kesehatan gigi yang berkesinambungan dalam mata pelajaran olah raga dan kesehatan.

4. Menjaring siswa kelas 1 SD. 5. Merujuk siswa ke Puskesmas. (Tri Erri Astoeti, 2006: 23)

Sebagai contoh, seorang siswa yang belajar tentang menyikat gigi maka perubahan yang tampak ialah ia akan melakukan penyikatan gigi dengan baik dan benar sesuai yang diajarkan oleh guru mereka. Dokter kecil juga dapat membantu guru dalam memberi dorongan atau motivasi agar siswa berani untuk memeriksakan gigi. Selain itu, guru dapat memberikan peyuluhan dengan mendampingi para siswa sehingga bertambah pengetahuan siswa tentang kesehatan gigi dan mulut. (Tri Erri Astoeti, 2006: 24)

2.1.2 Kinerja

2.1.2.1 Pengertian Kinerja

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara (2006: 9) kinerja merupakan istilah yang berasal dari kata job performance atau actual performance yang dapat diartikan sebagai prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai seseorang. Kinerja karyawan diartikan sebagai hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Lebih luas lagi, Wibowo (2007: 2) berpandangan bahwa kinerja bukan hanya menunjukkan hasil kerja yang dicapai semata tetapi juga merupakan proses keseluruhan dalam rangka pencapaian kerja. Dalam pengertian ini, kinerja mencakup tindakan-tindakan dan perilaku yang relevan dengan tujuan organisasi. Kinerja bukan hanya merupakan hasil tindakan saja melainkan juga tindakan itu sendiri.


(29)

2.1.2.2 Penilaian Kinerja

Siswanto Sastrohadiwiryo (2003: 231) menyatakan bahwa penilaian kinerja adalah proses penilaian hasil karya personel dalam organisasi melalui instrumen penilaian kinerja dengan cara membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian pekerjaan dalam suatu periode tertentu.. Penilaian kinerja merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personal dalam usaha menampilkan kerja personal dalam organisasi. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerjanya. (T. Hani Handoko, 2000: 135)

Sudarmanto (2009: 11) menyatakan bahwa standar penilaian kinerja dapat dilakukan dengan menilai 4 hal, yaitu:

1. Penilaian kinerja dikaitkan dengan analisis pekerjaan, uraian pekerjaan.

2. Penilaian kinerja dilakukan dengan mengukur sifat atau karakter pribadi (traits).

3. Penilaian kinerja dilakukan dengan mengukur hasil dari pekerjaan yang dicapai.

4. Penilaian kinerja dilakukan dengan mengukur perilaku atau tindakan-tindakan dalam mencapai hasil.

2.1.2.3 Tujuan Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja pada dasarnya mempunyai dua tujuan, yaitu :

1. Penilaian kemampuan personal merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personal secara individu yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektivitas manajemen sumber daya manusia.


(30)

18

2. Pengembangan personal sebagai informasi untuk pengambilan keputusan dalam pengembangan personal, dimana secara spesifik bertujuan antara lain untuk :

a. Mengenali sumber daya manusia yang perlu dilakukan pembinaan. b. Menentukan kriteria tingkat pemberian kompensasi

c. Memperoleh kualitas pelaksanaan pekerjaan.

d. Bahan perencanaan manajemen program sumber daya manusia yang akan datang

e. Memperoleh umpan balik atas hasil prestasi personal. Gomes (2003: 135) 2.1.2.4 Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan aspek yang menjadi ukuran dalam menilai kinerja (Sudarmanto, 2009: 11). Menurut John Miner (1988) dalam Sudarmanto (2009: 12), terdapat empat dimensi yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja, yaitu:

1. Kualitas, terkait dengan proses atau hasil mendekati sempurna dalam memenuhi maksud atau tujuan, yaitu tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan.

2. Kuantitas, terkait dengan satuan jumlah atau kuantitas yang dihasilkan.

3. Penggunaan waktu dalam bekerja, terkait dengan waktu yang dipergunakan dalam menyelesaikan aktivitas atau menghasilkan produk, yaitu tingkat ketidakhadiran, keterlambatan, waktu kerja efektif.

4. Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja. 2.1.2.5 Metode Penilaian Kinerja

Menurut T. Hani Handoko (2000: 142) secara garis besar keseluruhan metode penilaian dapat dikelompokan ke dalam dua kategori yaitu:


(31)

1. Penilaian yang berorientasi kepada masa lalu

Metode penilaian yang berorientasi kepada masa lalu diartikan sebagai penilaian perilaku kerja pegawai yang dilakukan pada masa lalu sebelum penilaian dilakukan, melalui hasil penilaian tersebut dapat dilakukan usaha untuk mengubah perilaku kerja atau pengembangan pegawai. Metode penilaian ini terdiri dari:

a. Rating scale, yaitu penilaian yang didasarkan pada skala dari yang tinggi sampai yang rendah, pada standar-standar unjuk kerja seperti inisiatif, tanggung jawab, hasil kerja secara umum.

b. Check List, yaitu penilaian yang didasarkan pada suatu standar unjuk kerja yang sudah dideskripsikan terlebih dahulu kemudian penilai memeriksa apakah pegawai sudah memenuhi standar atau belum. Metode ini bisa memberikan suatu gambaran prestasi kerja secara akurat, bila daftar penilaian berisi item-item yang memadai.

c. Critical Incident Methode (Metode Peristiwa Kritis), yaitu penilaian yang didasarkan pada perilaku yang khusus dilakukan di tempat kerja baik perilaku yang sangat baik maupun perilaku yang sangat buruk dalam kaitannya dengan pelaksanaan pekerjaan. Perilaku-perilaku tersebut dicatat oleh penilai dalam sebuah catatan. Catatan-catatan ini disebut peristiwa-peristiwa kritis dimana berbagai peristiwa dicatat oleh penyelia selama periode evaluasi terhadap setiap karyawan.

d. Observasi dan Tes Prestasi Kerja, yaitu penilaian yang didasarkan pada tes pengetahuan dan keterampilan. Tes mungkin tertulis atau peragaan keterampilan.


