Model matematik peramalan pengahalusan eksponensial adalah sebagai berikut:
F
n+1
= αY
n
+ 1- αF
n
Dimana, F
n+1
= hasil peramalan pada periode n + 1 F
n
= hasil peramalan untuk periode sebelumnya α = konstanta penghalusan di mana 0 ≤ α ≤ 1
Y
n
= nilai sebenarnya untuk periode sebelumnya Periode 1: F
1
= αY + 1-
αF Periode 2: F
2
= αY
1
+ 1- αF
1
= αY
1
+ 1- α [αY
+ 1- αF
] Periode 3: F
3
= αY
2
+ 1- αF
2
= αY
2
+ 1- αY
1
+ 1- α
2
[αY + 1-
αF ]
3.2. Studi Waktu
8
Studi waktu adalah suatu aktivitas untuk menentukan waktu yang dibutuhkan oleh seorang operator yang memiliki skill rata-rata dan terlatih baik
dalam melaksanakan sebuah kegiatan kerja dalam kondisi dan tempo kerja yang normal. Tujuan pokok dari aktivitas ini dengan sendirinya akan berkaitan erat
dengan usaha menetapkan waktu baku. Waktu baku secara definitif dinyatakan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh seorang pekerja yang memiliki tingkat
kemampuan rata-rata untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Waktu baku tersebut
8
Wignjosoebroto, S., Pengantar Teknik Industri Surabaya: Guna Widya, 1993, h. 118 – 120.
Universitas Sumatera Utara
sudah mencakup kelonggaran waktu allowance time yang diberikan dengan memperhatikan situasi dan kondisi pekerjaan yang harus diselesaikan.
Ada berbagai macam cara untuk mengukur dan menetapkan waktu baku. Dalam beberapa kasus seringkali industri hanya sekedar membuat estimasi waktu
dengan berdasarkan pengalaman historis. Umumnya penetapan waktu baku dilaksanakan dengan cara pengukuran kerja seperti:
1. Stopwatch Time Study
2. Work Sampling
3. Standard Data
4. Predetermined Motion Time System
Stopwatch time study adalah cara pengukuran kerja secara langsung.
3.2.1. Pengukuran Waktu Kerja dengan Stopwatch Time Study
9
1. Definisikan pekerjaan yang akan diteliti untuk diukur waktunya dan
beritahukan maksud dan tujuan pengukuran ini kepada pekerja yang dipilih untuk diamati dan supervisor yang ada.
Cara pengukuran kerja dengan Stopwatch Time Study, yaitu:
2. Catat semua informasi yang berkaitan erat dengan penyelesaian pekerjaan
seperti layout, karakteristikspesifikasi mesin atau peralatan kerja lain yang digunakan.
3. Bagi operasi kerja dalam elemen-elemen kerja sedetil-detilnya tapi masih
dalam batas-batas kemudahan untuk pengukuran waktunya.
9
Wignjosoebroto, S., Ergonomi, Studi Gerak, dan Waktu : Teknik Analisis Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja Surabaya: Guna Widya, 2008, h. 171 – 173.
Universitas Sumatera Utara
4. Amati, ukur dan catat waktu yang dibutuhkan oleh operator untuk
menyelesaikan elemen-elemen kerja tersebut. 5.
Tetapkan jumlah siklus kerja yang harus diukur dan dicatat. Teliti apakah jumlah siklus yang dilaksanakan ini sudah memenuhi syarat atau tidak, tes
pula keseragaman data yang diperoleh. 6.
Tetapkan rating factor operator. Rating factor ini ditetapkan untuk setiap elemen kerja yang ada dan hanya ditujukan untuk performansi operator. Untuk
elemen kerja yang sepenuhnya dilakukan oleh mesin maka performansi dianggap normal 100.
7. Sesuaikan waktu pengamatan berdasarkan performansi kerja yang ditunjukkan
oleh operator tersebut sehingga akhirnya akan diperoleh waktu kerja normal. 8.
Tetapkan waktu longgar allowance time guna memberikan fleksibilitas. Waktu longgar yang diberikan ini guna menghadapi kondisi-kondisi seperti
kebutuhan yang bersifat personal, kelelahan, dan keterlambatan material. 9.
Tetapkan waktu kerja baku standard time yaitu jumlah total antara waktu normal dan waktu longgar.
10
Pengujian keseragaman data dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh menyebar seragam atau tidak. Rumus untuk menghitung
keseragaman data yaitu:
10
Sutalaksana, Iftikar Z., dkk, Teknik Perancangan Sistem Kerja Bandung: ITB, 2005, h. 131 – 137.
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: : waktu rata-rata
: simpangan baku : Batas Kontrol Atas
: Batas Kontrol Bawah : Tingkat ketelitian
Setelah mengetahui keseragaman data maka harus diuji kecukupan datanya. Dengan menggunakan teori statistik tentang sampling data diperoleh
formulasi untuk mengetahui berapa jumlah pengamatanpengukuran yang sebaiknya digunakan. Adapun formulasinya sebagai berikut:
2 2
2
.
