Struktur Cerpen Sikat Gigi

2. Struktur Cerpen Sikat Gigi

a. Alur

Cerpen “Sikat Gigi” mempunyai alur maju (progresif), adalah jenis alur yang runtut dalam peristiwa-peristiwanya, bersifat kronologis. Dimulai dari tahap awal, tengah dan akhir.

Tahap awal adalah tahapan pengarang mulai melukiskan keadaan awal yang terdapat dalam cerpen „Sikat Gigi‟, tampak pada kutipan berikut. Pujangga itu melongokkan kepala dari jendela mobil tanpa takut

kepalanya tersambar kendaraan nakal yang kadang menyalip dari

commit to user

kiri, tetap menatap langit yang berantakan oleh bintang lalu ribut sendiri. Ia selalu histeris akan hal-hal yang tak kumengerti (Dee, 2009:55) Dengan segenap rasio dan akal, aku mencintai perempuan di sampingku itu. Egi, yang telah lama kukenal, teman baikku, sosok yang kubanggakan dan kukagumi...(Dee, 2009:56)

Tampak dalam kutipan tersebut tahap awal dari cerita “Sikat Gigi”. Cerita ini pendes kripsian dari tokoh „Egi‟ dan kutipan tersebut juga menggambarkan kekaguman tokoh „aku‟ yang nantinya akan diketahui bernama „Tio‟ terhadap tokoh „Egi‟. Awal dari cerita itu tokoh „aku‟ tertarik dengan sosok yang bernama „Egi‟.

Tahap tengah mendeskripsikan peristiwa yang menunjukkan konflik mulai memuncak. Pada tahap ini, tokoh „Egi‟ kembali melakukan

rutinitasnya menggosok gigi. Rutinitas itu terhenti seketika setelah „Egi‟ kembali masuk dalam dunia lamunannya. Tampak pada kutipan berikut.

Suara sikat beradu dengan gigi menggema dari kamar mandi. Aku pun kembali membaca dengan kaki berselonjor di sofa panjang. Egi selalu lama bila menyikat gigi. Tiba-tiba suara gosokan itu berhenti. Malam yang hening membuatku menjadi awas akan perubahan yang terjadi...(Dee, 2009:57)

Dari kutipan di atas tampak rutinitas tokoh „Egi‟ yang secara tiba- tiba terhenti karena memikirkan kembali gejolak dihatinya yang selama ini

masih terasa. Memikirkan seseorang yang berada di berada jauh dari pandangannya. Namun perenungan tokoh „Egi‟ saat itu menimbulkan reaksi

dari tokoh „Tio‟. “Terdengar suara berkumur. Keran dimatikan. Tio, saya pulang, ya. Lunglai ia menghampiriku." (Dee, 2009:57)

commit to user

Tindakan yang dilakukan „Egi‟ membuat „Tio‟ mencari jawaban dari perenungan „Egi‟ sewaktu menyikat gigi. Akan tampak pergolakan jiwa yang terjadi dari tokoh „Egi‟ dan „Tio‟. “Tio...panggilnya setelah lama

mematung. Saya suka sekali menyikat gigi. Mau tahu kenapa?” (Dee, 2009:58).

Waktu saya menyikat gigi, saya tidak mendengar apa-apa selain bunyi sikat. Dunia mendadak sempit cuma gigi, busa, dan sikat. Tidak ada ruang untuk yang lain. Hitungan menit, Tio, tapi berarti banyak. (Dee, 2009:58)

Klimaks dari cerpen ini ditunjukkan pada kenyataan bahwa tokoh „Tio‟akan mengungkapkan perasaan yang sebenarnya kepada tokoh „Egi‟. “Saya tidak pernah mengerti dunia dalam lamunan kamu, kata-kata itu

akhirnya meluncur keluar, pengharapan yang kamu punya, dan kekuatan macam apa yang sanggup menahan kamu begitu lama di sana. Tapi kalau memang sikat gigi itu tiket yang bisa membawa kamu pulang, saya ingin kamu semakin lama menyikat gigi, semakin asyik, sampai moga-moga lupa berhenti. Karena berarti kamu lebih lama lagi di sini, di dunia yang saya mengerti. Satu-satunya temp at saya eksis buat kamu.” (Dee, 2009:61)

Kenyataan yang sebenarnya pernyataan tokoh „Tio‟ berkebalikan dengan apa yang dibayang kan tokoh „Egi‟. “ Kamu tahu perasaan saya, dan saya tidak pern ah mau membahas soal ini lagi.” ‟Kamu sahabat saya...sahabat terb aik...‟Ia lalu makin menjauh. Bersiap menutup diri‟ (Dee, 2009:61).

