Definisi Etiologi Gejala klinis

nasal dekat tempat masuk saraf optik dan 7 buah arteri siliar anterior, yang terdapat 2 pada setiap otot superior, medial inferior, datu pada otot rektus lateral. Arteri siliar anterior dan posterior ini bergabung menjadi satu membentuk arteri sirkularis mayor pada badan siliar.Uvea posterior mendapat perdarahan dari 15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat masuk saraf optika. 1,2,4

2.1.6. Lensa

Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata dan bersifat bening.Lensa di dalam bola mata terletak di belakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk seperti cakram yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi.Lensa berbentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang. 1,2,4,5 Gambar 2.Anatomi Mata

2.2. Trauma Kimia Pada Mata

2.2.1. Definisi

Trauma kimia mata merupakan trauma pada mata yang disebabkan substansi dengan pH yang tinggi basa atau yang rendah asam. Trauma kimia biasanya disebabkan bahan-bahan yang tersemprot atau terpercik pada wajah.Bahan kimia dikatakan bersifat asam bila mempunyai pH 7 dan dikatakan bersifat basa bila mempunyai pH 7. 1,2,6,7

2.2.2. Etiologi

Universitas Sumatera Utara Substansi kimia yang biasanya menyebabkan trauma pada mata digolongkan menjadi 2 kelompok : 6,7,8,9 1. Alkalibasa Bahan alkali yang biasanya menyebabkan trauma kimia adalah: a. Amonia NH 3 , zat ini banyak ditemukan pada bahan pembersih rumah tangga, zat pendingin, dan pupuk. b. NaOH, sering ditemukan pada pembersih pipa. c. Potassium hydroxide KOH, seperti caustic potash d. Magnesium Hydroxide MgOH 2 seperti pada kembang api e. LimeCaOH 2 , seperti pada perekat, mortar, semen dan kapur. 2. Acidasam Bahan asam yang menyebabkan trauma adalah: a. Sulfuric acid H2SO4, contohnya aki mobil, bahan pembersih industry. b. Sulfurous acid H2SO3, pada pengawet sayur dan buah. c. Hydrofluoric acid HF, efeknya sama bahayanya dengan trauma alkali. Ditemukan pada pembersih karat, pengilat aluminium, penggosok kaca. d. Acetic acid CH 3 COOH, pada cuka. e. Hydrochloric acid HCl 31-38, zat pembersih.

2.2.3. Trauma Asam A. Definisi

Merupakan trauma pada mata yang diakibatkan oleh bahan kimia yang memiliki pH 7. 1,2,6,7

