Upaya Pemaksaan Fisik

1. Upaya Pemaksaan Fisik

Kebijakan pemerintah Turki dalam menumpas pemberontak Kurdi terutama yang berasal dari organisasi PKK (Partiya Karkeran Kurdistan), adalah pemaksaan secara fisik berupa operasi militer yang dilancarkan terhadap basis-basis PKK di Irak bagian Utara.

Pemerintah Turki mengadakan operasi militer besar-besaran untuk menumpak separatisme Kurdi oleh PKK. Sejak tahun 1986-1987, pasukan udara Turki menyerang kamp-kamp PKK di Irak Utara dengan persetujuan pemerintah Irak. Pada tahun 1988 Teheren memberikan izin kepada PKK untuk membuka kamp dan menutup perbatasan Iran.

Meningkatnya aktifitas militer Turki dalam membasmi separatisme Kurdi tersebut, pemerintah Turki telah menghabiskan hampir 10 persen dari incame hanya digunakan untuk menumpas gerakan seaparatisme Kurdi. Dalam satu tahun militer Turki mengeluarkan $ 8. 000.000.000 untuk biaya operasional, namun hasilnya aktivitas PKK justru mengalami peningkatan (http://www.betrifft.de/dw/article/).

Pemaksaan secara fisik adalah salah satu kebijakan intervensi yang digunakan oleh pemerintah Turki dalam upaya untuk mengatasi gerakan separatisme Kurdi. Pemaksaan secara secara langsung ditujukan kepada para gerilyawan PKK. Kebijakan tersebut berupa operasi militer yang ditujukan kepada basis-basis PKK yang berada di Irak Utara dan lokasinya berada dipegunungan yang sulit untuk dijangkau oleh militer Turki.

oleh pemerintah Turki antara lain adalah sebagai berikut:

a. Sistem Benteng Desa

Antara tahun 1984-1999, PKK dan pasukan militer Turki mulai melakukan serangkaian perang terbuka, dan sebagian besar desa-desa Kurdi di bagian tenggara Anatolia telah dihancurkan, dan menyebabkan penduduk sipil etnis Kurdi bergerak ke pusat pertahanan lokal seperti Diyarbakir, Van dan Sirnak, juga kota-kota di Turki Barat. Perang terbuka antara militer Turki dengan gerilyawan PKK menyebabkan pengurangan jumlah penduduk etnis Kurdi, kemiskinan di bagian Tenggara Turki, dan status operasi militer Turki.

Beberapa bulan setelah PKK melancarkan serangan pertamanya pada tahun 1984, pemerintah Turki memutuskan untuk mengorganisir dan mempersenjatai warga desa sekitar dengan tujuan untuk lebih mendekatkan mereka ke Negara dan membantu pemerintah dalam mengatasi gerakan separatisme Kurdi. Perdana Menteri Tugrut Ozal

-wilayah konflik untuk mencegah agresi dari gerilyawan PKK. Pembentukan sistem benteng desa tersebut adalah keputusan awal dari pemerintah Turki ketika masalah separatisme Kurdi tumbuh menjadi permasalahan pelik dan konflik berdarah yang berkepanjangan di Turki. Tujuan dari sistem ini adalah berusaha untuk menggalang dukungan dari penduduk lokal Kurdi.

Pada pertengahan tahun 1980 ada usaha dari pemerintah Turki untuk mengasingkan komunitas-komunitas Kurdi yang dicurigai member dukungan kepada militan PKK. Benteng-benteng desa dipersenjatai untuk melawan dan menahan serangan para gerilyawan PKK, senjata tersebut juga digunakan oleh militer Turki sebagai alat bantu untuk merampas desa-desa tetangga mereka di tenggara Turki (basis PKK). Milisi benteng desa terdiri atas orang-orang Kurdi lokal yang berjumlah sekitar 58.000

(Erik J. Zurcher, 2003).

desa merupakan salah satu dari rintangan utama bagi kembalinya orang- orang Kurdi ke desa-desa mereka. Benteng-benteng desa ini diremehkan oleh warga Kurdi karena dianggap sebagai pengkhianat bagi etnis Kurdi.

atmosfir ketidak-percayaan diantara orang-orang Kurdi sehingga menimbulkan perpecahan dalam etnis kurdi itu sendiri.

dengan cara, mereka akan diberi waktu selama dua minggu untuk

tidak. Bila selama dua minggu pemerintah Turki masih belum mendapat jawabannya, maka pasukan keamanan Turki akan menangkap para tetua desa dan memenjarakannya hingga beberapa hari. Kemudian, warga desa akan menyewa truk untuk membawa barang-barang rumah tangga dan bahan makanan sebanyak mungkin sebelum desa mereka dihancurkan oleh pasukan militer Turki dalam kurun waktu 24 jam (Erik J. Zurcher, 2003).

