“Kerumitan” Kebijakan Investasi

“Kerumitan” Kebijakan Investasi

Banyak pengusaha menganggap iklim investasi di Indonesia

17 Hal ini bisa diperdebatkan merujuk pada kebutuhan listrik di Jawa, berdasarkan data statistic, di Jawa menunjukkan level yang memadai dibandingkan dengan kebutuhan di luar Jawa, karena hingga tahun 2011 Rasio Elektrifikasi di Jawa diatas 70% atau minimum 67%, dengan melihat data di tahun 2010 dan 2011 (PLN, 2012).

pembangkit listrik 15 , dengan kapasitas terpasang sebanyak 26.000 MW, yang disediakan oleh PT PLN dan produser listrik swasta (Independent Power Producers/IPP) (PLN, 2012, hlm. 22) 16 . Untuk rencana pada periode 2012-2021, PT PLN memproyeksikan jumlah proyek pembangunan pembangkit listrik di Jawa - Bali, baik yang akan dioperasikan oleh PT PLN atau IPP yang keseluruhannya berjumlah 158 proyek, 112 di antaranya akan dilakukan oleh IPP dan sisanya (42 proyek) akan dioperasikan oleh PT. PLN (PLN, 2012, hlm. 785-790). Proyeksi pembangunan tidak terbatas hanya untuk satu jenis pembangkit listrik, atau berfokus pada pembangkit listrik skala besar, yang terpenting adalah dapat memenuhi target proyeksi sampai dengan tahun 2021 (lihat tabel 9).

Salah satu pembangunan proyek pembangkit listrik terbesar adalah PLTU di Batang, Jawa Tengah, dengan kapasitas 2x1000MW. Kabupaten Batang, terletak di provinsi Jawa Tengah, terpilih sebagai lokasi untuk dibangunnya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batubara. Hal ini dianggap tidak sesuai dengan konsep regional balance.yaitu indikator kemampuan daerah tertentu untuk menyediakan listrik di daerah tersebut, yang ditandai dengan kecukupan/ memadainya suatu persentase Reserve Margin. Dengan kata lain, strategi pemilihan lokasi harus didasarkan pada presentase reserve margin di setiap daerah tertentu. Berdasarkan data PLN tahun 2011, reserve margin di Jawa Barat adalah 16%, di Jawa Tengah (provinsi di mana akan dibangun PLTU) hampir mencapai 60%, sedangkan di Jawa Timur dan Bali adalah 45% (PLN, 2012, hlm. 58). Dari data tersebut lokasi di Jawa Tengah menjadi kurang tepat, karena memeliki persentase reverse margin paling tinggi. Namun demikian, karena lokasi yang dipilih, yang terletak di sekitar pantai utara Jawa dan tepat berada di tengah-

15 Terdiri dari 24 Pembangkit listrik tenaga Air (PLTA), 5 Pembangkit Listrik tenaga Uap dengan bahan dasar batubara (PLTU), 3 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), 1 Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).

16 Berdasarkan Tabel 3.7. dalam Buku Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

tidak memberikan banyak fasilitas, meski memiliki potensi lokasi didasarkan pada kemampuan wilayah laut yang mampu yang besar untuk berinvestasi. Salah satu masalah yang harus

menerima kapal besar untuk bersandar dan bongkar muat

batubara yang menjadi bahan baku utama pembangkit listrik. Secara umum, kebijakan yang dianggap sebagai penghalang adalah yang terkait dengan sumber daya manusia, penyediaan

diperhatikan adalah kebijakan yang berkaitan dengan investasi 18 .

Debottlenecking di Mega-Proyek KISMK dan PLTU

dan jaminan pasokan bahan bakar, bahan baku untuk industri,

Batang

ketersediaan lahan, bea masuk untuk alat-alat berat dan mesin untuk industri dan ketentuan tarif ekspor serta peraturan

Bagian ini akan memberi gambaran lebih detail tentang prinsip- tentang kerja sama antara pemerintah dan perusahaan untuk

prinsip pelaksanaan debottlenecking yang dijalankan di mega- pengembangan infrastruktur.

proyek KISMK dan PLTU Batang. Pertama, akan diuraikan tentang persoalan yang muncul dan menjadi penghambat, baik