(32)

20

2. Penilaian yang berorientasi kepada masa yang akan datang

Metode penilaian masa yang akan datang diartikan dengan penilaian akan potensi seorang pegawai atau penetapan sasaran-sasaran prestasi kerja di masa mendatang. Metode penilaian ini terdiri dari:

a. Metode Penilaian Diri (Self Assessment), yaitu penilaian pegawai untuk diri sendiri dengan harapan pegawai tersebut dapat mengindentifikasikan aspek-aspek perilaku kerja yang perlu diperbaikinya pada masa yang akan datang. b. Management By Objective (MBO), yaitu sebuah program manajemen yang

melibatkan pegawai dalam pengambilan keputusan untuk menentukan sasaran-sasaran yang dicapainya yang dapat dilakukan melalui prosedur. Karyawan dan penyelia secara bersama-sama menetapkan tujuan-tujuan untuk sasaran-sasaran pelaksanaan kerja di waktu yang akan datang, kemudian dengan menggunakan sasaran-sasaran tersebut, penilaian prestasi kerja dilakukan secara bersama pula.

c. Penilaian Secara Psikologis, yaitu proses penilaian yang dilakukan melalui serangkaian teknik penilaian seperti wawancara mendalam, tes-tes psikologi, diskusi dengan atasan langsung dan review evaluasi lainnya. Penilaian ini digunakan untuk menilai potensi karyawan di waktu yang akan datang dan untuk mengetahui potensi seseorang dalam melakukan tanggung jawab yang lebih besar.

2.1.2.6 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Sjafri Mangkuprawira dan Aida Vitayala (2007: 25) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah faktor-faktor intrinsik yang meliputi mutu karyawan berupa pendidikan, pengalaman, motivasi, kesehatan, usia, keterampilan emosi, spiritual, sedangkan faktor ekstrinsik meliputi lingkungan


(33)

kerja fisik dan non fisik, kepemimpinan, komunikasi vertikal dan horizontal, kompensasi, kontrol berupa penyeliaan, fasilitas, pelatihan, beban kerja, proses kerja, sistem imbalan, dan hukuman.

Menurut teori Henry Simamora (1995) yang dikutip oleh Anwar Prabu Mangkunegara (2006: 14), terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu faktor individu (kompetensi, latar belakang dan demografi), faktor psikologis (persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi) dan faktor organisasi (sumber daya, kepemimpinan, penghargaan, struktur dan desain kerja).

Berdasarkan teori model kinerja tersebut, dapat disimpulkan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kinerja yaitu:

2.1.2.6.1Faktor individu, yang terdiri atas: 1. Kemampuan dan Keterampilan

Kemampuan adalah bakat seseorang untuk melakukan tugas fisik atau mental. Keterampilan adalah bakat yang dipelajari yang seseorang miliki untuk melakukan suatu tugas. Kemampuan seseorang pada umunya stabil selama beberapa waktu, sedangkan keterampilan berubah seiring dengan pelatihan atau pengalaman. Pemahaman tentang keterampilan dan kemampuan diartikan sebagai suatu tingkat pencapaian individu terhadap upaya untuk menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan efisien. (Ivancevich. dkk, 2007: 85)

2. Pengalaman

Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin terampil dan semakin cepat ia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja. (Payama J. Simanjuntak, 2005: 24)


(34)

22

3. Usia

Menurut Robbins dan Judge (2008: 63), hubungan usia dengan kinerja atau produktivitas dipercaya menurun dengan bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena keterampilan fisiknya sudah mulai menurun. Tetapi produktivitas seseorang tidak hanya tergantung pada keterampilan fisik. Karyawan yang bertambah tua, bisa meningkat produktivitasnya karena pengalaman dan lebih bijaksana dalam mengambil keputusan.

4. Jenis Kelamin

Tidak ada perbedaan yang berarti dalam produktivitas pekerja antara wanita dan pria. Namun, berbagai penelitian psikologis menunjukkan bahwa wanita lebih bersedia untuk mematuhi wewenang, dan pria lebih agresif dan lebih besar kemungkinannya dari pada wanita dalam memiliki pengharapan untuk sukses. (Robbins dan Judge, 2008: 65)

5. Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya seseorang bekerja pada suatu organisasi. Semakin lama masa kerja seseorang, maka semakin tinggi motivasi kerjanya. Masa kerja seseorang akan menentukan prestasi yang merupakan dasar prestasi dan kinerja organisasi. Semakin lama masa kerja seseorang, maka tingkat prestasi individu akan semakin meningkat dan akan berdampak pada kinerja dan keuntungan organisasi yang lebih baik. (Veithzal Rivai, 2008: 225 )

2.1.2.6.2Faktor psikologis, yang terdiri atas: 1. Persepsi

Miftah Thoha (2008: 141) menyatakan bahwa persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi tentang lingkungannya. Kesamaan persepsi akan mendorong


(35)

terbentuknya motivasi yang mendukung makna dari perubahan yang terjadi dengan kata lain bahwa kesamaan persepsi akan mendorong terciptanya motivasi yang optimal bagi pelaksanaan pencapaian tujuan dan misi yang diharapkan. 2. Sikap

Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk berespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mempengaruhi perilaku, yaitu bahwa sikap yang dipegang teguh oleh seseorang menentukan apa yang akan dilakukan. Perilaku kerja yang ditunjukkan oleh karyawan sesungguhnya merupakan gambaran atau cerminan sikap individu. Apabila sikap positif sejak awal dikembangkan oleh individu maka perilaku kinerja yang timbul akan baik. (Ivancevich, et al, 2007: 87)

3. Kepribadian

Kepribadian merupakan keseluruhan cara di mana seorang individu bereaksi

dan berinteraksi dengan individu lain. Perkembangan kepribadian tersebut bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin matang dan mantap kepribadiannya. (Robbins dan Judge, 2008: 127)

4. Belajar

Belajar merupakan sebuah perubahan relatif permanen dalam perilaku yang timbul dari pengalaman. Suatu pemahaman tentang prinsip-prinsip belajar dasar akan memperdalam perspektif individu tentang konsep-konsep dan teori-teori motivasi kerja. Pemahaman tersebut akan mendorong individu untuk mempelajari perilaku-perilaku yang diperlukan untuk mencapai hasil-hasil positif maksimum dari pekerjaan mereka. (J. Winardi, 2007: 141)


(36)

24

5. Motivasi

Robbins dan Judge (2008: 222) menyatakan bahwa motivasi merupakan proses yang menjelaskan intensitas, arah dan ketekunan seorang individu untuk mencapai tujuannya. Motivasi merupakan faktor penting dalam mendorong setiap karyawan untuk bekerja secara produktif, sehingga berdampak pada kinerja karyawan.