Tahap klimaks juga ditandai dengan peristiwa yang menunjukkan keegoisan dari sikap tokoh „Egi‟ yang membiarkan perasaan sakit hatinya

commit to user

tinggal dalam dirinya terus menerus. “Dia ingin datang. Biar cuma dalam hati. Dan dia akan menjemput saya, pada kesempatan pertama yang dia

punya. Saya merasakan kalau dia selalu memikirkan saya.” (Dee, 2009: 61) Dalam hal ini tokoh „Egi‟ sekalipun tidak tergugah hatinya. Karena

„Egi‟ memilih untuk menikmati kebutaan cinta sejatinya sendiri tanpa perlu orang lain mengobatinya. “Aku mencintai Egi. Egi mencintai pria lain, yang menahun sudah membiarkannya terkatung-katung ...” (Dee, 2009: 62)

Tahap akhir adalah bagian cerita yang mendeskripsikan tahap pemecahan masalah yang dihadapi tokoh „Egi‟ dan „Tio‟. “Setiap kali aku berusaha merasionalisasikan semua ini,

kesimpulanku selalu sama: aku harus menemuinya lagi.” Bukan hal sulit untuk menemukannya. Ia masih Egi yang dulu, yang

dapat kutemui sore-sore sedang membaca buku di bangku taman yang berbukit-bukit di kompleks rumahnya...(Dee, 2009:63).

Tokoh „Tio‟ berusaha untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya selama ini dengan tokoh „Egi‟. „Tio‟ hanya berusaha untuk menjernihkan dan membuka pikiran tokoh „Egi‟ melalui pernyataan berikut.

... saya tahu sekarang, saya mencintai kamu bukan hanya dengan logika dan rasio. Bukan sekadar kamu memenuhi standar ideal saya. Tapi karena saya juga mencintai kamu di luar akal. Satu tahun saya menemukan cukup banyak alternatif yang masuk akal, tapi saya memang tidak ingin yang lain. Hanya kamu. Apa adanya. Termasuk alam lamunan yang tidak pernah melibatkan saya. Dan saya tetap Tio, yang kalkulatif dan tidak mau rugi, tapi kali ini saya benar-benar tidak mengharap apa-apa. Saya hanya ingin mengatakan ini semua, dan sudah. (Dee, 2009:64)

Tahap ini diakhiri dengan perasaan lega karena tokoh „Egi‟ ingin mencoba menghadapi kenyataan yang ada dihadapannya saat ini. Lewat

pernyataan tokoh „Tio‟, „Egi‟ menjadi sadar akan pentingnya menyadari orang-orang di sekitarnya yang selalu menyayanginya dan menyadari

commit to user

kenyataan bahwa kebutaan cinta sejati hanyalah akan menyiksa batin dan raganya. “Kamu hidup nyata saya, Tio. Dan saya tidak mau kemana-mana lagi. Itu juga kalau kamu tidak keberatan kita menjalaninya pelan- pelan...”

Perjalanan singkat menuju mobilku sore itu menjadi gerbang sebuah perjalanan baru yang panjang. (Dee, 2009:65)

Alur maju (progresif) dalam cerpen “Sikat Gigi” ini memaparkan masalah percintaan yang disampaikan pengarang dengan jelas. Permasalahan kehidupan manusia laki-laki dengan perempuan yang pada umumnya saling mencintai satu sama lain, namun terkadang cinta membutakan manusia sehingga manusia tidak peduli apakah cinta itu akan menyakitinya atau malah memberikan kebahagiaan pada dirinya. Peristiwa- peristiwa dalam cerpen “Sikat Gigi” bersifat kausalitas (hubungan sebab

akibat) dan kronologis, runtut waktu kejadiannya menjadi pedoman pengarang dalam menulis cerpen dengan tujuan mempermudah pemahaman makna yang terkandung oleh pembaca.

b. Penokohan

Dalam cerpen “Sikat Gigi” ini tokoh utamanya adalah tokoh „Tio‟ dan „Egi‟. Berikut akan dijelaskan mengenai penokohan tiap tokoh:

1. Tokoh Tio

Tokoh „Tio‟ merupakan tokoh utama dalam cerpen “Sikat Gigi” ini. Menurut aspek psikol ogisnya, tokoh „Tio‟ adalah seorang yang kaku, praktis dan realistis atas apa yang terjadi di sekitarnya. Sifat

tokoh „Tio‟ yang kaku terlihat dari kutipan berikut.

