Tahapan Celebrity Worship Pada Fans Boyband Korea

(1)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

Oleh:

AJENG EKA PRATIWI SUHARTO 081301013

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:

TAHAPAN CELEBRITY WORSHIP PADA FANS BOYBAND KOREA adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip dari hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Agustus 2013

AJENG EKA PRATIWI SUHARTO


(3)

ABSTRAK

Fans menghubungi dan mendekatkan diri pada selebriti dengan pendekatan yang relative umum dan diterima oleh lingkungan sosial (Roberts, 2007). Beberapa anggota komunitas Korea tidak hanya berumuran remaja melainkan dewasa awal. Para dewasa dini melakukan tugas perkembangannya yaitu salah satunya menjalin hubungan relationship dengan orang-orang sekitarnya (Hurlock, 1980). Semakin tinggi tingkat pemujaan seseorang, maka semakin tinggi juga tingkat keterlibatan dengan sosok yang diidolakan (celebrity involvement) sehingga tingkatan ini sering juga disebut sebagai tingkatan pemujaan terhadap selebriti. Menurut tingkatan ini, semakin seseorang memuja atau terlibat dengan sosok selebriti tertentu maka semakin besar pula keintiman (intimacy) yang diimajinasikan terhadap sosok selebriti yang diidolakan (Maltby J; David, G; Louis, B; Lynn,M., 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea. Peneilitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan penelitian berjumlah dua orang. Prosedur pengambilan partisipan menggunakan prosedur pengambilan sampel kasus tipikal. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Penelitian dilakukan di daerah Kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua partisipan akan melakukan apa saja yang diminta oleh idola selama hal tersebut tidak keluar dari kaidah agama yang kedua partisipan masing-masing anut, menganggap hal-hal yang berhubungan dengan idola merupakan hal-hal yang lebih menarik daripada hal lain, serta akan mendahulukan hal-hal yang berhubungan dengan idolanya sebagai hal-hal yang ingin mereka lakukan dalam hal bersenang-senang.


(4)

ABSTRACT

Fans call and get closer to the celebrity with relatively common process and accepted by the social environment (Roberts 2007). Some members of the Korean community is not only teenagers but early adults too. The early adult development tasks in a relationship that is one relationship with the people around him (Hurlock, 1980). Higher level of worship of a person, the higher the level of engagement with the idolized figure (celebrity involvement) that this level is often also referred to as levels of the cult of celebrity. According to this level, the more a person worships or engaged with a particular celebrity figure, the greater the intimacy is imagined to figure idolized celebrity (Maltby J; David, G; Louis, B; Lynn, M., 200 5).

This research areas aim to find out how the dynamics of celebrity worship fans boyband Korea. Research employed a qualitative approach with case study methods. A two-person research participants. Participants making procedures tailored to the characteristics of the sample tipical case. Data were collected by in-depth interviews. The study was conducted in the city of Medan.

Results showed that both of participants will do what the asked of the idol as long as it is not out of religious rules that both participants each profess, considers matters relating to an idol stuff more interesting than anything else, and will prioritize the things that relate to his idol as the things they want to do in terms of having fun.


(5)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia dan kekuatan yang telah diberikan dalam penyelesaian skripsi dengan judul Tahapan Celebrity Worship pada Fans Boyband Korea. Adapun penyusunan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi Fakultas Psikologi USU Medan.

Penulis mendapat banyak bimbingan, saran dan dukungan dari berbagai pihak dalam menyelesaikan skripsi ini Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas rahmat kesehatan dan semua karunia-Nya karena telah diberikan nikmat yang sangat besar sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. 2. Ibu Prof. Dr. Irmawati, M.Si., psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi USU,

beserta Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Psikologi USU.

3. Ibu Meutia Nauly, M.Si, psikolog, selaku dosen pembimbing penulis. Penulis mengucapkan banyak terima kasih atas kesabaran Ibu dalam membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala bimbingan, masukan, kritikan dan dukungan moril yang telah Ibu berikan kepada penulis.

4. Kedua orangtua penulis yang tersayang, ayahanda Suharto dan ibunda Yulia Rahma. Terima kasih karena telah menunggu dan membantu penulis dengan sabar untuk melalui proses penyelesaian skripsi ini. Terima kasih atas segala kasih sayang, perhatian, dukungan, semangat dan doanya untuk penulis selama ini.


(6)

6. Seluruh dosen di Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga kepada penulis. Seluruh staf administrasi yang bersedia membantu penulis dalam pengurusan administrasi dan menyediakan segala keperluan selama perkuliahan, khususnya dalam penelitian ini.

7. Teman terbaik QawsQuzan (Nisha, Rahma, Cai, Kiki, Mina, Mutia, Ckiq, Una, Nana, Lili, Tika), Tical, Dean, Kak Nina, Bon, Jess Omma yang telah setia menemani di saat suka maupun duka, memberikan perhatian dan dukungan kepada penulis. Terima kasih untuk semua yang telah kita lalui bersama.

8. Adik-adik penulis terkasih, Bella, Chindy, dan Dzakhwan yang telah memberikan dukungan, semangat dan doa untuk penulis. Juga tak lupa Bang Hasibuan yang telah memberikan bantuan mobilisasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kedua partisipan penelitian ini. Terima kasih karena telah bersedia meluangkan waktu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.

10.Teman-teman angkatan 2008 yang selalu mendukung dan menghibur selama perkuliahan hingga penyelesaian skripsi ini. Terima kasih untuk segala kebersamaan dan keceriaan kita selama ini.

11.Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Bantuan yang telah diberikan sangat berarti bagi penulis.


(7)

lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap penelitian ini dapat menambah informasi dan bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Agustus 2013 Penulis,


(8)

ABSTRACT ………iii

KATA PENGANTAR ………iv

DAFTAR ISI ………vii

DAFTAR TABEL ……….ix

DAFTAR LAMPIRAN ………..x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………..1

B. Perumusan Masalah ………..7

C. Tujuan Penelitian ………..7

D. Manfaat Penelitian ………..7

BAB II LANDASAN TEORI A. Celebrity Worship …..………9

1. Definisi Celebrity Worship …..………9

2. Faktor yang berhubungan dengan celebrity worship ……….……10

3. Tujuan celebrity worship ………10

B. Kelompok Fans ………12

1. Komunitas Fans ………13

2. Hallyu Wave ………13

C. Dinamika tahapan celebrity worship ………14 D. Kerangka Berpikir ………16

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif ………17

B. Partisipan Penelitian ………17

1. Karakteristik Partisipan Penelitian ………17

2. Jumlah Partisipan Penelitian ………17

3. Prosedur Pengambilan Partisipan ………18

4. Lokasi Penelitian ………18

C. Metode Pengambilan Data ………18

D. Alat Bantu Pengumpulan Data ………19

1. Alat Perekam (Tape Recorder) ………19


(9)

………21

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ………22

3. Tahap Pencatatan Data ………24

G. Metode Analisis Data ………24

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data I ………28

1. Riwayat Partisipan ………28

2. Analisa Data ………29

3. Pembahasan tahapan celebrity worship pada partisipan 1 ………43

B. Deskripsi Data II ………46

1. Riwayat Partisipan ………46

2. Analisa Data ………47

3. Pembahasan tahapan celebrity worship pada partisipan 2……….59

C. Pembahasan kedua partisipan ………62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………74

B. Saran ………75

DAFTAR PUSTAKA ………77 LAMPIRAN


(10)

Tabel 2. Tahapan Celebrity Worship pada Partisipan I……….…………46

Tabel 3. Tahapan Celebrity Worship pada Partisipan II………61

Tabel 4. Analisa Identitas Diri Kedua Partisipan ………62


(11)

Lampiran 2. Informed Consent

Lampiran 3. Rekonstruksi Data Partisipan 1 Lampiran 4. Rekonstruksi Data Partisipan 2 Lampiran 5. Verbatim


(12)

ABSTRAK

Fans menghubungi dan mendekatkan diri pada selebriti dengan pendekatan yang relative umum dan diterima oleh lingkungan sosial (Roberts, 2007). Beberapa anggota komunitas Korea tidak hanya berumuran remaja melainkan dewasa awal. Para dewasa dini melakukan tugas perkembangannya yaitu salah satunya menjalin hubungan relationship dengan orang-orang sekitarnya (Hurlock, 1980). Semakin tinggi tingkat pemujaan seseorang, maka semakin tinggi juga tingkat keterlibatan dengan sosok yang diidolakan (celebrity involvement) sehingga tingkatan ini sering juga disebut sebagai tingkatan pemujaan terhadap selebriti. Menurut tingkatan ini, semakin seseorang memuja atau terlibat dengan sosok selebriti tertentu maka semakin besar pula keintiman (intimacy) yang diimajinasikan terhadap sosok selebriti yang diidolakan (Maltby J; David, G; Louis, B; Lynn,M., 2005).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea. Peneilitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Partisipan penelitian berjumlah dua orang. Prosedur pengambilan partisipan menggunakan prosedur pengambilan sampel kasus tipikal. Pengambilan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam. Penelitian dilakukan di daerah Kota Medan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua partisipan akan melakukan apa saja yang diminta oleh idola selama hal tersebut tidak keluar dari kaidah agama yang kedua partisipan masing-masing anut, menganggap hal-hal yang berhubungan dengan idola merupakan hal-hal yang lebih menarik daripada hal lain, serta akan mendahulukan hal-hal yang berhubungan dengan idolanya sebagai hal-hal yang ingin mereka lakukan dalam hal bersenang-senang.


