kulit kayu manis digunakan sebagai sumber pewangi untuk membalsem mumi raja-raja Mesir serta peningkat cita rasa masakan dan minuman. Kayu manis dapat
dijadikan jamu untuk penyakit disentri dan singkir angin. Minyak kayu manis sudah ratusan tahun dikenal di belahan dunia barat dan timur sebagai penyembuh
reumatik, mencret, pilek, sakit usus, jantung, pinggang dan darah tinggi Rismunandar, 2001.
Kulit kayu manis berwarna abu-abu dengan aroma khas dan rasanya manis. Selain hanya dalam bentuk kering, kulit kayu manis tersebut dapat
didestilasi atau disuling untuk diambil minyak atsirinya.
2.3.2 Kandungan Kimia Minyak Atsiri kulit Kayu Manis
Minyak Atsiri kayu manis selain mengandung Sinamaldehida juga mengandung senyawa-senyawa lain seperti, benzaldehida, limonene, 1,8-sineol,
α-copaene, bornil
asetat,β-caryofilen, 1,4-
terpineol,δ-cardiena, trans- cinnamaldehida, trans-cinnamil asetat, miristisin, coumarin, asam tetradecanoat
Lawless, 2002. Hasil penyulingan kulit c.burmanii, C.zeylanicum dan C.cassia yang ditanam di Kebun percobaan Cimanggu Bogor menghasilkan minyak
berturut-turut 1.75; 2,0: dan 1.50. Selain dari kulitnya, daun kayu manis juga biasa disuling menjadi minyak daun kayu manis Cinnamon leaf oil. Namun
demikian minyak daun C.Zeylanicum mengandung eugenol sebagai komponen
utamanya 80-90, sedangkan kandungan utama minyak daun C.burmanii dan C.cassia
sama dengan minyak kulitnya, yaitu SinamaldehidaLeung, 1980.
2.4. Sifat -Sifat Edible film.
Untuk mengetahui sifat-sifat fisik edible film harus dilakukan beberapa pengujian . Masing-masing pengujian memiliki cara yang berbeda-beda. Secara
umum dapat dikatakan bahwa pembebanan secara static dan pembebanan secara dinamik. Kuat tarik dan elongasi merupakan suatu sifat mekanis yang penting dari
film Bourtoom,2008.
Universitas Sumatera Utara
2.4.1..Aktivitas Air A
w
Air dalam bahan pangan berperan sebagai pelarut dari beberapa komponen disamping ikut sebagai bahan pereaksi, sedang bentuk air dapat ditemukan
sebagai air bebas dan air terikat. Air bebas dapat dengan mudah hilang apabila terjadi penguapan atau pengeringan, sedangkan air terikat sulit dibebaskan dengan
cara tersebut. Kandungan air dalam bahan pangan akan berubah-ubah sesuai dengan lingkungan, hal ini sangat erat hubungan dengan daya awet bahan pangan
tersebut. Hal ini merupakan pertimbangan utama dalam pengolahan dan pengelolaan pasca olah bahan pangan Purnomo,1995.
Menurut derajat keterikatan air, air terikat dapat dibagi atas empat tipe :
Tipe I , adalah molekul air yang terikat pada molekul-molekul lain melalui sesuatu
ikatan hidrogen yang berenergi besar. Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat,
protein, atau garam. Air tipe ini tidak dapat membeku pada proses pembekuan, tetapi sebagian air ini dapat dihilangkan dengan cara pengeringan biasa. Air tipe
ini terikat kuat dan sering kali disebut air terikat.
Tipe II, yaitu molekul-molekul air membentuk ikatan hidrogen dengan molekul
air yang lain, terdapat dalam mikrokapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni. Air jenis ini lebih sukar dihilangkan dan penghilangan air tipe II akan
mengakibatkan penurunan A
w
Tipe III , adalah air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti
membram, kapiler, serat, dan lain-lain. Air tipe III inilah yang sering kali disebut dengan air bebas. Air tipe ini mudah diuapkan dan dapat dimanfaatkan untuk
pertumbuhan mikroba dan media bagi reaksi-reaksi kimiawi. water activity.