2.1.2.6.3Faktor organisasi, yang terdiri atas: 1. Sumber Daya

Bila dipandang melalui pendekatan sistem, organisasi memiliki beberapa unsur, yaitu masukan (input), proses (process), keluaran (output), dampak (outcome), umpan balik (feedback) dan lingkungan (environment). Semua unsur dalam sistem ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Sumber daya merupakan bagian dari unsur masukan yang keberadaannya dalam suatu organisasi merupakan hal yang paling pokok karena merupakan modal dasar untuk dapat berfungsinya suatu organisasi. (M. Firmasnyah, 2009: 23)

2. Kepemimpinan

Kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam organisasi sangat berperan dalam mempengaruhi kinerja karyawan. Bagaimana pemimpin menjalin hubungan dengan pekerja, bagaimana mereka memberi penghargaan kepada pekerja yang berprestasi, bagaimana mereka mengembangkan dan memberdayakan pekerjanya, sangat mempengaruhi kinerja sumber daya manusia yang menjadi bawahannya. (Wibowo, 2007: 66)

3. Imbalan

Imbalan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang. Imbalan dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu imbalan ekstrinsik dan


(37)

imbalan intrinsik. Imbalan ekstrinsik tidak tergantung pada tugas yang dilaksanakan dan dikendalikan oleh pihak lain. Sedangkan imbalan intrinsik merupakan bagian integral dari tugas yang dihadapi dan ditentukan oleh individu yang melaksanakan tugas tersebut. (J. Winardi, 2007: 61)

4. Struktur Organisasi

Struktur organisasi menunjukkan garis kewenangan dan rentang kendali dari

suatu organisasi yang akan menentukan kegiatan dan hubungan serta ruang lingkup tanggung jawab dan peran masing-masing individu. (Robbins dan Judge, 2008: 74)

5. Desain Kerja

Desain kerja merupakan spesifikasi dari isi, metode dan hubungan pekerjaan. Desain kerja bagi pemegang kerja dimaksudkan untuk : (1) memperinci konteks pekerjaan, harapan akan peran dan hubungan dalam organisasi; (2) memenuhi persyaratan organisasi atas produktivitas, efisiensi operasional dan kualitas produk dan jasa; (3) memuaskan kebutuhan individual atas kepentingan, tantangan dan penyelesaian suatu pekerjaan. (Wibowo, 2007: 70)

6. Beban Kerja

Everly dan Girdano (dalam Munandar 2001:45) menyatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Beban kerja berpengaruh terhadap kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaaannya. Pekerja yang mempunyai beban kerja berlebih akan menurunkan kualitas hasil kerja dan memungkinkan adanya inefisiensi waktu.


(38)

26

2.1.3 Motivasi

2.1.3.1 Pengertian Motivasi

Kata motivasi memiliki kata dasar motif yang berarti dorongan, sebab atau alasan seseorang melakukan sesuatu. Dengan demikian motivasi berarti suatu kondisi yang mendorong atau menjadi sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar. (Abdurrahmat Fathoni, 2006: 81)

Malayu S.P. Hasibuan (2001: 95) mengemukakan bahwa motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai kepuasan. Perbedaan tingkatan motivasi individu dalam organisasi sangat mempengaruhi hasil kerja dan kinerjanya dalam organisasi. (Anwar Prabu Mangkunegara, 2006: 164).

2.1.3.2 Teori Motivasi

2.1.3.2.1 Teori Motivasi Kepuasan

Teori ini mendasarkan pendekatannya atas faktor–faktor kebutuhan dan kepuasan individu yang menyebabkannya bertindak dan berperilaku dengan cara tertentu. (Malayu S. P. Hasibuan, 2001: 103).

1. Teori Motivasi Klasik

Teori motivasi klasik (teori kebutuhan tunggal) ini dikemukakan oleh Frederick Winslow Taylor. Teori ini menunjukkan bahwa motivasi para pekerja hanya untuk dapat memenuhi kebutuhan dan kepuasan biologis saja, yaitu kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 104)


(39)

2. Teori Hierarki Kebutuhan Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory)

Maslow mendasarkan konsep hirarki kebutuhan pada dua prinsip. Pertama, kebutuhan-kebutuhan manusia dapat disusun dalam satu hirarki dari kebutuhan terendah sampai kebutuhan tertinggi. Kedua, suatu kebutuhan yang telah terpuaskan berhenti menjadi motivator utama dari perilaku. Manusia akan didorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan dan pengalaman yang bersangkutan mengikuti suatu hirarki. (T. Hani Handoko, 2000: 256)

3. Teori Dua Faktor Dari Herzberg (Herzberg’s Two Factor Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa ada dua faktor yang berkaitan dengan kepuasan dan ketidakpuasan dalam bekerja. Kedua faktor tersebut adalah :

a. Faktor yang dapat memotivasi (motivation factor) adalah faktor-faktor yang mendorong seseorang untuk memiliki pekerjaan dengan kepuasan yang menantang agar benar-benar termotivasi, sehingga menambah kepuasan kerja, faktor ini meliputi faktor prestasi, pengakuan/penghargaan, tanggung jawab, faktor pekerjaan serta faktor memperoleh kemajuan dan perkembangan dalam bekerja. (Miftah Thoha, 2008: 230)

b. Faktor Kebutuhan Kesehatan Lingkungan Kerja (hygiene factor) adalah faktor-faktor yang bersifat mencegah penurunan semangat kerja dan dapat menghindarkan kekacauan yang menekan produktivitas, faktor ini dapat berbentuk upah/gaji, hubungan antar pekerja, supervisi teknis, kondisi kerja, kebijaksanaan perusahaan dan proses administrasi di perusahaan.

(Miftah Thoha, 2008: 230) 4. Teori Prestasi Dari Mc Clelland (Mc. Clelland’s Achievement Motivation


(40)

28

Mc Clelland mengelompokkan tiga tingkatan kebutuhan manusia yang dapat memotivasi gairah bekerja, yaitu kebutuhan akan prestasi (need for achievement), kebutuhan akan afiliasi (need for affiliation) dan kebutuhan akan kekuasaan (need for power). Mc Clelland menyatakan bahwa ketika muncul suatu kebutuhan yang kuat di dalam diri seseorang, kebutuhan tersebut memotivasi dirinya untuk menggunakan perilaku yang dapat mendatangkan kepuasannya. (J. Winardi, 2007:81)

5. Teori Keberadaan, Afiliasi dan Kemajuan dari Alderfer (Alderfer’s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory)

Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang utama, yaitu kebutuhan akan keberadaan (existence needs) yang berhubungan dengan kebutuhan dasar, kebutuhan akan afiliasi (relatedness needs) yang menekankan akan pentingnya hubungan antar individu dan bermasyarakat serta kebutuhan akan kemajuan (growth needs). (Ike Janita Dewi, 2006: 80)

6. Teori Motivasi Human Relation

Teori ini mengutamakan hubungan seseorang dengan lingkungannya dan menekankan peranan aktif pimpinan organisasi dalam memelihara hubungan dan kontak-kontak pribadi dengan bawahannya yang dapat membangkitkan gairah kerja. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 115)