(13)

ABSTRACT

Fans call and get closer to the celebrity with relatively common process and accepted by the social environment (Roberts 2007). Some members of the Korean community is not only teenagers but early adults too. The early adult development tasks in a relationship that is one relationship with the people around him (Hurlock, 1980). Higher level of worship of a person, the higher the level of engagement with the idolized figure (celebrity involvement) that this level is often also referred to as levels of the cult of celebrity. According to this level, the more a person worships or engaged with a particular celebrity figure, the greater the intimacy is imagined to figure idolized celebrity (Maltby J; David, G; Louis, B; Lynn, M., 200 5).

This research areas aim to find out how the dynamics of celebrity worship fans boyband Korea. Research employed a qualitative approach with case study methods. A two-person research participants. Participants making procedures tailored to the characteristics of the sample tipical case. Data were collected by in-depth interviews. The study was conducted in the city of Medan.

Results showed that both of participants will do what the asked of the idol as long as it is not out of religious rules that both participants each profess, considers matters relating to an idol stuff more interesting than anything else, and will prioritize the things that relate to his idol as the things they want to do in terms of having fun.


(14)

A. Latar Belakang

Budaya Korea sudah terkenal secara global di dunia mulai dari drama, boyband (grup musik pria), baju khas, hingga makanan-makanan yang biasa dimakan oleh orang Korea. Di Jepang, fenomena “Korean wave” juga menjadi fenomena yang luar biasa dimulai dari penayangan drama Korea pada tahun 2003. Merebaknya Hallyu atau budaya Korea di negara-negara Asia Timur dan beberapa negara Asia Tenggara termasuk Indonesia telah menunjukkan adanya aliran budaya dari Korea ke negara-negara tetangganya.(Huybrects, 2008)

Hal tersebut juga berdampak di Indonesia, drama sudah mulai beredar di stasiun televisi swasta setiap hari dari jam 14.00 hingga 18.00 WIB. Beberapa bulan belakangan ini mulai ada penayangan acara musik setiap hari minggu jam 12.00 WIB di stasiun televisi swasta Indonesia dimana dahulu hanya bisa ditonton oleh rumah yang mempunyai televisi kabel atau secara online, restoran-restoran sudah banyak yang berlandaskan masakan Korea seperti Zingdo di Medan dan beberapa restoran Korea di daerah Jakarta dan Bandung, toko-toko baju online menjual pernak-pernik cantik yang ada di drama Korea, hingga beberapa acara dilakukan untuk mengenalkan budaya Korea. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kedatangan budaya Korea ini disambut baik oleh masyarakat Indonesia. Faktor dibalik kesuksesan Korean Wave adalah peranan dari


(15)

pemerintah Korea dalam menciptakan dan memperluas Korean wave ke negara lain di Asia. (Potipan & Nantaphorn, 2010)

Korean wave ini juga membawa istilah fandom dimana fandom Menurut Sandvoss adalah cara hidup. Hal tersebut sama seperti kegiatan sehari-hari seperti makan, berjalan menonton televisi, membaca buku dan sejenisnya. Fandom adalah aktivitas kebiasaan untuk fans. Ada emosi yang diinvestasikan ke fans seperti kekaguman, dan perasaan ekstrim lain dari kegemaran (Alanzalon, 2011).

Fans K-Pop didominasi oleh kawula muda atau para remaja. Sejarah K-Pop dimulai dengan munculnya boyband yang beranggotakan tiga orang seperti: Seo Taiji dan Boys pada tahun 1992, dan beberapa nama boyband maupun girlband yang sedang naik daun saat ini adalah TVXQ, Se7en, Lee Hyori, Shinhwa, Wonder Girls, Epik High, Super Junior, Big Bang, SS501, Girls 'Generation (SNSD). Mereka saat ini sibuk menghibur para fans dengan konser, penampilan TV, konfrensi pers, dan festival baik di luar maupun dalam negeri. Sedangkan di Indonesia sendiri, K-Pop sudah menjadi pilihan musik bagi kalangan remaja. Setiap boyband ataupun girlband memiliki panggilan tersendiri untuk para fans yang menyukai mereka misalnya ELF (Ever Lasting Friend) untuk fans boyband Super Junior, SONE untuk fans girlband Girl‟s Generation, dan Cassiopeia untuk fans TVXQ/DBSK. (Alanzalon, 2011)

Kalau beberapa waktu yang silam, media dipenuhi dengan boyband dari Negara-negara barat maka saat ini giliran musik populer Korea yang mengisi beberapa tangga lagu di acara-acara musik remaja. Pada awalnya, sebagian besar para fans musik populer Korea ini mendengar soundtrack drama seri Korea


(16)

yang ditayangkan di televisi, dari soundtrack-soundtrack ini mereka mulai mencari siapa yang menyanyikannya dan segala informasi tentang lagu tersebut. Fans remaja Filipina yang sangat terkena Kpop konsumen musik dan video popular Korea yang sangat aktif. Fans Filipina dapat mengidentifikasi aspek-aspek visual dan cerita yang membuat mereka untuk mengkonsumsi musik dan video konten (aspek visual dan melodi yang menarik) Kpop secara berulang (Alanzalon, 2011). Anggota boyband adalah para pria yang fashionable, peduli penampilan, merawat baik-baik tubuh mereka, dan pria yang pesolek. Hal ini juga memberi pengaruh terhadap kaum remaja pria Indonesia yang saat ini menggandrungi musik dan penampilan ala K-POP hingga turut mengikuti tren gaya berbusana dan penampilan seperti idolanya (Sukma, 2011).

Walaupun terciptanya Hallyu berpusat di drama seri Korea, musik populer Korea juga merupakan bagian yang penting untuk membuat gelombang yang lebih dashyat lagi. Daya tarik terbesar dari K-Pop ini dapat ditemukan dalam lagu, penari, dan efek panggung yang besar, serta musik tempo cepat ala pop Korea dicampur dengan irama Asia yang sangat menarik untuk remaja muda di Cina, Jepang, Taiwan, Hong Kong dan bagian lain di Asia Tenggara termasuk di dalamnya adalah Indonesia (Sukma, 2011).

Ketika salah satu boyband Korea 2PM datang untuk menggelar konser di Jakarta Indonesia, Hottest panggilan untuk fans 2PM yang berdomisili di Medan datang ke Jakarta padahal tepat sehari setelah konser sang hottest ini akan menjalani ujian di tempat dia kuliah. Sukacita sangat dirasakan oleh Hottest yang dapat pergi menonton konser tersebut. Beberapa Hottest merasakan perasaan yang


(17)

sedih karena mereka tidak bisa hadir untuk menyaksikan konser tersebut. Perasaan yang mereka rasakan karena tidak bisa hadir tersebut tetap terasa hingga sudah 2 bulan sejak konser tersebut digelar.

“Saya itu rasanya sedih kali, coba saya punya uang. Coba saya udah kerja, pasti saya bisa nonton waktu 2PM datang kemarin. Saya berpikir masa‟ gara-gara uang saya gak bisa nonton. Sedih kalilah pokoknya. Semoga waktu mereka datang lagi nanti yang entah kapan saya udah kerja dan bisa nonton mereka. ”

Komunikasi interpersonal, 15 januari 2012 Fans menghubungi dan mendekatkan diri pada selebriti dengan pendekatan yang relatif umum dan diterima oleh lingkungan sosial (Roberts, 2007). Beberapa anggota komunitas Korea tidak hanya berumuran remaja melainkan dewasa awal. Seorang individu yang sudah memasuki cakupan usia dewasa dini tetapi merupakan penggerak dari suatu komunitas fans girlband SNSD.

“Saya ngumpulin temen-temen untuk ngerayain ultahnya taeyon sama sooyoung dan kami juga bakal ngadain proyek di taman hiburan brastagi make lipstick di wahana mirip roller coasternya gitu terus video sama foto-fotonya bakal kita kirim ke SONE Indonesia.”

Komunikasi interpersonal, 12 Januari 2012 Individu dewasa tersebut masih melakukan pemujaan terhadap sosok selebriti tertentu. Peneliti yang berada di rentang usia dewasa dini juga masih melakukan pemujaan terhadap sosok selebriti dimana peneliti melakukan pembelian album yang dikeluarkan oleh idola peneliti, pengumpulan foto melalui internet, fansclub, majalah serta foto dalam bentuk poster disimpan secara rapi oleh peneliti. Alasan peneliti menyimpan poster-poster tersebut secara rapi karena menurut peneliti ketika poster tersebut keluar dari tempat penyimpanan akan terjadi kerusakan di


(18)

sudut-sudut poster, warna poster berubah, kemungkinan untuk basah lebih tinggi, ataupun rusak sedemikian rupa sehingga ada rasa cukup cemas ketika poster tersebut keluar dari tempat penyimpanan tersebut. Ketika idola yang peneliti sukai mengeluarkan goodies atau barang-barang Kpop berupa photobook official limited edition, peneliti merasa sedih dan menyayangkan bahwa teman peneliti sesama penggemar dapat membelinya sedangkan peneliti tidak bisa bahkan untuk edisi yang biasa.

Selain itu juga peneliti mengikuti konser yang idola peneliti gelar di Jakarta untuk pertama kali. Walaupun domisili peneliti di Medan, tetapi peneliti tetap memperjuangkan dan berhasil untuk menonton konser idola peneliti tersebut. Idola peneliti juga kembali berkesempatan untuk menggelar konser di tahun berikutnya, namun sangat disayangkan peneliti tidak dapat menontonnya kembali dikarenakan peneliti belum menyelesaikan tugas akhir sehingga tidak diberikan izin serta uang untuk membeli tiket konser dan pesawat.

Bertepatan dengan jadwal ujian tugas akhir peneliti, salah satu girlband kesukaan peneliti berkesempatan menggelar konser tunggal untuk pertama kali di Jakarta sehingga peneliti sedih karena tidak dapat menonton konser tersebut. Ditambah lagi ternyata jadwal ujian tugas akhir tersebut ditunda, peneliti merasa kecewa karena seharusnya dapat menonton konser apabila jadwal ujian tugas akhir peneliti tersebut tepat waktu.

