3. Tax Planning dalam Rangka Mengefisiensikan PPh Badan
Berikut ini upaya yang bisa dilakukan wajib pajak dalam mengefisiensikan pembayaran PPh Badan:
1. Memilih sistem pembukuan yang tepat 2. Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan
amortisasi atas aktiva tidak berwujud 3. Memilih metode penilaian persediaan
4. Pemilihan pemberian kesejahteraan kepada karyawan
dalam bentuk natura atau cash
1. Memilih sistem pembukuan yang tepat
a
Metode Perhitungan Penghasilan dan Biaya stelsel akrual vs stelsel kas
Menurut stelsel akrual, penghasilan diakui pada waktu diperoleh dan biaya diakui pada waktu
terutang. Menurut stelsel kas, penghasilan baru dianggap
sebagai penghasilan apabila telah benar-benar diterima secara tunai dalam suatu periode tertentu,
serta biaya baru bisa dianggap sebagai biaya apabila benar-benar telah dibayar secara tunai dalam suatu
periode tertentu.
b
Analisis Perbandingan Pembukuan dengan Pencatatan
Pencatatan itu terdiri atas data yang dikumpulkan secara tertentu tentang peredaran atau penerimaan bruto dan
atau penghasilan bruto yang digunakan sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Perhitungan laba rugi tahun 2011 Kantor Notaris Badu
Pos perkiraan Pencatatan
Pembukuan
Penghasilan Bruto 900.000.000
900.000.000 Biaya 3 M
720.000.000 Laba Bersih Usaha
495.000.000 180.000.000
PTKP mis. TK1 18.480.000
18.480.000 Penghasilan Kena Pajak
476.520.000 161.520.000
PPh terutang 23.826.000
8.076.000
Keuntungan menyelenggarakan pembukuan dapat dilihat dari perbandingan dengan pencatatan berikut ini:
Uraian Pencatatan
Pembukuan
Harga Pokok dan biaya usaha
Tidak boleh diperhitungkan
Bisa diperhitungkan pengeluaran yang
deductible
Kompensasi kerugian Tidak boleh
diperhitungkan Bisa dikompensasikan
ke tahun berikutnya
Penetapan penghasilan kena pajak
Sesuai norma perhitungan penghasilan
neto Sesuai kondisi riil:
Penghasilan- Pengeluaran deductible
Bila perusahaan mengalami kerugian
PPh tetap harus dibayar sesuai norma
PPh nihil
2.
Pemilihan metode penyusutan aktiva tetap dan amortisasi atas aktiva tidak berwujud
Sesuai Pasal 11 Undang-undang No. 7 Tahun 1983 yang diubah terakhir kali dengan Undang-Undang No 36 2008 mengenai
Pajak Penghasilan, dimana metode penyusutan yang diperbolehkan berdasarkan ketentuan ini, dilakukan dengan:
1.
Metode garis lurus atau straight-line method menghasilkan pembebanan yang tetap selama masa umur
manfaat aset jika nilai residunya tidak berubah
2. Metode saldo menurun ganda atau declining balance method: pembebanan yang menurun selama masa umur manfaat
dengan cara menerapkan tarif penyusutan atas nilai sisa buku.
Berikut contoh soal:
PT Kontinental Jenis Harta
Mesin Tgl. Pembelian
Awal tahun 2008 Harga Perolehan
Rp 250.000.000 Masa Manfaat Ekonomis
4 tahun Masa manfaat fiskal
8 tahun Nilai residu
Nihil
Penyusutuan Fiskal VS Future Value
Tahun MGL
MSM MGL
MSM
2009 2010
2011 2012
2013 2014
2015 2016
31.250.000 31.250.000
31.250.000 31.250.000
31.250.000 31.250.000
31.250.000 31.250.000
62.500.000 46.875.000
35.156.250 26.367.188
19.775.391 14.831.543
11.123.657 33.370.972
60.906.250 55.375.000
50.343.750 45.750.000
41.593.750 37.812.500
34.375.000 31.250.000
121.812.500 83.062.500
56.636.719 38.601.563
26.321.045 17.946.167
12.236.023 31.250.000
250.000.000 250.000.000 357.406.250 387.866.516
•
Bahwa future value dari penyusutan fiskal dengan metode garis lurus lebih kecil dibandingkan dengan
metode saldo menurun. Ini membuktikan bahwa metode garis lurus menghasilan laba fiskal lebih
tinggi dibandingkan dengan metode saldo menurun, yakni sebesar
Rp 387.866.516 – Rp 357.406.250 = Rp 30.460.266
•
Dampaknya terhadap PPh badan yang terutang adalah, beban PPh badan menggunakan metode
garis lurus lebih tinggi dibanding dengan metode saldo menurun, yakni sebesar
25 x Rp 30.460.266 = Rp 7.615.066
Tahun Penyusutan Fiskal
Pengurangan PPh Efisiensi Fiskal
MGL MSM
MGL MSM
2009 31,250,000
62,500,000 7,812,500
15,625,000 7,812,500
2010 31,250,000
46,875,000 7,812,500
11,718,750 3,906,250
2011 31,250,000
35,156,250 7,812,500
8,789,063 976,563
2012 31,250,000
26,367,188 7,812,500
6,591,797 1,220,703
2013 31,250,000
19,775,391 7,812,500
4,943,848 2,868,652
2014 31,250,000
14,831,543 7,812,500
3,707,886 4,104,614
2015 31,250,000
11,123,657 7,812,500
2,780,914 5,031,586
2016 31,250,000
33,370,972 7,812,500
8,342,743 530,243
250,000,000 250,000,000
62,500,000 62,500,000 -
3. Memilih Metode Penilaian Persediaan