Perilaku Seks Pra-Nikah 1. Pengertian Seks

32 3. Anak dapat merasakan bahwa saudara-saudaranya mau memahami dan menghargai dirinya menurut kemauan, kesenangan dan cita-citanya, anak dapat merasakan kasih sayang yang diberikan saudara-saudaranya.. Faktor lain dalam keharmonisan keluarga adalah kehadiran anak dari hasil perkawinan suatu pasangan. Gunarsa 1995:55 menyebutkan bahwa kehadiran seorang anak ditengah keluarga merupakan satu hal yang dapat lebih mempererat jalinan cinta kasih pasangan. Selain faktor-faktor diatas maka kondisi ekonomi diperkirakan juga akan berpengaruh terhadap keharmonisan keluarga. Seperti apa yang dikemukakan oleh Gunarsa 1993:57 bahwa tingkat sosial ekonomi yang rendah seringkali menjadi penyebab terjadinya permasalahan dalam sebuah keluarga. Akibat banyaknya masalah yang ditemui karena kondisi keuangan yang memprihatinkan ini menyebabkan kondisi keluarga menjadi tidak harmonis. Dengan banyaknya problem yang dihadapi keluarga, ini akan berpengaruh kepada perkembangan mental anak disekolah. Sebab pengalaman- pengalaman yang kurang menyenangkan yang diperoleh anak dirumah, tentu akan terbawa pula ketika anak berangkat ke sekolah. Sementara itu, Haditono dalam Inggrid,2004:32 berpendapat bahwa faktor- faktor yang dapat mempengaruhi keharmonisan keluarga meliputi adanya saling pengertian sesama keluarga, adanya kasih sayang sesama saudara-saudara serta adanya dukungan tingkat sosial ekonomi yang cukup memadai. B. Perilaku Seks Pra-Nikah B.1. Pengertian Seks Dalam kehidupan sehari-hari, kata seks secara harfiah berarti kelamin, pengertian kerap hanya mengacu pada aktivitas biologis yang berhubungan dengan alat kelamin Universitas Sumatera Utara 33 atau genitalia. Arti seks juga dikonotasikan dengan persentuhan sex act yang berdasarkan tujuannya dapat dibedakan menjadi tiga macam. Pertama, bertujuan untuk memiliki anak sex as procreational. Kedua, untuk sekedar mencari kesenangan sex recreational dan ketiga, dimaksudkan sebagai bentuk ungkapan penyatuan rasa seperti cinta sex relational Gunawan, 1993:43. Menurut Rosyadi 1993:34 seks mencakup hubungan intim antara manusia, terutama antara dua orang yang berbeda jenis kelamin. Sarwono dalam Fadlan, 2002:40 menambahkan seksual adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan seks, baik secara sempit maupun luas. Seks dalam arti sempit berarti kelamin. Yang dimaksud dengan pengertian kelamin adalah alat kelamin, anggota-anggota dan ciri-ciri badaniah lainnya yang membedakan wanita dengan pria ialah kelenjar-kelenjar dan hormon dalam tubuh yang mempengaruhi kerja alat kelamin, hubungan kehamilan dan proses pembuahan, kehamilan dan kelahiran. Seks dalam arti luas berarti segala yang terjadi akibat adanya perbedaan jenis kelamin, antara lain : perbedaan tingkah laku, lembut, kasar, feminisme, maskulin, perbedaan peran dan pekerjaan dan perbedaan atribut pakaian, nama . Menurut Julian dan Korlblum dalam Tiara, 1994:27 seks adalah energi psikis yang mendorong aktivitas manusia dan memotivasi tingkah laku manusia. Menurut Alam 1992 seks merupakan suatu tanggapan psikis yang mempunyai tujuan utama mencari kepuasan. Selanjutnya Tobing 1990:21 mengartikan seks sebagai sifat, reaksi dan sikap seseorang terhadap dirinya sebagai laki-laki atau perempuan terhadap lawan jenis dan merupakan bagian dari keseluruhan perilaku manusia yang mencakup mulai dari kepribadian, sikap dan perilaku sehari-hari. Universitas Sumatera Utara 34 B.2. Pengertian Perilaku