Peneliti hampir tiap minggu memesan secara online (pre-order) untuk pembelian replica jaket, baju, ataupun hoodie yang digunakan oleh idola yang peneliti sukai. Jumlah pembelian setiap jaket, baju atau hoodie dengan model


(19)

yang sama adalah tiga buah untuk kedua adik peneliti yang juga menyukai boyband dari Korea tersebut. Hal itu membuat orang tua dari peneliti menyarankan untuk tidak membeli setiap minggu sekali.

Untuk memori penyimpanan lagu di telepon genggam, laptop, ataupun harddisk yang dimiliki oleh peneliti hampir semua lagu berbahasa Korea atau berbahasa Jepang mengingat idola peneliti juga mengeluarkan album atau single Jepang. Kalaupun dalam penyimpanan lagu tersebut terdapat lagu selain berbahasa Korea, pasti lagu tersebut pernah dinyanyikan ulang oleh idola yang disukai oleh peneliti.

Realita tersebut tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa intensitas pengidolaan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia (Raviv, A., Bar-Tal, D., Raviv, A., & Ben-Horin, A., 1996). Semakin tinggi tingkat pemujaan seseorang, maka semakin tinggi juga tingkat keterlibatan dengan sosok yang diidolakan (celebrity involvement) sehingga tingkatan ini sering juga disebut sebagai tingkatan celebrity worship. Menurut tingkatan ini, semakin seseorang memuja atau terlibat dengan sosok selebriti tertentu maka semakin besar pula hubungan parasosial (hubungan satu arah) yang diimajinasikan terhadap sosok selebriti yang diidolakan (Maltby J; David, G; Louis, B; Lynn,M., 2005).

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti ingin melakukan penelitian kualitatif mengenai bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada 2 (dua) orang fans yang akan dijadikan partisipan penelitian berdasarkan pemenuhan


(20)

karakteristik partisipan dimana individu yang telah memasuki usia dewasa yang mengikuti setiap kegiatan-kegiatan komunitas fans Boyband / Girlband Korea.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan permasalahan dalam pelitian ini, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea.

D. MANFAAT PENELITIAN

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis, sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan memberi gambaran mengenai bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai referensi bagi para fans untuk mengetahui bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea.


(21)

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi penelitian selanjutnya khususnya pada penelitian yang berkaitan dengan tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea.


(22)

BAB II LANDASAN TEORI

A. CELEBRITY WORSHIP 1. Definisi Celebrity Worship

Menyukai selebriti sebagai idola atau model adalah bagian normal dari perkembangan identitas di masa kecil dan remaja (Greene dan Adams-price, 1990; Raviv et al, 1996;. Yue dan Cheung, 2000), tetapi di luar bentuk interaksi parasosial adalah fenomena yang tampaknya normal dimana orang-orang dengan identitas utuh diasumsikan menjadi hampir terobsesi dengan satu atau lebih selebriti. Jenis perilaku obsesif seperti ini dikenal sebagai celebrity worship. (Maltby, 2000)

Celebrity worship secara luas diartikan sebagai senang dengan selebriti atau idola tertentu yang mempengaruhi kehidupan fans dan dapat digambarkan sebagai obsesif terhadap sesuatu. Individu membentuk hubungan dengan selebriti mungkin berguna untuk mengeksplorasi hubungan antara selebriti dalam hal apapun, celebrity worship digambarkan sebagai hubungan parasosial (hubungan satu sisi) di mana seorang individu tahu yang lain, tetapi lainnya tidak. (Maltby, 2000)

Definisi celebrity worship yang digunakan dalam penelitian ini adalah perasaan menyukai dalam bentuk perilaku obsesif dari individu dengan satu atau lebih selebriti yang digambarkan sebagai hubungan parasosial (hubungan satu sisi) pada individu tersebut.


(23)

2. Faktor yang berhubungan dengan celebrity worship

a. Umur : puncak celebrity worship berada di antara umur 11 tahun hingga 17 tahun dan semakin berkurang setelah umur tersebut.

b. Pendidikan : celebrity worship biasanya dilakukan oleh orang-orang dengan tingkat inteligensi yang rendah. Orang-orang dengan tingkat inteligensi yang tinggi bisa melihat melalui „kepribadian yang dikagumi‟. Atau orang-orang yang inteligensinya tinggi melihat bahwa idola kurang cerdas dibandingkan diri mereka, dan karena itu mereka lebih sedikit mengaguminya.

c. Keterampilan sosial: orang-orang dengan keterampilan sosial yang buruk melihat bahwa celebrity worship merupakan pengisi kekosongan yang terjadi dalam hubungan yang nyata.

d. Jenis kelamin: laki-laki menyukai idola dalam bidang olahraga, sedangkan perempuan cenderung menyukai idola dari dunia hiburan. Namun, perempuan tidak lebih memungkinkan menganggap perilaku menyukai idola sebagai suatu yang intens dibandingkan laki-laki. e. Ras/etnis: orang kulit hitam di Amerika lebih mungkin menyukai idola

kulit hitam dibandingkan dengan idola kulit putih begitu juga sebaliknya orang kulit putih Amerika lebih cenderung untuk menyukai idola kulit putih dibandingkan idola kulit hitam.

3. Tujuan Celebrity Worship

Tujuan beberapa individu melakukan celebrity worship dapat dijelaskan dengan enam teori. Tetapi, dua teori utama yang menjelaskan mengenai hal ini


(24)

yang pertama adalah teori kepribadian dan teori kelekatan (Attachment). (Maltby et al, 2003)

a. Personality theory

1) Entertainment-social : extroversion (bersosialisasi, mencari sensasi, sifat riang dan optimis)

2) Intense-personal : berhubungan dengan neuroticism (cemas, khawatir, dan sifat murung)

3) Borderline-pathological : prychoticism (solidaritas, merepotkan, kejam dan sifat tidak manusiawi)

Maltby (2006) menganggap juga bahwa tahap Intense-personal sebagai fantasy proneness dan Borderline pathological sebagai fantasy proneness dan dissociation (hilangnya rasa mengenai diri sendiri). b. Attachment theory : karena hubungan parasosial lebih sering terjadi

pada remaja dibandingkan tahap usia selanjutnya, giles dan maltby (2004) telah mengusulkan teori kelekatan pada celebrity worship. Seperti kita ketahui dari psikologi perkembangan, ada bukti kuat bahwa keterikatan pada anak usia dini merupakan prediksi yang baik hubungan dewasa nanti.

Giles dan Maltby berpendapat bahwa anak-anak dengan kelekatan yang tidak aman akan membentuk hubungan parasocial dengan selebriti, karena ini tidak melibatkan resiko penolakan atau kritik kecuali kontak tersebut dicari dengan idola tertentu.

McCutcheon et al (2000) mengukur intensitas seseorang dalam hal celebrity worship yaitu dengan mengidentifikasi 3 final 'fandom':


(25)

a. Entertainment-sosial

Fans di tahap ini tertarik dengan idola tertentu karena mereka menganggap idola tersebut sangat menghibur dan sumber dari interaksi sosial serta gosip dengan orang lain.

b. Intense-personal

Fans di tahap ini menyukai idola tertentu berdasarkan aspek yang sangat pribadi dari idola tersebut. Sebagai contoh, hal buruk yang terjadi oleh idola tersebut ternyata dialami juga oleh sang fans.

c. Borderline-pathological

Fans di tahap ini ditandai dengan perilaku obsesif terhadap idola tertentu. Sebagai contoh, fans tersebut merasa bahwa ia memiliki hubungan khusus dengan idola tertentu dan ketika idola tersebut meminta mereka untuk melakukan sesuatu yang ilegal, mereka akan melakukannya. Hal ini merupakan bentuk celebrity worship yang paling ekstrim.

B. KELOMPOK FANS

Sebuah kelompok fans (fansclub) merupakan kelompok yang didedikasikan untuk orang yang terkenal, kelompok, gagasan (seperti sejarah) atau kadang-kadang bahkan benda mati (seperti sebuah bangunan yang terkenal). Kebanyakan kelompok fans dijalankan oleh fans yang mencurahkan waktu dan sumber daya untuk mendukung mereka. Ada juga kelompok fans ”resmi” yang dijalankan oleh seseorang yang berhubungan dengan orang atau organisasi yang berpusat di sekitar kelompok ini. (Wikipedia, 2010)


(26)

1.Komunitas Fans

Setiap boyband ataupun girlband memiliki panggilan tersendiri untuk para fans yang menyukai mereka misalnya ELF (Ever Lasting Friend) untuk fans boyband Super Junior, SONE untuk fans girlband Girl‟s Generation, hottest panggilan untuk fans 2PM dan Cassiopeia untuk fans TVXQ/DBSK. Pada tahun 2008, ekspor Kpop terbesar TVXQ/Tohoshinki tercantum dalam Guinness World Records memiliki fans resmi terbesar di dunia yaitu lebih dari 800.000 di Korea Selatan, lebih dari 200.000 anggota resmi di Jepang (BigEast) dan lebih dari 200.000 fans international (iCassies).

2. Hallyu Wave

Hallyu atau Korean Wave (Gelombang Korea) adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai Negara di dunia. Umumnya Hallyu memicu banyak orang-orang di Negara tersebut untuk mempelajari Bahasa Korea dan kebudayaan Korea.

Musik pop Korea, disebut sebagai K-pop (singkatan dari pop Korea), telah menjadi bagian besar dari Korean Wave. Popularitas K-pop itu telah dikaitkan dengan promosi, dimana pameran bakat dan individualisme, serta yang sangat mirip meskipun bekerja sama dengan produsen internasional. Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan hiburan Korea telah mulai mengenali YouTube sebagai komponen kunci untuk penyebaran budaya korea secara internasional.