Pada tahun 1992 jumlah militan dan simpatisan PKK berjumlah kurang lebih 10. 000 orang. Hal tersebut menyebabkan pemberontakan yang dilakukan oleh PKK menjadi permasalahan utama yang mengancam keutuhan wilayah Turki. Perdana Menteri Tugrut Ozal menilai PKK tidak lebih dari segerombolan penjahat. Penilaian ini disebabkan perlawanan pemerintah Turki terhadap PKK hanya menghabiskan dana, waktu dan tenaga saja (http://www.betrifft.de/dw/article/).

Jumlah tenaga manusia yang dipekerjakan oleh tentara Turki didalam perjuangan terus meningkat dari 150.000 pada tahun1991 menjadi 250.000 pada tahun 1994 namun jumlah tentara yang tewas dalam perang bahkan jauh lebih banyak lagi. Antara tahun 1996 mencapai lebih dari 17.000 orang (Erik J. Zurcher, 2003: 416).

Dalam upaya untuk memutuskan pasokan dan rute infiltrasi PKK, pertempuran dilaksanakan secara regular sampai tapal batas Irak.

Pemerintah di Ankara juga berusaha untuk membentuk aliansi yang lebih efektif dengan gerakan Kurdi di Irak, dengan PDK Barzani dan FUK Talabani. Sejak Perang Teluk Januari 1991, dua pergerakan ini menguasai bagian-bagian utara Irak yang dihuni warga Kurdi. PDK menguasai daerah yang berdekatan dengan sebelah Tenggara. Bulan November 1992 pasukan Turki bergabung dengan warga Kurdi di Irak untuk melancarkan serangan terhadap PKK. Untuk sementara pasukan Turki menyerbu PKK dari Irak Utara, tetapi efeknya sangat terbatas. Hal ini terbukti dengan kenyataan bahwa pasukan Turki mengadakan serangan besar-besaran

sekali lagi menyingkirkan pasukan PKK. Sebanyak 35. 000 tentara dan 13 jendral ikut andil dalam operasi ini. Setelah pasukan ini ditarik mundur maka dilakukan negosiasi dengan Barzani mengenai penciptaan zona keamanan dengan pola Israel di Lebanon Selatan, tetapi walaupun Barzani bersedia menerima uang dan senjata, dia menolak kehadiran militer Turki di daerah kekuasaannya. Sementara itu, pasukan PKK secara diam-diam kembali kedaerah tapal batas dan meletuslah peperangan kembali antara militer Turki dan gerilyawan PKK (Erik J. Zurcher, 2003).

b. Operasi Militer Besar-besaran dengan Persenjatan canggih dan Pesawat Tempur

Respon pemerintah Turki terhadap pemberontakan yang dilakukan oleh PKK, dan juga sebagai upaya pemerintah Turki untuk memutus pasokan dan rute infiltrasi PKK. Pertempuran dilakasanakan secara terbuka sampai tapal batas Irak. Pesawat-pesawat tempur Turki membombardir kamp-kamp PKK yang berada di Irak Utara. Pemerintah Turki juga berusaha untuk membentuk aliansi yang lebih efektif dengan gerakan Kurdi di Irak. Pada akhir tahun 1992, pemerintah Turki memutuskan untuk mengadakan operasi militer besar-besaran untuk menumpas pemberontakan PKK. Sejak tahun 1986-1987, pasukan udara Turki menyerang kamp-kamp PKK di Irak Utara atas persetujuan dari Respon pemerintah Turki terhadap pemberontakan yang dilakukan oleh PKK, dan juga sebagai upaya pemerintah Turki untuk memutus pasokan dan rute infiltrasi PKK. Pertempuran dilakasanakan secara terbuka sampai tapal batas Irak. Pesawat-pesawat tempur Turki membombardir kamp-kamp PKK yang berada di Irak Utara. Pemerintah Turki juga berusaha untuk membentuk aliansi yang lebih efektif dengan gerakan Kurdi di Irak. Pada akhir tahun 1992, pemerintah Turki memutuskan untuk mengadakan operasi militer besar-besaran untuk menumpas pemberontakan PKK. Sejak tahun 1986-1987, pasukan udara Turki menyerang kamp-kamp PKK di Irak Utara atas persetujuan dari