Fasilitas Infrastruktur

ditingkat perencanaan maupun pelaksanaannya. Semua proses Pada proyek pengembangan wilayah industri kelapa sawit di Sei

dan pengalaman yang terjadi dikategorikan ke dalam tiga Mangkei maupun PLTU Batang, kelayakan fasilitas infrastruktur,

aspek utama yang harus diselesaikan atau harus dimasukkan ke terutama di areal pabrik/pembangkit merupakan faktor penting,

dalam agenda pelaksanaan prinsip debottlenecking, yaitu kerangka karena bahan baku (khususnya untuk produk minyak sawit

kebijakan, kerumitan kebijakan investasi dan penyediaan fasilitas serta produk turunannya) memiliki batas waktu untuk menjaga

infrastruktur.

kualitas. PTPN III sebagai operator KISMK menilai bahwa Dalam tabel berikut (tabel 10.) akan dijelaskan tiga hal yang

menjadi aspek utama pelaksanaan prinsip debottlenecking. saat ini – lalu lintas, kualitas jalan dan kepadatan – dibutuhkan

fasilitas transportasi perlu ditingkatkan 19 , karena dengan kondisi

Terutama, hal-hal yan terjadi di pelaksanaan mega-proyek

48 jam untuk mencapai pabrik dari lokasi kebun. Idealnya,

KISMK dan PLTU Batang.

bahan baku kelapa sawit harus tiba di pabrik pengolahan dalam Perbedaan antara proses debottlenecking di KISMK dan PLTU waktu 24 jam dan begitu pula untuk mengekspor produk

Batang adalah memotong hambatan birokrasi di pemerintah perkebunan. Peningkatan kualitas jalan dan regulasi yang lebih

lokal dan antar departemen di tingkat pusat. Pada kasus KISMK baik akan mengurangi biaya produksi dan memberikan margin

adalah pemerintah daerah menahan ijin yang dikeluarkan oleh keuntungan yang lebih besar. Persoalan lain adalah kapasitas

Menteri Kehutanan wilayah kehutanan di Sumatera Utara, pabrik pengolahan tidak memadai. Idealnya pabrik pengolahan

yang menjadi bagian yang dimohonkan untuk mewujudkan mampu melakukan 3 shift sehari, namun saat ini hanya mampu

kawasan KISMK, dan merupakan sesuatu yang tidak mungkin 1-2 shift dalam sehari. Sementara, di PLTU Batang, pemilihan

memasukkan kawasan industri dalam dokumen tata ruang di tingkat Kabupaten dan provinsi. Sementara di PLTU Batang,

wilayah sasaran adalah kawasan konservasi laut berdasarkan

18 Dalam dokumen MP3EI, disebutkan daftar sejumlah peraturan dan UU

yang harus direvisi, terdiri dari 7 UU, 7 Peraturan Pemerintah, 5 Peraturan /

keputusan pemerintah lokal. Seperti telah dijelaskan dalam

Dekrit/Instruksi Presiden, and 9 eraturan Kementrian (Coordinating Ministry of Economic Affairs, 2011, hlm. 181)

matriks (tabel 10), kedua persoalan tersebut dapat diselesaikan

melalui “permainan wacana”, dimana pemerintah lokal harus

19 Sejalan dengan analisa yang dilakukan the Boston Consulting Group

(Boston Consulting Group, 2010)

mengubah keputusannya melalui diskursus kepentingan

Tabel 10. Matriks Target Debottlenecking di mega-proyek KISMK dan PLTU - Batang

Target Debottlenecking

KISMK

PLTU-Batang

P embangunan Ek rinsip P

Solusi Kerangka Kebijakan

Direncanakan sebagai

Dipercepat dengan

ebot

kawasan ekonomi Khusus

diterbitkannya Peraturan

pada 2023-2024 (PTPN III

pemerintah No. 29 Tahun

tlene

sebagai inisiator)

2012 tentang KEK Sei Mangkei.

onomi cking

Daerah yang dipilih

Keputusan sudah berubah

adalah Kawasan

dan lokasi yang disebutkan

dalam K

konservasi (berdasarkan

dalam surat keputusan

Indonesia (MP3EI)

Keputusan Bupati

sudah berpindah ke lokasi

Nomor523/283/2005

yang lain yaitu di sebelah

ebijak

tentang penunjukan

lokasi semula (Surat

kawasan konservasi laut

Keputusan Bupati Batang

Ujungnegoro-Roban di

No. 523.194/2012).

an M

Kabupaten Batang) Dikuasai PTPN III

as

dengan sertifikat HGU

ter Plan P

(Hak Guna Usaha) No. 31/HGU/BPN/ 1995, seluas 2.002,77 ha (BPN, 2006)

er

cepat

PTPN III bertindak sebagai Pembebasan lahan: terkait

Menerbitkan UU baru

pengelola dan bersama dengan lahan pertanian

tentang Penyediaan lahan

dengan pemerintah yang dikuasai masyarakat

bagi kepentingan umum

an

lokal dan pusat dapat lokal.

