UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007 Disusun oleh:

SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007

Disusun oleh: SKRIPSI

Oleh: ANDINA SARI HANDAYANI K4408013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012

SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-2007

Oleh: ANDINA SARI HANDAYANI K4408013

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2012

Andina Sari Handayani. K4408013. UPAYA PEMERINTAH TURKI DALAM

MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI TAHUN 1984-

2007 . Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Desember 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) Latar belakang

gerakan separatisme suku Kurdi di negara Turki; (2) Gerakan separatisme suku kurdi di negara Turki; dan (3) Dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme suku Kurdi.

Penelitian ini menggunakan metode historis dengan langkah-langkah

heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa sumber primer dan sumber sekunder. Teknik pengumpulan data adalah teknik studi pustaka dengan menggunakan sistem resume katalog atau komputer dan memanfaatkan internet. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis historis dengan melakukan kritik ekstern dan intern.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan, Pertama, gerakan

separatisme Kurdi di Turki untuk mendapatkan otonomi dimulai 21 Maret 1984 saat dilarangnya perayaan Nevros (perayaan tahun baru suku Kurdi). Larangan ini merupakan tanda dimulainya aktivitas gerilyawan Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) dalam memperoleh hak-hak etnis mereka dan menuntut pemberian wilayah otonom di Turki bagian tenggara. Kedua, gerakan separatisme suku Kurdi di Turki dihimpun dalam PKK. Partai ini menjadi wadah aspirasi dan perjuangan suku Kurdi dalam memperjuangkan hak-hak untuk mempertahankan identitas, sistem budaya, dan otonomi daerah Kurdistan di Turki. Ketiga, kebijakan pemerintah Turki mengenai pengurangan sanksi negatif terhadap PKK dalam bidang sosial budaya, perekonomian, dan hukum belum dapat menyelesaikan konflik antara pemerintah dan etnis Kurdi.

Kata kunci: otonomi, Kurdi, separatisme, etnis, kebijakan, Nevros

Andina Sari Handayani. K4408013. THE EFFORTS BY TURKISH GOVERNMENT TO FIGHT FOR KURDS SEPARATISM IN 1984-2007 . Thesis, Teacher Training and Education Faculty, Sebelas Maret University of Surakarta. December 2012.

This study aimed to describe: (1) Background ethnic Kurdish separatist

movement in the country of Turkey; (2) Ethnic Kurdish separatist movements in the country of Turkey; and (3) The Impact and the Turkish government's efforts in addressing the tribal Kurdish separatist movement.

This study uses historical method with heuristic measures, criticism,

interpretation, and historiography. The sources of data used in this study in the form of primary and secondary sources. The data collection technique is the technique of literature by using the system catalogs or computers and resume use of the Internet. The data analysis technique used is the historical analysis technique with external and internal criticism.

Based on this research can be concluded, First, the Kurdish separatist

movement in Turkey for autonomy began March 21, 1984, when the ban celebrations Nevros (Kurdish new year celebration). This ban is a sign of the start of insurgent activity Partiya Karkeren Kurdistan (PKK) in obtaining their rights and demanding the provision of ethnic autonomous areas in southeastern Turkey. Second , the Kurdish separatist movement in Turkey gathered in the PKK. This party into containers aspirations and struggle in striving Kurds rights to keep identity, cultural systems, and autonomous Kurdistan region in Turkey. Third, the Turkish government policy on reducing negative sanctions against the PKK in the field of socio-cultural, economic, and law can not resolve the conflict between the government and ethnic Kurds.

Key words: otonomy, Kurdi, separatism, ethnic, policy, Nevros

Perjuangkanlah apa yang menjadi keinginanmu jika memang itu yang terbaik dan bermanfaat untukmu, maka raihlah dengan cara terbaik pula. Jangan pernah putus asa jika belum pernah mencoba, yakinlah bahwa Allah selalu memberikan

yang terbaik bagi setiap umat- NYA

(penulis)

Perdamaian tidak dapat dijaga dengan kekuatan. Hal tersebut hanya dapat diraih dengan suatu pengertian

(Einstein)

Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga, mereka

Dengan rasa syukur atas Rahmat Allah SWT, ku persembahkan karya ini untuk :

Bapak dan Ibu

Terima kasih untuk semua kasih sayang yang tak terbatas, do a dan harapan yang selalu disertakan untukku. Semua ini tak berarti tanpa dukungan

Bapak dan Ibu

Adikku Dicka

Terima kasih untuk adikku yang selalu memberi dukungan untuk menyelesaikan skripsi ini dan canda tawamu sebagai penghibur penat hari-hariku.

My Fighter

Terimakasih telah memberikan semangat, kesabaran, cinta dan sayangnya selama ini yang selalu tercurah dalam membimbingku

. Sahabat-sahabat Ku Tersayang

Cahyaningrum, Anita, Dessy F, Endah, Lina, Mas Umar, Mas Sigit, Mas Didik dan Mbak Desi terima kasih atas semangat dan bimbinganya selama ini. Semoga persahabatan kita tidak berakhir sampai disini.

Terima kasih untuk semua teman- hari-hari yang telah kita lewati bersama, perjuangan, kerjasama, dan semangatnya.

Almamater

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang memberi ilmu, inspirasi, dan kemuliaan. Atas kehendak-Nya penulis dapat

UPAYA PEMERINTAH TURKI

DALAM MENGATASI GERAKAN SEPARATISME SUKU KURDI

TAHUN 1984-2007 Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjan pada Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui permohonan ijin dalam penyusunan skripsi.

3. Ketua Program Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Tri Yuniyanto, M.Hum selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ayah, Ibu, Dicka, sahabat-sahabatku dan semua keluarga tercinta yang senantiasa memberi doa, semangat, dukungan dan kasih sayang.

7. Teman-teman Prodi Sejarah khususnya Angkatan 2008, yang telah memberikan bantuan, doa dan dukungannya kepada penulis.

A. Simpulan ..........................................................................

93

B. Implikasi ..........................................................................

95

C. Saran ................................................................................

97

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

99

LAMPIRAN . ...... .................................................................................