Tahun 1990an pasukan keamanan Turki menggunakan taktik -penduduk desa di pegunungan dievakuasi untuk kemudian desa-desa mereka dihancurkan dengan tujuan untuk memutuskan hubungan antara gerilyawan PKK dengan basis-basisnya yaitu suku Kurdi yang berada di Irak, Iran dan Suriah, mereka saling terikat satu sama lain dengan tujuan yang sama untuk mendirikan sebuah Negara Kurdistan yang memiliki otonom. Apabila salah satu dari mereka ada yang tersakiti maka yang lainnya juga ikut membantu walaupun hanya sekedar bahan makanan yang disupali dari Kurdi Irak, tempat pengungsian dari Kurdi Iran dan Irak, sedangkan perlengkapan persenjataan diperkirakan dari Suriah. Pada akhir tahun 1993 sekitar 500 desa dikosongkan dan pada tahun 1994 sebanyak 900 desa tahun 1996 jumlah desa yang dikosonkan mencapai 3000 desa.

Pasca taktik bumi hangus tersebut warga desa kemudian ada yang dimukimkan kembali di desa-desa aman atau kamp-kamp, namun tidak sedikit dari merka hanya sekedar diusir saja. Kebanyakan dari warga desa yang diungsikan tersebut kemudian tiba di kota-kota besar. Kota Diyarbakir harus menampung lebih dari setengah juta orang pelarian dan kota tersebut menjadi sangat sesak dan padat oleh para pengungsi (http://majalah.tempointeraktif.com/id).

Pemerintah Turki mengaku bahwa akan melakukan segala cara untuk menumpas pemberontakan kaum separatisme Kurdi yang dikenal dengan PKK walaupun diketahui bahwa sangat sulit untuk melenyapkan pemberontakan ini karean para gerilyaean PKK sudah sangat terlatih di medan pertempuran. Dalam konteks ini perbatasan Irak merupakan wilayah yang paling penting dalam setiap operasi militer Turki. Alasan inilah yang menyebabkan pemerintah Turki seringkali melakukan operasi Pemerintah Turki mengaku bahwa akan melakukan segala cara untuk menumpas pemberontakan kaum separatisme Kurdi yang dikenal dengan PKK walaupun diketahui bahwa sangat sulit untuk melenyapkan pemberontakan ini karean para gerilyaean PKK sudah sangat terlatih di medan pertempuran. Dalam konteks ini perbatasan Irak merupakan wilayah yang paling penting dalam setiap operasi militer Turki. Alasan inilah yang menyebabkan pemerintah Turki seringkali melakukan operasi

1) Operation Northern Iraq, merupakan operasi militer Turki di bagian Irak Utara yang berlangsung sejak 5 Oktober 15 November 1992. Operasi militer ini menyebabkan 28 tentara Turki tewas dan 125 lainnya luka-luka sedangkan dari pihak PKK korban tewas mencapai 1.551 orang dan yang berhasil tertangkap sebanyak 1.232 militan PKK.

2) Operation Steel, merupakan operasi militer Turki di Irak yang berlangsung pada 20 Maret 4 Mei 1995. Operasi ini menyebabkan 64 tentara Turki tewas dan 185 lainnya luka-luka, sedangkan dari pihak PKK sebanyak 555 gerilyawan tewas dan 13 lainnya berhasil ditangkap.

3) Operation Hammer, merupakan operasi militer Turki yang yang dilancarkan di Irak bagian Utara sebanyak 114 tentara Turki tewas dan

38 luka-luka, sedangkan dari pihak PKK sebanyak 2.730 tewas dan 415 lainnya berhasil ditangkap.

4) Operation Down, merupakan operasi militer Turki di Irak Utara yang berlangsung pada 25 September-15 Oktober 1997. Dalam operasi ini terdapat 31 tentara Turki tewas dan 91 lainnya luka-luka, sedangkan dari pihak PKK 240 gerilyawan tewas dan 3 lainnya ditangkap.

5) Operasi militer pada tangggal 12-15 April 2005 di Provinsi Siirt, 3 tentara Turki dan 21 gerilyawan PKK tewas.

6) Operasi militer pada tanggal 12 September 2007 masih dilakukan operasi militer disekitar provinsi Siirt yang menewaskan 4 gerilyawan PKK.