(UU No. 2/2012)

mengundang investor sebanyak mungkin untuk pembangunan kawasan

Tabel 10. (lanjutan)

Target Debottlenecking

KISMK

PLTU-Batang

rinsip P

Solusi Sebagian wilayah yang

Menerbitkan Instruksi

Badan Lingkungan

Disetujui sebagai salah

diajukan adalah kawasan

Presiden No. 10/2011

Hidup (BLH) Provinsi

satu proyek nasional dari

ebot

Hutan (: hutan negara),

tentang Penundaan

Jawa Tengah telah

pelaksanaan MP3EI yang

tlene

Tabel 10. (lanjutan)

Target Debottlenecking

KISMK

PLTU-Batang

P rinsip P

Solusi embangunan Ek

Jaminan ketersediaan

Pelaksanaan Keputusan

batubara sebagai bahan

Menteri Energi dan Sumber

baku utama yang

Daya Mineral No. 1991

ebot

selama ini lebih banyak

K/30/MEM/2011mengenai

dijual ke pasar global.

Pembatasan Ekspor Batubara

tlene onomi cking

Persoalan Tarriffs:

Masalah yang belum Ketentuan bea masuk

Penerapan kebijakan Tax

Ketidak-tersediaan

Holiday.

tanah negara

terselesaikan. Pembayaran ganti

dalam K

atau keluar bagi peralatan

menyebabkan

rugi kepada masyrakat lebih

Indonesia (MP3EI)

dan mesin

kesulitan dalam proses

dipilih daripada menggunakan

pembebasan lahan.

tanah negara; proses ini juga lebih mudah setelah

ebijak

diberlakukannya UU No. 2/2012.

an M

Fasilitas investasi

Perubahan kembali peraturan (Peraturan Pemerintah

Berdasarkan Peraturan

Tidak ada jaminan bagi

Pemerintah No. 52/2011,

sektor swasta (investor)

PPP yang meliputi jaminan

as

No. 1/2007 tentang

resiko bagi sektor swasta Fasilitas pajak untuk

mereka baru dapat

jika terjadi resiko

ter Plan P

menggunakan fasilitas jika

besar selama proses

melalui pembentukan PT

Penanaman Modal di

IIGF (Peraturan Presiden No. bidang Usaha tertentu

berhasil merealisasikan

pembangunan.

56/2011), begitu pula dengan dan/atau di daerah-

minimal 80% dari

perencanaan.

modal awal bagi perusahaan

er

daerah tertentu), dimana penjaminan yang disediakan setiap pengusaha dapat

cepat

oleh pemerintah melalui PP No.

menggunakan fasilitas 88/2010. ini hingga mereka

an

berhasil merealisasikan seratus persen rencana investasinya.

Tabel 10. (lanjutan)

P Target Debottlenecking

Solusi D

Ketidak-stabilan,

Peraturan diubah menjadi

ebot

Fluktuasi harga dan

harga tidak hanya

tlene

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

kebijakan tentang pajak seperti pembenahan ersiapan lain, P

nasional melalui kerangka kebijakan MP3EI. Pada kasus PLTU

turunan terkait Mengundang

Menyusun rencana proy (menunjuk)

Batang, pemerintah Kabupaten telah mengubah keputusan awal

III sebagai P

PP No. 29/2012

mengenai kawasan konservasi, sementara di KISMK karena

estor ek

Mangke

terbitnya instruksi presiden, terjadi penundaan semua ijin

KEK Sei

penunjukkan kawasan kehutanan untuk sementara, sehingga

emegang PTPN

proses pembangunan KISMK terus berjalan tanpa harus menunggu tebitnya dokumen RTRW.