7. Teori Motivasi Claude S. George

Teori ini menyatakan bahwa seseorang mempunyai kebutuhan yang berhubungan dengan tempat dan suasana di lingkungan ia bekerja, yaitu upah yang layak, kesempatan untuk maju, pengakuan sebagai individu, keamanan kerja, tempat kerja yang baik, penerimaan oleh kelompok, pengakuan yang wajar dan pengakuan atas prestasi. (Malayu S.P. Hasibuan, 2001: 115)


(41)

2.1.3.2.2 Teori Motivasi Proses

Malayu S.P. Hasibuan (2001: 116) menyatakan bahwa teori motivasi ini merupakan proses “sebab dan akibat” bagaimana seseorang bekerja serta hasil apa yang akan diperolehnya. Teori motivasi proses dikenal antara lain:

1. Teori Harapan (Expectancy Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal-balik antara apa yang ia inginkan dan butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Teori harapan ini didasarkan atas harapan (expectancy), nilai (valence) dan pertautan (instrumentality). (Azhar Arsyad, 2002: 74)

2. Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori motivasi ini menyatakan bahwa keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa individu, yang bekerja dalam rangka memperoleh tukaran imbalan dari organisasi, dimotivasi oleh suatu keinginan untuk diperlakukan adil di pekerjaan. (Kreitner dan Kinicki, 2005: 293)

3. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)

Teori ini didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian kompensasi. Teori pengukuhan ini terdiri atas dua jenis pengukuhan, yaitu pengukuhan positif dan pengukuhan negatif. (Robbins dan Judge, 2008: 244)

2.1.3.3 Hubungan Antara Motivasi Dengan Kinerja

Anwar Prabu Mangkunegara (2006: 164) menyatakan bahwa motivasi adalah kondisi atau keadaan dari pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi berkaitan erat


(42)

30

dengan kepuasan kerja dan kinerja. Motivasi yang ada pada seseorang merupakan kekuatan pendorong yang akan mewujudkan suatu perilaku guna mencapai tujuan kepuasan dirinya. Perbedaan tingkatan motivasi individu dalam organisasi sangat mempengaruhi kinerja yang dapat dicapai dalam pekerjaannya. Menurut teori Attribute atau Expectancy Theory, kinerja merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan, dengan demikian orang yang motivasinya tinggi tetapi memiliki kemampuan yang rendah akan menghasilkan kinerja yang rendah, demikian pula orang yang memiliki kemampuan tinggi tetapi motivasinya rendah. Hubungan antara motivasi dengan kinerja tidak selalu tetap, tetapi akan mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi setempat (Siswanto Sastrohadiwiryo, 2003: 273).

2.1.4 Persepsi

2.1.4.1 Pengertian Persepsi

Veithzal Rivai (2008: 231) menyatakan bahwa persepsi merupakan proses yang ditempuh individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungan mereka. Persepsi adalah proses dari seseorang dalam memahami lingkungannya yang melibatkan pengorganisasian dan penafsiran sebagai rangsangan dalam suatu pengalaman psikologis. Persepsi membantu individu dalam memilih, mengatur, menyimpan dan menginterpretasikan rangsangan menjadi gambaran dunia yang utuh dan berarti. (Ivancevich, et al, 2007: 116)

2.1.4.2Proses Persepsi

Persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu proses penerimaan, pemilihan, pengorganisasian, serta pemberian arti terhadap rangsang yang diterima. Namun demikian pada proses tersebut tidak hanya sampai pada pemberian arti saja tetapi


(43)

akan mempengaruhi pada perilaku yang akan dipilihnya sesuai dengan rangsang yang diterima dari lingkungannya. Proses persepsi melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Proses Perseptual: Suatu Interpretasi Individual Sumber : Ivancevich, et al, 2007: 117

Gambar 2.1 di atas mengilustrasikan kerangka kerja dasar dan elemen dari persepsi yang beroperasi sebagai suatu proses kognitif. Setiap orang membuat pilihan individu dan merespon dengan cara yang berbeda. Orang melihat dunia di sekeliling mereka dengan cara mereka sendiri yang unik dan berperilaku sesuai dengan interpretasi mereka.

Individu berusaha merasionalisasikan stimulus lingkungan dengan pengamatan, pemilihan dan penerjemahan. Masing-masing dari ketiga aktivitas ini dipengaruhi oleh jenis faktor yang ditunjukkan dalam gambar 2.1. Pemilihan (seleksi) persepsi merupakan proses memusatkan perhatian pada stimulus yang penting, besar dan intens. Secara umum, orang mempersepsikan stimulus yang memuaskan kebutuhan, emosi, sikap atau konsep diri mereka sendiri. Hal ini

Proses persepsi seseorang :

pengorganisasian, pemilihan, penerjemahan Stimulus Lingkungan Kerja Rangsangan (misalnya sistem imbalan organisasi yang bersangkutan, gaya persuasi yang digunakan oleh supervisor, aliran kerja) Pengamatan • Penglihatan • Pembelajaran • Pengecapan • Penciuman Pemilihan • Intensitas • Ukuran • Ketidak- sabaran Penerjemahan • Stereotip • Konsep Diri • Emosi Respon • Sikap • Perasaan • Motivasi • Perilaku


(44)

32

merupakan bagian tahapan penerjemahan. Tahapan mengamati, memilih dan menerjemahkan saling berhubungan untuk membentuk proses persepsi yang mendahului setiap respon. Ada tiga respon internal yang diilustrasikan, yaitu sikap, perasaan dan motivasi. (Ivancevich, et al, 2007:117)

2.1.4.3 Faktor yang mempengaruhi Persepsi

Persepsi tidak muncul begitu saja, ada beberapa faktor yang melatar belakangi munculnya persepsi. Faktor-faktor tersebut menyebabkan orang dapat memiliki interprestasi yang berbeda-beda mengenai suatu stimulus yang sama. Menurut Robbins dan Judge (2008: 175), ada tiga faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu:

1. Pelaku persepsi

Apabila seorang individu memandang pada suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran tersebut dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik pribadi dari pelaku persepsi individual tersebut. Karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, dan pengharapan.

2. Target persepsi

Karakteristik-karakteristik dari target yang diamati dapat mempengaruhi persepsi. Karakteristik target yang mempengaruhi persepsi adalah intensitas, ukuran, kontras, pengulangan dan gerakan.

3. Situasi

Unsur-unsur dalam lingkungan sekitar sepeti waktu, keadaan tempat bekerja, dan keadan sosial dapat mempengaruhi persepsi seseorang. Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi tersebut timbul dan perlu pula mendapat perhatian.