Seksual Remaja yang mulai mengalami proses kematangan fungsi reproduksi akan mengembangan minat remaja pada hal yang berhubungan dengan perilaku seksual. Pada mulanya ketertarikan ini disebabkan karena kebutuhan remaja untuk mencari jawaban atas keingintahuannya tentang seks, namun karena ketidaktahuan remaja akan perilaku seksual yang benar akibatnya remaja melakukan berbagai macam aktivitas seksual bahkan sampai pergaulan seks pra-nikah Wiratna1994:30. Seksual atau seksualitas secara psikologi adalah mencakup keseluruhan kompleks reaksi, perasaan dan sikap yang mencirikan suatu kepribadian sebagai laki-laki dan wanita. Seks sexux berarti sempit hanya mengenai jenis kelamin, anatomi dan fisiologisnya. Sedangkan seksualitas adalah semua yang berhubungan dengan manifestasi seksual. Naluri seksual berarti merupakan rangsangan psikis yang mempunyai tujuan utama mencari kepuasan Alam, 1992:33. Sarwono 1994:31 mengemukakan perilaku seksual adalah bentuk tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual dengan lawan jenis atau dengan diri sendiri. Bentuk tingkah laku seksual itu bisa bermacam-macam mulai dengan perasaan tertarik sampai pada tingkah laku berkencan sampai bercumbu. Objek seksual bisa berupa orang lain, orang dalam khayalan atau diri sendiri. B.3. Pengertian Perilaku Seks Pra-Nikah Sarwono 1989:42 mengatakan bahwa perilaku seks pra-nika adalah segala tingkah laku yang didorong hasrat seksual yang dilakukan oleh dua orang, pria dan wanita diluar perkawinan yang sah. Kemudian ditambahkan lagi oleh Wirawan dalam Fadlan, 2002:48 menurutnya perilaku seks pra-nikah adalah segala tingkah laku yang Universitas Sumatera Utara 35 didorong oleh hasrat seksual yang dilakukan oleh dua jenis kelamin yang berbeda yang berada diluar perkawinan yang sah. Tukan 1994:47 mengatakan bahwa perilaku seks pra-nikah adalah hubungan seksual yang dilakukan oleh dua orang yang tidak hidup bersama dalam perkawinan. Perilaku seks pra-nikah adalah hubungan seksual antara seorang pria dan wanita diluar pernikahan atau tidak resmi, baik seks itu dilakukan dengan pelacur, samen leven, maupun orang lain, dengan prinsip bahwa hubungan seks itu dilandasi perkawinan secara sah. Bentuk-bentuk intensif dalam hubungan seksual adalah lip-kissing yaitu berciuman biasa pada bibir, deep-kissing yaitu berciuman dimana lidah salah seorang memasuki mulut orang lain, genital stimulation yaitu merangsang alat kelamin atau genital, yaitu aktif memegang meraba alat kelamin, petting adalah kontak jasmaniah antara dua jenis kelamin yang berlawanan, tanpa melakukan persetubuhan. Seksual intercourse coitus yaitu hubungan kelamin yang dilakukan oleh pria dan wanita Simanjuntak, 1984:39. B.4. Perkembangan Libido Seksual Perkembangan kehidupan manusia, yaitu sejak dilahirkan hingga menjadi manusia dewasa, manusia memiliki dorongan-dorongan yang dinamakan libido. Libido adalah dorongan seksual yang sudah ada sejak manusia dilahirkan. Menurut Freud dalam Rahayu, 1989:35 dorongan seks telah ada pada anak sejak lahir, hanya bentuknya pada masa kanak-kanak berbeda dengan masa remaja dan dewasa. Dorongan seks menurut Pangkahila 1998:45 mulai muncul pada masa remaja sebagai akibat kerja hormon seks. Universitas Sumatera Utara 36 Freud dalam Koesnadi,1992:49 proses perkembangan psikoseksual sejak bayi anak sampai dewasa dapat dibagi menjadi 5 fase atau masa perkembangan yaitu: 1. Masa oral 0 sampai dengan 1 tahun. Pada masa ini, bayi memperoleh serta merasakan kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada daerah mulutnya. Kepuasan dan kenikmatan ini timbul oleh adanya hubungan antara perasaan lapar dan haus sehingga menimbulkan kehausan. Sifat dari kepuasan dan kenikmatan ini masih sangat egosentris. 