Pelaksanaan Prinsip Debottlenecking di Mega-Proy

Diluar banyak persoalan yang telah diselesaikan, faktor penting

RTR

Kabupaten

yang membuat proyek tersebut mulus berjalan, adalah karena

W Tingkat

Kalimantan Barat

Riau Dumai/

Sumatera Utara

kedua proyek tersebut dimasukkan sebagai “pilot project”

Sei Mangke/

Maloy/

kebijakan MP3EI. KISMK dimasukkan sebagai KPI pertama dalam daftar KPI koridor ekonomi Sumatera dengan nama KPI Sei Mangkei 20 ,sementara, PLTU Batang dimasukkan menjadi proyek nasional pertama yang menggunakan skema PPP dalam

Hak P

kerangka MP3EI. Penjelasan selanjutnya adalah gambaran lebih

DISESUAIKAN

Gambar 3.

detail dan penting seperti yang telah diuraikan dalam matriks.

enggunaan Lain (HPL

industri berbasis

RTR

kelapa sawit

tiga wilay

Provinsi W Tingkat

KISMK – Sumatera Utara

Pada tahun 2012, pemerintah Indonesia mendorong Kawasan

ah Industri Sei Mangkei (KISMK) sebagai salah satu proyek

Kaw asan Hutan

DISESUAIKAN

Kluster industri eta P P

percontohan didalam penerapan kebijakan Kawasan Ekonomi

tentang P

Khusus (ZEE) di Indonesia. Oleh karenanya, pemerintah

) Kehutanan No. 44/2005

anduan 35

industri no.1 adalah

13 industri prioritas,

secara resmi menerbitkan PP No. 29 tahun 2012 mengenai

hutan di Sumatera Keputusan

ek

KEK Sei Mangkei pada tanggal 27 Februari 2012, terletak di

enentuan Kaw

Kelapa sawit

erdagangan: P

Kecamatan Bosar Maligas Kabupaten Simalungun, Sumatera

Menteri

Utara. Kawasan industri yang secara khsusus di inisiasi oleh PTPN III, yang sejak awal pendiriannya lebih fokus pada

W Nasional

pembangunan perkebunan besar, khususnya kelapa sawit dan karet di Sumatera Utara.

asan

Prepres No. 32/2011

KISMK adalah wilayah yang diprioritaskan untuk pembangunan industri kelapa sawit, dengan luas mencapai

tentang

2.002,77 Ha. Berbatasan dengan sungai Bah Bolon dan wilayah

MP3EI

20 http://www.kp3ei.go.id/in/main_ind/kpi/Sumatera/133/134/a/b12/c/d/e1/f9, diakses pada 20 September 2013.

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

perkebunan yang dikuasai PTPN IV 21 . Karena PTPN tidak pusat khususnya untuk setiap persoalan yang muncul ditingkat berkeinginan untuk memperluas perkebunan kelapa sawit di

lokal yang menurut analisa sulit ditemukan solusinya. Sumatera utara (Bisnis.com, 2012; Bisnis.com, 2012), melalui

Proses perpanjangan KISMK sangat ditentukan oleh terbitnya peraturan KEK Sei Mangkei, PTPN mengubah fokus

keputusan pemerintah ditingkat Kabupaten dan provinsi. pengembangannya hanya pada pembangunan industri hilir

Menurut peraturan penataan ruang, wilayah di KISMK untuk mengejar kebutuhan nilai tambah di pasar internasional,

diatur berdasarkan potensi dan kebutuhan, baik didasarkan sementara sisanya akan dipergunakan untuk kebutuhan

pada pertimbangan pembangunan ekonomi lokal, yang pada domestik.

akhirnya menunjang pembangunan ekonomi Indonesia atau Seperti telah disebutkan dalam dokumen perencanaan, PTPN

untuk kebutuhan melayani kepentingan publik. Pemerintah

III merencanakan mengubah kawasan industrinya menjadi pusat, dalam kasus ini, hanya meratifikasi sejumlah peraturan KEK pada 2023-2024, namun karena kebijakan MP3EI

yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah, baik Kabupaten 2011-2025, kawasan ini ditetapkan sebagai Kawasan Perhatian

maupun provinsi. Namun demikian, yang sangat dibutuhkan Investasi (KPI). Sehingga, pembangunan KEK di Sei Mangkei

adalah penetapan KISMK sebagai kawasan industri oleh dipercepat untuk dijadikan model percontohan pembangunan

pemerintah, baik ditingkat Kabupaten maupun provinsi, industri kelapa sawit di Indonesia, untuk dijadikan salah satu

sehingga PTPN III dapat segera beroperasi seperti yang model keberhasilan pelaksanaan MP3EI di Indonesia. Hal ini

direncanakan sebagai kawasan ekonomi khusus pada 2023- menjadi salah satu model pelaksanaan debottlenecking di KISMK.

2024. Pada saat ini, sebagian kawasan KISMK adalah wilayah Berdasarkan RTRW 2010-2030, pemerintah provinsi Sumatera 22 kehutanan sesuai ketetapan Menteri Kehutanan pada 2005 .

Utara telah menetapkan kawasan Sei Mangkei sebagai kawasan Sementara itu, hingga akhir 2012, karena pemerintah Kabupaten industri berbasis kelapa sawit, yang sejalan dengan peraturan

Simalungun belum juga mengeluarkan keputusan Rencana pemerintah daerah provinsi Sumatera Utara no. 29/2012, yang

Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten, pemerintah Provinsi menetapkan wilayah kelola yang diberikan kepada PTPN III

belum dapat meratifikasi keputusan kementrian tersebut. melalui penerbitan izin HGU no, 31/HGU/BPN/1995 seluas

Berbagai perubahan kebijakan terkait investasi, tentu saja, 2.002,77 ha (BPN, 2006). Namun demikian, pemerintah

tidak hanya dilaksanakan di kasus pembangunan proyek Kabupaten Simalungun tetap menolak menetapkan wilayah

KISMK, namun juga kawasan industri kelapa sawit yang akan di tersebut sebagai kawasan industri. Akibatnya, rencana

bangun. Selain kebijakan MP3EI, sejumlah perubahan menjadi pembangunan KISMK masih tetap menunggu sejumlah

dinamika tersendiri dalam kegiatan investasi di Indonesia. formalisasi kebijakan yang mendukungnya. Inilah akar

Sebagai contoh, pemberian fasilitas investasi yang didorong oleh persoalan koordinasi yang tidak pernah dapat diselesaikan

kelompok pengusaha, karena mereka membutuhkan kepastian terkait pembangunan KSMIK. Kemudian, kebijakan MP3EI

untuk menempatkan modal mereka di industri kelapa sawit, datang dengan prinsip debottlenecking yang relatif menyelesaikan

selain tentu saja kebijakan fasilitas perpajakan. Namun demikian, persoalan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan

pelaksanan kebijakan tersebut cukup sulit dilaksanakan oleh MP3EI adalah kebijakan yang instruksional dari pemerintah

22 Keputusan Menteri Kehutanan No. 44/2005 tentang Penunjukan Kawasan 21 Peraturan Pemerintah No. 29/2012 tentang Kawasan Ekonomi Khusus

Hutan di Wilayah Sumatera Utara

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

pemerintah lokal, yang memiliki kewenangan cukup besar di wilayah tersebut. Kebijakan MP3EI menjadi strategi yang tepat

khususnya di Jepang (Fukuda, 2007), teknologi ini tidak akan untuk membuat sejumlah kesepakatan atas konflik kepentingan

mencemarkan lingkungan karena prosesnya mengurangi kadar tersebut, dan tentu saja kelompok pengusahalah yang kemudian

sulfur di dalam limbah yang dihasilkan oleh mesin pembangkit memperoleh apa yang mereka inginkan, yaitu kemudahan

listrik.

fasilitas investasi dan pajak.

Gambar 5. Lokasi Pembangunan PLTU Batang

Melalui pembangunan kawasan industri kelapa sawit yang terintegrasi, diperkirakan akan meningkatkan nilai dan jumlah investasi yang datang di Sumatera Utara, khususnya Kabupaten Simalungun. Hal ini adalah timbal balik yang terjadi antara kepentingan pemerintah lokal dan inisiatif KISMK. Paling tidak, pemerintah lokal mempertimbangkan KISMK sebagai

Kab. Batang

material utama dan bahan promosi untuk mengundang lebih banyak investor untuk menanamkan modalnya di Sumatera

Provinsi Jawa Tengah

Utara (Bisnis.com, 2012; Bisnis.com, 2012).

