b. K oordinator pelaksana keberatan pajak penghasilan.
Tugasnya adalah melakukan urusan penyelesaian keberatan, penyusunan konsep uraian banding, konsep uraian pemandangan penyelesaian keberatan
dan pengurangan, penghapusan, atau pembatalan utang pajak, konserp peninjauan kembali dan sengketa pajak penghasilan berdasarkan ketentuan
yang berlaku. c.
Koordinator pelaksana keberatan pajak pertambahan nilai dan pajak tidak langsung lainnya.
Melakukan urusan penyelesaian keberatan penyusunan uraian banding, penyusunan uraian pemandangan penyelesaian keberatan dan pengurangan,
penghapusan atau pembatalan utang pajak atas ketetapan pajak, peninjauan kembali, sengketa pajak pertambahan nilai.
10. Kantor Penyuluhan Dan Pengamatan Potensi Perpajakan kantor ini bert ugas melakukan urusan penyuluhan, pelayanan konsultasi
perpajakasm kepada masyarakat, pengamatan potensi perpajakan dan kantor pembuatan monografi pajak dan memhantu kantor pelayanan kepada masyarakat
serta urusan tata usaha, rumah tangga, kepegawaian dan keuangan.
B. Struktur organisasi kantor pelayanan medan polonia
Struktur organisasi yang digunakan kantor pelayanan pajak medan polonia ad alah struktur organisisasi lini dan staf, yang dipimpin oleh seorang kepala kantor
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dibawah naungan kantor wilayah DPJ sumatera bagian utara, dimana seluruh pegaw ai adalah pegawai negeri sipil republik indonesia dibawah naungan departemen
keuangan republik indonesia. Untuk lebih jelasnya sapat dilihat pada gambar bagian organisasi kantor pelayanan pajak medan polonia lampiran belakang
BAB III GAMBARAN DATA PKLM
A. Pajak
Defenisi atau pengertian Pajak menurut : Prof. Dr. P.J. A. Adriani pernah menjadi guru besar pada Universitas
Amsterdam dikutip dari buku pengantar perpajakan; Bohari, S.H adalah sebagai berikut “Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara yang dapat dipaksakan yang
terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak dapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran u m um berhubung dengan tugas pemerintah” Pengantar perpajakan; Bohari,S.H, hal 31. Sedangkan
Menurut Undang – Undang 28 Tahun 2007 Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang – Undang dengan tidak mendapat imbalan secar langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat.
B. Dasar hukum penagihan pajak dengan surat paksa sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
1. Undang-undang Nomor 19 Tahun 1997 sebagaimana dirubah dengan Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak dengan
Surat Paksa.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 135 Tahun 2000 tentang Tata Cara Penyitaan dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 137 Tahun 2000 tentang Tempat dan Tata Cara Penyanderaan, Rehabilitasi Nama Baik Penanggung Pajak, dan
Pemberian Ganti Rugi dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
4. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 148KMK.042000 Tata Cara Pelaksanaan Surat Paksa dan Penyitaan di Luar Wilayah Kerja Pejabat
yang Menerbitkan Surat Paksa.
5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 561KMK.042000 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penagihan Seketika dan Sekaligus dan Pelaksanaan
Surat Paksa.
6. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 85KMK.032002 Tata Cara Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Piutang dalam Rangka
Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
7.. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-21PJ.2002 tentang Tata Cara Pemberitahuan Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa
22
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
dan Penyitaan di Luar Wilayah Kerja Pejabat yang Berwenang Menerbitkan Surat Paksa.
8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-459PJ.2002 tentang Tata Cara Penyitaan Kekayaan Penanggung Pajak Berupa Piutang dalam
Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa..
9.. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-474PJ.2003 Tanggal 2 Nopember 2003 tentang Bentuk, Jenis dan Kode Kartu, Formulir, Surat.
dan Buku yang digunakan dalam Pelaksanaan Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
10. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor Se-02PJ.752002 tentang Kebijaksanaan Penagihan Pajak Tahun 2002.
11. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor 294KMK.032003 - M-02-UM.09-01 Tahun 2003 Tata Cara Penitipan Penanggung Pajak yang disandera di
Rumah Tahanan Negara dalam Rangka Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
12. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor Se-01PJ.752004 Petunjuk Pelaksanaan Penagihan dalam Rangka Reorganisasi direktorat Jenderal
Pajak.