(45)

2.1.4.4 HubunganAntara Persepsi Dengan Kinerja

Robbins dan Judge (2008: 175) menyatakan bahwa persepsi adalah penyeleksian, pengorganisasian dan penginterpretasian data yang berhubungan dengan panca indra. Individu tidak melihat objek sebenarnya, tetapi mempercayai apa yang ia persepsikan adalah benar. Persepsi adalah realita pribadi dan akan mempengaruhi perilaku. Dimensi inti pekerjaan yang menyenangkan menurut persepsi pegawai akan menghasilkan motivasi potensial positif yang akan mempengaruhi hasil kinerja. Pekerja biasanya memiliki sejumlah persepsi mengenai konsep diri dalam sebuah peran (self concept), persepsi bahwa diri mereka berguna (self esteem) dan persepsi tentang kemampuan untuk menghasilkan hasil yang positif (self efficacy). Hal tersebut akan mempengaruhi peningkatan kinerja. (Agustiar,dkk., 2005: 254)

2.1.5 Beban Kerja

2.1.5.1 Pengertian Beban Kerja

Setiap pekerjaan merupakan beban bagi yang bersangkutan. Beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun mental (Tarwaka, 2004: 95). Everly dan Girdano (dalam Munandar 2001: 45) menyatakan bahwa beban kerja adalah keadaan dimana pekerja dihadapkan pada tugas yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Kategori lain dari beban kerja adalah kombinasi dari beban kerja kuantitatif dan kualitatif. Beban kerja secara kuantitatif yaitu timbul karena tugas-tugas terlalu banyak atau sedikit. Sedangkan beban kerja kualitatif, jika pekerja merasa tidak mampu melaksanakan tugas atau tugas tidak menggunakan keterampilan atau potensi dari pekerja. (Tulus Winarsunu, 2008: 84)


(46)

34

2.1.5.2 Faktor Yang Mempengaruhi Beban Kerja

Menurut Tarwaka (2004: 95), faktor yang mempengaruhi beban kerja adalah:

2.1.5.2.1Faktor Eksternal

Faktor eksternal beban kerja adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja. Aspek beban kerja eksternal sering disebut sebagai stressor. Yang termasuk beban kerja eksternal adalah:

1. Tugas-tugas (tasks)

Tugas ada yang bersifat fisik seperti, tata ruang kerja, stasiun kerja, alat dan sarana kerja, kondisi kerja, sikap kerja dan alat bantu kerja. Tugas juga ada yang

bersifat mental seperti, kompleksitas pekerjaan dan tanggung jawab terhadap pekerjaan.

2. Organisasi kerja

Organisasi kerja yang mempengaruhi beban kerja misalnya, lamanya waktu kerja, waktu istirahat, kerja bergilir, sistem pengupahan, kerja malam, tugas dan wewenang.

3. Lingkungan kerja

Lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi beban kerja adalah yang termasuk dalam beban tambahan akibat lingkungan kerja. Misalnya saja lingkungan kerja fisik (penerangan, kebisingan, getaran mekanis), lingkungan kerja kimiawi (debu, gas pencemar udara), lingkungan kerja biologis (bakteri, virus dan parasit) dan lingkungan kerja psikologis (penempatan tenaga kerja).


(47)

2.1.5.2.2Faktor Internal

Faktor internal beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh itu sendiri sebagai akibat adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Reaksi tersebut dikenal dengan strain. Secara ringkas faktor internal meliputi:

1. Faktor somatis, yaitu jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi kesehatan, status gizi.

2. Faktor psikis, yaitu motivasi, persepsi, kepercayaan, keinginan, kepuasaan, dan

lain sebagainya.

2.1.5.3Perhitungan Beban Kerja Guru

Satuan waktu kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan dicantumkan dalam tabel 2.1 sebagai berikut.

Tabel 2.1. Alokasi Waktu Satu Jam Tatap Muka

No. Jenis Sekolah Alokasi waktu satu jam tatap muka (menit)

umlah jam tatap muka per minggu 1. D/SLB

- Kelas I s.d III 35 29 s.d 32

- Kelas IV s.d VI 35 34

2. MP, MTs, SMPLB 40 34

3. MA, MA, SMALB 45 38 s.d 39

4. MK, MAK 45 38 s.d 39

Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006

Beban kerja guru yang dapat dihitung sebagai pemenuhan kewajiban mengajar 24 jam tatap muka per minggu adalah jumlah jam kerja guru apabila mengajar pada mata pelajaran sesuai dengan bidang keahliannya. Perhitungan beban guru mengacu pada jumlah kebutuhan guru yang dihasilkan dalam proses perencanaan guru pada tingkat sekolah. Dengan mempertimbangkan tugas tambahan bagi guru tertentu, maka jam tatap muka didistribusikan kepada guru


(48)

36

yang ada. Dari analisis ini akan didapatkan guru yang mengajar minimal 24 jam dan kurang dari 24 jam. Bagi guru yang tidak memenuhi 24 jam mengajar dicarikan penyelesaian masalahnya sesuai dengan kondisi dan kewenangan pihak yang berhak mengambil keputusan. Bagi guru yang memenuhi mengajar minimal 24 jam, dibuatkan Surat Keputusan mengajar oleh kepala sekolah. (Depdiknas, 2008: 14).

2.1.5.4Hubungan Beban Kerja Dengan Kinerja

Pierce (2001: 35) menyatakan beban kerja yang tinggi dapat menyebabkan kurang senangnya pekerja terhadap pekerjaannya hingga akhirnya berubah menjadi kelelahan kerja. Beban kerja juga berdampak terhadap fisik dan psikis pekerja sehingga mengganggu produktivitas kerja dan akhirnya akan berdampak buruk bagi kinerjanya. Semakin banyak tugas yang harus dikerjakan oleh pekerja itu berarti semakin berat beban kerja yang disandangnya dan semakin tidak optimal hasil yang didapatkannya.


(49)

2.2. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka Teori

Sumber : Anwar Prabu Mangkunegara (2006), Depkes RI (2000), Gomes (2003), Ivancevich, et al (2007), Malayu S.P.Hasibuan (2001), Robbins dan Judge (2008), Sudarmanto (2009), T. Hani Handoko (2000), Tulus Winarsunu (2008), Veithzal Rivai (2008), Wibowo (2007)

FAKTOR INDIVIDU • Kemampuan dan

keterampilan • Pengalaman • Usia

• Jenis Kelamin • Masa kerja

VARIABEL PSIKOLOGIS • Persepsi • Sikap • Kepribadian • Belajar

FAKTOR ORGANISASI • Sumber daya

• Kepemimpinan • Imbalan

• Struktur Organisasi • Desain pekerjaan • Beban Kerja

Kinerja guru UKS dalam pelaksanaan


(50)

38 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis yang berhubungan dengan pokok permasalahan, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut :

1. Ada hubungan antara motivasi dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

2. Ada hubungan antara persepsi dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang

3. Ada hubungan antara beban kerja dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

VARIABEL BEBAS Motivasi Persepsi B b k j

VARIABEL TERIKAT Kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS

VARIABEL PERANCU

Umur

Keterampilan Masa kerja


(51)

3.3 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif. Metode atau rancangan penelitian yang digunakan adalah metode penelitian explanatory research dengan menggunakan pendekatan cross sectional.