−
=
∑ ∑
∑
t t
t N
s z
N
Keterangan: t = waktu pengamatan dari setiap elemen kerja untuk masing-masing siklus
yang diukur z = angka deviasi standar untuk t yang besarnya tergantung pada tingkat
keyakinan confidence level yang diambil, di mana:
Universitas Sumatera Utara
1. 90 confidence level : z = 1,65 2. 95 confidence level : z = 2,00
3. 99,7 confidence level : z = 3,00 s = derajat dari data t yang dikehendaki, yang menunjukkan maksimum
prosentasi penyimpangan yang bisa diterima dari nilai yang sebenarnya. Nilai ks dikenal sebagai Confidence-Precision Ratio dari time study yang
dilaksanakan. N = jumlah pengamatanpengukuran awal yang telah dilakukan untuk elemen
kegiatan tertentu yang dipilih. N’= Jumlah siklus pengamatanpengukuran yang seharusnya dilaksanakan agar
dapat diperoleh presentase kesalahan error minimum dalam mengestimasi t yaitu sebesar S.
Apabila N’ N maka diperlukan pengukuran tambahan hingga memenuhi jumlah yang diperlukan. Apabila N’ N maka data pengukuran pendahuluan sudah
mencukupi. Setelah uji keseragaman data dan uji kecukupan data dipenuhi maka
dilakukan perhitungan waktu siklus, waktu normal dan waktu standar. Waktu siklus diperoleh dari harga rata-rata data yang telah seragam dan cukup. Waktu
normal diperoleh dengan mempertimbangkan rating factor operator. Rumus:
Waktu standar diperoleh dengan mempertimbangkan allowance operator.
100 100
WN WS
Allowance −
× =
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: Rf = Rating Factor
All = Allowance Wt = Waktu Siklus
WN = Waktu Normal WS = Waktu Baku
3.2.2. Rating Factor
11
Rating factor adalah perbandingan performansi seorang pekerja dengan konsep normalnya. Cara menentukan rating factor Rf ini antara lain sebagai
berikut: 1.
Cara Persentase Besarnya rating factor sepenuhnya ditentukan oleh pengukur melalui
pengamatannya selama melakukan pengukuran. 2.
Cara Shumard Cara yang memberikan patokan-patokan penilaian melalui kelas-kelas
performance kerja di mana setiap kelas mempunyai nilai sendiri-sendiri. 3.
Cara Objektif Cara yang memperhatikan 2 faktor yaitu kecepatan kerja dan tingkat kesulitan
pekerjaan. 4.
Cara Westinghouse
11
Ibid. h. 139 – 146.
Universitas Sumatera Utara
Cara penilaian di mana performansi kerja operator dipengaruhi oleh 4 hal, yaitu keterampilan skill, usaha effort, kondisi kerja, dan konsistensi pekerja
yang disebut dengan westinghouse factor. Formulasi yang digunakan dalam menghitung rating factor ditunjukkan sebagai berikut:
Rf = 1 + westinghouse factor
Adapun penjelasan dari westinghouse factor, yaitu: a.
Keterampilan Skill Keterampilan didefinisikan sebagai kemampuan mengikuti cara kerja yang
ditetapkan. Latihan dapat meningkatkan keterampilan, tetapi hanya sampai tingkat tertentu saja, tingkat mana merupakan kemampuan maksimal yang
dapat diberikan oleh pekerja yang bersangkutan. Secara psikologis keterampilan merupakan aptitude untuk pekerjaan yang bersangkutan.
b. Usaha Effort
Yang dimaksud dengan usaha disini adalah kesungguhan yang ditunjukkan atau diberikan operator ketika melakukan pekerjaannya. Usaha
mempunyai korelasi yang kuat dengan keterampilan. c.
Kondisi Kerja Condition Yang dimaksud dengan kondisi kerja adalah kondisi fisik lingkungannya
seperti keadaan pencahayaan, temperatur, dan kebisingan ruangan. Kondisi kerja merupakan faktor di luar operator yang diterima apa adanya
oleh operator tanpa banyak kemampuan mengubahnya. Oleh sebab itu,
Universitas Sumatera Utara
faktor kondisi sering disebut sebagai faktor manajemen karena pihak inilah yang dapat dan berwenang merubah atau memperbaikinya.
d. Konsistensi Consistency
Faktor ini merupakan konsistensi pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya dari suatu kerja ke kerja yang lain tanpa mengalami banyak
perubahan yang berarti.
3.2.3. Allowance
12
Kelonggaran Allowance diberikan berkenaan dengan adanya sejumlah kebutuhan di luar kerja, yang terjadi selama pekerjaan berlangsung.
Kelonggaran diberikan untuk tiga hal, yaitu: 1.
Kelonggaran untuk kebutuhan pribadi personal Kelonggaran yang termasuk di dalam kebutuhan pribadi adalah hal-hal sepeti
minum sekedarnya untuk menghilangkan rasa haus, ke kamar kecil, bercakap- cakap dengan teman sekedarnya untuk menghilangkan ketegangan ataupun
kejenuhan dalam sewaktu bekerja 2.
Kelonggaran untuk menghilangkan rasa fatique Fatique merupakan hal yang akan terjadi pada diri seseorang sebagai akibat
dari melakukan suatu pekerjaan. 3.
Kelonggaran untuk hambatan-hambatan tidak terhindarkan delay Hambatan-hambatan tidak terhindarkan terjadi karena berada diluar
kekuasaankendali pekerja, seperti mesin macet, listrik padam, dan lain-lain.
12
Ibid. h. 149 – 153.
Universitas Sumatera Utara
3.3. Dynamic Programming