Latar Belakang Penciptaan Novel Dalam Mihrab Cinta

2. Latar Belakang Penciptaan Novel Dalam Mihrab Cinta

a. Kenyataan yang terjadi di sekitar pengarang Di dalam novel Dalam Mihrab Cinta, ada beberapa hal yang ingin diungkapkan oleh Habiburrahman El Shirazy. Hal yang mendasar yang ingin diungkapkannya lewat novel tersebut, yaitu mengenai perjuangan seorang remaja yang sempat khilaf. Akan tetapi, oleh kekuatan cinta dari orang-orang dekatnya maka pemuda itu dapat kembali ke jalan yang lurus.

Novel ini memberi kesan dan pesan yang baik, khususnya bagi bangsa Indonesia yang memang membutuhkan novel-novel yang bermoral. Pesan yang ingin disampikan DMC adalah siapa pun orang jika didorong untuk berbuat jahat maka orang tersebut bisa menjadi orang jahat. Sebaliknya, jika orang diberikan motivasi untuk menjadi orang baik, maka orang tersebut bisa menjadi orang baik. Mengetahui ada beberapa pesan dalam novel ini, optimis novel ini akan menjadi obat cinta bagi orang-orang yang gemar dengan kisah cinta dan religi.

Novelet ini awalnya bersetting di sebuah pesantren di Kediri, Jawa Timur. Berkisah tentang seorang santri bernama Syamsul yang harus menerima hukuman karena kesalahan yang tak diperbuatnya. Burhan, sahabatnya, telah memfitnah bahwa Syamsul-lah yang telah mencuri uangnya. Bahkan, ayahnya sendiri tidak mempercai Syamsul. Syamsul pun pergi meninggalkan rumah.

Syamsul berusaha mencari pekerjaan. Tapi tak tak dapat juga. Akhirnya ia berpikir untuk mencuri atau mencopet. Tapi naas. Saat melakukan itu, Syamsul terpergoki dan akhirnya dimasukkan ke dalam penjara. Ia mengaku bernama Burhan.

Setelah keluar dari penjara. Syamsul memutuskan hijrah ke Jakarta. Dengan uang seadanya, ia mengontrak sebuah rumah. Kemudian ia

mengamalkan ”ilmu” yang diperolehnya dari penjara tentang teknik

commit to user

hari, Syamsul berhasil memperdayai satu korban. Suatu hari, seorang cewek berjilbab modis menjadi korbannya. Syamsul menemukan kartu mahasiswa dan foto mahasiswi tersebut sedang bersama seorang lelaki. Lelaki itu tak lain adalah Burhan.

Dengan berbekal ilmu yang diperoleh ketika nyantri, Syamsul berpura-pura menjadi guru ngaji dengan motif lain untuk menguak kejahatan Burhan yang akan mempersunting seorang gadis yang bernama Silvie. Suatu hari Syamsul disuruh mengisi ceramah di masjid komplek Villa Garcia, dan sejak saat itu dia menjadi seorang mubaligh besar yang disegani banyak orang.

Alhasil usaha yang dilakukan Syamsul tidak mengecewakan, ia berhasil menguak siapa Burhan sebenarnya. Dengan ketangguhan Syamsul, Silvie lambat laun menaruh hati dengannya. Tidak lama kemudian orang tua Silvie melamar Syamsul namun ditengah-tengah persiapan untuk pernikahan, Silvie mengalami kecelakaan hingga ia tidak tertolong lagi. Mendengar kejadian itu, Syamsul mengalami gangguan jiwa, namun ibu, adik perempuannya dan Zizi tidak henti memberikan ia motivasi agar ia mau berceramah lagi dan menata hidupnya kembali. Karena semenjak kejadian itu Syamsul tidak mau berceramah lagi. Akhirnya dia mau bangkit lagi, dan keluarga Zizi ingin melamar Syamsul. Setelah berfikir-fikir, pada akhir cerita Syamsul menerima lamaran dari Kiai Miftah kakak dari Zizi untuk melamar Zizi.

Dari rangkaian cerita tersebut, Habiburrahman El Shirazy ingin memberikan gambaran mengenai orang yang mendapatkan fitnah dan memiliki ketangguhan untuk tetap berjuang demi menata hidup di masa depan tidak lah mudah, namun pada akhirnya lambat laun akan menuai hasil.

Pengarang dalam novelnya Dalam Mihrab Cinta pada intinya ingin mengungkapkan betapa hebat kebesaran Tuhan Yang Maha Esa terhadap orang-orang yang dizalimi dan memiliki rasa optimis dalam dirinya. Selain

commit to user

optimis, tidak lupa dengan sang pencipta, dimanapun dan bagaimanapun kondisi dia, tetap ingat dengan Tuhannya.

Tokoh Syamsul mengalami hal yang luar biasa dalam hidupnya, baik untuk menjunjukkan ketaqwaan pada Tuhan nya, berbakti dengan orangtuanya meskipun di awal cerita ia harus menentang kehendak orangtuanya, dan juga tentang kisah percintaannya yang tidak perlu mencari seorang yang akan didampinginya, melainkan ia dilamar oleh dua perempuan yang parasnya cantik, pintar, dan rendah hati. Jika dikaitkan dengan kehidupan sekarang ini, kebanyakan laki-laki yang melamar perempuan, namun dalam novel ini menunjukkan bahwa tidak hanya laki- laki yang boleh melamar, melainkan seorang perempuan pun pantas untuk melamar seorang laki-laki.

b. Mengungkapkan kebenaran Dengan novel ini, Habiburrahman El Shirazy mencoba menguraikan pepatah yang sangat terkenal di tanah Jawa, yaitu: “Becik ketitik ala kethara” yang berarti kebaikan akan tampak dan kejahatan akan

kelihatan. Habiburrahman El Shirazy juga mengajak para generasi muda untuk optimis menatap masa depan.