PLTU Batang

Rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap

Provinsi Yogyakarta

(PLTU) dengan kapasitas 2x1000 MW di Kabupaten Batang merupakan mega proyek sekaligus pilot-proyek dari program MP3EI dengan menggunakan skema Public Private Partnership (PPP)/Kerjasama Pemerintah Swasta (KPS). Proses pembangunannya dikerjakan oleh konsorsium perusahaan yang diantaranya adalah perusahaan Jepang yang akan menggunakan

Pelaksanaan PPP di PLTU Batang menjadi proses teknologi ramah lingkungan dengan memperkenalkan

debotlenecking yang cukup cepat untuk menghilangkan sejumlah teknologi USC (Ultra Super Critical 23 ), selain akan menggunakan

hambatan dalam rangka memenuhi kebutuhan listrik, yang peralatan ramah lingkungan seperti penangkap sulfur (Flue-

terkait dengan alasan pemerintah yang tidak memiliki anggaran

Gas Desulfurization/FGD 24 ) yang berdasarkan pengalaman

untuk memenuhinya. Dalam proyek ini, pelaksanaan skema PPP menjadi bagian penting dalam proses debotlenecking.

23 Teknologi penggerak turbin yang akan bekerja efisien pada tekanan

Pada gambar 5 dibawah, terlihat sejumlah kesepakatan terkait

yang sangat tinggi. Teknologi ini memungkinkan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar batubara ( coal) dan mengurangi emisi. (http://www.

pendanaan yang melibatkan pihak swasta, sehingga banyak

asiapacificpartnership.org/pdf/PGTTF/events-october-06/24%20-%20New%20

persoalan terselesaikan. Termasuk banyak persoalan yang

Gen%20Strategy%20Ultra-Supercritical%20Technlgy.pdf, diakses pada tanggal 26

dirasakan para pengusaha yang merasa tidak aman melakukan

Maret 2013) 24 GFD adalah perangkat teknologi yang dipergunakan untuk membuang

kandungan sulfur dioxide (SO ) dari buangan limbah pembangkit listrik tenaga fossil. Untuk tipe stasiun pembangkit listrik tenaga uap tertentu, FGD ini akan

membuang 95% atau lebih kadar SO 2 di dalam pipa gas.

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

investasi di Indonesia, sejak diterbitkannya kebijakan MP3EI ditetapkan, sejumlah kebijakan dan peraturan terkait PPP mulai direvisi yang diharapkan akan memenuhi keinginan para investor 25 .

Rencana pembangunan PLTU Batang adalah proyek pertama yang menggunakan skema PPP, yang merupakan skema utama dalam pelaksanaan MP3EI. Dengan kekhasan tersebut, semua pihak melakukan hal terbaik untuk menjalankan dan menyajikannya sebagai contoh sukses skema PPP dalam pembangunan infrastruktur (Strategic Asia, 2013, hlm. 28),

khususnya dalam penyediaan pasokan listrik di Indonesia 26 . Ini

merupakan cara utama dalam skema debottlenecking dalam proses perencanaan proyek ini, akibat sejumlah hambatan yang harus dihadapi sejak diluncurkannya pada tahun 2005 bersamaan dengan dikeluarkannya peraturan PPP yang juga ditetapkan pada tahun yang sama (Peraturan Presiden no.67/2005 tenta

TU Batang PL

25 Hal ini sejalan dengan yang saran oleh kelompok pengusaha yang disebut sebagai salah satu persoalan di Indonesia, khususnya di Jawa, yaitu rumitnya

Gambar 5.

PPP di

kebijakan dan peraturan investasi di Indonesia. (KP3EI Jawa, 2012)

26 Skema PPP merupakan perkembangan terkini dari evolusi negara sebagai penyedia sarana infrastruktur listrik. Hal ini merupakan kecenderungan di banyak negara berkembang di dunia dimana sejak era tahun 1970-an

Skema

terdapat analisis yang kemudian mementahkan peran negara di dalam menyediakan sarana infrastruktur, termasuk listrik. Begitu juga di Indonesia yang memungkinkan pihak swasta turut terlibat di dalam penyelenggaraan pengadaan listrik di Indonesia. Puncaknya adalah pada tahun 1985 dimana diterbitkan UU ketenagalistrikan di Indonesia yang memungkinkan pihak swasta (koperasi dan badan usaha lain) yang walaupun dibatasi keterlibatannya (pasal 7), perundang-undangan ini memungkinkan terminologi Independent Power Producers (IPP) yang kemudian mereka (pihak swasta) bisa menjual listriknya kepada PLN. Hingga era reformasi tahun 1998, dengan skema ini PLN mempunyai pasokan yang cukup untuk menyediakan listrik untuk berbagai tujuan di Indonesia (perumahan, bisnis, industri dan pasokan untuk sarana- sarana publik. Di era Reformasi, PLN mengalami kepailitan karena sejumlah kerjasama penyediaan listrik di batalkan sampai pada akhirnya pemerintahan Megawati, pada tahun 2002, mengeluarkan kebijakan perundang-undangan baru yang pada intinya adalah memberikan skema yang lebih kompetitif yang mengakibatkan pihak swasta penyedia listrik bisa menentukan harga dan tariff (pasal 9). Namun undang-undang ini mendapatkan kecaman hingga Mahkamah Konstitusi membatalkan undang-undang 2002 ini pada tahun 2004 dan kembali