2. Masa anal 1 sampai dengan 3 tahun. Pada masa ini terjadi perpindahan pusat kenikmatan dari daerah mulut ke daerah anus dubur. Rangsangan pada daerah ini berkaitan dengan kegiatan buang air besar. Masa anal ini berhubungan dengan soal kebersihan, keteraturan dan kerapian yang ingin diterapkan orangtua kepada anak. Anak bukan lagi pribadi yand pasif, tetapi telah berkembang sehingga dia mulai dapat menentukan diri sendiri. 3. Masa phalic 3 sampai 5 tahun. Pusat kenikmatan berpindah ke daerah kelamin. Dia mulai menaruh perhatian terhadap perbedaan-perbedaan anatomi antara laki-laki dan perempuan. Pada masa phalic, anak memasuki perkembangan yang oleh Freud disebut Oedipus Complex. Anak laki-laki akan mengalami dorongan erotis terhadap ibunya, sedangkan ayahnya akan dimusuhinya sebab dianggap sebagai saingannya. Dalam hal ini Freud menggaris bawahi ambivalensi perasaan yang menyertai Oedipus Complex, yaitu cinta akan ibu bisa saja berbarengan dengan agresivitas, sedangkan benci terhadap ayah dapat dicampur dengan simpati. Pada anak perempuan juga terjadi hal yang sama. 4. Masa latent 6 sampai dengan 12 tahun. Masa latent merupakan masa aktivitas seksual tenang, terpendam dan tidak aktif. Perkembangan kognitif mulai Universitas Sumatera Utara 37 nampak serta perkembangan moral dan sosial. Pada masa ini anak mulai berusaha untuk mendapat penyesuaian diri dalam lingkungan sosial. 5. Masa genital 12 sampai keatas. Pada masa ini, seksualitas seakan-akan bangun kembali dari tidurnya. Dorongan ini timbul karena faktor fisiologis seseorang telah matang, khususnya mulai berfungsinya kelenjar-kelenjar kelamin sehingga menimbulkan daerah-daerah erogen pada alat kelamin sebagai sumber kenikmatan dan kepuasan. Dorongan seks dalam arti sebenarnya mulai muncul. Objek cinta berpindah dari cinta incest ke cinta heteroseksual yang tidak incest. Karena perkembangan seksualitas genital yang berfungsi untuk melakukan persetubuhan sebagai tujuannya, berarti pula bahwa kecenderungan naluriah dari masa lampau teristimewa dari masa oral dan anal tidak hilang begitu saja, tetapi diintegrasikan dan ditaklukkan pada seksualitas diri kita. B.5. Remaja dan Perilaku Seks Pra-Nikah Perilaku seks pra-nikah remaja dewasa ini semakin bergerak dalam rangka persentase yang makin tinggi. Di Indonesia persentase perilaku seks pra-nikah ini semakin meninggi dari tahun ke tahun. Menurut Sarwono dalam Rosyadi,1993:23 bahwa 10 sampai dengan 20 kaum remaja Indonesia pernah melakukan hubungan seks coitus sebelum mereka memasuki perkawinan yang sah. Selain seksual intercourse ini, bentuk-bentuk lain aktifitas seksual pra-nikah remaja diantaranya lip kissing, deep kissing, genital stimulation dan petting, seperti yang telah diklasifikasikan oleh Schofield dalam Nimpoeno,1990:45. Salah satu penyebab terjadinya hubungan seks pra-nikah adalah bertambahnya usia kawin para remaja, Tobing dalam Dhaini,1995:32. Sementara dorongan dari diri sendiri maupun dorongan dari luar membuat keinginan seks itu meningkat terus. Universitas Sumatera Utara 38 Tuntutan untuk menyalurkan hubungan seks yang sudah terangsang semakin kuat. Sadar atau tidak kondisi ini akan mendorong remaja putra dan putri untuk berpacaran dengan kontak seksual yang makin lama makin dalam. B.