B. Patofisiologi

Trauma asam dipisahkan dalam dua mekanisme, yaitu ion hidrogen dan anion dalam kornea. Molekul hidrogen merusak permukaan okular dengan mengubah pH, sementara anion merusak dengan cara denaturasi protein, presipitasi dan koagulasi. Koagulasi protein umumnya mencegah penetrasi yang lebih lanjut dari zat asam, dan menyebabkan tampilan ground glass dari stroma korneal yang mengikuti trauma akibat asam.Sehingga trauma pada mata yang disebabkan oleh Universitas Sumatera Utara zat kimia asam cenderung lebih ringan daripada trauma yang diakibatkan oleh zat kimia basa. 1,2,6,7,8,9,10 Asam hidroflorida adalah satu pengecualian.Asam lemah ini secara cepat melewati membran sel, seperti alkali.Ion fluoride dilepaskan ke dalam sel, dan memungkinkan menghambat enzim glikolitik dan bergabung dengan kalsium dan magnesium membentuk insoluble complexes.Nyeri local yang ekstrim bisa terjadi sebagai hasil dari immobilisasi ion kalsium, yang berujung pada stimulasi saraf dengan pemindahan ion potassium. 6,7,8,9,10,12 Bahan kimia asam yang mengenai jaringan akan mengadakan denaturasi dan presipitasi dengan jaringan protein disekitarnya, karena adanya daya buffer dari jaringan terhadap bahan asam serta adanya presipitasi protein maka kerusakannya cenderung terlokalisir. Bahan asam yang mengenai kornea juga mengadakan presipitasi sehingga terjadi koagulasi, kadang-kadang seluruh epitel kornea terlepas.Bahan asam tidak menyebabkan hilangnya bahan proteoglikan di kornea. Bila trauma diakibatkan asam keras maka reaksinya mirip dengan trauma basa.Bila bahan asam mengenai mata maka akan segera terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, sehingga bila konsentrasi tidak tinggi maka tidak akan bersifat destruktif seperti trauma alkali. Biasanya kerusakan hanya pada bagian superfisial saja. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak bahan asam dengan jaringan. Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam. 6,7,8,9,11,12 Bila mata terkena trauma suatu bahan asam maka akan terjadi peristiwa berikut: 10,11,12 a. Pada minggu pertama:  Terjadi koagulasi protein epitel kornea yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea, demikian pula terjadi koagulasi protein konjungtiva bulbi. Koagulasi protein ini terbatas pada daerah kontak asam dengan jaringan.  Akibat koagulasi protein ini kadang-kadang seluruh kornea terkelupas  Koagulasi protein ini dapat mengenai jaringan yang lebih dalam seperti stroma kornea, keratosit dan endotel kornea  Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan terjadi edem kornea, iritis, dan katarak Universitas Sumatera Utara  Bila trauma disebabkan asam lemah maka regenerasi epitel akan terjadi dalam beberapa hari dan kemudian sembuh  Bila trauma disebabkan asam kuat maka stroma kornea akan berwarna kelabu infiltrasi sel radang ke dalamnya. Infiltrasi sel ke dalam stroma oleh bahan asam terjadi dalam waktu 24 jam  Beberapa menit atau beberapa jam sesudah trauma asam konjungtiva bulbi menjadi hiperemis dan kemotik. Kadang-kadang terdapat perdarahan pada konjungtiva bulbi.  Tekanan bola mata akan meninggi pada hari pertama, yang kemudian dapat menjadi normal atau merendah. b. Trauma asam pada minggu 1-3:  Umumnya trauma asam mulai sembuh pada minggu kesatu sampai ketiga ini  Pada trauma asam yang berat akan terbentuk ulkus kornea dengan vaskularisasi yang bersifat progresif  Keadaan terburuk akibat trauma asam pada saat ini ialah berupa vaskularisasi berat pada kornea c. Trauma asam sesudah 3 minggu:  Trauma asam yang tidak sangat berat akan sembuh sesudah 3 minggu  Pada endotel dapat terbentuk membran fibrosa yang merupakan bentuk penyembuhan kerusakan endotel Universitas Sumatera Utara Gambar 3.Trauma Asam

2.2.4. Trauma Basa A. Definisi

Merupakan trauma pada mata yang diakibatkan oleh bahan kimia yang memiliki pH 7. 1,2,6,7

