14.7 14.6 14.8 14.7 14.8 14.7 14.5 14.8 14.9 14.8 Pengukuran konsetrasi PM0.1 sebelum dan sesudah melewati sistem pemanas

Tabel 4. 1. Hasil Rata-rata Kecepatan Pompa Hisap Perulang an Kecepatan Pompa Hisap ms v1 v2 v3 1 5.93

10.1 14.7

2 5.91

10.2 14.6

3 5.95

10.2 14.8

4 5.89

10.4 14.7

5 5.9

10.4 14.8

6 5.86

10.4 14.7

7 5.76

10.3 14.5

8 5.89

10.5 14.8

9 5.93

10.5 14.9

10 5.91

10.6 14.8

Mean 5.89

10.36 14.73

STD 0.02

0.05 0.03

Dari tabel diatas memperlihatkan bahwa kecepatan pompa yang berbeda dapat ditentukan selama 10 detik. Untuk kecepatan pompa dengan nilai v1 didapatkan kecepatan minimum 5,76 ms dan kecepatan maksimum 5,93 ms. Kemudian untuk kecepatan pompa dengan nilai v2 didapatkan kecepatan minimum 10,1 ms dan kecepatan maksimumnya 10,6 ms. Dan yang terakhir untuk kecepatan v3 didapatkan kecepatan minimum 14,5 ms dan kecepatan maksimumnya 14,9 ms. Dengan fluktuasi yang kecil dari ketiga kecepatan pompa dapat dikatakan cukup stabil. 47 v1 v2 v3 0.00 5.00 10.00 15.00 5.89 10.36 14.73 Kecepatan Pompa Hisap K e ce p a ta n P o m p a m s Gambar 4. 3. Grafik Hasil Rata-rata Kecepatan Pompa Hisap Gambar 4.5 menunjukkan grafik rata-rata kecepatan pompa hisap dengan tiga kecepatan v1, v2, dan v3 dengan nilai secara berurutan 5,89±0,02; 10,36±0,03; dan 14,73±0,06 ms. Hal tersebut menunjukkan bahwa kecepatan pompa hisap sesuai yang diinginkan.

4.1.4. Karakteristik Sistem Pemanas

a. Pengukuran konsetrasi PM0.1 sebelum dan sesudah melewati sistem pemanas

Untuk mengetahui karakteristik sistem pemanas tersebut, maka diperlukan adanya pengukuran konsentrasi PM0.1 sebelum dan sesudah melewati sistem pemanas terhadap fungsi suhu dan laju udara. Suhu yang digunakan memiliki variasi sebesar 200, 180, 160, 140, 120, 100, 80, dan 60°C. Sedangkan untuk laju udaranya memiliki variasi sebesar v1 = 5,89; v2 = 10,36; dan v3 = 14,73 ms. Untuk waktu pengukuran konsentrasi PM0.1 mengikuti penurunan suhu, karena tiap perubahan suhu waktu yang dibutuhkan tidak sama deangan waktu pada suhu sebelumnya. Dari hasil pengukuran konsentrasi PM0.1 sebelum dan sesudah melewati sistem pemanas, maka didapatkan data yang terbaik seperti pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. 48 Tabel 4. 2. Hasil pengukuran konsentrasi PM0.1 sebelum melewati sistem pemanas T °C Ci ptcc v1 v2 v3 200 10133 ±33 10233 ± 33 14100 ± 0 180 21333 ± 333 20833 ± 33 23100 ± 0 160 18733 ± 67 20333 ± 33 29700 ± 100 140 15567 ± 33 19700 ± 58 29767 ± 88 120 13733 ± 33 14667 ± 33 21367 ± 67 100 11767 ± 33 10667 ± 33 14767 ± 88 80 9450 ± 6 11600 ± 173 10333 ± 67 60 8987 ± 9 9133 ± 49 10133 ± 33 Tabel 4. 3. Hasil pengukuran konsentrasi PM0.1 setelah melewati sistem pemanas T °C Co ptcc v1 v2 v3 200 21800 ± 58 25000 ± 100 104000 ± 577 180 48767 ± 33 57533 ± 33 133333 ± 1333 160 90167 ± 33 113667 ± 333 172667 ± 333 140 134333 ± 333 157000 ± 173667 ± 333 120 128333 ± 333 142333 ± 333 179000 ± 0 49 100 112667 ± 333 129000 ± 577 166000 ± 577 80 58067 ± 33 65000 ± 58 113667 ± 333 60 44633 ± 296 53200 ± 115 107667 ± 882 Warna kuning peningkatan maksimum konsentrasi PM0.1 Warna merah peningkatan minimum konsentrasi PM0.1 Dari Tabel 4.2 dan Tabel 4.3 dapat diketahui bahwa konsentrasi PM0.1 setelah melewati sistem pemanas mengalami sebuah peningkatan jumlah konsentrasi PM0.1. Peningkatan maksimal jumlah konsentrasi PM0.1 terjadi pada suhu 140°C untuk kecepatan v1 dan v2 beruturut-turut sebesar 134333 ± 333 ; dan 157000 ± 0, sedangakan untuk peningkatan maksimal pada kecepatan v3 terjadi pada suhu 120°C sebesar 179000 ± 0. Peningkatan minimal terjadi pada suhu 200°C untuk kecepatan v1, v2, dan v3 berturut-turut sebesar 21800 ± 58; 25000 ± 100; dan 104000 ± 577. Dari hasil ini, diketahui bahwa terjadi sebuah peningkatan maksimum konsentrasi PM0.1 pada suhu 60 hingga 140°C, sedangkan terjadi peningkatan minimum konsentrasi PM0.1 pada suhu antara 140 hingga 200°C. Hubungan antara konsentrasi PM0.1 dengan suhu sebelum dan setelah melewati sistem pemanas dapat 50 60 80 100 120 140 160 180 200 5000 10000 15000 20000 25000 30000 35000 v 1 Temperatur C K o n se tr a si P M .1 p t cc ditunjukkan pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5. Gambar 4. 4. Konsentrasi PM0.1 sebelum melewati sistem pemanas 51 Gambar 4. 5 60 80 100 120 140 160 180 200 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 180000 200000 v 1 Temperatur C K o n se n tr a si P a rt ik u la t p t cc . Konsentrasi PM0.1 setelah melewati sistem pemanas Dari gambar diatas, diketahui bahwa laju udara dan suhu memiliki pengaruh secara langsung terhadap peningkatan konsentrasi PM0.1 yang dihasilkan. Gambar 4.5 didapatkan beberapa trend untuk laju aliran v1, v2, dan v3. Persamaan numerik dari laju aliran v1, v2, dan v3 didapatkan persamaan garis polynomial berturut-turut sebesar y = -20.089x 2 + 5063.7x – 196743; y = -23.136x 2 + 5857x – 228981; dan y = -15.635x 2 + 4117.1x – 94405. Untuk koefisien determinasinya, berturut-turut sebesar 0.8982; 0.8974; dan 0.8984.

b. Gain sistem pemanas