3.4 Variabel Penelitian 3.4.1 Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu motivasi guru UKS, persepsi guru UKS dan beban kerja guru UKS.

3.4.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS di SDN Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang.

3.4.3 Variabel Perancu

Variabel perancu dalam penelitian ini yaitu umur, keterampilan dan masa kerja. Variabel perancu tersebut tidak diteliti.

3.5 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Variabel Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran Data

No. Variabel efinisi Operasional Pengukuran Instrumen Kategori kala Data

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1. otivasi ngkat keinginan atau dorongan dalam diri guru UKS untuk berperilaku dalam pelaksanaan kegiatan UKGS

etode angket esioner, risi 16 item

pernyataan,untuk pernyataan favorable or 5=SS, or 4=S, or 3=R, or 2=TS, or 1=STS

tegori diperoleh dari total scoring jawaban responden kemudian dicari rerata : 1.Rendah : 16-37 2.Sedang: 38-59 3.Tinggi : 60-80 (Saifudin Azwar, 2008: 109)

dinal

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

rsepsi Interpretasi guru tentang peran guru UKS dan

pelaksanaan UKGS

etode angket esioner, risi 12 item

pernyataan,untuk pernyataan

tegori diperoleh dari total scoring jawaban responden kemudian dicari


(52)

40 favorable or 5=SS, or 4=S, or 3=N, or 2=TS, or 1=STS ata : 1.Negatif : 12-28 2.Netral: 29-45 3.Positif : 46-60 aifudin Azwar, 2008:

109) ban kerja Interpretasi guru

terhadap

keseluruhan tugas dan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab guru di sekolah

etode angket esioner,

risi 8 pertanyaan, dengan or 1=Ya, or 0= Tidak

tegori diperoleh dari total scoring jawaban responden kemudian dicari rerata : 1.Rendah : 0-2 2.Sedang: 3-5 3.Tinggi : 6-8 (Saifudin Azwar, 2008: 109)

dinal

nerja Gambaran tampilan kerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS berdasarkan uraian tugas.

etode angket esioner, risi 20 item

pernyataan, or 5=SLD, or 4=SD, or 3=JD, or 2=SJD, or 1=TD

tegori diperoleh dari total scoring jawaban responden kemudian dicari rerata : 1.Kurang : 20-46 2.Cukup : 47-73 3.Baik : 74-100 (Saifudin Azwar, 2008: 109)

dinal

3.6 Populasi dan Sampel Penelitian 3.6.1 Populasi Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh guru UKS di SDN wilayah Kecamatan Pringapus sejumlah 25 guru.

3.6.2 Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini dipilih secara keseluruhan atau total sampling. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah seluruh guru UKS sekolah dasar di wilayah kecamatan Pringapus yang berjumlah 25 orang. Menurut Sugiyono (2004: 61) total sampling disebut juga sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, yaitu kurang dari 30 orang. 3.7 Instrumen Penelitian


(53)

Instrumen penelitian adalah perangkat untuk mengumpulkan data dari suatu penelitian dengan menggunakan suatu metode (Suharsimi Arikunto, 2006:149).

3.7.1 Kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden (Suharsimi Arikunto, 2006:151). Kuesioner digunakan untuk mengukur motivasi, persepsi, beban kerja dan kinerja responden. Skala pengukuran motivasi kerja terdiri dari sebelas pernyataan positif (favorable), yaitu pernyataan nomer 1, 2, 5, 7, 9, 11, 12, 13, 14, 15, dan 16, serta lima pernyataan negatif (unfavorable), yaitu pernyataan nomer 3, 4, 6, 8 dan 10. Sedangkan skala pengukuran persepsi terdiri dari delapan pernyataan positif (favorable), yaitu pernyataan nomer 1, 2, 3, 7, 9, 10, 11, dan 12, serta empat pernyataan negatif (unfavorable), yaitu pernyataan nomer 4, 5, 6 dan 8. Instrumen dibuat dengan menggunakan skala tipe Likert (Summated Rating Method).

3.7.1.1Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen (Suharsimi Arikunto, 2006:168). Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 12.00 dimana hasil akhirnya r hitung dibandingkan dengan r tabel product momen. Apabila r hitung > r tabel maka dinyatakan valid.

3.7.1.2Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan sejauh mana suatu instrumen itu dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau


(54)

42

lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan instrumen yang sama. (Soekidjo Notoatmodjo, 2005:133). Untuk mengetahui instrumen penelitian ini

reliabel atau tidak maka digunakan program SPSS versi 12.00 dengan kriteria jika r alpha > r tabel product momen, maka butir pertanyaan tersebut reliabel.

3.8 Sumber Data Penelitian 3.8.1Data Primer

Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian ataupun

responden selama penelitian. Data primer diperoleh dari kuesioner yang meliputi: 1. Data tentang identitas responden yang akan diteliti yaitu, umur, jenis kelamin,

tingkat pendidikan dan masa kerja.

2. Data motivasi, persepsi, beban kerja dan kinerja responden 3.8.2Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari dokumen instansi, yang meliputi: 1. Profil kecamatan Pringapus

2. Data guru UKS sekolah dasar di wilayah Kecamatan Pringapus 3. Data cakupan pelayanan UKGS kecamatan Pringapus

3.9 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.9.1Metode Angket

Dalam metode angket ini menggunakan alat yang dinamakan kuisioner. Jenis angket yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tertutup (close form questioner). Dalam pelaksanaan penelitian, angket diisi oleh


(55)

responden dengan didampingi oleh peneliti. Jika responden tidak mengerti atau kurang paham dengan pertanyaan maka peneliti menjelaskannya.

3.9.2Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data-data dengan melihat, membaca, mempelajari dan mencatat data-data tertulis yang berhubungan dengan objek penelitian serta untuk penambahan data yang belum lengkap.

