BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1 Sejarah Ritel Modern di Indonesia
Ritel modern yang menggunakan gerai secara lebih modern juga mulai beroperasi pada awal 1960-an di Jakarta. Arti modern disini adalah
penataan barang menurut keperluan yang sama yang dapat dilihat dan diambil langsung oleh pembeli, penggunaan alat pendingin udara, dan
adanya pramuniaga professional. Salah satu contoh gerai modern adalah department store, yang pertama di Jakarta adalah Sarinah. Dasawarsa
1960-an belum mengenal customer service. Modernisasi
bertambah meluas
pada dasawarsa
1970-an. Supermarket mulai diperkenalkan pada dasawarsa ini. Konsep one-stop
shopping mulai dikenalkan pada dasawarsa 1980-an yang kemudian menjadi populer di awal 1990-an. Istilah pusat belanja mulai populer
digunakan untuk menggantikan kata one-stop shopping. Banyak orang yang mulai beralih ke gerai modern seperti pusat belanja ini untuk
berbelanja. Dasawarsa 1990-an adalah era diperkenalkannya konsep belanja
supercentre dan hypermarket kepada masyarakat Jakarta. Kalau supercentre berasal dari AS, seperti wal-mart, maka hypermarket berasal
dari Prancis, seperti Carrefour yang lebih besar daripada supercentre.
Dalam dasawarsa 90-an itu, khususnya menjelang pergantian ke dasawarsa berikutnya, istilah-istilah asing yang berkaitan dengan bisnis
ritel mulai bermunculan. Format gerai modern yang masih asli dalam istilah asing dipakai, meniru apa yang ada diluar negeri. Ini dipengaruhi
utamanya karena faktor globalisasi. Khususnya dari AS. Contohnya adalah factory outlet dan distro.
Dari perkembangan pemasaran ritel di Indonesia selama 20 tahun terakhir hingga 2004, praktis kebanyakan strategi bisnis ritel dan cara-cara
pemasarannya termasuk dalam pembentukan format gerai amat dipengaruhi oleh praktik bisnis ritel di Amerika Serikat. Termasuk juga
sebagai pengaruh dari AS adalah istilah-istilahnya, dikutip dari Hendri Ma’ruf 2006.
4.1.2 Gambaran Umum Responden