13.. Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor Se-02PJ.752004 Kebijakan Penagihan Pajak Tahun 2004.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Dengan adanya peraturan dan undang-undang yang menjadi landasan hukum penagihan pajak dengan surat paksa di Indonesia ini, maka pajak yang dipungut oleh
pemerintah sudah mempunyai suatu pondasi yang kuat dan tegas sehingga tidak perlu lagi adanya keragu-raguan ataupun alasan bagi wajib pajak.
C Penagihan Pajak
Penagihan menurut H. Moeljohadi.S.H pengertian penagihan khusus di dalam bidang perpajakan adalah; “Serangkaian tindakan dari operatur Direktorat
Jendral Pajak, berhubung WP tidak melunasi baik sebagian seluruh kewajiban perpajakan yang tergantung menurut Undang-Undang perpajakan yang berlaku”,
sedangkan UU No. 19 Tahun 2000 Penagihan Pajak adalah serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur
atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan
penyitaan,melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Disamping pendapat tersebut Drs. Mardiasmo,MBA,Akt, 1994:32-34
mengatakan bahwa Surat Tagihan Pajak adalah : “surat untuk melakukan tangihan pajak sanatau sanksi administrasi berupa denda atau bunga”.
1. pajak penghasilan dalsam tahun berjalan tidak dibayar atau kurang bayar
2. dari hasil penelitian Surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran
pajak sebagai akibat salah tulis atau salah hitung.
3. WP dikenakan sanksi administrasi berupa dendaatau bunga
22
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
4. pengusaha yang dikenakan pajak berdasarkan UU Pajak Pertambahan Nilai
tetapi tidak melaporkan kegiatannya untuk dikukuhkan sebagai pengusaha
kena pajak.
5. pengusaha yang dikukuhkan sebagai kena pajak tetapi telah membuat faktur
pajak atau pengasaha yang dikukuhkan sebagai pengusaha Kena Pajak tetapi
tidak membuat atau tidk mengisi selengkapnya faktur pajak.
Didalam alam kemerdekaan yang telah kita nikmati sekarang ini, tidak dapat dihindarkan bahwa pengalaman pahit dimasa lalu masih terbawa. Dalam sistem yang
lama petugas oajak mendatangi masyarakat untuk didaftarkan sebagai wajib pajak, demikian juga besarnya pajak dihitung petugas pajak, akibatnya sering terjadi
“kucing-kucingan” yaitu: Orang Pajak mengejar,Wajib Pajak menghindari. Sesuai dengan sistem Self Assessment Petugas Pajak Wajib Pajak.
Pada umumnya banyak Wajib Pajak yang belum begitu mengerti dan memahami peraturan perpajakan, sehingga menimbulkan penilaian atas penggunaan
pajak seperti: a.
Anggapan WP Dalam pembayaran pajak, Wajib Pajak merasakan adanya ketidakadilan.
Dimana Wajib Pajak yang dibayar atau pajak yang terutang lebih dari yang seharusnya.Perasaan ini bisa saja timbul karena Wajib Pajak pada dasarnya tidak
membedakan untuk pajak daerah, pajak pusat, iuran, sumbangan, pungutan dan sebagainya. Sehingga seringkali Wajib Pajak menganggap semua itu menjadi
bebannya, tidak rela sebagian penghasilannya dipotong sebagai pajak. b.
Rasional
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
Wajib pajak yang paham dan matang terhadap perpajakan pasti akan selalu mencari kemungkinan yang diperh itungkan dalam reaksinya menghindari ataupun
mengurangi beban pajak, seperti: mengh indari pajak ataupun menyelundupkan pajak. Sebagaimana diketahui dalam sistem perpajakan kepada Wajib Pajak diberikan
kepercayaan untuk melaksanakan sistem menghitung, memperhitungkan, dan membayar sendiri pajak yang terutang self Assessment. Melalui Azas Self
Assessment ini tentu saja memerlukan waktu, keuletan, kerja keras dan menuntut pengabdian serta disiplin yang tinggi.
Hal demikianlah yang membuat Wajib Pajak terbangkalai akan kewajiban dalam pembayaran pajak. Sehingga kegairahan Wajib Pajak dalm membayar pajak
menjadi berkurang ataupun waib Pajak bersikap pasif. Sikap ini otomatis akan mempengaruhi penerimaan negara semakin berkurang. Untuk mengantisifasi masalah
ini, maka fiskus akan bertindak melakukan penagihan aktif salah satunya dengan Penagihan Surat Paksa.
D. Penagihan Utang Pajak