B. Patofisiologi

Basa terdisosiasi menjadi ion hidroksil dan kation di permukaan bola mata. Ion hidroksil membuat reaksi saponifikasi pada membran sel asam lemak, sedangkan kation berinteraksi dengan kolagen stroma dan glikosaminoglikan. Jaringan yang rusak ini menstimulasi respon inflamasi, yang merangsang pelepasan enzim proteolitik, sehingga memperberat kerusakan jaringan. Interaksi ini menyebabkan penetrasi lebih dalam melalui kornea dan segmen anterior. Hidrasi lanjut dari glikosaminoglikan menyebabkan kekeruhan kornea.Kolagenase yang terbentuk akan menambah kerusakan kolagen kornea.Berlanjutnya aktivitas kolagenase menyebabkan terjadinya perlunakan kornea. 9,10,11,12 Hidrasi kolagen menyebabkan distorsi dan pemendekan fibril sehingga terjadi perubahan pada jalinan trabekulum yang selanjutnya dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Mediator inflamasi yang dikeluarkan pada proses ini merangsang pelepasan prostaglandin yang juga dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular. Basa yang menembus dalam bola mata akan dapat merusak retina sehingga akan berakhir dengan kebutaan penderita. 6,7,8,9,11,12 Trauma akibat bahan kimia basa akan memberikan akibat yang sangat gawat pada mata. Basa akan menembus dengan cepat ke kornea, bilik mata depan dan sampai pada jaringan retina. Proses yang terjadi disebut nekrosis liquefactive. Bahan akustik soda dapat menembus ke dalam bilik mata depan dalam waktu 7 detik. 7,8,9,12 Penyulit yang dapat ditimbulkan oleh trauma basa adalah simblefaron, kekeruhan kornea, edema dan neovaskularisasi kornea, katarak, disertai dengan terjadi ftisis bola mata.Penyulit jangka panjang dari luka bakar kimia adalah glaukoma sudut tertutup, pembentukan jaringan parut kornea, simblefaron, entropion, dan keratitis sika. 10,11,12 Universitas Sumatera Utara Trauma basa biasanya lebih berat daripada trauma asam, karena bahan- bahan basa memiliki dua sifat yaitu hidrofilik dan lipolifik dimana dapat secara cepat untuk penetrasi sel membran dan masuk ke bilik mata depan, bahkan sampai retina. Trauma basa akan memberikan iritasi ringan pada mata apabila dilihat dari luar. Namun, apabila dilihat pada bagian dalam mata, trauma basa ini mengakibatkan suatu kegawatdaruratan. Basa akan menembus kornea, kamera okuli anterior sampai retina dengan cepat, sehingga berakhir dengan kebutaan. Pada trauma basa akan terjadi penghancuran jaringan kolagen kornea. Bahan kimia basa bersifat koagulasi sel dan terjadi proses safonifikasi, disertai dengan dehidrasi. 7,8 Bahan alkali atau basa akan mengakibatkan pecah atau rusaknya sel jaringan. Pada pH yang tinggi alkali akan mengakibatkan safonifikasi disertai dengan disosiasi asam lemak membrane sel. Akibat safonifikasi membran sel akan mempermudah penetrasi lebih lanjut zat alkali. Mukopolisakarida jaringan oleh basa akan menghilang dan terjadi penggumpalan sel kornea atau keratosis. Serat kolagen kornea akan bengkak dan stroma kornea akan mati. Akibat edema kornea akan terdapat serbukan sel polimorfonuklear ke dalam stroma kornea. Serbukan sel ini cenderung disertai dengan pembentukan pembuluh darah baru atau neovaskularisasi. Akibat membran sel basal epitel kornea rusak akan memudahkan sel epitel diatasnya lepas. Sel epitel yang baru terbentuk akan berhubungan langsung dengan stroma dibawahnya melalui plasminogen aktivator. Bersamaan dengan dilepaskan plasminogen aktivator dilepas juga kolagenase yang akan merusak kolagen kornea. Akibatnya akan terjadi gangguan penyembuhan epitel yang berkelanjutan dengan ulkus kornea dan dapat terjadi perforasi kornea. Kolagenase ini mulai dibentuk 9 jam sesudah trauma dan puncaknya terdapat pada hari ke 12-21. Biasanya ulkus pada kornea mulai terbentuk 2 minggu setelah trauma kimia. Pembentukan ulkus berhenti hanya bila terjadi epitelisasi lengkap atau vaskularisasi telah menutup dataran depan kornea. Bila alkali sudah masuk ke dalam bilik mata depan maka akan terjadi gangguan fungsi badan siliar. 9,10,11,12 Universitas Sumatera Utara Gambar 4.Trauma basa Gambar 5.Cooked fish eye pada trauma basa yang sudah lanjut