Semdinli, dimana dalam operasi ini menggunakan meriam yang menewaskan 30 gerilyawan PKK tewas.

8) Operasi Militer Turki pada tanggal 5 Desember 2007 di provinsi Hakkari yang menewaskan 1 tentara Turki dan 6 lainnya luka-luka.

9) Operasi Militer Turki pada tanggal 22 Mei 2008 di provinsi Sirnak dalam operesai ini 2 tentara Turki, 2 gerilyawan PKK dan 1 warga sipil tewas.

10) Operasi Militer Turki pada tanggal 17 Juni 2008 di daerah perbatasan Irak, dalam operasi ini terdapat 21 gerilyawan PKK tewas.

11) Operasi Militer Turki pada tanggal 16 Juli 2008 di provinsi Hakkari sebanyak 11 gerilya PKK tewas .

12) Operasi Militer Turki pada tanggal 17 Agustus 2008 di provinsi Sirnak menewaskan 3 oreng gerilyawan PKK.

13) Operasi Militer Turki pada tanggak 7 September 2008 di provinsi Hakkari memekan korban senayak 3 militer Turki dan 3 penjaga desa (http://www.betrifft.de/dw/article)

Angkatan Udara Turki terus membombardir kawasan yang diduga tempat persembunyian pemberontak PKK di kawasan Irak Utara. Serangan yang dilancarkan terhadap Turki untuk mencapai tujuan ini, serta serangan balik militer Turki telah menelan sedikitnya 40.000 jiwa korban. Selain itu, ratusan ribu orang cedera dan jutaan orang mengungsi. Biaya operasi militer untuk mengatasi separatisme Kurdi mencapai puluhan miliar Dollar (Gurcan Kocan & Jason J. Nash, 2007).

Operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah Turki tersebut membuktikan bahwa penyelesaian konflik dengan jalan militer hingga saat ini masih belum mendapatkan titik temu. Operasi militer Turki lintas perbatasan sampai dengan tabal batas Irak ini hingga saat ini masih terus berlangsung setelah di tandatanganinya Undang-undang Operasi militer atas PKK pada Oktober 2007.

Penyelesaian masalah antara PKK dengan pemerintah Turki dengan cara sanksi militer hingga saat ini belum bisa dikatakan berhasil karena pemberontakan para separatisme Kurdi ini masih terus berlangsung hingga tuntutan mereka terpenuhi. Selain kebijakan militer yang dikeluarkan oleh pemerintah, Turki juga memberikan sanksi negatif terhadap separatis Kurdi (http://europe.eu.int/com/enlargement)

Keputusan Turki sebagai anggota Council of Europe menyebutkan bahwa warga Negara Turki keturunan Kurdi harus diberi kesempatan dan sumber-sumber material untuk menggunakan dan mempertahankan bahasa aslinya dan tradisi budaya dalam kondisi yang dijamin oleh pemerintah Turki. Sebagaimana tercantum dalam perjanjian Sevres yaitu member jaminan Otonom pada daerah Kurdistan (Ully Nuzullian, 2009).

Pada awal periode Republik Turki tahun 1926, dibawah pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk, penggunaan bahasa Kurdi dilarang di depan publik. Pemerintah Turki melarang penyampaian pendidikan dan penyebaran informasi baik dalam bentuk media cetak maupun media elektronik dalam bahasa Kurdi. Penekanan dan pengekangan terhadap identitas Kurdi inilah yang mengakibatkan munculnya konflik antara pemerintah dan etnis Kurdi. Dalam konteks ini PKK (Kurdistan Worker Party) untuk memperjuangkan apa yang menjadi hak-hak etnis Kurdi, dibawah pimpinan Abdullah Ocalan memotori aksi separatisme di wilayah Turki Tenggara. Pada awalnya organisasi ini berjalan secara rahasia, namun kemudian tumbuh dan berkembang pesat dan berhasil menarik perhatian di kancan internasional dan akhirnya menjadi sebuah identitas baru bagi etnis Kurdi (Ully Nuzulian, 2009).

Kebijakan pemerintah Turki dalam pengurangan sanksi negatif

terhadap etnis Kurdi adalah mencakup beberapa bidang:

Sejak runtuhnya kekhalifahan otonom dan mulai terbentuknya Republik Modern Turki di bawah pemerintahan Mustafa Kemal Attaturk, bahasa dan kebudayaan Kurdi secara resmi dilarang untuk dipergunakan didepan umum oleh pemerintahan Turki (Mukti Ali, 2003 : 5).