Halaman Bagan 1 : Kerangka Berfikir

40 Bagan 2 : Bagan Prosedur Penelitian Sejarah

..

49

Halaman Lampiran 1: Wilayah Negara Turki .....................................................

106 Lampiran 2: Wilayah Kurdistan ..........................................................

107 Lampiran 3: Militan PKK terlihat di sebuah Kamp di Irak ..................

108 Lampiran 4: Abdullah Ocalan Pimpinan PKK saat ditangkap tahun

109 Lampiran 5: Serangan Udara Turki untuk Kurdi di Irak ......................

110 Lampiran 6: Jet Tempur Tentara Turki untu menyerang PKK dan

Gambar Bendera PKK ....................................................

Lampiran 7: Mountain Turks: State Ideology and the Kurds in Turkey

112 Lampiran 8: Sejarah Panjang Perjuangan Etnis Kurdi di Turki

120 Lampiran 9: A Revolutionary Kurdish Mullah from Turki: Mehmed Emin Bozarlan and His Intelectual Evolution.................... 134 Lampiran 10: Bom Bunuh Diri Di Turki ..............................................

143 Lampiran 11: Kurdi Tembak Helikopter Kurdi.....................................

144 Lampiran 12: Tragedi Bangsa Kurdi ....................................................

145 Lampiran 13: Kurdi-Turki, Serangan Bertujuan Perbaiki Citra AKP ....

147 Lampiran 14: Turki Desak Irak Soal Kurdi ..........................................

148 Lampiran 15: Surat Ijin Menyusun Skripsi dari Jurusan .......................

149 Lampiran 16: Suran Ijin Menyusun Skripsi dari Fakultas .....................

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Separatise memang menjadi masalah internasional yang cukup sensitif.

Menurut data, sejak tahun 1950-an, sekitar 70 kelompok etnis yang terkonsentrasi di dalam sebuah wilayah geografis tertentu, terlibat dalam perjuangan senjata bagi penentuan nasib sendiri atau gerakan separatise. Angka tersebut tentu saja lebih tinggi dari perang antar-negara yang terjadi sejak akhir Perang Dunia ke-2.

Peradaban Islam dengan pengaruh Arab dan Persia menjadi warisan

yang mendalam bagi masyarakat Turki sebagai peninggalan Dinasti Usmani. Islam di masa kekhalifahan diterapkan sebagai agama yang mengatur hubungan antara manusia sebagai makhluk dengan Allah SWT sebagai Khalik, Sang Pencipta, dan juga suatu sistem sosial yang melandasi kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Islam yang muncul di Jazirah Arab dan telah berkembang lama di wilayah Persia, berkembang di wilayah kekuasaan Kekhalifahan Turki dengan membawa peradaban dua bangsa tersebut. Perkembangan selanjutnya memperlihatkan pengaruh yang kuat kedua peradaban tersebut ke dalam kebudayaan bangsa Turki. Kondisi ini menimbulkan kekeliruan pada masyarakat awam yang sering menganggap bahwa bangsa Turki sama dengan bangsa Arab. Suatu anggapan yang keliru yang selalu ingin diluruskan oleh bangsa Turki sejak tumbuhnya nasionalisme pada abad ke-19. Selanjutnya, arah modernisasi yang berkiblat ke Barat telah menyerap unsur-unsur budaya Barat yang dianggap modern. Campuran peradaban Turki, Islam dan Barat, inilah yang telah mewarnai identitas masyarakat Turki.

Dalam konteks pergulatan kekuatan politik antara dua kelompok yang

berseberangan, masalah penyitaan atensi dan interes publik adalah elemen krusial. Unsur pers atau media, segmen asing, penyertaan emosional (emotional attachment ), heroisme kultural lokal, dan kehadiran simbol-simbol negara menjadi instrumen politik yang dikelola cerdik oleh para aktor, inisiator, dan provokator separatise. Separatise mengirim sinyal serius kepada masyarakat berseberangan, masalah penyitaan atensi dan interes publik adalah elemen krusial. Unsur pers atau media, segmen asing, penyertaan emosional (emotional attachment ), heroisme kultural lokal, dan kehadiran simbol-simbol negara menjadi instrumen politik yang dikelola cerdik oleh para aktor, inisiator, dan provokator separatise. Separatise mengirim sinyal serius kepada masyarakat

Pasca Perang Dunia I pada tahun 1918, dengan kekalahan pihak

Sentral yang didukung oleh Turki, Imperium Turki Usmani mengalami masa kemunduran yang sangat menyedihkan. Satu persatu wilayah kekuasaan yang jauh dari pusat membebaskan diri dari kekuasaan Turki Usmani. Bahkan lebih buruk lagi negara-negara sekutu berupaya membagi-bagi wilayah kekuasaan Turki untuk dijadikan negara koloni mereka. Kondisi porak porandanya Imperium menumbuhkan semangat nasionalisme pada generasi muda Turki ketika itu. Politik Kemalis ingin memutuskan hubungan Turki dengan sejarahnya yang lalu supaya Turki dapat masuk dalam peradaban Barat. Oleh karena itulah penghapusan kekhalifahan merupakan agenda pertama yang dilaksanakan. Pada tanggal 1 November 1922 Dewan Agung Nasional pimpinan Mustafa Kemal menghapuskan kekhalifahan. Selanjutnya pada tanggal 13 Oktober 1923 memindahkan pusat pemerintahan dari Istanbul ke Ankara. Akhirnya Dewan Nasional Agung pada tanggal 29 Oktober 1923 memproklamasikan terbentuknya negara Republik Turki dan mengangkat Mustafa Kemal sebagai Presiden Republik Turki (Zurser, Erik J, 2003).