3.10 Teknik Pengolahan dan Analisis Data 3.10.1 Proses Pengolahan Data

Agar analisis data penelitian menghasilkan informasi yang benar dan tepat maka sebelum melakukan analisis perlu dilakukan proses manajemen atau

pengolahan data yang terdiri dari: 3.10.1.1 Editing

Editing yaitu memeriksa kembali kelengkapan data yang telah dikumpulkan yang meliputi kebenaran pengisian, kelengkapan jawaban, konsistensi dan relevansi

jawaban terhadap daftar pertanyaan yang diberikan. 3.10.1.2 Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi angka atau bilangan masing–masing variabel penelitian diberi kode angka selanjutnya dimasukkan dalam lembar tabel kerja untuk mempermudah entri data di komputer.


(56)

44

3.10.1.3 Tabulation

Tabulation dilakukan dengan cara mengelompokkan jawaban hasil penelitian yang serupa dan menjumlahkannya dengan cara teliti dan teratur ke dalam tabel yang telah disediakan.

3.10.2 Analisis Data 3.10.2.1 Analisis Univariat

Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian. Dalam analisis ini menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel seperti jenis kelamin,umur, tingkat pendidikan dan masa kerja guru UKS.

3.10.2.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariat merupakan analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan. Analisis terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dilakukan dengan uji statistik sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui hubungan antara motivasi dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS dapat dilakukan dengan pengujian statistik uji Chi Square, dan bila tidak memenuhi syarat uji Chi Square maka digunakan uji alternatifnya, yaitu uji Fisher’s Exact.

2. Untuk mengetahui hubungan antara persepsi dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS dapat dilakukan dengan pengujian statistik uji Chi Square, dan bila tidak memenuhi syarat uji Chi Square maka digunakan uji alternatifnya, yaitu uji Fisher’s Exact.

3. Untuk mengetahui hubungan antara beban kerja dengan kinerja guru UKS dalam pelaksanaan UKGS dapat dilakukan dengan pengujian statistik uji Chi


(57)

Square, dan bila tidak memenuhi syarat uji Chi Square maka digunakan uji alternatifnya, yaitu uji Fisher’s Exact. (Sopiyudin Dahlan, 2004: 123-135)

Dasar pengambilan keputusan yang dipakai berdasarkan ρ value. Jika ρ value < 0,05 maka Ho ditolak. Ini berarti kedua variabel ada hubungan. Akan

tetapi jika Ho diterima yaitu jika ρ value > 0,05, ini berarti kedua variabel tidak ada hubungan.

Sedangkan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antar variabel bebas dan terikat, maka digunakan (Coefisient Contingency) koefisiensi kontingensi. Kriteria keeratan hubungan dengan menggunakan koefisiensi kontingensi, yaitu sebagai berikut :

1. Interval koefisien 0,00-0,199, maka tingkat hubungan sangat rendah 2. Interval koefisien 0,20-0,399, maka tingkat hubungan rendah 3. Interval koefisien 0,40-0,599, maka tingkat hubungan sedang 4. Interval koefisien 0,60-0,799, maka tingkat hubungan kuat 5. Interval koefisien 0,80-1,000, maka tingkat hubungan sangat kuat (Sugiyono, 2006: 216)


(58)

46 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Data

4.1.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian

Wilayah penelitian ini adalah Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang, dari monografi desa diperoleh data tentang batas Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang yaitu :

sebelah utara : Kecamatan Ungaran sebelah selatan: Kecamatan Bawen sebelah barat : Kecamatan Bergas

sebelah timur : Kecamatan Kedungjati Kabupaten Grobogan

Secara geografis Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang mempunyai luas 7.734,66 Ha yang terdiri atas 8 desa yaitu Desa Klepu, Desa Pringsari, Desa Jatirunggo, Desa Derekan, Desa Wonoyoso, Desa Wonorejo, Desa Candirejo dan Desa Penawangan. Kecamatan Pringapus Kabupaten Semarang mempunyai sarana pendidikan sebanyak 25 sekolah dasar (SD). (Data Geografis Kec. Pringapus, 2009)

4.1.2 Karakteristik Responden 2.1.1.5Jenis Kelamin Responden

Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut:


(59)

Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)

(1) (2) (3)

Laki-laki 20 80

Perempuan 5 20

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Data hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa jumlah responden perempuan sebanyak 5 orang (20%), dan jumlah responden laki-laki sebanyak 20 orang (80%).

2.1.1.6Umur Responden

Distribusi responden berdasarkan umur dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)

(1) (2) (3) 25-30 9 36 31-36 3 12 37-42 7 28

43-48 1 4

49-54 5 20

Jumlah 25 100

Sumber : Data Primer Tahun 2010

Data hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 9 orang responden (36%) berumur 25 sampai dengan 30 tahun, sedangkan hanya 1 orang responden (4%) yang berumur 43 sampai dengan 48 tahun.

2.1.1.7Masa Kerja Responden


(1)

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for motivasi guru (rendah / tinggi) 11.250 1.647 76.849 For cohort kinerja guru = kurang 4.154 1.114 15.488 For cohort kinerja guru = baik .369 .157 .867

N of Valid Cases 25

CROSSTAB PERSEPSI DENGAN KINERJA

Sebelum Penggabungan Sel

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent persepsi guru * kinerja guru 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

persepsi guru * kinerja guru Crosstabulation

kinerja guru Total

kurang cukup baik

persepsi guru negatif Count 6 3 3 12 Expected Count 5.3 3.4 3.4 12.0 % within kategori persepsi guru 50.0% 25.0% 25.0% 100.0% % within kinerja guru 54.5% 42.9% 42.9% 48.0% % of Total 24.0% 12.0% 12.0% 48.0%

netral Count 2 1 2 5

Expected Count 2.2 1.4 1.4 5.0 % within kategori persepsi guru 40.0% 20.0% 40.0% 100.0% % within kinerja guru 18.2% 14.3% 28.6% 20.0% % of Total 8.0% 4.0% 8.0% 20.0%

positif Count 3 3 2 8

Expected Count 3.5 2.2 2.2 8.0 % within kategori persepsi guru 37.5% 37.5% 25.0% 100.0% % within kinerja guru 27.3% 42.9% 28.6% 32.0% % of Total 12.0% 12.0% 8.0% 32.0%

Total Count 11 7 7 25

Expected Count 11.0 7.0 7.0 25.0 % within kategori persepsi guru 44.0% 28.0% 28.0% 100.0% % within kinerja guru 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 44.0% 28.0% 28.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square .925(a) 4 .921 Likelihood Ratio .887 4 .926 Linear-by-Linear Association .132 1 .716 N of Valid Cases 25


