77
C. Analisis Kuantitatif
Pada analisis kuntitatif, penulis mengukur variabel penelitian serta hubungan antara kedua variabel penelitian melalui uji hipotesis.
C.1. Analisis Variabel C.1.1. Variabel Bebas
Dalam menentukan skor untuk variabel bebas digunakan skala Guttman, yaitu skala yang menggunakan jawaban yang tegas YA atau TIDAK . Pernyataan dalam
angket ini terdiri dari item favourable dan unfavourable dengan pembobotan nilai 1 untuk jawaban Ya dan nilai 0 untuk jawaban Tidak untuk setiap item favourable,
serta nilai 0 untuk jawaban Ya dan nilai 1 untuk jawaban Tidak untuk setiap item unfavourable. Dari penjumlahan data maka diperoleh nilai tertinggi 50 dan nilai
terendah 17, selanjutnya untuk menentukan kategori tinggi sedang dan rendah, maka dicari interval masing-masing kelas kategori. Nilai tertinggi dan terendah dibagi
jumlah skala untuk lebih jelasnya sebagai berikut: Panjang kelas = 50 36 = 14
= 143 = 4.6 Sehingga panjang kelas ataupun nilai pada masing-masing kategori adalah 4 atau 5.
berarti kelas dengan kategori tinggi adalah yang memiliki nilai 36 40, kategori sedang 41 45, dan kategori rendah 46 50.
Nilai terendah 36 40 akan masuk kategori tinggi, yang menandakan bahwa keharmonisan keluarga pada kategori ini sangat rendah, interaksi didalam keluarga
jarang terjadi. Sebaliknya nilai tertinggi 46 50 akan masuk dalam kategori rendah, yang berarti menandakan bahwa responden sangat sering melakukan interaksi didalam
keluaraga dan keharmonisan didalam keluarga lebih terasa.
Universitas Sumatera Utara
78
TABEL 11 Keharmonisan Keluarga
NO Keharmonisan Keluarga
Frekuensi Persentase
1 Tinggi
8 8.5
2 Sedang
70 73.7
3 Rendah
17 17.8
Total 95
100
Sumber : Angket 2011
Berdasarkan tabel dapat dilihat bahwa pola penggunaan waktu lebih banyak pada kategori sedang dengan jumlah responden 70 responden, sementara 17 responden
masuk kedalam kategori rendah yang artinya keharmonisan didalam keluarga sangat terasa. Sedangkan pada kategori tinggi adalah responden yang tidak banyak berinteraksi
dengan keluarga, sehingga keharmonisan didalam keluarga tidak terasa. Pada kategori ini terdapat 8 responden.
C.1.2. Variabel Terikat
Dalam menentukan skor untuk variabel terikat, juga mengunakan skala Guttman. Pernyatan dalam angket ini terdiri dari item favourable dan unfavourable dengan
pembobotan nilai 1 untuk jawaban Ya dan nilai 0 untuk jawaban Tidak untuk setiap item favourable, serta nilai 0 untuk jawaban Ya dan nilai 1 untuk jawaban
Tidak untuk setiap item unfavourable. Dari penjumlahan data maka diperoleh nilai tertinggi 41dan nilai terendah 27.
Selanjutnya untuk menentukan kategori tinggi,sedang, dan rendah maka dicari interval pada masing masing kategori. Nilai tertinggi dan terendah dibagi jumlah skala
yang digunakan, dengan rumus sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
79 Panjang kelas: 41 27 = 4.6
3
Sehingga panjang kelas ataupun nilai pada masing-masing kategori adalah 4 atau 5. Berarti kelas dengan kategori tinggi adalah 27 31, sedang 32 36, dan rendah 37
41.
Semakin sedikit nilai pada variabel Y, berarti menandakan semakin tinggi tingkat perilaku seks pra-nikah dikalangan remaja dan masuk dalam kelas kategori tinggi.
Sementara semakin besar nilai pada variabel Y berarti menandakan semakin rendah tingkat perilaku seks pra-nikah dan termasuk dalam kelas kategori rendah pula.
TABEL 12 Tingkat Perilaku Seks Pra-Nikah
NO Perilaku Seks Pra-Nikah
Frekuensi Persentase
1 Tinggi
12 12.6
2 Sedang
62 65.2
3 Rendah
21 22.2
Total 95
100
Sumber : Angket 2011
Berdasarkan data pada tabel dapat terlihat bahwa tingkat perilaku seks pra-nikah pada remaja di SMA Dharmawangsa masih lebih banyak yang masuk pada kategori
sedang. Dengan jumlah responden sebanyak 62 siswa atau 65.2 yang masuk dalam kategori sedang.