Orang-orang Kurdi adalah suatu kelompok etnis Indo-Eropa (Indo

European tribes) yang mayoritas menganut agama Islam Sunni dan tinggal di wilayah Kurdistan (tanah orang-orang Kurdi). Wilayah Kurdistan terdapat di beberapa negara seperti Turki bagian tenggara, Iran Utara, Irak Utara, dan Suriah Utara. Jumlah Suku Kurdi secara keseluruhan diperkirakan sekitar lebih dari 20 juta orang Kurdi dan terpaksa tinggal di beberapa negara berbeda. Di Turki terdapat sekitar 10 juta orang Kurdi; di Iran sekitar 6 juta orang Kurdi; di Irak terdapat lebih dari 5 juta orang Kurdi; dan di Suriah 1 juta lebih. Komunitas- komunitas yang lebih kecil ada yang tinggal di republik-republik bekas Uni Soviet

Australia (http://swaramuslim.com/islam/more). Setelah meniadakan kekhalifahan, politik Kemalisme menghapuskan

lembaga-lembaga syariah, meskipun sebenarnya peranan lembaga ini sudah sangat dibatasi oleh para pembaru Kerajaan Usmani. Bagi Kemalis, syariat adalah benteng terakhir yang masih tersisa dari sistem keagamaan tradisional. Lebih lanjut, Kemalis menutup sekolah-sekolah madrasah yang sudah ada sejak tahun 1300-an sebagai suatu lembaga pendidikan Islam. Setelah adanya perubahan- perubahan pemerintahan dalam negara Turki tersebut, segera terlihat bahwa konstitusi yang diterapkan meniru pola-pola negara Eropa. Kemudian muncul berbagai perubahan besar-besaran di Turki diantaranya adalah diberlakukanya hak-hak umum bagi warga Negara Turki, yakni menegaskan kebebasan dan hak- hak istimewa warga negara seperti terjadi di Barat. Dengan demikian, isi konstitusi ini merupakan kerangka Hukum bagi negara Turki baru. Ini adalah karakteristik kecenderungan Turki baru bahwa konstitusinya meniru pola demokrasi barat (http://www.seputarindonesia.com).

Turki pada masa Kemal Pasha mengalami perubahan radikal, bahkan

dengan revolusioner dari orde lama ke orde baru. Kemal dengan negara barunya memperlihatkan kecenderungan yang sangat berbeda. Ia menegaskan bahwa Turki sebagai republik baru harus memperjuangkan cita-cita demokrasi seperti barat. Dari sinilah awal konflik dimulai antara Suku Kurdi dengan pemerintah Turki hal tersebut diakibatkan kebebasan yang berlaku hanya untuk kaum mayoritas bukan untuk kaum minoritas seperti Suku Kurdi. Dari semula perjanjian Server 1925 suku Kurdi diberikan suatu wilayah yang otonom tapi sejak masa Kemal hak-hak kaum Kurdi mulai dibatasi (Lord. Kinross, 1979).

Konflik intranegara telah menjadi ancaman serius bagi keamanan dan

perdamaian disuatu negara. Konflik tersebut apabila tidaksegera diatasi akan mengakibatkan kehancuran dalam skala yang luas, meruntuhkan negara, kerusakan likungan yang parah, instabilitasregional, melonjaknya jumlah pengungsi dan jumlah korban sipil yang tinggi. Selain itu, konflik intranegara perdamaian disuatu negara. Konflik tersebut apabila tidaksegera diatasi akan mengakibatkan kehancuran dalam skala yang luas, meruntuhkan negara, kerusakan likungan yang parah, instabilitasregional, melonjaknya jumlah pengungsi dan jumlah korban sipil yang tinggi. Selain itu, konflik intranegara

mengatasi aksi para separatisme Kurdi yang telah banyak memakan korban baik dari Turki sendiri maupun kaum Kurdi. Etnis Kurdi di Turki menginginkan perubahan terhadap nasib mereka kemudian menuntut hak-hak yang semestinya mereka terima, baik hak secara etnis minoritas maupun dalam skala yang lebih luas yakni sebagai bangsa. Pemerintah Turki menganggap tuntutan tersebut sebagai ancaman terhadap wilayah kedaulatan negara dan harus segera ditindaklanjuti. Bagaimanapun juga konflik antara Turki dengan etnis Kurdi harus bisa diredam agar tidak memakan lebih banyak korban jiwa dan kerugian lainnya.

Salah satu negara yang juga mengalami permasalahan tersebut adalah

Turki. Masalah Turki dengan etnis Kurdi tidak bisa dianggap remeh. Dalam konteks tradisi negara Turki mempengaruhi kebijakan yang mereka ambil terhadap suku kurdi. Dalam perkembangannya suku Kurdi melakukan gerakan separatise dan mempengaruhi kedaulatan negara.

Separatisme Kurdi merupakan konflik di Turki yang terjadi semenjak

15 Agustus 1984 karena pemerintah Turki tidak menghargai hak-hak kultural dan identitas kaum Kurdi. Hukum ditegakkan hanya untuk menyingkirkan kaum Kurdi. Semua upaya diberlakukan untuk membatasi ruang gerak sosio-politis bangsa Kurdi. Serangan yang terjadi di Diyarbakir, Turki, pada 12 September

Rumah, Damai di Dunia hanyalah sekadar motto bagi negara Turki (Sigit Jadmiko, 2009).

Penyebaran suku kurdi terkosentrasi di wilayah Turki bagian

Tenggara yang mayoritas penganut islam bermazab sunni. Dalam tahap yang paling awal, biasanya separatise muncul sebagai gerakan politik. Nasib bangsa Kurdi di Turki tidaklah baik. Mayoritas suku Kurdi memang tinggal di Turki bagian tenggara dan lebih setengahnya hidup berbaur di ibukota Ankara. Sebagai keturunan bangsa Persia, suku Kurdi menjadi salah satu hambatan gerakan nasionalisme dan sekularisme Turki. Meskipun mereka berhasil mendirikan

Mahabad Kurdistan tahun 1946 tetapi dapat dihancurkan oleh militer Turki. Dampaknya sejak tahun 1924 Turki melarang penggunaan bahasa Kurdi di tempat umum. Operasi militer besar-besaran terus dilakukan untuk menumpas gerakan pro kemerdekaan yang mengakibatkan ribuan jiwa kehilangan nyawa. Hingga saat ini konflik antara kedua belah pihak masih terus berlangsung dan terus memakan korban.

Republik Turki, sejak berdirinya telah menetapkan perdamaian sebagai

pilar utama di negaranya. Damai secara realistis dan konsisten yang dipandu oleh prinsip

at Home and Peace Abroad (damai di rumah dan perdamaian di

dunia internasional) ditetapkan oleh Mustafa Kemal Pasha Atatürk. Turki melaksanakan kebijakan luar negeri yang merupakan generator keamanan dan stabilitas di kawasan dan sekitarnya berdasarkan sekuler demokratis dan sistem politik, ekonomi hidup dan mendamaikan tradisi modernitas dengan identitas budaya (Zurser, Erik J, 2003).

Para ilmuwan berpendapat, suku kurdi berasal dari suku bangsa Medes

yang masuk ke Parsi (Iran) dari kawasan Asia Tengah. Mereka menguasai daerah pegunungan Parsi dari Tahun 614 sampai 550 sebelum Masehi. Empat belas abad kemudian mereka memeluk agama Islam, setelah kedatangan pasukan Arab Islam dari daratan ke daerah pegunungan Parsi (M. Riza Sihbudi,1991: 136). Kurdi merupakan etnis yang relatif tua usia, namun kesadaran terhadap wilayah baru muncul belakangan, bahkan sangat terlambat. Etnitas Kurdi setidaknya telah dimulai sejak dua ribu tahun sebelum masehi. Suku Kurdi memang punya kesadaran etnis, tetapi tidak mempunyai kesadaran kewilayahan, sebagai konsekuensi kultur tradisional nomaden, yang hidup berpindah-pindah dari Turki dan Iran ke lembah Mesopotamia sambil menggembala ternak dan bertani. Pasca Perang Dunia I, ketika negara-negara mulai menetapkan garis perbatasan, barulah kesadaran wilayah kaum Kurdi muncul, terutama karena terdesak dan terpaksa meninggalkan pola hidup tradisionalnya, serta mulai menetap di berbagai pemukiman.

dan demokratis. Suku Kurdi yang tersebar di Turki, Iran, Irak, dan Suriah sebagai minoritas etnis sehingga kepentingan bangsa Kurdi diabaikan oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Suku Kurdi ingin memisahkan diri dari negara induk masing-masing dan bercita-cita mendirikan Negara Kurdistan.

Turki ingin membantu mengamankan dan memelihara perdamaian,

kemakmuran, stabilitas dan kerjasama lingkungan yang kondusif bagi pembangunan manusia di dalam negeri dan dunia internasional. Namun, cita-cita Turki tidak selamanya mulus. Pengalaman sejarah telah membuktikan peliknya permasalah yang dihadapi oleh Turki terkait dengan perlawanan separatisme yang terus belangsung merongrong stabilitas negara. Serangkaian pemberontakan suku kuedi untuk melepaskan wilayah Kurdistan dari Turki namun akhirnya gagal.

Konflik tersebut tidak hanya menjadi masalah di tingkat nasional tetapi

juga di tingkat Regional dan Internasional. Dampak yang ditimbulkan di tingkat regional adalah, menegangnya hubungan antara Turki dan Irak akibat operasi militer lintas batas yang dilakukan Turki ke wilayah Irak bagian utara pada akhir tahun 2006 dan pada tanggal 17 Oktober 2007 di sahkanya Undang-undang yang mengijinkan angkatan bersenjata Turki untuk melakukan serangan lintas batas guna melumpuhkan serangkaian pemberontakan yang dilakukan oleh para separatisme kurdi yang terkenal sebagai Partiya Kankerran Kurdistan (PKK). Operasi tersebut dimaksudkan untuk menumpas gerakan separatisme Kurdi terutama PKK (Partiya Karkeran Kurdistan).

Selanjutnya, dampak yang ditimbulkan bagi dunia Internasional adalah

melonjaknyaharga minyak dunia, diakibatkan operasi militer yang dilakukan oleh pemerintah Turki ke wilayah Irak Utara yang merupakan daerah otonomi kurdi di Irak yang juga dijadikan basis perjuangan PKK. Wilayah otonomi tersebut berada di Kirkuk yang merupakan salah satu penghasil minyak terbesar dunia. Dengan adanya operasi militer Turki, maka secara otomatis akan menghambat distribusi minyak dunia dan kenaikan harga minyak di pasar internasional. Beberapa dampak tyersebut menunjukan bahwa separatisme Kurdi tidak hanya berdampak pada pemerintah Turki saja tetapi juga masyarakat internasional.

dalam mengkaji mengenai Sejarah Upaya Pemerintah Turki Dalam Mengatasi Gerakan Separatisme Suku Kurdi Tahun 1984-2007 .

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah latar belakang gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki sejak tahun 1984 ?

2. Bagaimanakah gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki tahun 1984- 2007 ?

3. Bagaimanakah dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme Suku Kurdi tahun 1984-2007 ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai dari penulisan ini adalah untuk mengetahui :

1. Latar belakang gerakan separatisme suku Kurdi di negara Turki sejak tahun 1984.

2. Gerakan separatisme Suku Kurdi di negara Turki tahun 1984-2007 .

3. Dampak dan upaya pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme Suku Kurdi tahun 1984-2007.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai gerakan separatisme suku kurdi di negara Turki.

b. Menambah wawasan khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca tentang reaksi negara lain mengenai konflik suku Kurdi dengan pemerintah Turki dan upaya dalam mengatasi gerakan separatis tersebut.

sejenis secara lebih mendalam.

2. Manfaat Praktis

a. Memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendididikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

b. Memberikan sumbangan terhadap penelitian selanjutnya, khususnya dalam sejarah luar negeri Turki dan negara Timur Tengah lainnya.

c. Diharapkan dapat menambah bacaan di perpustakaan bagi mahasiswa ataupun pembaca pada umumnya mengenai Upaya Pemerintah Turki dalam mengatasi gerakan separatisme Suku Kurdi.

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Perjuangan

a. Pengertian Perjuangan

Menurut Wojowasito (1972), perjuangan barasal dari kata

maksudnya. Perjuangan juga diartikan sebagai usaha untuk mencapai suatu maksud. Perjuangan mengandung unsur usaha dan tujuan. Usaha ini dimaksud sebagai cara dan ikhtiar yang digunakan dalam proses untuk mencari yang diinginkan. Sedangkan tujuan merupakan sasaran akhir setiap usaha yang dilakukan, baik oleh individu maupun kelompok (hlm.25).

Menurut Maurice Deverger (1988), mendefinisikan perjuangan dari berbagai sudut pandang, yaitu:

1) Kaum Konsevatif tradisioanal menganggap bahwa perjuangan adalah usaha untuk merebut kekuasaan dan menempatkan elite (mereka yang mampu melaksanakan kekuasaan) melawan massa (mereka yang menolak untuk mengakui superioritasalami dari elite dan haknya untuk memerintah).

2) Kaum Liberal melihat perjuangan dalam bidang politik sama perjuangan ekonomi yaitu sebagai suatu bentuk struggle for life yang secara mendasar menempaklan suatu spesies tertentu melawan yang lain.

3) Kaum Marxis melihat perjuagan disebabkan oleh perjuangan kelas yaitu pertentangan antara kelompok social yang terjadi dalam masyarakat karenaadanya perbedaan kepentingan (hlm.171-178).

Sukarno (1984), mengartikan perjuangan dalam arti luas yaitu membangun materiil dan moril agar mencapai kehidupan yang lebih baik. Selanjutnya dikemukakan tentang perjuangan individu yaitu perjuangan mempergunakan atau mengalahkan keadaan agar eksistensinya (luar dalam) tumbuh dan berkembang. Dari pengertian ini, perjuangan oleh Sukarno diartikan sebagai membangun. Sarana dan prasarana adalah

(hlm.9). Dari berbagai pengertian tentang perjuangan di atas, dapat disimpulkan bahwa perjuangan adalah suatu usaha atau ikhtiar yang dilakukan individu maupun kelompok untuk mencapai suatu maksud dan tujuan yang diharapkan. Perjuangan yang dilakukan oleh suku kurdi berjuang untuk memperoleh hak-haknya yang dibatasi oleh pemerintah Turki serta mempertahankan identitas dan sistem budaya suku Kurdi.

b. Macam-macam Perjuangan

Maurice Deverger (1988), menyebutkan perjuagan dalam dua bentuk yaitu perjuangan terbuka dan perjuangan diam-diam, berkaitan dengan dua tipe rezim politik terbesar. Dalam demokrasi, perjuangan politik terjadi secara terbuka, disaksikan secara penuh oleh publik. Sedangkan dalam rezim Aristokrasi, perjuangan diam-diam harus dilakukan dengan sembunyi-sembunyi dan ditutup-tutupi (hlm.315).

Perjuangan dikategorikan dalam dua wujud atau bentuk, yaitu perjuangan fisik dan nonfisik. Perjuangan fisik adalah suatu bentuk usaha perlawanan untuk mencapai suatu tujuan dengan menggunakan benda, baik berupa senjata maupun benda-benda lain yang digunakan. Sedangkan perjuangan nonfisik adalah suatu usaha ikhtiar dan perlawanan dalam mencapai tujuan yang diinginkan tanpa menggunakan benda sebagai sarananya. Perjuangan nonfisik lepas dari kekerasan aktual dan lebih mengarah pada usaha yang bersifat damai (Max Weber, 1985).

Perjuangan nonfisik merupakan perjuangan yang lebih mengarah pada politik diplomasi. Diplomasi berarti tidak melakukan tindakan politik agresif terhadap musuh. (Selo Soemarjan, 1978 : 78) Perjuangan nonfisik atau damai dapat dilakukan dengan perundingan- perundingan sebagai alternatif penyelesaian suatu masalah. Perjuangan ini merupakan usaha-usaha politik yang dapat menempatkan daripada posisi yang menguntungkan dalam arti mencegah kerugian-kerugian yang Perjuangan nonfisik merupakan perjuangan yang lebih mengarah pada politik diplomasi. Diplomasi berarti tidak melakukan tindakan politik agresif terhadap musuh. (Selo Soemarjan, 1978 : 78) Perjuangan nonfisik atau damai dapat dilakukan dengan perundingan- perundingan sebagai alternatif penyelesaian suatu masalah. Perjuangan ini merupakan usaha-usaha politik yang dapat menempatkan daripada posisi yang menguntungkan dalam arti mencegah kerugian-kerugian yang

Perjuangan suku Kurdi untuk memperoleh hak-hak dan otonomi sebagai warga negara Turki lebih condong pada perjuangan fisik dengan seringnya terjadi peperangan dan melawan pemerintah Turki yang juga mengerahkan kekuatan militernya untuk melumpuhkan gerakan separatisme Suku Kurdi. Akibat yang ditimbulkan dari seringnya terjadi pertempuran antara kedua belah pihak banyak terjadi korban jiwa dan banyak orang-orang yang kehilangan tempat tinggal.

c. Faktr-Faktor Penunjang Keberhasilan Perjuangan

Menurut Sukarno (1984), besar kecilnya keberhasilan dan kemauan untuk berjuang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, di antaranya adalah:

1) Menarik tidaknya tujuan atau cita-cita yang memanggil.

2) Adanya rasa mampu, rasa biasa, rasa sanggup di kalangan massa itu.

3) Adanya tenaga atau kekuatan yang ada di dalam individu maupun kelompok massa (hlm. 6).

Dari pendapat Sukarno di atas, dapat dijabarkan bahwa suatu perjuangan dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern, baik secara individu maupun kelompok. Faktor intern tersebut merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sehingga memotivasi diri untuk melakukan perjuangan. Faktor dari dalam diri antara lain motivasi pribadi, adanya Dari pendapat Sukarno di atas, dapat dijabarkan bahwa suatu perjuangan dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern, baik secara individu maupun kelompok. Faktor intern tersebut merupakan faktor yang berasal dari dalam individu sehingga memotivasi diri untuk melakukan perjuangan. Faktor dari dalam diri antara lain motivasi pribadi, adanya

Gerakan-gerakan separatisme di Turki telah menjadi duri dalam daging bagi proses integrasi Negara Turki. Perjuangan Kurdi ini bernama Kurdistan Workers Party ( Partiya Karkeran Kurdistan: PKK), yang berbasis di Turki bagian Tenggara dan dianggap sebagai tanah air bangsa Kurdi, dimana mereka menyatakan pemerintahan sendiri, dan melancarkan kampanye serta serangan bersenjata kepada pemerintah Turki. Aktifitas-aktifitas para gerilyawan PKK ini selain banyak melancarkan serangan kepada pemerintah Turki, juga menyerang warga sipil Turki yang dianggap tidak mau bekerjasama dengan PKK. Pada dasarnya keinginan bangsa kurdi menginginkan agar hak-hak etnis Kurdi dikembalikan termasuk hak otonom wilayah Kurdi. Pemerintah menganggap hal ini adalah sebuah pemberontakan dan harus dilumpuhkan agar tidak mengganggu instabilitas Negara Turki sendiri.

2. Suku Kurdi

a. Pengertian Etnis

Menurut Alo Liliweri (2001), etnisitas berhubungan dengan konsep tentang etnis, antara lain : 1)

etnichos

digunakan untuk menerangkan keberadaan sekelompok penyembah berhala atau kafir. Dalam perkembangannya, istilah etnis mengacu pada kelompok yang diasumsikan sebagai yang fanatik dengan ideologinya.

2) Etnisitas yang merujuk pada penggolongan etnis berdasarkan afiliasi.

bangsa agama, atau golongan yang merasa etnisnyasuperior daripada etnis lainnya.

4) Etnografi adalah salah satu bidang antropologi yang mempelajari

secara deskriptif suatu kelompok etnis tertentu.

5) Etnologi mempelajari perbandingan kebudayaan kontemporer dan

masa lalu dan suatu etnis.

Menurut Kamus Indonesia Kontemporer (1991), etnis berkenaan dengan perbedaan kelompok dalam suatu masyarakat yang didasarkan atas adat istiadat, bahasa, kebudayaan atau sejarahnya (hlm. 409).

Menurut Barth dan Zastrow yang dikutip Alo Liliweri, etnis adalah himpunan manusia karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa ataupu kombinasi dari kategori tersebut yang terkait pada system nilai budayanya (hlm.335).

Menurut Narroll yang dikutip Fredrik Barth (1988), kelompok etnis dikenal sebagai populasi yang :

1) Secara biologis mampu berkembang biak dan bertahan.

2) Mempunyai nilai-nilai yang sama dan sadar akan rasa kebersamaan dalam suatu bentuk budaya.

3) Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri.

4) Menentukan ciri-ciri kelompok sendiri yang diterima oleh keolmpok lain dan dapat dibedakan dalam kelompok populasi lain (hlm.11).

Pendapat Donal L. Horowitz yang dikutip Larry Diamond dan Marc. F. Plattner (1998), mendefinisikan kelompok etnis sebagai suatu kelompok yang sangat eksklusif dan relative berskala besar yang didasarkan pada ide tentang kesamaan asal-usul, keanggotaan yang terutama berdasarkan kekerabatan, dan secara khusus menunjukan kadar kekhasan budaya, yang mencakup kelompok-kelompok yang dibedakan oleh warna kulit, bahasa dan agama. Etnis meliputu suku bangsa, ras, kebangsaan dan kasta (hlm.20).

bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnis) adalah suatu golongan

Kesadaran dan identitas seringkali dikuatkan oleh kesatuan bahasa (hlm.264).

Fredrik Bart (1988), mendefinisikan kelompok etnis adalah suatu kelompok yang terbentuk karenaadanya ciri yang ditentukan oleh kelompok itu sendiri, yang kemudian membentuk pola tersendiri dalam hubungan interaksi antara sesamanya (hlm.10).

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa wtnis atau kelompok etnis adalah suatu kelompok yang didasarkan pada kesamaan asal-usul, adat istiadat, bahasa, kebudayaan dan wilayah yang ditandai oleh persamaan ikatan batin diantara anggotanya.

Melihat dari beberapa pengertian etnis dapat disimpulkan bahwa suku Kurdi adalah sebagai suatu kelompok etnis di Turki selain etnis Arab dan etnis minoritas lainnya. Suku Kurdi sebagai kelompok etnis mempunyai kesamaan asal-usul, adat istiadat, bahasa (Kurmanji dan Sorani/Kurdi), kebudayaan, dan wilayah.

b. Suku Kurdi

kesatuan social yang yang dapat dibedakan dari kesatuan social lain berdasarkan perbedaan kebudayaan (hlm.77). menurut Koentjaraningrat (1990), suku bangsa dalam bahasa Inggris ethnic group (kelompok etnis) adalah suatu golongan manusia yang terkait kesadaran dan identitas akan

kesatuan bahasa. Menurut L. Horowitz, etnis meliputi suku bangsa, ras kebangsaan dan kasta (Larry Diamond dan Marc F. Plattner,1998) (hlm.20).

etnis Arab dan etnis minoritas Turkoman serta Assirya. Suku Kurdi adalah suatu kelompok etnis Indo-Eropa (Indo European tribes) yang mayoritas menganut agama Islam Sunni dan tinggal di Wilayah Turki bagian Utara. Wilayah orang-orang Kurdi meliputi beberapa Negara seperti Iran, Irak, dan Suriah. Suku Kurdi berasal dari bangsa Medes yang masuk ke Parsi dari tahun 614 sampai 550 sebelum Masehi. Suku Kurdi sebagai kelompok etnis memiliki bahasa sendiri yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yakni Kurmanji dan Sorani/kurdi. Suku Kurdi merupakan etnis yang relatif tua, tetapi kesadaran terhadap wilayah sebagai tempat mereka tinggal baru muncul belakangan dan terlambat sebagai konsekuensi atas kultur tradisional nomaden, yang hidup berpindah-pindah sambil ternak dan bertani. Pasca Perang Dunia I, ketika Negara-negara mulai menetapkan garis perbatasan, barulah kesadaran wilayah suku Kurdi muncul, terutama karena terdesak dan terpaksa meninggalkan pola hidup tradisionalnya, serta mulai hidup menetap (M.Riza Sihbudi, 1991).

Suku Kurdi mencita-citakan negara Kurdistan merdeka yang demokratis. Suku Kurdi yang tersebar di Turki, Iran, Irak, dan Suriah sebagai minoritas etnis sehingga kepentingan bangsa Kurdi diabaikan oleh pemerintah masing-masing negara tersebut. Suku Kurdi ingin memisahkan diri dari negara induk masing-masing dan bercita-cita mendirikan Negara Kurdistan. Hal tersebut dibuktikan dengan dijalinnya kerjasama antara suku kurdi di negara satu dengan yang lainnya demi tujuan bersama yaitu mendirikan Kurdistan. Sebagai contoh adalah pada tahun 1999 adanya pembantaian suku Kurdi oleh pemerintah Irak maka bayak suku Kurdi yang lari dan mengungsi di Turki. Dari sinilah dapat dilihat bahwa Kurdi di Negara satu dengan yang lain saling mendukung dan membantu dan nasionalisme antar etnis menjadi lebih kuat. Di Turki sendiri kesadaran atas etnis kurdi diwujudkan dengan didirikannya partai PKK sebagai wadah perjuangan para separatis kurdi dalam memperoleh hak-hak bangsa

(M.Riza Sihbudi, 1991).

3. Konflik

a. Pengertian Konflik

Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara terdapat adanya suatu konflik baik konflik sosial maupun konflik politik atas dasar kepentingan atau perbedaan.

Menurut D.O.C Hendropuspito (1989) pengertian konflik adalah : Kata konflik berasal dari kata Latin confligere yang berarti

didefinisikan sebagai suatu proses sosial di mana dua orang atau kelompok berusaha untuk menyingkirkan pihak lain dengan

(hlm.

Menurut Soerjono Soekanto (1990), pertentangan atau pertikaian (konflik) adalah suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannnya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan atau kekerasan (hlm. 98- 99).

Dalam Kamus Bahasa Indonesia W. J. S. Poerwodarminto (1990), konflik diartikan dengan percecokan, perselisihan, pertentangan yang terjadi pada satu tokoh atau lebih. Konflik dapat terjadi karena ketidaksesuaian ide atau ketidakcocokan suatu paham atau kepentingan (hlm. 45).

K.J Holtsi (1988 : 168) mendefinisikan konflik secara singkat yaitu ketidaksesuaian sasaran, nilai, kepentingan atau pandangan antara dua pihak atau lebih. Menurut Ariyono Suyono ( 1985 : 211) konflik adalah keadaan dimana dua atau lebih dari dua pihak berusaha menggagalkan tujuan masing-masing pihak karena adanya perbedaan pendapat nilai-nilai atau tuntutan dari masing-masing pihak. K.J Veerger K.J Holtsi (1988 : 168) mendefinisikan konflik secara singkat yaitu ketidaksesuaian sasaran, nilai, kepentingan atau pandangan antara dua pihak atau lebih. Menurut Ariyono Suyono ( 1985 : 211) konflik adalah keadaan dimana dua atau lebih dari dua pihak berusaha menggagalkan tujuan masing-masing pihak karena adanya perbedaan pendapat nilai-nilai atau tuntutan dari masing-masing pihak. K.J Veerger

Kartini Kartono (1990) memberikan rumusan mengenai konflik yaitu semua benturan, tabrakan, ketidaksesuain, ketidakserasian, pertentangan, perkelahian, oposisi dan interaksi yang antagonistis bertentangan (hlm.173).

Clinton F. Fink dalam Kartini Kartono (1988 : 173) mendefinisikan konflik sebagai berikut :

a. Konflik ialah relasi-relasi psikologis yang antagonistis, berkaitan dengan tujuan-tujuan yang tidak bias disesuaikan, interest-interest

eksklusif dan tidak bias dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan, dan struktur-struktur nilai yang berbeda.

b. Konflik ialah interaksi yang antagonistis, mencakup: tingkah laku lahiriah yang tampak jelas, mulai dari bentuk-bentuk perlawanan halus

terkontrol, tidak langsung; sampai pada bentuk perlawanan terbuka, kekerasan, perjuangan tidak terkontrol, benturan latent, pemogokan,

huru-hara, makar, gerilya perang dan lain-lain.

Dari berbagai pendapat tentang pengertian konflik diatas, maka dapat disimpulkan bahwa konflik adalah suatu proses interaksi yang antagonistis terjadi sebagai akibat perbedaan paham atau perselisihan tentang tuntutan terhadap suatu nilai tertentu antara pihak-pihak yang sedang berselisih, sehingga menimbulkan usaha untuk menjatuhkan pihak lawan guna mencapai perubahan yang dikehendaki kelompoknya.

Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki disebabkan karena adanya perselisihan tentang tuntutan sesuatu yakni keinginan suku Kurdi Turki untuk memperoleh otonomi di Kurdistan sebagai tempat untuk suku Kurdi dapat mengatur diri dan mempertahankan identitas serta sistem budaya mereka. Tuntutan untuk memberikan otonomi penuh ditolak oleh Pemerintah Turki. Pemerintah Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki disebabkan karena adanya perselisihan tentang tuntutan sesuatu yakni keinginan suku Kurdi Turki untuk memperoleh otonomi di Kurdistan sebagai tempat untuk suku Kurdi dapat mengatur diri dan mempertahankan identitas serta sistem budaya mereka. Tuntutan untuk memberikan otonomi penuh ditolak oleh Pemerintah Turki. Pemerintah

b. Sebab-Sebab Timbulnya Konflik

Menurut Abu Ahmadi (1975), konflik biasanya ditimbulkan oleh adanya kepentingan yang bertentangan terutama kepentingan ekonomi dan sering juga karena perebutan kekuasaan dan kedudukan (hlm.93).

Sebab atau akar dari timbulnya konflik adalah sebagai berikut:

1) Perbedaan antara individu-individu Perbedaan pendirian dan perasaaan mungkin akan melahirkan bentrokan antara mereka.