(2)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .189 .921

N of Valid Cases 25

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

CROSSTAB PERSEPSI DENGAN KINERJA

Setelah Penggabungan Sel

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent persepsi guru * kinerja guru 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

persepsi guru * kinerja guru Crosstabulation

kinerja guru Total

kurang Cukup + baik

persepsi guru negatif Count 6 6 12

Expected Count 5.3 6.7 12.0

% within persepsi guru 50.0% 50.0% 100.0% % within kinerja guru 54.5% 42.9% 48.0% % of Total 24.0% 24.0% 48.0%

netral + positif Count 5 8 13

Expected Count 5.7 7.3 13.0

% within persepsi guru 38.5% 61.5% 100.0% % within kinerja guru 45.5% 57.1% 52.0% % of Total 20.0% 32.0% 52.0%

Total Count 11 14 25

Expected Count 11.0 14.0 25.0

% within persepsi guru 44.0% 56.0% 100.0% % within kinerja guru 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 44.0% 56.0% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square .337(b) 1 .561 Continuity Correction(a) .031 1 .859

Likelihood Ratio .338 1 .561

Fisher's Exact Test .695 .430

Linear-by-Linear Association .324 1 .569

N of Valid Cases 25

a Computed only for a 2x2 table


(3)

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .115 .561

N of Valid Cases 25

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for persepsi guru (negatif / positif) 1.600 .326 7.848 For cohort kinerja guru = kurang 1.300 .534 3.167 For cohort kinerja guru = baik .813 .399 1.653

N of Valid Cases 25

CROSSTAB BEBAN KERJA DENGAN KINERJA

Sebelum Penggabungan Sel

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent beban kerja guru * kinerja guru 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

beban kerja guru * kinerja guru Crosstabulation

kinerja guru Total

kurang cukup baik

beban kerja guru rendah Count 1 1 0 2

Expected Count .9 .6 .6 2.0

% within beban kerja guru 50.0% 50.0% .0% 100.0% % within kinerja guru 9.1% 14.3% .0% 8.0%

% of Total 4.0% 4.0% .0% 8.0%

sedang Count 0 5 4 9

Expected Count 4.0 2.5 2.5 9.0

% within beban kerja guru .0% 55.6% 44.4% 100.0% % within kinerja guru .0% 71.4% 57.1% 36.0% % of Total .0% 20.0% 16.0% 36.0%

tinggi Count 10 1 3 14

Expected Count 6.2 3.9 3.9 14.0 % within beban kerja guru 71.4% 7.1% 21.4% 100.0% % within kinerja guru 90.9% 14.3% 42.9% 56.0% % of Total 40.0% 4.0% 12.0% 56.0%

Total Count 11 7 7 25

Expected Count 11.0 7.0 7.0 25.0

% within beban kerja guru 44.0% 28.0% 28.0% 100.0% % within kinerja guru 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% % of Total 44.0% 28.0% 28.0% 100.0%


(4)

Chi-Square Tests

Value df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 12.977(a) 4 .011 Likelihood Ratio 17.316 4 .002 Linear-by-Linear Association 2.247 1 .134 N of Valid Cases 25

a 8 cells (88.9%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .56.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .585 .011

N of Valid Cases 25

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

CROSSTAB BEBAN KERJA DENGAN KINERJA

Setelah Penggabungan Sel

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

beban kerja * kinerja guru 25 100.0% 0 .0% 25 100.0%

beban kerja * kinerja guru Crosstabulation

kinerja guru Total

kurang cukup+baik

beban kerja rendah +sedang Count 1 10 11 Expected Count 4.8 6.2 11.0 % within beban transform 9.1% 90.9% 100.0% % within kinerja transform 9.1% 71.4% 44.0% % of Total 4.0% 40.0% 44.0%

tinggi Count 10 4 14

Expected Count 6.2 7.8 14.0 % within beban transform 71.4% 28.6% 100.0% % within kinerja transform 90.9% 28.6% 56.0% % of Total 40.0% 16.0% 56.0%

Total Count 11 14 25

Expected Count 11.0 14.0 25.0

% within beban transform 44.0% 56.0% 100.0% % within kinerja transform 100.0% 100.0% 100.0%


(5)

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided) Pearson Chi-Square 9.715(b) 1 .002 Continuity Correction(a) 7.350 1 .007 Likelihood Ratio 10.843 1 .001

Fisher's Exact Test .004 .003

Linear-by-Linear Association 9.326 1 .002

N of Valid Cases 25

a Computed only for a 2x2 table

b 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.84.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .529 .002

N of Valid Cases 25

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

Risk Estimate

Value 95% Confidence Interval

Lower Upper

Odds Ratio for beban kerja (sedang / tinggi) .040 .004 .424 For cohort kinerja guru= kurang .127 .019 .849 For cohort kinerja guru= baik 3.182 1.361 7.437


(6)

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1.

Pengisian

Kuesioner

Gambar 2.

Pengisian


Dokumen yang terkait

Analisis Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) di Wilayah Puskesmas Polonia Kecamatan Medan Polonia Tahun 2014

29 338 136

Pelaksanaan Program Usaha Kesehatan Sekolah (uks) Pada Sekolah Dasar Negeri Di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

15 191 100

Status Kesehatan Gigi Dan Mulut Murid Dan Pelaksanaan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah Pada Sekolah Dasar Negeri 060880 Dan 060890 Kecamatan Medan Polonia Tahun 2009

1 49 57

PELAKSANAAN PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI SE KECAMATAN ALIAN KABUPATEN KEBUMEN TAHUN AJARAN 2015 2016

0 7 118

HUBUNGAN PERSEPSI GURU TERHADAP PERILAKU KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH, PERSONALITY DAN MOTIVASI KERJA DENGAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR NEGERI DI KECAMATAN MEDAN BARU.

0 1 36

PERSEPSI GURU TENTANG IKLIM ORGANISASI SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI KERJA GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG.

0 0 12

(ABSTRAK) HUBUNGAN MOTIVASI, PERSEPSI DAN BEBAN KERJA TERHADAP KINERJA GURU UKS DALAM PELAKSANAAN USAHA KESEHATAN GIGI SEKOLAH (UKGS) DI SEKOLAH DASAR NEGERI (SDN) KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2010.

0 0 3

PELAKSANAAN PROGRAM DOKTER KECIL DALAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH (UKS) DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN PUNDONG KABUPATEN BANTUL TAHUN 2016.

1 3 111

Pelaksanaan Program Dokter Kecil dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul Tahun 2014.

0 0 15

PERAN UKS (USAHA KESEHATAN SEKOLAH) DALAM UPAYA OBESITAS PADA SISWA DI SDN (SEKOLAH DASAR NEGERI) LAMPER KIDUL 02 SEMARANG

0 5 58