9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Apotek
Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan
telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker, mereka yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku berhak melakukan pekerjaan kefarmasian di
Indonesia sebagai apoteker Presiden, RI., 2009. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 35 tahun 2014 tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di apotek, yang dimaksud dengan apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktik kefarmasian oleh
apoteker. Pelayanan kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggungjawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Dan yang termasuk pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk
pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep
dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2009, tujuan pengaturan pekerjaan kefarmasian adalah untuk:
a. Memberikan perlindungan kepada pasien dan masyarakat dalam
memperoleh danatau menetapkan sediaan farmasi dan jasa kefarmasian
Universitas Sumatera Utara
10 b.
Mempertahankan dan meningkatkan mutu penyelenggaraan Pekerjaan Kefarmasian sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta peraturan perundangan-undangan c.
Memberikan kepastian hukum bagi pasien, masyarakat dan tenaga kefarmasian.
Pelaksanaan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas pelayanan kefarmasian berupa:
a. Apotek
b. Instalasi farmasi rumah sakit
c. Puskesmas
d. Klinik
e. Toko obat
f. Praktek bersama
Permenkes No. 35 tahun 2014 merupakan standar pelayanan kefarmasian di apotek meliputi: pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai serta pelayanan farmasi klinik.
a.
Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai meliputi:
i. Perencanaan
ii. Pengadaan
iii. Penerimaan
iv. Penyimpanan
v. Pemusnahan
vi. Pengendalian
Universitas Sumatera Utara
11 vii.
Pencatatan dan pelaporan
b.
Pelayanan farmasi klinik meliputi: i.
Pengkajian resep ii.
Dispensing iii.
Pelayanan Informasi obat PIO iv.
Konseling v.
Pelayanan kefarmasian di rumah home pharmacy care vi.
Pemantauan terapi obat PTO vii.
Monitoring efek samping obat MESO Menkes, RI., 2014. Sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh apotek adalah:
a. Apotek berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh
masyarakat. b.
Pada halaman terdapat papan petunjuk yang dengan jelas tertulis kata apotek.
c. Apotek harus dengan mudah diakses oleh anggota masyarakat.
d. Pelayanan produk kefarmasian diberikan pada tempat yang terpisah dari
aktivitas pelayanan dan penjualan produk lainnya, hal ini berguna untuk menunjukkan integritas dan kualitas produk serta mengurangi resiko
kesalahan penyerahan. e.
Masyarakat diberi akses secara langsung dan mudah oleh apoteker untuk memperoleh informasi dan konseling.
f. Lingkungan apotek harus dijaga kebersihannya, apotek harus bebas dari
hewan pengerat, serangga.
Universitas Sumatera Utara
12 g.
Apotek mempunyai suplai listrik yang konstan, terutama untuk lemari pendingin.
h. Apotek harus memiliki:
i. Ruang tunggu yang nyaman bagi pasien
ii. Tempat untuk mendisplai informasi bagi pasien, termasuk penempatan
brosurmateri informasi iii.
Ruangan tertutup untuk konseling bagi pasien yang dilengkapi dengan meja dan kursi serta lemari untuk menyimpan catatan medikasi pasien
iv. Ruang racikan
v. Tempat pencucian alat
i. Perabotan apotek harus tertata rapi, lengkap dengan rak-rak penyimpanan
obat dan barang-barang lain yang tersusun rapi, terlindung dari debu, kelembaban dan cahaya yang berlebihan serta diletakkan pada kondisi
ruangan dengan temperatur yang telah ditetapkan Menkes, RI., 2004.
2.2 Standar Pelayanan Kefarmasian