(27)

C. DINAMIKA TAHAPAN CELEBRITY WORSHIP

Mc Cutcheon, Lange dan Houran (dalam Maltby,J; dkk, 2005) mengusulkan sebuah model „Absorption-Addiction‟ yang menjelaskan kasus-kasus celebrity worship. Menurut model ini struktur identitas dikompromikan dalam beberapa penyerapan fasilitas psikologi individu dengan idola dalam upaya untuk membentuk suatu identitas dan rasa kepuasan. Dinamika usaha individu mendorong penyerapan ini pada gilirannya akan mengambil komponen adiktif yang mengarah ke perilaku yang lebih ekstrim (dan kemungkinan delusi) untuk mempertahankan kepuasan individu tersebut dengan hubungan yang intim.

Maltby dkk (2005) menjelaskan tiga aspek keterlibatan dengan idola: entertainment social value, intense-personal feeling, borderline-pathological tendency. Entertainment social value berisi motivasi yang mendasari pencarian aktif fans terhadap idola. Hal ini biasanya dikaitkan dengan penggunaan media sebagai sarana untuk mencari informasi mengenai idola. Umumnya, alasan fans mencari informasi mengenai idola adalah karena dua alasan, yaitu untuk conform terhadap norma social, dan „kabur‟ dari realita (fantasy-escape from reality).

Intense-personal feeling merupakan aspek yang merefleksikan perasaan intensif dan kompulsif terhadap idola, hampir sama dengan tendensi obsesif pada fans. Hal ini menyebabkan fans kemudian menjadi memiliki kebutuhan untuk mengetahui apapun tentang idola tersebut, mulai dari berita terbaru hingga informasi mengenai pribadi idola tersebut. Seiring dengan meningkatnya intensitas keterlibatan dengan idola, fans


(28)

mulai melihat idola sebagai orang yang dianggap dekat dan mengembangkan hubungan intim dengan idola tersebut.

Borderline-pathological tendency merupakan aspek yang paling ekstrim dimana merupakan tingkatan paling parah dari hubungan parasosial dengan idola. Hal ini dimanifestasikan dalam sikap seperti, kesediaan untuk melakukan apapun demi idola tersebut meskipun hal tersebut melanggar hukum. Fans yang seperti ini tampak memiliki pemikiran yang tidak terkontrol dan menjadi irasional. Tingkatan tersebut merupakan bahwa semakin seseorang memuja dan terlibat dengan sosok idola tertentu, maka hubungan intim yang semu atau intimate relationship semu (karena hanya bersifat satu arah) yang terjalin antara fans dengan idola semakin kuat.


(29)

Celebrity Worship D. KERANGKA BERFIKIR

Individu

Hubungan parasosial fans

Borderline pathological tendency

Entertainment social value

Intense-personal feelings


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. PENDEKATAN KUALITATIF

Masalah yang hendak diungkap dalam penelitian ini adalah bagaimana dinamika tahapan celebrity worship pada fans boyband Korea. Dinamika tahapan celebrity worship yang dimiliki oleh setiap individu berbeda mengingat istilah individual differences. Jumlah partisipan yang sesuai dengan studi kasus. Melalui penelitian case study kualitatif, diharapkan peneliti memperoleh pemahaman yang menyeluruh dan utuh tentang fenomena yang diteliti dan akan dapat melihat permasalahan ini dengan lebih mendalam karena turut mempertimbangkan dinamika, perspektif, alasan, dan faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi partisipan penelitian (Poerwandari, 2007).

B. PARTISIPAN PENELITIAN 1. Karakteristik Partisipan Penelitian

Sesuai dengan tujuan peneliti ini, maka karakteristik partisipan sesuai dengan studi kasus yang dipaparkan oleh peneliti yaitu fans boyband Korea yang berada di rentang usia dewasa dini dan mengikuti secara aktif kegiatan di komunitas fans boyband Korea tertentu.

2. Jumlah Partisipan Penelitian

Penelitian ini mengambil sampel 2 (dua) orang dewasa dini yang mengikuti kelompok fans boyband korea. Alasan pengambilan sampel ini yaitu karena dalam penelitian kualitatif sesuai dengan studi kasus yang dipaparkan oleh peneliti. Partisipan pertama merupakan fans dengan


(31)

multifandom (menyukai lebih dari satu idola) dan partisipan kedua merupakan one fandom (hanya menyukai satu selebriti saja).

3. Prosedur Pengambilan Partisipan

Dalam Poerwandari (2007) dijelaskan bahwa teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah berdasarkan pengambilan sampel kasus tipikal dimana partisipan dipilih karena secara tipikal dapat mewakili fenomena yang diteliti.

4. Lokasi Penelitian

Lokasi dilakukannya penelitian ini adalah di kota Medan. Pemilihan kota Medan yang merupakan domisili para partisipan dari peneliti. Selain itu, berkaitan dengan pendekatan kualitatif yang memerlukan lebih dari satu kali pertemuan dan wawancara, pemilihan lokasi akan memudahkan proses penelitian.

C. METODE PENGAMBILAN DATA

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan metode wawancara. Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview). Banister (1994) menjelaskan bahwa wawancara mendalam adalah wawancara yang tetap menggunakan pedoman wawancara, namun penggunaannya tidak sekedar wawancara terstruktur tetapi juga memungkinkan untuk mengembangkan topik baru yang lebih mendalam.

Adapun penggunaan pedoman wawancara berfungsi semata-mata untuk memuat pokok-pokok pertanyaan yang diajukan yaitu open-ended


(32)

questions, yang bertujuan menjaga agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian (Poerwandari, 2007).

D. ALAT BANTU PENGUMPULAN DATA

Menurut Poerwandari (2007) bahwa yang menjadi alat terpenting dalam penelitian kualitatif adalah peneliti sendiri. Namun, untuk memudahkan pengumpulan data, peneliti membutuhkan alat bantu, seperti alat perekam (tape recorder), pedoman wawancara.

1. Alat Perekam (tape recorder)

Poerwandari (2007) menyatakan sedapat mungkin wawancara perlu direkam dan dibuat transkripnya secara verbatim (kata demi kata), sehingga tidak bijaksana jika peneliti hanya mengandalkan ingatan. Untuk tujuan tersebut, perlu digunakan alat perekam agar peneliti mudah mengulangi kembali rekaman wawancara dan dapat menghubungi subyek kembali apabila ada hal yang masih belum lengkap atau belum jelas. Penggunaan alat perekam ini dilakukan dengan seizin subyek.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara berisi “open-ended question” yang bertujuan agar arah wawancara tetap sesuai dengan tujuan penelitian (Poerwandari, 2007). Pedoman wawancara ini dibuat berdasarkan pada teori dinamika intimacy yang mencakup mengenai dinamika tahapan celebrity worship yang terjadi pada partisipan.

Pedoman wawancara ini juga digunakan untuk mengingatkan peneliti mengenai aspek-aspek yang harus dibahas, sekaligus menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek yang relevan telah dibahas atau ditanyakan.


(33)

Dengan pedoman yang demikian, peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut dijabarkan secara konkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks aktual saat wawancara berlangsung (Poerwandari, 2007).

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman wawancara ini juga sebagai alat bantu untuk mengkategorisasikan jawaban sehingga memudahkan pada tahap analisis data. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tapi juga berdasarkan pada berbagai teori yang berkaitan dengan masalah yang ingin dijawab (Poerwandari, 2007).

E. KREDIBILITAS PENELITIAN

Kredibilitas adalah istilah yang digunakan dalam penelitian kualitatif untuk menggantikan konsep validitas (Poerwandari, 2007). Kredibilitas penelitian kualitatif juga terletak pada keberhasilan mencapai maksud mengeksplorasi masalah dan mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Deskripsi mendalam yang menjelaskan kemajemukan (kompleksitas) aspek-aspek yang terkait (dalam bahasa kuantitatif: variabel) dan interaksi dari berbagai aspek menjadi salah satu ukuran kredibilitas penelitian kualitatif.

Adapun upaya peneliti dalam menjaga kredibilitas dan objektifitas penelitian ini, antara lain dengan:

1. Memilih sampel yang sesuai dengan karakteristik remaja yang menyukai boyband korea dan tergabung dalam suatu kelompok fans.


(34)

2. Membuat pedoman wawancara berdasarkan teori mengenai cinta untuk menggambarkan cinta yang dirasakan oleh partisipan.

3. Menggunakan pertanyaan terbuka dan wawancara mendalam untuk mendapatkan data yang akurat.

F. PROSEDUR PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap persiapan penelitian, peneliti menggunakan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian (Moleong, 2006), yaitu sebagai berikut:

a. Mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori-teori yang berhubungan dengan cinta yang dirasakan oleh para fans boyband korea, khususnya yang telah tergabung pada kelompok fans.

b. Menyusun pedoman wawancara

Agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian, peneliti menyusun butir-butir pertanyaan berdasarkan kerangka teori mengenai dinamika tahapan celebrity worship.

c. Persiapan untuk mengumpulkan data

Peneliti mengumpulkan informasi tentang calon partisipan penelitian. Setelah mendapatkannya, lalu peneliti menghubungi calon partisipan untuk menjelaskan tentang penelitian yang dilakukan dan menanyakan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian.