Mustafa Kemal Attaturk sebagai pencetus pembentukan Nation State

is Kurdi sebagai orang Turki gunung, melarang pemakaian kostum tradisionalnya, mengubah semua nama desa ke dalam bahasa Turki dan membatasi penggunaan bahasa Kurdi. Etnis Kurdi menjadi subjek kampanye asimilasi Negara Turki modern yang menawarkan status kewarganegaraan sebagai pertukaran atas penyerahan bahasa, tradisi, dan identitas mereka. Hanya dengan menjadi orang Turki, suku Kurdi diperlakukan sama sebagai anggota Negara dengan hak dan kewajiban yang sama (Ceng Sagnic, 2010).

Berdasarkan ratifikasi mengenai pelaksanaan Hak Asasi Manusia, pada tanggal 17 September 2006 pemerintah Turki mengadakan perubahan terhadap beberapa sistem perundang- undangan. Ratifikasi tersebut tercantum pada pasal 5 mengenai kebijakan pembentukan organisasi yang berdasarkan kesukuan, yang awalnya tidak diperbolehkan dan setelah diratifikasi menjadi diperbolehkan (Cogsi, 1999).

Presiden Tugrut Ozal merupakan presiden yang mempunyai darah keturunan Kurdi. Pada tanggal 21 januari 1991, bersama dengan kabinetnya mengajukan Rancangan Undang-undang keparlemen Turki yang isinya memperbolehkan penggunaan bahasa Kurdi. Rancangan Undang-undang tersebut diajukan sebagai pengganti Undang-undang tahun 1985 No.2987, yang berisi mengenai larangan berbahasa Kurdi di depan publik. Rancangan Undang-undang (RUU) merupakan langkah awal pemerintahan Turki untuk menekan angka pemeberontakan PKKyang semakin meningkat dari tahun ke tahun.

parlemen Turki. Diterapkan sejak Maret 1991 dan masih berlangsung hingga saat ini, penggunaan bahasa Kurdi tidak lagi mendapat larangan keras oleh pemerintah Turki (Cogsci, 1999).

Dampak dari pengurangan sanksi negative terhadap kebudayaan etnis Kurdi tersebut adalah mulai diperbolehkannya penggunaan bahasa Kurdi di depan umum. Penerbitan buku-buku, majalah dan surat kabar berbahasa Kurdi tersebar luas. Para imigran Kurdi yang beremigrasi ke kota-kota besar di Turki barat tidak mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan masyarakat Turki lainnya. Untuk beberapa saat mereka tetap merupakan minoritas yang kurang diuntungkan dalam perekonomian tetapi hal ini lebih karena latar belakang pendidikannya bukan disebabkan oleh daerah etnisnya. Pada pertengahan tahun 2002 pemerintah Turki memberikan jaminan hak kepada setiap warga Turki untuk melestarikan kebudayaan- kebuadayaan lokal mereka tanpa adanya diskriminasi atas dasar jenis kelamin, asal etnis,agama dan bahasa.

Pada Juni 2004, televisi swasta Turkey (TRT) mulai menyiarkan selama setengah jam program berbahasa Kurdi. Pada 8 Maret 2006, Radio and Television Supreme Council (RTUK) mengijinkan dua saluran TV (Gun TV dan Soz TV) dan satu saluran radio (Medya FM) untuk diperbolehkan siaran terbatas dalam bahasa Kurdi. Perundang-undangan ini dijadikan usaha utama untuk bertemu dengan salah satu syarat Uni Eropa untuk membicarakan masalah keanggotaan. Peraturan baru tersebut akan memberikan stasiun radio 5 jam waktu siaran dan TV 4 jam waktu siaran setiap minggunya. Perubahan ini dapat dikatakan mulai mengakui keberadaan etnis Kurdi dalam lingkungan public dan instansi pemerintahan walaupun dapat dikatakan masih sangat terbatas sekali. Selain itu pemerintah Turki pada 13 Maret 1997 memberikan ijin pada etnis Kurdi di Turki untuk merayakan hari besar mereka (Nevros) (Erik J, Zurcher, 2003).

