fnSn, Dn = Rn + fn-1Sn-1,Dn-1
3.4. Perencanaan Produksi
3.4.1. Fungsi dan Tujuan Perencanaan Produksi
17
The American Production and Inventory Control Society mendefinisikan perencanaan produksi sebagai suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan
apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi, kapan diproduksi, dan apa sumber daya yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.
Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara manajemen teras top management dan manajemen produksi. Beberapa fungsi perencanaan produksi,
yaitu: 1.
Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap rencana strategis perusahaan.
2. Sebagai alat ukur performansi proses perencanaan produksi.
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi.
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian. 5.
Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target produksi dan rencana strategis.
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan Jadwal Induk Produksi.
Sementara tujuan perencanaan produksi, yaitu:
17
Ginting, Rosnani, Sistem Produksi, op. cit, h. 69 – 70.
Universitas Sumatera Utara
1. Sebagai langkah awal untuk menentukan aktivitas produksi yaitu sebagai
referensi perencanaan lebih rinci dari rencana agregrat menjadi item dalam jadwal induk produksi.
2. Sebagai masukan sumber daya sehingga perencanaan sumber daya dapat
dikembangkan untuk mendukung perencanaan produksi. 3.
Meredam stabilisasi produksi dan tenaga kerja terhadap fluktuasi permintaan.
Perencanaan produksi akan mudah dibuat bila tingkat permintaan bersifat konstan atau bila waktu produksi tidak menjadi kendala. Tetapi kedua kondisi
tersebut jarang terjadi dalam keadaan sebenarnya, dimana secara nyata tingkat permintaan akan berfluktuasi dan perusahaan selalu dibatasi oleh tanggal waktu
penyerahan. Perencanaan yang tidak tepat dapat mengakibatkan tinggirendahnya tingkat persediaan, sehingga mengakibatkan peningkatan ongkos simpanongkos
kehabisan persediaan. Dan yang lebih fatal, hal tersebut dapat mengurangi pelayanan kepada konsumen karena keterlambatan penyerahan produk.
3.4.2. Karakteristik Perencanaan Produksi
18
Agar manajemen teras dapat memfokuskan seluruh tingkat produksinya tanpa harus rinci, maka perencanaan produksi dinyatakan dalam kelompok produk
atau famili agregate. Satuan unit yang dipakai dalam perencanaan produksi bervariasi dari satu pabrik ke pabrik yang lain. Hal ini bergantung dari jenis
produk seperti : ton, liter, kubik, jam mesin, atau jam orang. Jika satuan unit sudah
18
Ibid. h. 70 – 71.
Universitas Sumatera Utara
ditetapkan maka faktor konversi dapat ditetapkan sebagai alat komunikasi dengan departemen lainya seperti bagian pemasaran dan akuntansi. Satuan unit di atas
harus dikonversikan dalam bentuk satuan rupiah. Disamping itu juga faktor konversi diperlukan untuk menerjemahkan perencanaan produksi ke jadwal induk
produksi. Proses peramalan telah memberikan informasi mengenai besarnya
permintaan akan produk yang direncanakan. Langkah selanjutnya adalah membuat rencana produksi itu sendiri. Dalam hal ini tidak semua permintaan dari
hasil peramalan mungkin bisa diproduksi karena kapasitas produksi yang dimiliki tidak mencukupi. Pada dasarnya perencanaan produksi adalah upaya untuk
menjabarkan hasil peramalan menjadi rencana produksi yang layak dilakukan dalam bentuk jadwal induk produksi. Banyak metode yang dapat dilakukan untuk
hal tersebut, salah satunya adalah perencanaan agregat.
3.4.3. Kapasitas Produksi, Faktor Utilisasi dan Efisiensi
19
Kapasitas suatu sumber daya diukur atau dinyatakan dengan level kapasitas yaitu jumlah waktu maksimum tersedia bagi sumber daya tersebut untuk
dimanfaatkan per satuan waktu. Data kapasitas stasiun kerja adalah data-data mengenai kemampuan masing-masing stasiun kerja melakukan operasi
manufaktur dengan memperhatikan faktor-faktor efisiensi dan utilisasi. Kapasitas dapat dibagi 2 yaitu kapasitas yang dibutuhkan dan kapasitas yang tersedia.
19
Sinulingga, Sukaria, op.cit, h. 106, 140 – 141, 170 – 171.
Universitas Sumatera Utara
Rumus yang digunakan untuk mencari kapasitas tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
Kebutuhan kapasitas = waktu operasiunit × jumlah permintaan Kapasitas tersedia = waktu tersedia × efisiensi × utilisasi
Faktor efisiensi menjelaskan keadaan seberapa jauh stasiun kerja tertentu mampu menggunakan kapasitas yang tersedia secara efisien. Sementara faktor
utilisasi adalah ukuran kemampuan stasiun kerja dalam memanfaatkan kapasitas yang tersedia secara efektif. Faktor efisiensi dan utilisasi pada umumnya tidak ada
yang 100 tetapi berkisar 80 – 95. Oleh karena itu, kapasitas tersedia yang didapatkan dari waktu kerja tersedia lebih baik jika memperhitungkan kedua
faktor tersebut sebab tidak ada waktu kerja yang dapat digunakan sepenuhnya. Apabila pada salah satu periode tertentu ditemui keadaan bahwa
kebutuhan kapasitas lebih besar dari kapasitas yang tersedia maka beberapa alternatif keputusan perlu dianalisis sebagai berikut:
1. Rencana produksi agregat pada periode tersebut dikoreksi yaitu diturunkan
sampai jumlah yang realistic ditinjau dari kapasitas yang tersedia. 2.
Melakukan penyesuaian jumlah unit grup produk tertentu antar time bucket misalnya sebagian dipindahkan ke periode awal atau periode di belakangnya.
3. Melakukan penambahan kapasitas stasiun kerja dimana defisit kapasitas
terjadi misalnya melalui penambahan jumlah mesin terkait dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
3.4.4. Metode Dynamic Programming dalam Perencanaan Produksi
20
Model formulasi dynamic programming yang digunakan dalam perencanaan produksi dapat dilihat sebagai berikut:
Fungsi tujuan : f
t
I = ∑ Kt Xt, It
Pembatas : X
t
≤ P
t
X
t
≤ I
t
+ D
t
X
t
≥ 0 I
t
≥ 0 Secara lengkap :
Keterangan: X
n
= produksi terjadwal untuk periode n n = 1, 2, …, N D
n
= perkiraan permintaan untuk periode n I
n
= persediaan untuk akhir periode n K
n
X
n
= biaya untuk produksi X
n
H = biaya simpan
F
n-1
= biaya minimum untuk 1 periode sebelumnya
20
Johnson L. A., dan Montgomery D. C., Operations Research in Production Planning, Scheduling, and Inventory Control New York: John Wiley Sons, 1974, h. 201 – 202.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN