“Jadi yang namanya kita kecil itu memang benar. Kita tidak ada apa-apanya, kita kecil di hadapan Tuhan...,”

“Jadi yang namanya kita kecil itu memang benar. Kita tidak ada apa-apanya, kita kecil di hadapan Tuhan...,”

Didepan Jabal Rahmah

dok.pribadi

melaksanakan ibadah umroh bersama dengan klub P memakai busana syar’i, dan ini akan menjadi syiar

erjalanan spiritual yang luar biasa, berkiprah di dunia kesehatan. Jadi setelah Thawaf

sudah seperti keluarga saja. Alhamdulillah se-Jabar

pembaca. Ibadah lebih sempurna dan itu, saya tak henti-hentinya melafalkan doa meminta

tiap Kabupaten ada alumni.

terasa lebih sempurna. Ditambah dengan

itu. “Ya Allah saya ingin mendirikan Akper khusus

Agar yang Lain pun Merasakan Kenikmatan

jalinan silahturahmi, di mana saya bisa muslim, yang mana di dalamnya muslim-muslimat

Ke Tanah Suci

yang saya cintai, Persib Bandung.

Islamku,” saya ungkapkan itu berkali-kali.

Alhamdulillah , pembaca, dengan adanya lembaga pendidikan yang saya kelola secara

Ya, maklum saja, pembaca, saya ini Bobotoh.

Begitu saya berdoa, satu hari sesudah itu, saat

syariah, itu tiap tahunnya saya bisa bawa lebih dari

Saat itu, solidaritas dan kebersamaan begitu terasa.

masih di Makkah, saya bermimpi setelah shalat

40 karyawan untuk umrah. Saya sisihkan 2.5% dari

Para pemainnya juga ramah, bukan hanya di dhuha ada sosok seorang tinggi putih memberikan

pendapatan sini untuk kegiatan dakwah. Termasuk

lapangan saja tapi dengan orang lain pun mereka

sertifikat yang sudah terstempel. Awalnya saya tidak

dari pendapatan-pendapatan, lainnya seperti sewa

ramah. Hingga sekarang kita masih silaturahim, tahu tabir mimpi itu. ketika datang ke Indonesia,

gerai untuk membangun masjid.

selalu ada komunikasi.

alhamdulillah, izin Akper yang sudah diajukan selama tiga tahun keluar begitu saja. Dari situ,

Awalnya juga saya sempat berpikir, untuk apa

Selain itu, yang membuat ibadah umroh tahun

sampai sekarang terbitlah sekolah Akper pertama

para karyawan saya umrahkan tapi rumah masih

2014 ini begitu berkesan, tak lain atas bimbingan

saya di bilangan Ujung Berung. Sampai sekarang

mengontrak? Gaji di bawah standar? Saya pernah

pembimbing umroh saat itu, yang begitu

mahasiswa dan karyawannya, khusus muslim. Niat

memberikan dalam bentuk uang tunai, tapi

memerhatikan tata cara ibadah kami, memberikan

awal sampai sekarang saya pertahankan, karena itu

entah ada apa, hati saya seperti tidak senyaman

saran di mana tempat-tempat yang lebih mustajab

bagian syiar Islam.

memberikan kesempatan umrah, hati terasa

memanjatkan doanya. Apalagi pada saat tausiah di bis, kami dikisahkan tentang sakaratul Nabi

Pembaca, itu keberkahan pertama, tapi bukan

berbeda.

Muhammad, bergetar hati saya mendengar yang terakhir. Wallahu’allam, tapi setiap saya

Setidaknya saya berpikir, berangkat saja dulu,

tausiyah beliau.

berangkat ke Tanah Suci, baik berniat umrah baru di sana bermunajatlah pada Allah, Dzat yang atau haji, ada saja kejadian di luar nalar yang Maha Kuasa mengabulkan sesuatu. Jangankan

Bukan hanya itu, sebelumnya saat saya umroh

menunjukkan kuasaNya. Jalan saya di pendidikan,

untuk sekadar membayar cicilan rumah, Allah bisa

bersama istri, biasanya sesudah Thawaf, saat mau

Allah mudahkan, pembaca. Lalu saya mendirikan

lebih dari itu. Dan, Alhamdulillah, ketika pulang

berdoa kita langsung ke pinggir dan langsung sekolah dan perguruan lainnya. Subhanallah, maka

dari sana, ada yang bisa nyicil rumah atau motor.

berada di belakang. Tapi pada saat umroh kali itu,

nikmat mana lagi yang kan kita dustakan? Tidak

Yah, bagaimanapun juga saya ingin berbagi

ketika Thawaf, kita benar-benar berdoa di depan

ada, pembaca.

pengalaman, agar keberkahan ini tidak saya alami

Kabah, di depan Multazam. Sungguh kedamaian

seorang diri, melainkah orang lain pun merasakan

yang tiada terkira, tak tertahankan tetiba air mata

Pembaca, kenapa saya tertarik dengan kenikmatan bertandang ke Tanah Suci. Amin. []

ini mengalir. Subhanallah, kami seperti baru merasa

pendidikan? Karena saya merasa mendirikan

rindu terhadap Baitullah. Padahal, kami sendiri pendidikan juga termasuk jihad fii sabilillah. sudah beberapa kali menunaikan haji dan umroh.

Memang berat, tetapi kepuasan bathin tidak bisa

*Seperti yang dikisahkan jamaah safari suci, H.

Tapi, ya, seperti yang tadi dikatakan, kami belum

diukur materi. Hati ini merasa aman dan tenang.

pernah merasakan ketika berdoa selepas Thawaf Mulyana kepada jurnalis Alhikmah Pipin Nurullah Saat bertemu alumni di jalan atau di mana, itu benar-benar di depan Kabah. Bergetar hati saya

tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. “Jadi yang namanya kita kecil itu memang benar.

Kita tidak ada apa-apanya, kita kecil di hadapan Tuhan...,” ungkap batin saya kala itu, pembaca. Iya, kita di depan Tuhan itu kecil tidak ada apa-apanya, keagungan Tuhan itu luar biasa, kebaikan yang diberikanNya juga luar biasa.