Tipe IV
, adalah air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, sifat-sifat air biasa dan keaktifan penuhWinarno,1984. Pengawetan makanan
dengan menurunkan kadar air yang dikenal dengan aktivitas air A
w
telah dilakukan sejak beribi-ribu tahun yang lalu. Secara tradisional, makanan
dikeringkan dengan sinar matahari tetapi sekarang beberapa makanan didehidrasi dibawah kondisi pengeringan yang terkendali dengan menggunakan aneka ragam
metoda pengeringan. Walaupun demikian pengeringan dengan sinar matahari
Universitas Sumatera Utara
tetap sebagai suatu cara pengolahan yang sangat penting dinegara-negara yang sedang berkembang Bucle,1985.
Aktivitas air atau “Water activity” A
w
merupakan salah satu parameter hidratasi yang sering diartikan sebagai air dalam bahan yang dapat digunakan
untuk pertumbuhan jasad renik. Menurut hokum Roult Secara kimia A
w
A
berbanding lurus dengan jumlah molekul didalam pelarut solvent dan berbanding terbalik dengan jumlah molekul didalam larutan solution
Syarief,1988.
w
= n
1
n
1
+ n
2
Dimana n
1
n = jumlah molekul dari zat yang dilarutkan solute
2
= Jumlah molekul pelarut, yang dimaksud disini adalah air
Aktivitas air berkaitan dengan Equilibrium Relative Humidity ERH, yaitu perbandingan antara tekanan uap larutan dengan air murni dan dinyatakan
dengan persentase. Kaitan antara ERH dengan A
w
dirumuskan sebagai berikut :
ERH = A
w
x 100
Akan tetapi ERH terbatas pada atmosfir serta dalam keseimbangan dengan larutan atau bahan pangan sehingga kurang sesuai untuk menggambarkan
ketersedian air air bebas. Jika larutan dipekatkan atau bahan pangan dikurangi kadar airnya, maka akan terjadi penurunan A
w
. Nilai maksimum A
w
= 1. Nilai ini diperoleh pada air murni. Semakin pekat larutan atau semakin berkurang kadar air
bahan pangan, nilai A
w
semakin rendah. Sebagian besar mikroba terutama bakteri tumbuh baik pada bahan pangan yang mempunyai A
w
0.9 – 0.97; khamir membutuhkan A
w
0.87- 0.91 dan kapang membutuhkan A
w
0.8 – 0.91. Bakteri halofilik adalah bakteri yang toleran terhadap kadar garam tinggi, dapat tumbuh
pada bahan pangan yang mempunyai nilai A
w
0.75. Khamir osmofilik merupakan khamir yang toleran terhadap tekanan osmotik tinggi misalnya gula, dapat
Universitas Sumatera Utara
tumbuh pada bahan pangan yang mempunyai nilai A
w
0.60. Kapang xerofilik merupakan kapang yang mampu tumbuh pada bahan pangan yang kering nilai
A
w
Pengukuran aktivitas air terhadap suatu bahan pangan sampai saat ini masih berdasarkan pengukuran kelembaban relativ berimbang dari bahan tersebut
terhadap lingkungannya. Oleh karena itu ekstrapolasi menjadi cara pengukuran yang lebih penting dari pada tekniknya.
Pengukuran relativ berimbang dapat dilakukan antara lain dengan kurva interpolasi, teknik manometrik, keseimbangan bitermal,hygrometer rambut,
keseimbangan isopiestic, hygrometer listrik, metode kimia dan penurunan titik beku. Masing-masing metode memiliki kelemahannya sendiri. Yang terpenting
adalah bahwa metode maupun peralatan yang dipakai harus menghasilkan pengukuran yang tepat, dapat diulang, cepat murah, mudah dibawa, mudah cara
pemakaiannyaPurnomo, 1995. 0.65 Nurwantoro dan Abbas, 1997.
2.4.2.. Scanning Electron Microscope SEM