Gotong Royong Bangun Jamban

Gotong Royong Bangun Jamban

FOTO: MUJIYANTO

D lah 105 kepala keluarga (KK). Dusun ini

usun Margodadi berjarak sekitar

10 km arah selatan kota Lu- majang. Penduduknya berjum-

sekaligus merupakan pusat Desa Keno- ngo. Hanya 30 persen keluarga yang me- miliki jamban yang memenuhi persya- ratan. Sisanya menggunakan cubluk se- derhana yakni berupa lubang berdiame- ter sekitar 1 meter yang di atasnya diberi dua batang pohon--untuk nangkring--, buang air di kebun, dan sungai.

Warga dusun sebagian besar hidup dari bertani kopi, sengon, dan buruh per- kebunan. Kondisi rumah mereka sepintas

cukup bagus. Sebagian besar bangunan Kepala Desa Kenongo (paling kanan), Ny. Suparti (paling kiri),

dan penggerak CLTS Desa Kenongo.

terbuat dari tembok. Hanya sedikit yang dibangun dari bambu. Rumah tertata

juga guru sekolah dasar ini, selisih paling rapi di sepanjang jalan dusun yang dias-

dampingi Ny. Nurul dan Ny Suwarni. Sa-

cepat antara waktu pemicuan dan pem- pal. Tapi siapa sangka mereka tak memi-

sarannya pun tak dipilih-pilih. Siapa yang

bangunan yaitu dua hari. Guna men- liki jamban.

ada di rumah, dialah yang dipicu. ''Se-

dukung pembangunan ini tim CLTS desa Ny. Suparti, natural leader CLTS Du-

muanya saya anggap sebagai keluarga

pun turun tangan. Caranya dengan sun Margodadi, yang juga istri Kepala

sendiri. Yang penting kita tujuannya ba-

mengumpulkan kopi dari masyarakat se- Desa, menjelaskan kondisi ini terjadi ka-

ik,'' jelasnya.

banyak satu kaleng. Uang hasil penjualan rena tingkat pendidikan masyarakat yang

Istri kepala desa ini mengaku lebih

dibelikan semen seharga Rp. 23 ribu. rendah. ''Sebenarnya mereka mempunyai

menekankan masalah kesehatan dalam

Semen dan uang sisa itu dikembalikan lahan dan uang. Tapi taraf berpikirnya

memicu warganya untuk membangun

kepada warga untuk membangun jam- kurang,'' katanya di Balai Desa Kenongo.

jamban. Misalnya tentang proses penye-

bannya. Beberapa warga dibantu pasir. Awal Mei lalu dusun ini menjadi salah

baran penyakit dan kaitan dengan kepe-

''Intinya kita harus kerja sama, kalau satu lokasi praktek bagi para peserta

milikan jamban. ''Saya selalu bilang kepa-

sendiri-sendiri berat,'' jelasnya. Beberapa pelatihan CLTS yang berlangsung di

da warga bahwa sakit itu mahal. Biar tak

warga pun membangun secara bergotong Lumajang. Warga pun dikumpulkan.

mahal maka kita perlu jamban untuk

royong, baik bahan maupun pengerjaan. Mereka diajak bersama-sama membahas

menghindari penyebaran penyakit,'' kata

Dalam waktu satu bulan-dari target 6 kondisi sanitasi di dusun tersebut terma-

Ny. Suparti yang suka dipanggil Bu

bulan-100 persen warga telah memiliki jam- suk membuat peta keluarga dan kepemi-

Inggih (Bu Kepala Desa). Tak lupa disam-

ban. Ada yang kloset, sistem kering (pakai likan jambannya. Pemicuan berlangsung.

paikan pula alternatif model jamban yang

siram), dan cubluk tertutup. Harganya ber- Maka muncullah tokoh informal dan

memenuhi syarat kesehatan.

variasi mulai dari Rp. 60 ribu (perbaikan), kepengurusan CLTS di Desa Kenongo.

Langkah pemicuan tidak hanya meli-

Rp. 125 ribu (bangun baru), hingga 250 ribu. Mereka adalah Ny. Suparti sebagai ketua,

batkan pengurus CLTS tapi juga didukung

Keberhasilan ini ternyata didengar kemudian wakil ketua Joko Winarno,

oleh perangkat desa. Selain ke rumah-

dusun sebelahnya. Warga dusun tersebut sekretaris Ny. Nurul Latifah (bidan

rumah, proses pemicuan diadakan pada

pun berharap proses serupa berlangsung desa), bendahara Ny. Suwarni, pengawas

acara pengajian setiap pekan, Posyandu, dan

di dusunnya. ''Kini kita bertekad, satu Satuk dan pengurus PKK Desa.

di sekolah dasar. Upaya itu berhasil.

desa memiliki jamban semuanya,'' kata Merekalah, terutama yang ibu-ibu,

Masyarakat antusias untuk memba-

Sugito, Kepala Desa Kenongo, yang yang kemudian bergerak ke seluruh war-

ngun jamban dengan pilihan masing-

masing. Sekitar 60 persen warga memba-

diamini istrinya. Para pengurus

CLTS mengaku yakin tekad ini bisa ter- ke rumah,'' kata Ny. Suparti yang di-

ga dusun. ''Kami berkunjung dari rumah

ngun jamban baru. Sisanya memperbaiki

yang lama. Menurut Ny. Suparti, yang

wujud. „ (MJ/AK)