ke UU yang berlaku sebelumnya, yaitu UU tahun 1985 .

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

ng PPP). Seiring skema PPP, pada tahun 2006, PT PLN khususnya di masa pembangkit belum menghasilkan energi mengajukan disposisi percepatan pembangunan pembangkit

listrik sebagai produk akhir, yaitu pada tahun 2015 atau 2016 listrik yang menggunakan bahan batubara, yang disebut sebagai

yang direncanakan akan berjalan secara komersial (National Fast Track Program Pertama (FTP-I). Dan membuka kesempatan

Development Planning Agency of Indonesia, 2011, hlm. 16- bagi sektor swasta untuk membangun IPP. Di dalam skema ini,

17; PKPS Team, 2011). Selama periode proses persiapan dan pada tahun 2009, berdasarkan UU no. 30/2009 pihak swasta

pembangunan, pemerintah Indonesia yang diwakili oleh PT

IIGF akan menjamin semua dampak negatif, termasuk dampak Dengan alasan untuk memperkuat skema PPP, maka UU tahun

juga diberi peluang untuk ikut terlibat dalam penentuan harga 27 .

sosial dan lingkungan.

2009 kembali diamandemen pada tahun 2010 28 dan dilengkapi Sebagai objek vital, listrik seharusnya dikelola dan dikuasai dengan pembentukan lembaga yang mendukung skema PPP,

oleh negara, namun pemerintah Indonesia memiliki pemahaman

bahwa PT PLN sebagai institusi yang berkewajiban memenuhi turunannya, PT Indonesia Infrasctructure Financing (IIF)

yaitu PT Sarana Multi Infrastruktur (PT SMI) 29 dan lembaga

kebutuhan listrik dan tidak boleh melakukan monopoli serta pembentukan PT Indonesian Infrastructure Guarantee

sektor ini, termasuk untuk mengontrol dan mengelola

Fund (PT IIGF). Pada revisi akhir ditahun 2011 31 , dinyatakan sumber listriknya (PKPS Team, 2011). Selain dampak sosial bahwa sektor swasta dimungkinkan untuk mengajukan proyek

dan politik lokal yang terjadi saat ini (akan dijelaskan pada pembangunan tertentu (sebagai proyek yang tidak direncanakan

bagian selanjutnya), pada titik ini pemerintah Indonesia atau Unsolicited Project), melalui skema “PPP reguler”. Dengan

telah mengabaikan kewajiban dan tanggung Jawab utamanya demikian, skema PPP menjadi sempurna dan menarik bagi

untuk melayani kepentingan rakyat. Dengan mengalihkan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

tanggung Jawab kepada sektor swasta atau investor (asing), Pelaksanaan PPP, khususnya di PLTU Batang, memberikan

mengindikasikan bahwa negara telah melakukan komodifikasi gambaran komprehensif mengenai terbatasnya peran

aset vital negara, yaitu listrik, atas nama pemenuhan kebutuhan pemerintah dalam pengelolaan objek vital yang seharusnya

dasar masyarakat. Pada kasus ini, seperti yang diilustrasikan dikuasai oleh negara. Dalam gambar 5 terlihat, meski kecil

pada tabel 7 di atas, sesungguhnya kebutuhan listrik rumah perannya, pemerintah Indonesia sebagai agen penjamin semua

tangga di Jawa sudah cukup dibandingkan dengan pulau-pulau resiko yang mungkin akan dihadapi oleh investor (PT.BPI),

lain, hal ini juga menunjukkan bahwa pembangunan PLTU dimana sangat besar tanggung Jawabnya untuk mengatasi