Sedangkan yang masuk kedalam kategori tinggi hanya 12 responden atau 12.6, sementara 21 responden masuk kedalam kategori rendah. Ini berarti bahwa tingkat
perilaku seks pra-nikah remaja di SMA Dharmawangsa tidak tinggi atau bisa dikatakan sedang.
Universitas Sumatera Utara
80
C.1.3. Hubungan Antar Variabel
Untuk dapat melihat hubungan antara dua variabel ini, langkah pertamanya yang harus dilakukan adalah melihat total skor dari variabel X dan Variabel Y, kemudian
dikategorikan sesuai dengan kategori yang telah ditentukan. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, maka tabel mengenai hubungan pola
penggunaan waktu dengan kenakalan remaja adalah sebagai berikut:
TABEL 13 Hubungan Keharmonisan Keluarga Dengan Perilaku Seks Pra-Nikah
Variabel X
variabel Y Tinggi
Sedang Rendah
Total
Tinggi 6
3 2
12 Sedang
1 53
8 62
Rendah 1
14 7
21 Total
8 70
17
Sumber : Angket 2011
Berdasarkan pada tabel mengenai hubungan keharmonisan keluarga dengan perilaku seks pra-nikah dapat dilihat bahwa semakin rendah tingkat keharmonisan
dalam suatu keluarga variabel X yang artinya semakin harmonis suatu keluarga, maka nilai dari perilaku seks pra-nikah akan semakin besar, yang artinya tingkat perilaku seks
pra-nikah yang terjadi dikalangan remaja akan semakin rendah. Begitu juga sebaliknya jika nilai dari perilaku seks pra-nikah variabel Y semakin rendah yang artinya
Universitas Sumatera Utara
81 semakin tinggi perilaku seks pra-nikah dikalangan remaja, maka semakin tinggi tingkat
keharmonisan keluarga yang artinya semakin tidak harmonis suatu keluarga.
C.2. Uji Hipotesis
Untuk menganalisis hubungan antara kedua variabel, maka digunakan analisis statistik product moment sebagai berikut :
2 2
2 2
y
y n
x x
n y
x xy
n xy
r
2 2
3275 114852
95 4120
178897 95
3275 4120
143002 95
10725625 10910940
16974400 16995215
13493000 13585190
1857331725 92100
196400 92190
= 0,47 Setelah dilakukan pengujian dengan mengunakan rumus product moment maka
diperoleh r
xy =
0,47. berdasarkan indeks korelasi Guillford : 0.,199
: hubungan rendah sekali 0,20 0,399 : hubungan rendah tapi pasti
0,40 0,699 : hubungan cukup berarti 0,70 0,899 : hubungan tinggi kuat
0,90 : hubungan tinggi kuat sekali
Universitas Sumatera Utara
82 Maka dengan hasil koefisien korelasi yang di peroleh r
xy =
0,47, mengandung makna bahwa hubungan cukup berarti. Karena nilai 0,47 terletak diantara 0,40 0,699.
Untuk mengetahui apakah hipotesa diterima atau ditolak, maka hasil r
xy
hitung harus dibandingkan dengan r
xy
tabel, dan biasanya menggunakan taraf signifikan 5. Bila N = 95 maka diperoleh r
xy
tabelnya adalah 0,201. Kriteria pengujian hipotesa dalam korelasi :
1. Terima Ha dan tolak Ho jika r
xy
hitung r
xy
tabel 2. Terima Ho dan tolak Ha jika r
xy
hitung r
xy
tabel Setelah dilakukan pengolahan data, maka hasil yang diperoleh adalah r
xy
hitung lebih besar dari pada r
xy
tabel 0,47 0,201 . Hal ini menunjukan bahwa hipotesa alternatif Ha yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara
keharmonisan keluarga dengan perilaku seks remaja dapat diterima. Sedangkan hipotesa nol Ho yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
keharmonisan keluarga dengan perilaku seks remaja ditolak.
C.3. Koefisien Determinasi
Untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi keharmonisan keluarga terhadap munculnya perilaku seks pra-nikah, maka penulis menggunakan
rumus koefisien determinasi sebagai berikut ini: D =
r
2
x 100 = 0,47 ² x 100
= 0,22 x 100 = 22
Universitas Sumatera Utara
83 Dari hasil perhitungan pada koefisien determinasi dapat dilihat bahwa hasilnya
22. Artinya besarnya pengaruh yang ditimbulkan variabel bebas terhadap variabel terikat adalah 22, selebihnya 78 adalah pengaruh faktor lain.
Universitas Sumatera Utara
84
BAB VI PENUTUP