2.2.7. Diagnosis
Diagnosis pada trauma mata dapat ditegakkan melalui gejala klinis, anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Namun hal ini tidaklah mutlak
dilakukan dikarenakan trauma kimia pada mata merupakan kasus gawat darurat sehingga hanya diperlukan anamnesis singkat.
1,6,8,10,11,12
A. Anamnesis
Diagnosis trauma kimia pada mata lebih sering didasarkan pada anamnesis dibandingkan atas dasar tanda dan gejala. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri
dengan derajat yang bervariasi, fotofobia, penurunan penglihatan serta adanya halo di sekitar cahaya.
Umumnya pasien datang dengan keluhan adanya riwayat terpajan cairan atau gas kimia pada mata. Keluhan pasien biasanya nyeri setelah terpajan, rasa
mengganjal di mata, pandangan kabur, fotofobia, mata merah dan rasa terbakar. Jenis bahan sebaiknya digali, misalnya dengan menunjukkan botol bahan
kimia, hal ini dapat membantu menentukan jenis bahan kimia yang mengenai mata.Waktu dan durasi dari pajanan, gejala yang timbul segera setelah pajanan,
serta penatalaksanaan yang telah diberikan di tempat kejadian juga merupakan anamnesis yang dapat membantu dalam diagnosis.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang cermat harus ditunda setelah dilakukan irigasi yang cukup pada mata yang terkena dan PH mata telah netral. Setelah dilakukan irigasi,
dilakukan pemeriksaan dengan seksama terutama melihat kejernihan dan integritas kornea, iskemia limbus dan tekanan intraokular. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan pemberian anestesi topikal.
9,11,13
Pada pemeriksaan fisik dan oftalmologi dapat dijumpai adalah defek epitel kornea, dapat ringan berupa keratitis pungtata sampai kerusakan seluruh epitel.
Secara umum dari pemeriksaan fisik dapat dijumpai :
9,11,13,14,15
Kekeruhan kornea yang dapat bervariasi dari kornea jernih sampai opasifikasi total sehingga menutupi gambaran bilik mata depan.
Perforasi kornea. Sangat jarang terjadi, biasa pada trauma berat yang penyembuhannya tidak baik.
Universitas Sumatera Utara
Reaksi inflamasi bilik mata depan, dalam bentuk flare dan cells. Temuan ini biasa terjadi pada trauma basa dan berhubungan dengan penetrasi yang
lebih dalam.
Peningkatan tekanan intraokular
Kerusakan jaringan parut pada adneksa. Pada kelopak mata hal ini menyebabkan kesulitan menutup mata sehingga meng-exspose permukaan
bola yang telah terkena trauma.
Inflamasi konjungtiva.
Iskemia perilimbus
Penurunan tajam penglihatan yang terjadi karena kerusakan epitel dan kekeruhan kornea
Pada trauma derajat ringan sampai sedang biasanya yang dapat ditemukan berupa kemosis, edema pada kelopak mata, luka bakar derajat satu pada kulit
sekitar, serta adanya sel dan flare pada bilik mata depan. Pada kornea dapat ditemukan keratitis pungtata sampai erosi epitel kornea dengan kekeruhan pada
stroma. Sedangkan pada derajat berat mata tidak merah, melainkan putih karena terjadinya iskemia pada pembuluh darah konjungtiva. Kemosis lebih jelas, dengan
derajat luka bakar yang lebih berat pada kulit sekitar mata, serta opasitas pada kornea.
9,13,14,15
C. Pemeriksaan Penunjang