Percik 29

Juli 2005

Dusun Ploso, Desa Tanggung, Kec. Padang

Maunya WC Closet Saja

usun Ploso letaknya agak jauh warga membuang hajat di jamban pada pemerintah (WC ini untuk kalian sendiri dari Kota Lumajang. Jaraknya acara pengajian ibu-ibu. Sedangkan Mas- kok menunggu pemerintah),'' katanya. sekitar 15 km arah barat daya duki bersama Umar berkunjung dari ru-

kota. Penduduknya berjumlah 133 kepala D mah ke rumah. ''Memang dari dulu saya beda. Ada yang sekali dipicu langsung

Memang kepedulian warga berbeda-

keluarga (KK). Sebanyak 50 keluarga suka kegiatan sosial seperti ini,'' kata membangun jamban. Tapi ada pula yang yang memiliki jamban, sedangkan 73 Masduki yang kini masih aktif sebagai agak membandel. ''Ya kita paranin terus keluarga tak punya. Mereka yang tak anggota Badan Perwakilan Desa (BPD).

Pak,'' katanya seraya menambahkan ada mempunyai jamban ini sebagian besar

Masduki mengakui agak berat meng- yang sampai empat kali didatangi. ''Se- membuat hajat di sungai, selokan. ajak warganya memiliki jamban. Warga kalian biar sungkan kalau sering dida- Lainnya di kebun dan sawah.

telanjur tahu bahwa program CLTS milik tangi.'' Rata-rata warga dusun baru mem- Secara ekonomi kondisi warga lebih Bank Dunia. ''Mereka selalu bilang, 'Ada bangun setelah satu minggu proses pe- baik dibandingkan dengan Dusun Margo- uangnya nggak?'. Yang namanya Bank nyadaran. dadi. Mata pencaharian warga bertani, Dunia kok nggak bantu uang. Bank kan

Muhammad Ali, warga dusun, menga- pembuat genting, dan buruh. Pabrik- tempatnya uang?'' ujarnya. Oleh karena takan sebenarnya warga mau memba- pabrik genting berjajar di sepanjang jalan itu, proses pemicuan ini perlu waktu dan ngun jamban. ''Namun orang di sini aspal yang membelah dusun. Sebagian kesabaran.

nggak mau membangun WC yang asal- besar rumah terbuat dari tembok.

Kondisi ini tak membuat putus asa asalan. Mendingan langsung yang bagus. Menurut Drs Masduki, yang kini me- para penggerak CLTS tersebut. Mereka Kalau cubluk sebenarnya bisa. Daripada melopori pembangunan jamban di dusun menjelaskan bahwa kotoran yang di- membuat yang sederhanan, sekalian yang tersebut, faktor kebiasaan warga menjadi buang ke tempat terbuka bisa kembali ke closet kan nggak usah dua kali memba- kendala. Warga merasa nyaman mem- rumah bahkan ke atas meja makan. ''Apa ngun,'' kata satpam sebuah perusahaan buang hajat di saluran air dan terbukti kotoran sampean nggak pulang lagi lewat ini. Selain itu, faktor tukang juga menjadi selama ini aman-aman saja. ''Mereka lalat dan sapi?'' begitu Masduki selalu kendala. selalu bilang dari dulu juga sehat-sehat mendorong warga. Sedangkan soal per-

Para penggerak ini pun mendorong saja,'' kata guru sekolah dasar tersebut.

mintaan bantuan dana dari warga, ia tokoh-tokoh masyarakat yang belum Awal Mei 2005, delapan orang utusan senantiasa mengatakan, ''WC iki kan punya jamban untuk memberi contoh. dusun ini mengaikuti pelatihan Commu- kanggo sampean dhewe, lha kok nunggu Kepala dusun dan ketua RT pun terpicu. nity-Led Total Sanitation (CLTS) di Kota

Dalam sebulan dari 73 keluarga yang Lumajang. Mereka itulah yang akhirnya

FOTO: MUJIYANTO

belum memiliki jamban, tinggal 29 kelu- terpicu dan menjadi penggerak di dusun

arga yang belum membangun jamban tersebut. Sebagian dari mereka yang tidak

sendiri. Mereka ini kebanyakan tinggal di memilliki jamban sebelumnya, langsung

dekat sungai dan termasuk keluarga membangunnya. Mereka kemudian me-

miskin. Masduki dan kawan-kawan yakin ngumpulkan warga untuk dipicu agar

mereka bisa berubah dalam waktu dekat. memiliki jamban sendiri. Warga pun an-

''Yang penting kita openi (pelihara) saja.'' tusias mengikuti kegiatan. Mereka pun bi-

Ia dan penggerak di Ploso akan berupaya sa memetakan siapa-siapa yang memiliki

mencari jalan agar semua warganya jamban dan tidak. Tokoh penggerak ge-

memiliki jamban. rakan membangun jamban ini, selain

Hampir semua jamban baru meru- Masduki, adalah Laseri (Ketua RT), Ny.

pakan WC closet. Harga bangunannya Ummi (tokoh agama), dan Umar (anggota

sekitar Rp. 250 ribu. Pembangunannya LKMD).

murni swadaya setiap keluarga dan Sejak itulah mereka bergerak sesuai

tidak melalui gotong royong. ''Sekarang dengan kapasitas masing-masing. Ny.

gotong royong hampir pudar,'' kata Ummi aktif menyampaikan pentingnya

Masduki menunjukkan selokan yang sering

Masduki.

„ (MJ/AK)

menjadi tempat buang air besar warga.