Lokakarya Diseminasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Di Propinsi Banten

Lokakarya Diseminasi Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL Di Propinsi Banten

Air Minum dan Penyehatan Lingkungan S hatan Prop. Banten, dan adopsi kebijakan an air baku semakin berkurang, dan per-

ebagai upaya mendorong pemerin-

sanitasi dasar. Padahal kemampuan tah daerah untuk melaksanakan

yakni kebijakan nasional pembangunan

pemerintah semakin terbatas, pertum- Kebijakan Nasional Pembangunan

AMPL, kondisi air tanah dan permukaan

di Banten, kebijakan dan strategi kese-

buhan penduduk semakin cepat, cadang-

(AMPL) berbasis masyarakat, WASPOLA

masalahan penyehatan lingkungan sema- menyelenggarakan Lokakarya Diseminasi

nasional AMPL di Kab. Lebak.

kin kompleks. Oleh karena itu, pemerin- Kebijakan Nasional Pembangunan AMPL

Materi kebijakan nasional pemba-

tah menyusun kebijakan nasional pem- di Serang, Banten pada 3 Mei 2005. Lo-

ngunan AMPL berbasis masyarakat di-

bangunan AMPL. kakarya ini diikuti oleh 30 peserta yang ber-

sampaikan oleh Oswar Mungkasa dari

Diharapkan kebijakan ini menjadi acuan asal dari Kota Cilegon, Kota Tangerang,

Bappenas. Ia menjelaskan kondisi layan-

bagi semua pihak dalam pembangunan Kab. Serang, Kab. Tangerang, Kab. Pandeg-

an air minum dan penyehatan lingkung-

AMPL yang berkelanjutan, selanjutnya lang, dan Kab. Lebak.

an di Indonesia yang masih rendah. Di

dioperasionalisasikan ke dalam langkah dan Lokakarya tersebut dibuka oleh Kepa-

sisi lain, lanjutnya, tahun 2015 Indo-

strategi oleh pemerintah daerah, dan la Bappeda Propinsi Banten. Ada empat

nesia-sesuai target MDG-dituntut bisa

akhirnya ditindaklanjuti ke dalam rencana topik yang disampaikan dalam lokakarya

mengurangi 50 persen dari mereka yang

belum memiliki akses air minum dan

dan pelaksanaan di daerah. „ (MJ)

Percik 47

Juli 2005

"S anitasi si anak yang terlu-

pakan", pernyataan yang dike- mukakan oleh salah satu pre-

senter dalam lokakarya ini terasa sangat relevan dengan kondisi sanitasi kita. Sektor sanitasi di Indonesia terutama di perkotaan masih jauh tertinggal diban- dingkan dengan sektor air minum dan sektor-sektor lain. Saat ini, cakupan pe- layanan sistem pembuangan air limbah terpusat di daerah perkotaan hanya melayani sekitar 2 persen dari jumlah penduduk. Sementara itu, biaya sosial dan ekonomi dari masalah kesehatan yang terkait dengan persoalan sanitasi di- perkirakan mencapai 2,4 persen dari PDB (sekitar 4,7 milyar dolar atau Rp. 100.000/rumah tangga/bulan). Oleh karena itu, sanitasi perkotaan dipilih menjadi topik utama dalam lokakarya ini.

Lokakarya ini diselenggarakan oleh Bank Dunia bekerja sama dengan Forum Komunikasi Air Limbah (FORKALIM) di Makassar, 28-29 April 2005. Peserta yang hadir berasal dari berbagai institusi yaitu PDAM, perguruan tinggi, departe- men terkait, pemerintah daerah, DPRD, LSM, serta beberapa lembaga interna- sional seperti Bank Dunia, WSP, dan USAID. Pembicara tamu antara lain berasal dari Water and Sanitation Anchor Bank Dunia dan Indah Water Konsortium (IWK) dari Malaysia. Loka- karya dilakukan dengan memadukan metode presentasi dan diskusi partisi- patif. Topik diskusi meliputi pilihan sani- tasi, mulai dari sanitasi dengan pen- dekatan berbasis masyarakat, sampai sis- tem skala kota; kemungkinan peran PDAM dalam pengelolaan sanitasi; dan masalah pemulihan biaya. Topik ini dipersempit menuju pendekatan terpi- lah/modular (un-bundling) sebagai pen- dekatan yang dinilai mampu memecah- kan tantangan sanitasi perkotaan.

Lokakarya terbagi dalam dua sesi. Se- si pertama mengangkat berbagai topik

yang terkait dengan sanitasi perkotaan dalam bentuk presentasi. Topik pertama adalah 'Pembelajaran dan pengalaman global dari sanitasi skala kota termasuk masyarakat miskin perkotaan'. Poin utama yang dikemukan tentang empat hal penting untuk konsep strategis sani- tasi perkotaan yaitu (i) skema investasi yang terkait dengan prinsip penerima manfaat adalah penanggung biaya (indi- vidu v.s. publik); (ii) keuntungan dari pendekatan modular/terpilah (un-bund- ling) yang memadukan berbagai pilihan sanitasi dari mulai sanitasi berbasis ma- syarakat sampai sanitasi perpipaan; (iii) pentingnya promosi sanitasi dan higienis untuk menumbuhkan kesadaran dan kebutuhan akan sanitasi, serta mengubah perilaku masyarakat; (iv) rencana strate- gis sanitasi skala kota perlu dikem- bangkan dengan kepemimpinan dari tingkat pemerintah namun juga harus melibatkan pihak-pihak lain termasuk masyarakat.

Topik kedua mengenai 'Pendekatan dalam pemulihan biaya sanitasi skala kota', yang dibawakan oleh PDAM yang

mengelola sistem sanitasi perpipaan yakni PDAM Banjarmasin dan Surakarta. PDAM tersebut saat ini mengoperasikan IPLT dengan kapasitas 500 m3/hari dan sistem sanitasi perpipaan yang melayani area seluas 16,5 Ha (0,002 persen dari luas wilayah kota), dengan 528 sambung- an. Sistem saluran air limbah terutama bagi daerah komersial, dan teknologi yang dipakai memiliki biaya O&M yang relatif rendah. Kedua faktor ini dinilai sa- ngat berpengaruh terhadap pendapatan dan pengeluaran. Dengan efisiensi