Represi pemerintah Turki terhadap etnis Kurdi dalam bidang perekonomian relative tidak banyak. Pemerintah Turki dalam hal ini memberikan kebebasan bagi etnis Kurdi di Turki untuk melakukan kegiatan perekonomiannya. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang menjadi pegawai pemerintah bahkan duduk dalam parlemen. Pembangunan di sebelah tenggara Turki merupakan wilayah Kurdi yang sangat relative kurang berkembang dalam bidang pembangunan akibat seringnya terjadi pemberontakan dan operasi militer Turki yang dilakukan untuk membasmi PKK sehingga menghambat pembangunan secara maksimal ( http://forum.detik.com).

Rata-rata pendapatan penduduk perkapita di wilayah Tenggara Turki yang merupakan daerah permukiman Kurdi, menurut data tahun 1995 hanya berkisar 1300 dollar pertahun, sedangkan rata- rata pendapatan perkapita Turki adalah mencapai 5.500 dolar pertahun. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk Kurdi yang tinggal di wilayah tenggara dengan mata pencaharian di bidang pertanian tradisioanal kondisi

(http://www.pas.org/irp/world/).

Pemerintah Turki mengeluarkan dana sebesar 222 Milyar dollar AS untuk investasi di wilayah Turki Tenggara yang merupakan wilayah mayoritas etnis Kurdi di Turki. Selain itu pemerintah Turki juga merancang sebuah proyek yang dinamakan Southeast Anatolian Development Proyek (GAP). GAP adalah proyek pemanfaatan sumber daya air sungai Eufrat dan Tigris dengan tujuan untuk kepentingan pembangunan perekonomian diwilyah tengggara. Proyek ini direncanakan pada awal tahun 1960an sebelum meletus pemberontakan dari PKK (http://www.pas.org/irp/world/).

Proyek ini mencakup 6 propinsi dimana terdapat mayoritas etnis Kurdi yang tinggal di wilayah tersebut diantaranya adalah, di Adiyama 77 %, Diyarbakir 67%, Gaziantep 66%, Mardin 80%, Proyek ini mencakup 6 propinsi dimana terdapat mayoritas etnis Kurdi yang tinggal di wilayah tersebut diantaranya adalah, di Adiyama 77 %, Diyarbakir 67%, Gaziantep 66%, Mardin 80%,

Beberapa kebijakan dalam bidang perekonomian tersebut dilakukan oleh pemerintah Turki dengan tujuan memekmurkan wilayah tenggara Turki untuk mengurangi pemberontakan PKK.

c. Bidang Hukum

Pelaksanaan hukuman bagi para gerilyawan PKK sering mendapat kecaman dari dunia Internasional karena dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Hak Asasi Manusia. Menurut laporan dari Human Right Watch , para tahanan gerilyawan PKK di Turki sering mendapatkan perlakuan yang kasar dan penyiksaan dalam tahanan. Pemerintah Turki memperlakukan mereka dengan sangat semena- mena (Kementrian Luar Negeri Turki, 1991).

Untuk mengembalikan citra baik Turki dalam pandangan dunia Internasional, pada 18 November 1991 Turki mengesahkan Rancangan Undang-undang pasal 55 mengenai keringanan hukuman bagi para tahanan politik dan gerilyawan Kurdi yang berhasil ditangkap. Dalam undang-undang ini masa hukuman bagi para pelaku kejahatan lebih diperpendek. Selain itu, para tahanan diberikan hak untuk bertemu secara pribadi dengan pengacara mereka dalam setiap sesi interogasi (Kementrian Luar Negeri Turki, 1991).

Selain itu pada 22 Maret 2000 pemerintah Turki juga mengeluarkan amandemen pasal 312 konstitusi yang memungkinkan Selain itu pada 22 Maret 2000 pemerintah Turki juga mengeluarkan amandemen pasal 312 konstitusi yang memungkinkan

Pengurangan terhadap sanksi negative diatas baik yang langsung maupun tidak langsung merupakan cara pemerintah untuk menyelesaikan masalah Kurdi dengan jalan damai. Pengurangan sanksi negative tersebut adalah untuk menghentikan aksi pemberontakan PKK di Turki dan mengurangi tuntutan-tuntutan otonomi yang diajukan oleh etnis Kurdi. Walaupun, pada kenyataanya pengurangan sanksi negatif yang dilakukan oleh pemerintah Turki masih tidak dapat meredam pemberontakan Kurdi terutama oleh PKK yang hingga saat ini masih terus memperjuangkan status otonomi bagi wilayah Kurdi di tenggara Turki. Pemerintah Turki juga masih teguh pendiriannya untuk tidak memberikan status otonom bagi wilayah Kurdi.