(35)

d. Membangun rapport dan menentukan jadwal wawancara

Setelah memperoleh kesediaan dari partisipan penelitian, peneliti membuat janji bertemu dengan partisipan dan berusaha membangun rapport yang baik dengan partisipan. Setelah itu, peneliti dan partisipan penelitian menentukan dan menyepakati waktu untuk pertemuan selanjutnya untuk melakukan wawancara penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Setelah tahap persiapan penelitian dilakukan, maka peneliti memasuki beberapa tahap pelaksanaan penelitian, antara lain:

a. Mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat wawancara

Sebelum wawancara dilakukan, peneliti mengkonfirmasi ulang waktu dan tempat yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan partisipan. Konfirmasi ulang ini dilakukan sehari sebelum wawancara dilakukan dengan tujuan agar memastikan partisipan dalam keadaan sehat dan tidak berhalangan dalam melakukan wawancara.

b. Melakukan wawancara berdasarkan pedoman wawancara

Sebelum melakukan wawancara, peneliti meminta partisipan untuk menandatangani “Lembar Persetujuan Wawancara” yang menyatakan bahwa partisipan mengerti tujuan wawancara, bersedia menjawab pertanyaan yang diajukan, mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian sewaktu-waktu serta memahami bahwa hasil wawancara adalah rahasia dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Setelah itu, peneliti mulai melakukan proses wawancara berdasarkan pedoman


(36)

wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti melakukan beberapa kali wawacara untuk mendapatkan hasil dan data yang maksimal.

c. Memindahkan rekaman hasil wawancara ke dalam bentuk transkrip verbatim.

Setelah proses wawancara selesai dilakukan dan hasil wawancara telah diperoleh, peneliti kemudian memindahkan hasil wawancara ke dalam verbatim tertulis. Pada tahap ini, peneliti melakukan koding dengan membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan gambaran tentang topik yang dipelajari (Poerwandari, 2007).

d. Melakukan analisa data

Bentuk transkrip verbatim yang telah selesai dibuat kemudian dibuatkan salinannya. Peneliti kemudian menyusun dan menganalisa data dari hasil transkrip wawancara yang telah di koding menjadi sebuah narasi yang baik dan menyusunnya berdasarkan alur pedoman wawancara yang digunakan saat wawancara. Peneliti membagi penjabaran analisa data partisipan ke dalam dinamika tahapan celebrity worship.

e. Menarik kesimpulan, membuat diskusi dan saran

Setelah analisa data selesai, peneliti menarik kesimpulan untuk menjawab rumusan permasalahan. Kemudian peneliti menuliskan diskusi berdasarkan kesimpulan dan data hasil penelitian. Setelah itu, peneliti memberikan saran-saran sesuai dengan kesimpulan, diskusi dan data hasil penelitian.


(37)

3. Tahap Pencatatan Data

Untuk memudahkan pencatatan data, peneliti menggunakan alat perekam sebagai alat bantu agar data yang diperoleh dapat lebih akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Sebelum wawancara dimulai, peneliti meminta izin kepada partisipan untuk merekam wawancara yang akan dilakukan dengan tape recorder. Dari hasil rekaman ini kemudian akan ditranskripsikan secara verbatim untuk dianalisa. Transkrip adalah salinan hasil wawancara dalam pita suara yang dipindahkan ke dalam bentuk ketikan di atas kertas. G. METODE ANALISIS DATA

Beberapa tahapan dalam menganalisis data kualitatif menurut Poerwandari (2007), yaitu :

1. Koding

Koding adalah proses membubuhkan kode-kode pada materi yang diperoleh. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasikan dan mensistemasi data secara lengkap dan mendetail sehingga data dapat memunculkan dengan lengkap gambaran tentang topik yang dipelajari. Semua peneliti kualitatif menganggap tahap koding sebagai tahap yang penting, meskipun peneliti yang satu dengan peneliti yang lain memberikan usulan prosedur yang tidak sepenuhnya sama. Pada akhirnya, penelitilah yang berhak (dan bertanggung jawab) memilih cara koding yang dianggapnya paling efektif bagi data yang diperolehnya (Poerwandari, 2007).


(38)

2. Organisasi Data

Highlen dan Finley (dalam Poerwandari, 2007) menyatakan bahwa organisasi data yang sistematis memungkinkan peneliti untuk :

a). memperoleh data yang baik,

b). mendokumentasikan analisis yang dilakukan,

c). menyimpan data dan analisis yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian.

Hal-hal yang penting untuk disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah (catatan lapangan dan kaset hasil rekaman), data yang sudah diproses sebagiannya (transkrip wawancara), data yang sudah ditandai/dibubuhi kode-kode khusus dan dokumentasi umum yang kronologis mengenai pengumpulan data dan langkah analisis.

3. Analisis Tematik

Penggunaan analisis tematik memungkinkan peneliti menemukan „pola‟ yang pihak lain tidak bisa melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema, atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu atau hal-hal di antara gabungan dari yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena dan secara maksimal memungkinkan interpretasi fenomena.


(39)

4. Tahapan Interpretasi/analisis

Kvale (dalam Poerwandari, 2007) menyatakan bahwa interpretasi mengacu pada upaya memahami data secara lebih ekstensif sekaligus mendalam. Ada tiga tingkatan konteks interpretasi yang diajukan Kvale (dalam Poerwandari, 2007), yaitu : pertama, konteks interpretasi pemahaman diri (self understanding) terjadi bila peneliti berusaha memformulasikan dalam bentuk yang lebih padat (condensed) apa yang oleh subyek penelitian sendiri dipahami sebagai makna dari pernyataan-pernyataannya. Interpretasi tidak dilihat dari sudut pandang peneliti, melainkan dikembalikan pada pemahaman diri subyek penelitian, dilihat dari sudut pandang dan pengertian subyek penelitian tersebut. Kedua, konteks interpretasi pemahaman biasa yang kritis (criticial commonsense understanding) terjadi bila peneliti berpijak lebih jauh dari pemahaman diri subyek penelitiannya.

Peneliti mungkin akan menggunakan kerangka pemahaman yang lebih luas daripada kerangka pemahaman subyek, bersifat kritis terhadap apa yang dikatakan subyek, baik dengan memfokuskan pada „isi‟ pernyataan maupun pada subyek yang membuat pernyataan. Meski demikian semua itu tetap dapat ditempatkan dalam konteks penalaran umum : peneliti mencoba mengambil posisi sebagai masyarakat umum dalam mana subyek penelitian berada. Ketiga, konteks interpretasi pemahaman teoritis adalah konteks paling konseptual. Pada tingkat ketiga ini, kerangka teoritis tertentu digunakan untuk memahami


(40)

pernyataan-pernyataan yang ada, sehingga dapat mengatasi konteks pemahaman diri subyek ataupun penalaran umum.

5. Pengujian Terhadap Dugaan

Dugaan adalah kesimpulan sementara. Dengan mempelajari data kita mengembangkan dugaan-dugaan yang juga merupakan kesimpulan-kesimpulan sementara. Dugaan yang dikembangkan tersebut juga harus dipertajam dan diuji ketepatannya. Begitu tema-tema dan pola-pola muncul dari data, untuk meyakini temuannya, selain mencoba untuk terus menajamkan tema dan pola yang ditemukan, peneliti juga perlu mencari data yang memberikan gambaran berbeda dari pola-pola yang muncul tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan upaya mencari penjelasan yang berbeda-beda mengenai data yang sama. Berbagai perspektif harus disesuaikan untuk memungkinkan keluasan analisis serta mengecek bias-bias yang tidak disadari oleh peneliti.


(41)

BAB IV

HASIL ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian gambaran dinamika tahapan celebrity worship fans boyband Korea. Dalam bab ini akan diuraikan riwayat masing-masing partisipan, analisa data hasil wawancara dan pembahasan terhadap data-data yang telah diperoleh tersebut.

Berikut ini tempat dan waktu dilakukannya wawancara pada kedua partisipan penelitian ini:

Tabel 1. Tempat dan waktu wawancara

Hari/Tanggal Waktu Tempat

Partisipan 1

Minggu, 6 Januari 2013 Pukul 15.00 – 16.15 WIB Restaurant & Cafe

Sabtu, 19 Januari 2013 Pukul 20.08 – 21.29 WIB Rumah Partisipan Senin, 29 April 2013 Pukul 21.13 – 21.53 WIB

Partisipan 2

Senin, 14 Januari 2013 Pukul 19.10 – 21.03WIB Rumah Partisipan Rabu, 1 Mei 2013 Pukul 19.23 – 20.53WIB

A. DESKRIPSI DATA I 1. Riwayat Partisipan

Nama : Hade Novira Umur : 28 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan Terakhir : D III


(42)

Fandom : Multifandom

Status : Belum Menikah, tidak punya pacar Idola : Eunhyuk Super Junior

2. Analisa Data

a. Latar belakang partisipan

Partisipan satu merupakan fans dengan multifandom (menyukai lebih dari satu boyband atau girlband). Idola yang disukai di Super Junior Eunhyuk, Leeteuk, Yesung, Ryeowook, Hangeng. Idola di Girls Generation Sooyoung, Yuri, Jessica, Hyoyeon, Tiffany. Idola di EXO Sehun, Baekhyun, Suho, Chanyeol, Luhan, Kris, Tao, Lay. Idola di DBSK Changmin. Penasaran di tahun 2007 melihat boyband dengan jumlah anggota 13 orang, rame. Mencari informasi melalui internet, pembelian majalah berdasarkan sampul majalah tersebut, teman-teman di facebook, gathering (berkumpul sesama fansclub/fandom). Alasan menyukai Leeteuk karena angel without wings (leader) bisa memimpin anggotanya. Alasan menyukai Hangeng di mv don‟t don rambutnya putih, karena partisipan dulu menyukai mandarin dan Hangeng berasal dari Cina. Pertama kali menyukai Super Junior di tahun 2007, mv don‟t don. Memperbaharui informasi melalui internet, majalah, beli dan baca tabloid. Tidak pernah berkomunikasi melalui fanaccount twitter atau weibo kendala bahasa. Pencarian informasi melalui youtube, twitter, bertanya ke sesama fans. Tidak pernah mengirim surat, testimony.


(43)

b. Dinamika tahapan celebrity worship pada partisipan 1 1) Entertainment social value

a) Bentuk alasan partisipan menyukai idolanya

Partisipan menyukai idolanya (Eunhyuk Super Junior) karena Eunhyuk pandai menari dan partisipan juga suka menari, dan suka melihat orang menari. Hal tersebut terlihat dari hasil wawancara berikut.

“kalo EunHyuk emang kakak suka eunhyuk nengok dancenya.” (W3.R1.16)

Alasan partisipan menyukai idola yang lain seperti Hangeng karena pandai menari dan berasal dari Mandarin karena partisipan dulu pernah suka Mandarin pop.

“Dance sama dulukan karna kakak suka mandarin-pop mandapop dia

dari cina, terus sama.” (W3.R1.10)

Alasan partisipan menyukai Sooyoung dan Eunhyuk karena mereka shiksin (suka makan tapi tidak gemuk) dan suka yadong (porno), partisipan juga begitu, banyak mengkonsumsi makanan kecil tetapi tidak gendut, suka yadong juga, terutama yang yaoi (homoseksual). Alasan partisipan menyukai Eunhyuk karena hobi partisipan juga menari, Eunhyuk tidak suka merokok dan tidak minum alkohol. Partisipan menginginkan tipe ideal pacarnya sama seperti Eunhyuk tidak suka rokok, tidak suka alkohol, hobi menari, walau tidak suka Korea, kalau bisa partisipan ingin tipe idealnya menyukai Korea tetapi kalau


(44)

tidak suka yang penting menghormati, dan tidak menghina Korea. Berikut hasil wawancaranya.

“(ngangguk) kalo Ajeng nanya lagi kenapa Eunhyuk, kan kakak suka Sooyoung, karena dia shiksin (suka makan tapi gak gemuk) nah itu tadi suka ngemil-ngemil kakak juga sama, suka yadong (porno) juga, terutama yaoi (sesama jenis laki-laki).”

(W3.R1.69-71)

“…suka Eunhyuk karena hobi nge-dance, terus Eunhyuk gak suka ngerokok, terus dia gak minum alkohol kan, nah gak suka rokok sama alkohol, hobi nge-dance yah walaupun dia enggak suka Korea, yang penting dia apa kalo bisa sih sama-sama suka Korea, kita share tentang Korea, walaupun gak suka Korea, dia hormati gitu kakak suka korea gak ngehina-hina apasih ini, …”

(W3.R1.74-77)

Partisipan berpikir tidak mungkin berpacaran dengan idola, tetapi kalau ada kesempatan partisipan mau berpacaran dengan idola ditambah lagi jika idola masuk ke agama yang dianut oleh partisipan.

“Maulah, apalagi kalo dia masuk agama kita, wuuuh oke oke.” (W3.R1.29)

Partisipan senang ketika menonton video Super Junior yang anggotanya masih lengkap.

“Wuiiih, masih lengkap, gitu kan (ketawa)” (W3.R1.67)

Partisipan senang ketika melihat foto idola, pernah suatu ketika mengeluarkan airmata ketika melihat foto idola, menurut partisipan air mata tersebut merupakan air mata bahagia, bahagia karena idola sangat cantik. Partisipan menanyakan pada diri sendiri kapan bisa bertemu dengan idola. Partisipan sangat ingin bertemu dengan idola.


(45)

“… pernah kakak liat foto Jessica, kakak, air mata kakak itu keluar, gak tau kenapa, tapi air matanya air mata senang gitu.

(W3.R1.81-82)

“Yah seneng aja gitu, gak tau kayak Jessica itu kan, ih cantik banget, kapan kakak ketemu dia, aaah gitu-gitu lah, yah pengennya ketemu” (W3.R1. 85-86)

b) Bentuk diskusi yang dilakukan oleh partisipan

Partisipan tidak pernah diskusi mengenai idola di tempat kerja, teman di tempat kerja sering menghina idolanya.

“Kalo di kantor enggak lah, malah semua orang itu ngehina-hina yang namanya Korea.”

(W3.R1.31)

Diskusi biasanya dilakukan oleh sesama fans di acara gathering (berkumpulnya sesama fans).

“…paling sama temen-temen gathering-gathering gitu.” (W3.R1.33)

Perasaan ketika berdiskusi mengenai idola sangat senang, apalagi yang di diskusikan mengenai hal-hal positif dari idola. Hal – hal yang terjadi selama konser berlangsung, penghargaan yang idola capai, pembuatan video clip baru.

“nomu panjjak panjjak (sangat sangat girang), senenglah, apalagi ceritanya tentang hal-hal positif apa gitu, misalnya waktu konser, orang itu dapet award, atau apa gitu, buat mv baru gitu, yah senenglah masa nangis,…”


(46)

Partisipan senang ketika idola mendapatkan penghargaan. Partisipan sedih ketika hal buruk terjadi dengan idola, hanya saja tidak terlalu harus menangis, dan jika ada pekerjaan akan tetap melakukan aktifitas seperti biasa.

“Yah, gimana yah (pegang dada) yah sedih pasti sedih” (W3.R1.43)

“Cuma gak terlalu dibawa nangis-nangis kali sih misal ngerjain apa tetep ngerjain, sedihlah pastinya, sedih, yah gimana lah, sedihlah pokoknya.”

(W3.R1.46)

Sedih jika terjadi kecelakaan yang menimpa idolanya, kecewa ketika hal buruk tersebut sang idola sendiri yang perbuat.

“Yah tergantung masalahnya gimana, yah misalnya kan mereka

pernah kecelakaan atau apagitu yah pasti sedihlah, kayak ajeng bilang, harusnya itu gak terjadi, terus sedihnya juga karena kecewa gitu misalnya karena salah orang itu sendiri gitu kan kecewa”

(W3.R1.48-50)

Kecewa seperti Hangeng keluar dari keanggotaan Super Junior. Kecewa kenapa keluar dari Super Junior, Super Junior salah apa, salahnya dimana, padahal menurut partisipan, anggota Super Junior yang lain sayang dengan Hangeng. Partisipan kecewa dengan keputusan Hangeng keluar dari Super Junior.

“Eung dia enggak lagi di suju gitu apasih yang suju salah itu, salah dimana, kan orang itu sayang-sayang kali ama Hangeng kok keluar gitu kalo kayak JYJ kan eung orang itu memang katanya bermasalah ama LeeSooMan-nya sampe yah tengok aja perkaranya kan ampe panjang gitu kan, kalo Hangeng gitu keluar satu kali perkara kan bentar aja gak ada apa-apa kan mungkin sekarang kan Hangeng baik-baik kan.”

(W3.R1.55-59)


(47)

Partisipan akan tertawa ketika membaca hal-hal lucu mengenai idola, kalau membaca informasi negatif partisipan akan mencari informasi lain apakah informasi tersebut salah atau benar. Partisipan berharap informasi negatif yang ia baca mengenai idolanya tidak benar terjadi.

“Yah sekedarnya, yah pasti kalo ada yang lucu ya ketawa, kalo positif itu wah hebat nih bias nih, kalo ada yang negatif ih kok kayak gini, jadi kalo liat informasi di cari lagi bener ato enggak, hoax (gak bener) gak”

(W3.R1.88-90)

Partisipan tidak mempermasalahkan apa yang terjadi dengan idola di masa lalu.

“Masa lalunya, yah gak terlalu ini apa sih yah berlalu yak an biarin aja berlalu aja gitu kayak gossip Kai perokok berat katanya yah cuek aja dia gak”

(W3.R1.94-95)

Informasi yang partisipan terima biasanya dari dinding di facebook. Partisipan melakukan konfirmasi informasi yang ia terima tersebut melalui ponsel. Kalau ada kesempatan buka ponsel maka partisipan buka facebook melihat dinding. Hampir setiap menit partisipan membuka facebook mencari informasi penjualan photocard.

“Gak seneng sih, cuma di facebook, group oh ada ini ya udah gitu aja, udah gitu gak memperpanjang lagi, paling kakak check cari info dari hape, bener gak kan dinding wall itu sering kan gak pernah nyari khusus.”


(48)

“Sebenernya gak dibuka di groupnya itu, cuma nengok aja di dinding aja gitu kalo ada kebaca.”

(W3.R1.102)

“Yah sambilan, kalo dikantor sambil gini (nge-scroll hape) gitu, setiap saat yah bisa dibilang setiap menit sih, dan kakak pun sering buka facebook ada sering nyari-nyari yang jual photocard sama nyari ff nc (fanfiction for no children) /ketawa/”

(W3.R1.104-106)

Partisipan tidak sedih ketika satu idola tidak dapat penghargaan karena yang menang idola sang partisipan yang lain. Jadi tetap idola partisipan yang menang.

“Itulah enaknya multifandom (banyak idola) jadi yang ini kalah yah yang lain menang kalo seandainya Suju kalah kan ada ini /ketawa/ tetep aja ada yang menang, jadi multifandom.”

(W3.R1.110-111)

Partisipan sekarang lebih konsetrasi kerja daripada mencari informasi mengenai idola, dulu karena kerjaan masih sedikit jadi sering cari informasi tetapi sekarang tergantung temen-temen facebook yang memberikan informasi.

“Kalo udah banyak kerja ini, lebih konsentrasi ke kerja, kalo dulu kan kerjanya masih sikit-sikit jadi berapa kali gak gitu terlalu fokus, cuma begitu nampak di cari, gak gitu tiap buka facebook ini Enhyuk mana ini Eunhyuk mana, begitu nampak di wall ooh ini kabarnya, kayak yang kemaren ama IU(foto bareng) itu pun di tag aja di tag ama

kawan kan yang sama IU”

(W3.R1.113-116)

2) Intense-personal feeling

a) Bentuk perasaan ketika bertemu dengan idola

Partisipan akan teriak teriak ketika bertemu dengan idola agar idola mengetahui bahwa partisipan adalah fans sang idola tersebut. Ketika bertemu


(49)

partisipan akan membawa atribut atribut sebagai fans seperti stereofom dengan tulisan Eunhyuk tetapi tidak norak.

“Yah pasti tau, missal ketemu kakak pasti teriak-teriak aaaaa pasti dia tau kan, walau kakak sekarang bilang teriak-teriak ntar paling aduh aaaa kayak L diem aja, gak tau musti ngapain.”

(W3.R1.118-119)

“Iya pasti, pas ketemu dia gitu, pasti bawa atribut-atribut lah Eunhyuk, towel towel Eunhyuk gitu kan terus bawa sterofom di tempel eunhyuk selesai tapi yah jangan sampe norak lah”

(W3.R1. 123-124)

b) Hal-hal yang dilakukan untuk sang idola

Partisipan selalu membeli album idolanya, mengikuti gaya idola, tas yang digunakan sang idola, baju yang di pakai, hoodie (jaket), cd group. Partisipan punya goodies (barang-barang Kpop) idolanya berupa cd, photocard, kalender, vcd bajakan, baju, jaket, keychain, foto, poster.

“…beli album,” (W3.R1.130)

gayanya kayak pake tas, baju, kayak gaya-gayanya, pakaian-pakaiannya, hoodie-hodienya, cd grup-grupnya.”

(W3.R1.134-135)

“CD, foto-fotocardnya, kalender, itu kalender exo masih kakak simpan, terus vcd bajakan, baju ada,”

(W3.R1. 137-139)

“Jaket ada, cuma udah berenti karena udah penuh kali lemari, apalagi jaket kan disini musim panas jarang di pake lah ya kayak keychain-keychain gitu,”

(W3.R1.141-142)

“fotobias gak banyak sih,” (W3.R1.144)


(50)

(W3.R1.146)

Partisipan menyimpan poster di lemari dan ditempat kerja karena kalau tidak partisipan akan dimarahi orang tua partisipan alasannya karena partisipan sudah besar jadi tidak boleh di pasang di dinding kamar. Kalau tidak kena marah semua poster akan partisipan pasang di dinding kamar partisipan.

“Disimpen itu di apa paralon kalo di keluarin kena marah,” (W3.R1.148)

“Kalo ditempel kena marah mama” (W3.R1.150)

“marah, eggak lah udah besar ngapain ditempel-tempel gitu.” (W3.R1.154)

Wuiiih penuh lah ini di temple tutututututuk” (W3.R1.156)

“pasti sedinding selapis.” (W3.R1.158)

“Di lemari, di pipa, pipa-pipa bonus beli album itu masih yang ada disini, masih ada di kantor, itu gak dibawa, soalnya kata mama mau di letak dimana lagi gitu, jadi gak dibawa padahal kan beli.”

(W3.R1.160-161)

Ada yang partisipan lakukan berdampak untuk idola tetapi memang bukan partisipan sendiri yang melakukannya. Partisipan pernah mengirimkan foto partisipan dengan latar belakang danau Toba untuk idola, hal itu dilakukan saat jam istirahat dari tempat kerja. Melepaskan atribut kantor dan menggunakan atribut sebagai fans. Partisipan tidak pernah mengirimkan kado untuk idola. Tetapi pernah mencoba mengirimkan ulos untuk ulang tahun Super Junior melalui project dari fansclub.


(51)

“Yah kalo untuk bias yang asli sih belom pernah Cuma pernah waktu ulang tahun Jessica lah kakak pernah kan soneid ada project kan foto-foto gitu projectnya foto-foto di apa foto-fotonya di Danau Toba…”

(W3.R1.169-170)

c) Bentuk hubungan antara partisipan dan idolanya

Menurut partisipan hubungan antara partisipan dan idola adalah sesama penari, sesama suka makan, dan sesama suka yadong.

“…sama-sama suka dancer, Eunhyuk juga kuat makan sama kayak kakak kan, yadong juga.”

(W3.R1.193)

“ Di dancer sama banyak makannya” (W3.R1.196)

Partisipan ingin mengetahui tentang idolanya. Kehidupan keluarga idolanya. Tetapi tidak sampai jadi stalker (penguntit). Partisipan ingin mengetahui idolanya sedang apa, sedang dimana. Cara partisipan mengetahui informasi pribadi idolanya melalui facebook. Informasi yang diberikan oleh fansclub. Semua secara rinci didapat dari facebook tersebut.

“…yah pasti kehidupan keluarganya kayak mana tapi gak terlalu ini kali sih misal kalo monoton apa nya gak kayak gitu kali gimana.” (W3.R1. 207-208)

“ Yah kayak misalnya Ajeng liat netizen Korea kayak apa stalker (penguntit) gitu gak usah kayak gitu kali lah yang kasian idolanya gak segitunya.”

(W3.R1.210-211)

“ …terus cari-terus cari kadang-kadang ketemu tuh nanti tapi lebih sering gak ketemu”


(52)

Partisipan senang kalau idolanya sukses. Karena menurut partisipan susah payah idola di training (pelatihan sebelum jadi artis) bertahun-tahun kalau tidak sukses maka partisipan akan sedih.

“Eung, yah bias sukses senenglah, susah payah orang itu bisa keras di training (pelatihan sebelum jadi artis) masih bertahun-tahun kalo gak sukses ya sedih juga lah”

(W3.R1.232-233)

Partisipan ingin menjadikan idola sebagai pacar tetapi karena idola yang dia suka banyak, partisipan bingung menentukan berharapnya berjodoh dengan yang mana. Idola utama yang paling partisipan suka adalah Eunhyuk karena seorang penari, tetapi tipe ideal cowok yang partisipan suka adalah Mir MBLAQ karena menurut partisipan Mir orangnya suka main-main, ada gila-gilanya, tingkahnya aneh-aneh dan kocak. Partisipan juga mengatakan bahwa Key SHINEE juga gila tetapi Mir MBLAQ lebih gila.

“Sebenernya kakak Eunhyuk suka tapi kakak pengen nyari yang maen

-maen gitu Mir Mblaq, itu betul betul ini anak kalo nengok Eunhyuk kakak suka gini yah yah dancer kalo nengok Eunhyuk sama nge-dance eeung kalo nengok Mir kakak nih orang ada gila-gilanya kakak suka tipe cowok yang kayak gitu maksudnya kan tingkahnya aneh-aneh sih Miiiir /senyum senyum/”

(W3.R1.240-243)

Partisipan sering memikirkan idolanya. Setiap detik. Partisipan pernah terlintas untuk tidak memikirkan idolanya tetapi selalu terlintas dalam pikirannya. Ketika partisipan pertama kali menyukai idolanya pertama lihat lalu selalu memikirkan akhirnya menjadi idola yang dia suka.

“He‟eh waktu pertama kali awalnya kakak nengok dia iyuuh nih orang kok kayak bibi-bibi yah kan dulu jelek kali sih nengok di majalah gitu lama-lama kok ih kok muka dia aja yang diingat-ingat maksudnya nengok di henpon kok muka dia-dia aja (ketawa) dia dia aja haha”


(53)

Idola utama partisipan awalnya Hangeng Super Junior dan idola keduanya Eunhyuk Super Junior tetapi karena Hangeng keluar dari Super Junior maka idola utama partisipan menjadi Eunhyuk Super Junior. Partisipan sedih dan mengucapkan doa agar idola tidak meninggal. Perumpaan partisipan „ustad jefry meninggal aja sedih apalagi idola‟. „dihina temen aja sedih apalagi meninggal‟.

“Ajeeeng, jangan sampe laah /ekspresi sedih/ huhu.” (W3.R1.271)

“ Haduh, pasti sedihlaah, amit amit /ngetok lantai/. Gak tau lah yang biasa uje aja kakak sedih.”

(W3.R1.281)

Menurut partisipan hati sang idola hanya untuk partisipan walau idolanya tersenyum buat banyak orang.

“Apa yah kayak lagu Ikke Nurjanah /nyanyi/ senyumlah untuk semua orang tapi hatimu jangan”

(W3.R1.284)

3) Borderline-pathological tendency

a) Bentuk keharusan partisipan dalam mencari informasi mengenai sang idola

Menurut partisipan tidak harus melakukan pencarian informasi mengenai idola karena idola yang partisipan sukai jumlahnya banyak.

“…enggak harus, karna bias kakak banyak jadi gak mungkin, walaupun update facebook”

(W3.R1.289)

Untuk mengisi waktu luang sebagai pengganti tontonan sinetron di televisi partisipan membaca fanfiction (cerita yang dibuat oleh fans mengenai sang idola). Partisipan sering membayangkan idolanya berperan sebagaimana cerita


(54)

dalam fanfiction tersebut. Terkadang di dalam fanfiction terdapat informasi mengenai idola.

“Eung apa yah, ngerjain kerjaan lah, kalo gak buka facebook cari, kalo gak buka kakak buka wordpress atau gak fanfict.net buat baca fanfict, /ketawa/.”

(W3.R1.296-297)

“Macam baca fanfiction itu lebih enak daripada nengok sinetron daripada misalnya nonton sinetron sama kayak kita membayangkan artis korea main sinetron masuk tep tep yang ini membayangkan bayangkan dah, apalagi pas lagi asyik sampe nangis gitu”

(W3.R1.317-319)

b) Bentuk kesediaan partisipan melakukan apapun yang diminta oleh sang idola

Partisipan bersedia melakukan apapun yang menjadi permintaan idola selama permintaan tersebut tidak keluar dari kaidah agama seperti minum arak dan makan makanan yang ada daging tidak halal.