commit to user

... Aku bukan pujangga dan tak pernah bisa bermetafora. Monokrom dan kurang dimensi, katanya selalu tentang diriku. Praktis dan realistis, begitu aku menerjemahkannya. (Dee, 2009:55-56)

Sifat praktis dari tokoh „Tio‟ juga terlihat dari kutipan berikut. “Kamu di sini saja. Besok pagi saya antar pulang. Saya malas keluar lagi ...” (Dee, 2009:57). Dari sini terlihat bahwa tokoh „Tio‟ tidak pernah canggung untuk menyuruh tokoh „Egi‟ menginap di rumahnya, bahkan cenderung mencari kepraktisan daripada mencari kerepotan.

Sifat realistis tokoh „Tio‟ juga terlihat dari kutipan berikut. “Aku balik menggele ng. „Itu kebutaan sejati‟. Kamu memilih menjadi tuna

netra padahal mata kamu sehat. Kamu tutup mata kamu sendiri. Dan kesedihan kamu pelihara seperti orang mengobati luka dengan cuka,

bukan obat merah.‟” (Dee, 2009:62). Terlihat sifat tokoh „Tio‟ yang realistis, selalu melihat secara nyata dengan yang terjadi di sekitarnya.

2. Tokoh Egi

Tokoh „Egi‟ merupakan tokoh utama juga dalam cerpen ini. Menurut aspek psikologisnya, tokoh „Egi‟ adalah seorang yang peka terhadap apa yang terjadi di sekiranya, tidak pernah mau melihat kenyataan yang ada di depannya. Hal ini terlihat dari kutipan berikut.

Ia pun dianugerahi kemampuan untuk menjelaskan segalanya dengan tepat, rasional, dan masih kedengaran cantik. Itulah satu- satunya cara agar aku mampu mengerti keindahan yang ditangkap matanya... (Dee, 2009:57) ... Egi, yang telah lama kukenal, teman baikku, sosok yang kubanggakan dan kukagumi. Ia mampu berpanjang lebar menjelaskan cinta dan adieksistensinya pada aku yang tak pernah mau repot menganalisis...(Dee, 2009:56)

commit to user

Sif at tokoh „Egi‟ yang tidak pernah mau melihat kenyataan hidupnya juga terlihat dari kutipan berikut. “Waktu saya menyikat gigi,

saya tidak mendengar apa-apa selain bunyi sikat. Dunia saya mendadak sempit... cuma gigi, busa, dan sikat. Tidak ada ruang untuk yang lain.

Hitungan menit, Tio, tapi berarti banyak.” (Dee, 2009:58). Dari kutipan tersebut tampak tokoh „Egi‟ yang selalu ketakutan akan kenyataan dalam hidupnya, maka dari itu tokoh „Egi‟ lebih menyukai untuk melakukan kebiasaan menyikat gigi, dengan itulah semua permasalahan yang ada dalam dirinya menjadi hilang.

c. Latar

Dalam cerpen “Sikat Gigi” ini menggunakan latar tempat yang berbeda yaitu di daerah Puncak, Bogor. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut.

Setelah kami berdua duduk di atas rumput, dengan tabah ia menjelaskan. „Coba lihat. Langit begitu hitam sampai batasnya

dengan Bumi hilang. Akibatnya, bintang dan lampu kota bersatu, seolah- olah berada di satu bidang. Indah, kan?‟

Latar tempat yang lain adalah tempat tinggal Tio, berikut dengan ruang-ruang yang merupakan bagian dari rumah Tio seperti ruang tamu yang terdapat sofa panjang, kamar mandi dan ruangan pada umumnya.

“Suara sikat beradu dengan gigi menggema dari kamar mandi. Aku pun kembali membaca dengan kaki berselonjor di sofa panjang. Egi selalu lama

bila menyikat gigi.” (Dee, 2009:57) Latar tempat berikutnya adalah taman dekat rumah tempat tinggal

Egi. Dapat dilihat dari kutipan berikut.

commit to user

Bukan hal sulit untuk menemukannya. Ia masih Egi yang dulu, yang dapat kutemui sore-sore sedang membaca buku di bangku taman yang berbukit-bukit di kompleks rumahnya... (Dee, 2009:63).

Pernyataan tersebut juga merupakan salah satu latar suatu peristiwa dalam cerpen ini, yang terjadi di daerah Puncak, Bogor, tempat tinggal Tio dan di taman dekat Egi.