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pra-Nikah Remaja Dari beberapa ahli yang mengatakan bahwa perilaku seks Pra-nikah yang dilakukan oleh remaja menunjukkan angka yang meningkat dan ini sangat mengkhawatirkan sehingga kita perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan remaja melakukan perilaku seks pra-nikah. Menurut Sarwono dalam Dhaini,1995:40 penyebab terjadinya seks pra-nikah adalah: 1. Meningkatnya libido seksual Perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual atau libido seksual remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu. Sesuai dengan perkembangan fisiknya, secara hormonal anak pada usia remaja sudah mulai meningkat menuju puncak kematangannya. Disini aspek emosional pun mulai berkembang luas. Anak sudah mulai tertarik pada lawan jenisnya, mulai ada perasaan terangsang yang timbul jika menghadapi lawan jenis yang menarik hatinya. Berbagai cara dilakukan untuk menarik lawan jenis dan berbagai cara dilakukan oleh remaja dalam menanggapi perasaan-perasaan yang tadi. 2. Penundaan usia perkawinan. Penyaluran seksual tersebut tidak segera dilakukan karena adanya usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya undang-undang tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah sedikitnya enam belas 16 tahun untuk wanita dan sembilan belas 19 tahun untuk laki-laki, maupun Universitas Sumatera Utara 39 karena norma sosial yang semakin lama semakin sulit, menurut persyaratan yang semakin tinggi untuk perkawinan seperti persiapan pendidikan, pekerjaan, kesiapan mental dan lain-lain. 3. Tabu-larangan Norma-norma agama tetap berlaku dimana seseorang dilarang melakukan hubungan seks sebelum menikah. Bahkan larangan berkembang lebih jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman dan mastrubasi. Bagi remaja yang tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan melanggar larangan-larangan tersebut. 4. Pergaulan bebas Tidak dapat dipungkiri adanya kecenderungan pergaulan yang semakin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga kedudukan wanita semakin sejajar dengan pria. Sarwono 1994:44 juga mengatakan komunikasi antara anak dan orangtua yang kurang lancar yang menyebabkan semakin besar kemungkinan remaja melakukan perilaku seks pra-nikah. Penelitian Clayton dan bokermeir tahun 1980 dalam Faturrochman, 1990:34 yang menyatakan dorongan seks belum tentu bisa terealisasikan tanpa ada kesempatan untuk mewujudkannya. Oleh sebab itu faktor kesempatan juga ikut mempengaruhi perilaku seks pra-nikah. Torsina dalam Fadlan,2002:45 mengatakan faktor-faktor yang mendukung perilaku seks pra-nikah adalah: 1. Tekanan dari sesama teman dari pasangan sendiri untuk melakukan seks pra- nikah. Universitas Sumatera Utara 40 2. remaja saat ini cenderung memberontak terhadap aturan-aturan orangtua, termasuk seks sebagai suatu yang dilarang. 3. rasa ingin tahu dan penasaran akibat pemberitaan-pemberitaan yang merangsang atau yang dibesarkan-besarkan dalam media massa. Faktor lain sebagai penyebab terjadinya perilaku seks pra-nikah adalah ekonomi. Pada mulanya mereka adalah remaja baik-baik, namun karena bebasnya pola pacaran mereka, sehingga menyebabkan hilangnya kehormatan mereka. Karena merasa malu dan akhirnya terjerumus melakukan seks bebas sambil mencari masukan sekedar untuk mencukupi kebutuhan sekunder seperti perlengkapan dan membeli busana yang sedang tren dikalangan anak muda Sarwono, 1994:46. C. Remaja C.1. Pengertian Remaja