Batang lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan industri dampak yang muncul (dampak sosial, politik, dan ekonomi),

pada pelaksanaan MP3EI, terutama di Koridor Ekonomi Jawa. Indikasi lainnya kemungkinan akan muncul di periode selanjutnya, yaitu pihak pengelola akan menjalankan maksud

27 UU ini juga menyatakan bahwa peraturan sebelumnya, yaitu UU tahun 1985 tidak lagi berlaku.

utamanya untuk mendapatkan keuntungan dari investasi di

sektor listrik ini, dengan menggunakan alasan keterbatasan

28 Peraturan Presiden No. 13/2010 tentang Perubahan Peraturan prseiden No.

67/2005 mengenai PPP untuk pembangunan infrastruktur .

29 Berdasarkan keputusan Menteri No. 4/2010 tentang petunjuk Umum PPP 31 Dalam UU No. 30/2009 tentang ketenagalistrikan, Pasal 4, menyatakan bagi pelaksanaan pembangunan infrastruktur.

bahwa tidak hanya pemerintah (;PT PLN) yang dapat melakukan pengusahaan penyediaan Listrik, namun juga pemerintah daerah dan Provinsi serta sektor

30 Peraturan Presiden No. 56/2011

swasta pun dapat terlibat berpartisipasi.

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

pasokan listrik dari produsen, yaitu PT BPI (atau investor lain) maka proses ini juga diselesaikan dengan strategi percepatan akan mendapatkan manfaat atau keuntungan yang lebih besar

dengan tanpa melalui prosedur yang bisa diterima semua pihak, atau lebih tinggi. Atau, jika melihat dari sisi pemerintah, yang

untuk mengejar tenggat waktu. Bahkan, sejak awal proses, memiliki mandat untuk menjamin pelaksanaan proyek ini,

seperti diberitakan dalam surat kabar, banyak terjadi kekerasan akan menghadapi kondisi yang lebih merugikan karena harus

terhadap masyarakat lokal (Antara Jateng.Com, 2012; Portalkbr. memberikan subsidi yang lebih besar jika harga listrik sedang

com, 2013; Sindonews.com, 2013; YLBHI dan LBH Semarang, tidak menentu. Hal ini disebabkan oleh karakteristik sektor

2012; YLBHI, LBH Semarang, GreenPeace dan Warga Batang, swasta yang menganggap mandat ini sebagai proyek bisnis

2012; Kompas.com, 2013).[]

sehingga akan mengabaikan logika bahwa listrik merupakan salah satu kebutuhan dasar warga negara.

Pada tahap persiapan proyek ini, sudah terindikasi adanya dampak sosial dan bergejolaknya dinamika politik di tingkat lokal. Karena ketidak sempurnaan informasi yang diterima oleh warga sekitar lokasi proyek, sementara cukup baik diterima oleh bagi aktor kelompok lain (politikus lokal, pengusaha lokal dan spekulan), maka terjadi konflik kepentingan didalam pelaksanaan proyek. Pelaksanaan kebijakan MP3EI menjadi momen untuk mempercepat perencanaan yang telah direncanakan sejak tahun 2006 (PKPS Team, 2011), walaupun proyek tersebut adalah dibawah kewenangan pemerintah daerah. Seperti yang terjadi di kasus KISMK, proyek di Batang ini juga telah memukau para aktor lokal untuk mematuhi arahan kebijakan MP3EI (yaitu kebijakan yang sentralistik), karena di sisi lain, pemerintah pusat juga membutuhkan kerjasama dengan pemerintah lokal dalam upaya menjaga semangat otonomi daerah tetap ada.

Proses yang sentralistik (top-down), dimana pemerintah pusat sudah menunjuk terlebih dahulu pihak konsorsium sebagai agen pelaksana, membawa dampak pada ketidak-siapan sejumlah aktor, baik dilingkaran pemerintah lokal dan masyarakat lokal yang tinggal di sekitar lokasi. Skema PPP yang digunakan juga membuat dampak negatif pada tahap ini makin terlihat jelas, khususnya dalam proses penyediaan lahan yang berdasarkan peraturan yang berlaku merupakan tanggungJawab pemerintah. Terkait dengan batas waktu yang ditetapkan, dimana proses akuisisi lahan menjadi tahap yang paling penting dan sulit,

Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)

Dibalik Pelaksanaan Prinsip Debottlenecking di KISMK dan PLTU Batang