2) Perbedaan kebudayaan Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta perkembangan kepribadian tersebut. Seorang sadar maupun tidak sadar, sedikit banyak akan terpengaruh oleh pola-pola pemikiran dan pola-pola pendirian kelompoknya. Selanjutnya keadaan tersebut dapat pula menyebabkan terjadinya pertentangan antara kelompok manusia.

3) Perbedaan kepentingan Perbedaan kepentingan antar individu maupun kelompok merupakan sumber lain dari konflik. Wujud kepentingan dapat bermacam-macam ada kepentingan ekonomi, politik, dan sebagainya. Dalam hal ini konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak yang menyangkut masalah politik, ekonomi dan budaya.

4) Perubahan sosial Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini 4) Perubahan sosial Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Dan ini

T. Hani Handoko (1992) menyebutkan penyebab terjadinya konflik yaitu :

1) Komunikasi Salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti atau informasi yang mendua dan tidal lengkap serta gaya individu pemimpin yang tidak efektif.

2) Struktur Pertarungan kekerasan dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.

3) Pribadi Ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi pengikut atau bawahan dengan perilaku yang diperankan atasan dan perbedaan nilai- nilai atau persepsi.

Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak yang menyangkut masalah politik, ekonomi dan budaya. Secara politik, suku Kurdi menuntut pemberian status otonomi di wilayah Kurdistan di Turki bagian tenggara kepada Pemerintah Turki, tetapi tuntutan tersebut tidak dipenuhi oleh Pemerintah Turki dengan alasan menjaga keutuhan bangsa. Secara ekonomi, wilayah kurdi di Turki bagian tenggara yang merupakan penghasil minyak dan gas terbesar yang berada diantara perbatasan Irak Mosul dan Kirkuk. Serta dikhawatirkan keinginan suku Kurdi yang ingin mendirikan sebuah Negara otonom Kurdistan mengganggu stabilitas pemerintahan Turki. Dalam bidang budaya suku kurdi dilarang menggunakan bahasa kurdi, dan dilarang menggunakan Konflik yang terjadi antara suku Kurdi dengan Pemerintah Turki disebabkan adanya perbedaan kepentingan antara kedua belah pihak yang menyangkut masalah politik, ekonomi dan budaya. Secara politik, suku Kurdi menuntut pemberian status otonomi di wilayah Kurdistan di Turki bagian tenggara kepada Pemerintah Turki, tetapi tuntutan tersebut tidak dipenuhi oleh Pemerintah Turki dengan alasan menjaga keutuhan bangsa. Secara ekonomi, wilayah kurdi di Turki bagian tenggara yang merupakan penghasil minyak dan gas terbesar yang berada diantara perbatasan Irak Mosul dan Kirkuk. Serta dikhawatirkan keinginan suku Kurdi yang ingin mendirikan sebuah Negara otonom Kurdistan mengganggu stabilitas pemerintahan Turki. Dalam bidang budaya suku kurdi dilarang menggunakan bahasa kurdi, dan dilarang menggunakan

c. Bentuk Konflik

Menurut Pheni Chalid (2005), konflik dikelompokkan dalam kategori sifat, motif dan bentuk, yaitu :

1) Berdasarkan sifatnya, terdiri atas :

a) Konflik bersifat laten, yaitu ketika pertentangan dan ketegangan diantara pelaku konflik samar dan tidak jelas, namun telah ada dalam diri pelaku konflik, seperti penilaian negatif terhadap lawan yang dikontruksi melalui proses budaya sehingga menciptakan penilaian stereotip satu etnis terhadap etnis lain. Selain itu, ketika pihak yang merasa tertindas tidak dapat mengungkapkan protes dan perlawanan, karena berada pada posisi tawar yang rendah, baik secara kultural maupun struktural, maka konflik berlangsung secara laten.

b) Konflik bersifat manifes, yaitu konflik yang dapat terjadi secara spontan dan juga adanya ketidakseimbangan dalam masyarakat, seperti perilaku tidak adil, ketimpangan sosial, politik dan ekonomi.

2) Berdasarkan motifnya, terdiri atas :

a) Konflik irasional , yaitu konflik berdasarkan perspektif utilitirianisme, individu selalu mempertimbangankan aspek kepentingan pribadinya (keuntungan) dalam berhubungan dengan sesamanya.

b) Konflik emosional, yaitu konflik yang dilandasi emosi karena adanya perasaan untuk membela dan mempertahankan kepentingan kelompoknya.

a) Konflik vertikal, yaitu konflik terjadi karena suatu kelompok menghadapi ketidakseimbangan distribusi sumber daya akibat dominasi politik satu kelompok yang kuat menutup jalan bagi kelompok lain untuk mendapatkan akses terhadap sumber daya yang menjadi kepentingan bersama.

b) Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjadi karena masing- masing kelompok ingin menunjukkan identitas budaya yang dimiliki yang melibatkan masalah sosial, politik dan ekonomi.

K. J. Holtsi (1988: 174), menyebutkan ada enam bentuk utama dari konflik yaitu :

1) Konflik wilayah terbatas, dimana terdapat pandangan yang tidak cocok dengan acuan pada pemilikan suatu bagian khusus wilayah atau pada hak-hak yang dinikmati suatu negara di atau dekat wilayah negara lain.

2) Konflik yang berkaitan dengan komposisi pemerintah. Tipe konflik ini sering mengandung nada tambahan idiologis yang kuat, maksudnya adalah menjatuhkan rezim dan sebagai gantinya mendirikan suatu pemerintahan yang cenderung lebih menguntungkan kepentingan pihak yang melakukan intervensi.

3) Konflik kehormatan nasional, dimana pemerintah mengancam atau bertindak untuk membersihkan pelanggaran tertentu yang telah diduga.

4) Imperialisme regional, di mana suatu pemerintah berusaha untuk menghancurkan kemerdekaan negara lain, biasanya demi kombinasi tujuan idiologis, keamanan dan perdagangan.

5) Konflik pembebasan atau perang revolusioner yang dilakukan satu negara untuk membebasakan rakyat negara lain, biasanya karena alasan etnis atau idiologis.

6) Konflik yang timbul dari tujuan suatu pemerintah untuk mempersatukan suatu negara yang pecah.