2.2.5. Gejala klinis

Proses perjalanan penyakit pada trauma kimia ditandai oleh 2 fase, yaitu fase kerusakan yang timbul setelah terpapar bahan kimia serta fase penyembuhan: 6,7,8,10,11,12 Kerusakan yang terjadi pada trauma kimia yang berat dapat diikuti oleh hal- hal sebagai berikut:  Terjadi nekrosis pada epitel kornea dan konjungtiva disertai gangguan dan oklusi pembuluh darah pada limbus.  Hilangnya stem sel limbus dapat berdampak pada vaskularisasi  kerusakan persisten pada epitel kornea dengan perforasi dan ulkus kornea bersih. Universitas Sumatera Utara  Penetrasi yang dalam dari suatu zat kimia dapat menyebabkan kerusakan dan presipitasi glikosaminoglikan dan opasifikasi kornea.  Penetrasi zat kimia sampai ke kamera okuli anterior dapat menyebabkan kerusakan iris dan lensa.  Kerusakan epitel siliar dapat mengganggu sekresi askorbat yang dibutuhkan untuk memproduksi kolagen dan memperbaiki kornea.  Hipotoni dan phthisis bulbi sangat mungkin terjadi. Penyembuhan epitel kornea dan stroma diikuti oleh proses-proses berikut:  Terjadi penyembuhan jaringan epitelium berupa migrasi atau pergeseran dari sel-sel epitelial yang berasal dari stem sel limbus  Kerusakan kolagen stroma akan difagositosis oleh keratosit terjadi sintesis kolagen yang baru Beberapa gejala klinis yang dapat terjadi antara lain : 6,7,8,10,12 1. Penurunan visus mendadak akibat defek pada kornea berupa defek pada epitel kornea atau defek pada lapisan kornea yg lebih dalam lagi. Akan tetapi trauma asam akan membentuk sawar presipitat jaringan nekrotik yang cenderung membatasi penetrasi dan kerusakan lebih lanjut. 2. Edema pada kelopak mata yang disebabkan adanya peningkatan permeabilitas pembuluh darah. Kerusakan pada jaringan palpebra sehingga mata tidak dapat menutup sempurna dan terbentuknya jaringan parut pada palpebra. 3. Hiperemis konjungtiva hingga dapat terbentuknya kemosis. Universitas Sumatera Utara Gambar 6.Kemosis 4. Kerusakan pada kornea dapat bervariasi dari yang paling ringan, yaitu keratitis pungtata superfisial hingga defek epitel luas berupa erosi kornea, hilangnya epitel kornea hingga perforasi kornea. Walaupun jarang, perforasi kornea permanen dapat terjadi dalam beberapa hari hingga minggu pada trauma kimia parah yang tidak ditangani dengan baik . Pada defek epitel luas, hasil tes flouresin mungkin negatif. 5. Kabut stroma dapat bervariasi dari kornea bersih hingga opasifikasi sempurna. 6. Iskemik perilimbus merupakan indikator untuk prognosis penyembuhan kornea, karena stem sel di limbus yang berperan dalam repopulasi epitel kornea. Semakin luas iskemik yang terjadi di limbus, maka prognosis juaga semakin buruk. Tetapi keberadaan stem sel perilimbus yang intak tidak dapat menjamin terbentuknya reepitalial yang normal. 7. Terjadinya reaksi peradangan pada bagian anterior, reaksi yang terbentuk bervariasi dari flare sampai reaksi fibrinoid. Secara umum trauma basa lebih sering menyebabkan peradangan bilik mata depan akibat kemampuannya yang dapat menembus lapisan kornea. 8. Peningkatan tekanan intraokular TIO dapat terjadi secara mendadak akibat dari deformasi dan pengurangan serabut kolagen serta keikutsertaan prostaglandin. Peningkatan TIO yang terus menerus secara langsung berhubungan dengan derajat kerusakan segmen anterior akibat peradangan.

2.2.6. Klasifikasi derajat keparahan