Dari beberapa kejadian dalam cerpen ini latar tempat yang digunakan adalah di daerah Puncak, Bogor, tempat tinggal Tio dan taman dekat tempat tinggal Egi. Ketika para tokoh sedang melakukan interaksi satu sama lain sehingga beberapa kejadian itu muncul dan karakter dari para tokoh yang kuat.

d. Tema dan Amanat

Melalui pembacaan berulang serta kajian terhadap cerpen “Sikat Gigi ” ini tertangkap tema utamanya adalah mengenai percintaan antar insan. Penggambaran dari tokoh „Egi‟ yang selalu lari dari kenyataan hidupnya, tokoh „Egi‟ yang selalu membiarkan segala permasalahannya larut dalam dirinya. Dengan menyikat gigi tokoh „Egi‟ merasa aman, merasa semua akan berubah dan tak perlu memikirkan sesuatu yang memberatkan dirinya. Tokoh „Egi‟ selalu mencari sebuah kebahagiaan namun dirinya tidak mengerti bagaimana mencari sebuah kebahagiaan itu. Namun di sisi lain

tokoh „Tio‟ senantiasa mendampingi tokoh „Egi‟ dalam ketakutannya menghadapinya dunianya. Tokoh „Tio‟ yang selalu menjadi tiket sekali jalan tanpa harus toko h „Egi‟ menyikat gigi. Tokoh „Tio‟ yang membukakan pikiran tokoh „Egi‟ agar dapat membuka diri dan bersikap bijak dengan

commit to user

permasalahannya maka dengan itu pulalah tokoh „Egi‟ dapat membuka mata dan hatinya untuk tokoh „Tio‟.

Amanat yang sekiranya dapat ditangkap adalah sebagai manusia, mahluk dari Tuhan yang berakal dan berperasaan, hendaknya selalu bijak dalam menghadapi permasalahan di sekitar. Bersikaplah terbuka dan melihat kenyataan di sekitar, karena dengan ini akan membuat hidup menjadi lebih baik dan juga damai.

Analisis struktural dari cerpen Sikat gigi sebagai cerpen kedua dari kumpulan cerpen Filosofi Kopi. Demikianlah kiranya, yang akan diinterpretasikan lebih lanjut dengan menerapkan analisis semiotika diserta makna yang terkandung di dalam cerpen.

Dokumen yang terkait

ANALISIS DAN PERANCANGAN SPACE PLANNING PADA DATA CENTER DI PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BERDASARKAN STANDAR ANSIBICSI 002 DENGAN METODE PPDIOO STUDI KASUS : DISKOMINFO PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANALYSIS AND DESIGN OF SPACE PLANNING IN DATA CENTER IN T

0 0 8

ANALISIS DAN PERANCANGAN SECURITY SYSTEM DALAM RANCANGAN BERDASARKAN STANDAR EN506002-5 DENGAN METODE PPDIOO LIFE- CYCLE APPROACH STUDI KASUS : DISKOMINFO PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANALYSIS AND DESIGN OF SECURITY SYSTEM IN DESIGN BASED ON EN506002-5 ST

0 0 8

ANALISIS DAN PERANCANGAN FASILITAS DATA CENTER BERDASARKAN SITE SELECTION STANDAR ANSIBICSI 002 DENGAN METODE PPDIOO STUDI KASUS : DISKOMINFO PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG ANALYSIS AND DESIGN OF DATA CENTER FACILITY BASED ON SITE SELECTION ANSIBICSI 002 ST

0 0 8

Kata kunci : malware, malware analysis, cyber crime, clustering, deteksi malware, malware signature,

0 0 10

Tinjauan Tentang Perjanjian Pemberian Kredit Bagi Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Pada Pd. Bpr Bank Pasar Kabupaten Kudus

0 0 115

Analisis Novel Incest Karya I Wayan Artika : (Kajian Struktural Dan Perubahan Sosial)

1 13 77

SKRIPSI REPRESENTASI PLURALISME DALAM FILM ” ? ” (Studi Analisis Semiotika tentang Pluralisme dalam Film ” ? ”)

1 1 121

KAJIAN TERHADAP HAK IMUNITAS DAN MALPRAKTEK ADVOKAT ( Studi Kasus dalam Putusan DKC IKADIN No.01PutDKC.Ikadin2006Ska )

0 0 109

Sikap Masyarakat terhadap Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam Sekolah Inklusi di Kabupaten Wonogiri

1 2 95

Sri Soemantri. 2008. "Lembaga Negara dan State Auxiliary Bodies dalam Sistem Ketatanegaraan Menurut

0 0 20