“Ntah apa misalnya di suruhnya sekedar yah macem-macem sih yah

misal nyuruh apa-nyuruh apa kalo enggak keluar dari kaidah agama islam kakak mau tapi kalo disuruhnya minum arak eung kakak gak mau”

(W3.R1.333-335)

c) Bentuk keutaaman memnuhi perasaan menyenangkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan sang idola

Partisipan akan pergi ke Korea jika mempunya uang satu milyar. Lalu partisipan meralat yang pertama akan dikunjunginya adalah Mekah lalu ke Korea selanjutnya ke Jepang. Lalu dengan uang satu milyar tersebut partisipan ingin mengikuti kegiatan Super Junior kalau tidak cukup partisipan akan membeli semua goodies official (barang-barang yang berhubungan dengan


(55)

Korean Pop yang resmi dijual oleh perusahaan yang menaung sang idola) idolanya.

“Uuuuh /senyum/ ke Korea pasti.” (W3.R1.343)

“Eh sebenernya sih ke Korea agak Korea sebenernya sih negara kedua yang pengen kakak kunjungi.”

(W3.R1.345-346)

“… kakak pengen ngikutin /ketawa/ kalo gak cukup ke Korea kakak kumpulin semua official-official photobook /ketawa/”

(W3.R1.354-355)

Partisipan menganggap idolanya sebagai teman. Teman yang diajak curhat ketika partisipan punya masalah dikantor atau ketika temen-temen partisipan membicarakan tentang perang yang terjadi antara Korea utara dan Korea selatan dan teman teman partisipan berharap artis-artis Korea meninggal dalam perang tersebut. Partisipan ingin mempunai kekuatan member EXO dalam video klipnya untuk menyelamatkan semua artis Korea dari perang. Partisipan menganggap Korea adalah keluarga ketiga setelah agama dan orangtua.

“Misal kakak ntah mau curhat ntah apa yah kayak kakak punya masalah di kantor yah pasti sholat terus curhat tadi aku kayak gini kayak kemaren itu kan pas korea perang terus orang kantor ngomongin, gitu-gitu lah.”

(W3.R1.361-363)

“…kekuatan anak-anak exo (seperti di video klip MAMA) kakak pinjem kekuatan jongin buat mindahin /ketawa/ semua bias kakak biar gak kena perang”


(56)

c. Pembahasan tahapan celebrity worship pada partisipan 1

Pemenuhan tahapan pertama celebrity worship yaitu entertainment social value pada partisipan 1 terlihat pada alasan partisipan menyukai idola berupa adanya kesamaan antara partisipan dengan idolanya serta kemampuan yang dimiliki oleh idolanya. Partisipan merasa sangat senang ketika melihat video dan foto idola yang dimiliki oleh partisipan karena partisipan berangan-angan suatu saat dapat bertemu dengan idolanya tersebut mengingat partisipan tidak bisa bertemu hanya karena izin dari orang tua partisipan.

Partisipan hanya berdiskusi mengenai idolanya dengan sesama penggemar saja yang dilakukan pada acara gathering atau berkumpulnya sesama penggemar. Hal-hal yang didiskusikan berupa hal-hal positip pencapaian dari sang idola dan partisipan sangat senang ketika melakukan kegiatan berdiskusi tersebut. Kegiatan berdiskusi tersebut mengacu pada bentuk tahapan celebrity worship yang pertama yaitu entertainment social value.

Partisipan juga melakukan pencarian informasi mengenai idolanya melalui beberapa media jejaring sosial dan juga melalui pemberitahuan teman-teman sesama penggemar. Hal ini juga sebagai suatu bentuk pemenuhan tahapan celebrity worship yang pertama yaitu entertainment social value yang dianggap sebagai usaha partisipan melakukan interaksi sosial ataupun gosip (mengobrol) dengan sesama penggemar. Ketika hal buruk terjadi dengan idolanya, tidak akan mengganggu atau tidak terlalu mempengaruhi kegiatan yang biasa dilakukan oleh partisipan tetapi partisipan tetap merasa sedih dan kecewa ketika hal buruk tersebut terjadi dan mencari kebenaran dari pemberitaan tersebut.


(57)

Setelah pemenuhan pada tahapan celebrity worship yang pertama di tahapan selanjutnya yaitu intense personal feelings, partisipan menunjukkan bentuk kebutuhan untuk mengetahui apapun tentang idola tersebut mulai dari informasi terbaru hingga informasi pribadi dengan menggunakan media jejaring sosial tetapi tanpa harus menjadi penguntit (stalker).

Selain itu juga bentuk perasaan intensif dan kompulsif partisipan terhadap sang idola terlihat ketika partisipan selalu membeli album idolanya, mengikuti gaya idolanya seperti tas yang digunakan sang idola, baju yang dipakai, hoodie (jaket) dan lain sebagainya. Tidak hanya album idolanya, partisipan juga mempunyai photocard, kalender, vcd bajakan, keychain (gantungan kunci), foto serta poster sang idola yang disimpan secara rapi oleh partisipan.

Banyak hal yang telah partisipan lakukan untuk sang idola seperti foto disaat jam kerja di Danau Toba dengan melepas atribut kantor dan menggunakan atribut sebagai seorang fans. Selain itu juga melakukan percobaan pengiriman ulos sebagai kado ulang tahun idolanya yang gagal karena kurang baiknya koordinasi dari admin fanbase yang partisipan ikuti. Hal ini juga termasuk sebagai salah satu bentuk tahapan celebrity worship yang kedua yaitu intense personal feelings.

Perasaan senang ketika idola memenangkan penghargaan, perasaan kecewa ketika idola yang partisipan sukai memutuskan untuk keluar dari keanggotaannya sebagai salah satu boyband yang partisipan sukai, dan bentuk kesedihan ketika disinggung mengenai kematian sang idola merupakan salah satu bentuk dari tahapan celebrity worship yang kedua yaitu intense personal feelings.


(58)

Partisipan sering atau bahkan setiap detik memikirkan idolanya dan menurut partisipan raga sang idola boleh untuk orang lain tetapi hati sang idola hanya untuk partisipan. Hubungan partisipan dengan idolanya yang membuat partisipan mencari pacar berdasarkan kriteria tipe ideal yang sama seperti idola yang partisipan sukai. Apa yang dilakukan oleh partisipan tersebut merupakan bentuk pemenuhan anggapan idola sebagai orang yang dekat dan dapat mengembangkan hubungan yang cukup intim dengan idolanya.

Setelah melihat bentuk tahapan celebrity worship yang kedua, partisipan juga menunjukkan bentuk-bentuk tahapan celebrity worship yang ketiga yaitu borderline pathological tendency yang menunjukkan bahwa adanya keharusan partisipan untuk mencari informasi mengenai idolanya. berdasarkan pengakuan partisipan dimana setiap lima menit partisipan akan membuka telepon genggamnya dan membuka jejarin sosial untuk melihat adakah berita atau informasi mengenai idolanya.

Partisipan juga menunjukkan kesediaan untuk melakukan apapun demi idolanya tetapi selama hal tersebut tidak keluar dari kaidah agama yang partisipan anut. Hal ini tidak muncul sebagai suatu bentuk tahapan celebrity worship yang ketiga ini. Tetapi dalam hal kesenangan diri sendiri, partisipan tetap mendahulukan hal-hal yang berhubungan dengan idola daripada hal-hal yang lain sehingga bisa dikatakan bahwa partisipan sudah menunjukkan keberadaannya di tahapan celebrity worship yang ketiga yaitu borderline pathological tendency.


(59)

Tabel 2. gambaran tahapan celebrity worship fans boyband Korea pada partisipan 1

No. Keterangan Partisipan 1 1. Entertainment

social value

- Partisipan hanya berdiskusi mengenai idola dengan teman sesama fans

- Partisipan senang berdiskusi mengenai idola apalagi berdiskusi tentang pencapaian idola - Partisipan menyukai idola karena

kemampuan menari idola

- Partisipan akan sedih ketika hal buruk terjadi pada idolanya

- Partisipan merasa ada banyak kesamaan antara dirinya dengan idola

- Partisipan mencari informasi mengenai idola ketika sambil kerja

2. Intense-personal feelings

- Partisipan mengikuti gaya berpakaian idola - Partisipan ingin menempel dinding kamar

dengan poster - poster idola

- Partisipan menganggap idola sebagai teman, teman curhat dikala partisipan punya masalah

- Partisipan setiap lima menit akan membuka handphone hanya untuk melihat apakah ada informasi baru mengenai idola

3. Borderline-pathological tendency

- Partisipan akan melakukan apapun untuk idola selama tidak keluar dari kaidah agama. - Partisipan menyimpan uangnya untuk

membeli barang-barang yang berhubungan dengan idola, seperti album, photobook, kalau memungkinkan partisipan akan pergi ke Korea untuk mengikuti kegiatan idola.

B. DESKRIPSI DATA II 1. Riwayat Partisipan

Nama : Masrina Purnama Sari Umur : 28 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Pendidikan Terakhir : S1


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang berhubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian. Adapun saran-saran yang dikembangkan dalam bab ini berupa saran praktis dan saran metodologis yang mungkin berguna untuk penelitian yang selanjutnya dengan tema yang sama.

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisa kedua partisipan senang berdiskusi mengenai idolanya pada teman sesama fans Korean pop. Alasan untuk menyukai idola berbeda pada kedua partisipan dimana partisipan 1 menyukai idolanya karena banyak kesamaan antara partisipan dan idolanya sedangkan untuk partisipan 2 alasannya adalah idola merupakan pemberi semangat dalam hidupnya. Kedua partisipan akan memanfaatkan waktu luang yang mereka miliki untuk mencari informasi mengenai idolanya.

Partisipan 1 menganggap bahwa idolanya adalah teman, teman untuk meluapkan isi hati ketika partisipan mengalami masalah sedangkan partisipan 2 menganggap idolanya sebagai suami masa depannya. Kedua partisipan juga merasa sedih ketika idolanya sedih dan senang ketika idolanya senang. Tetapi untuk partisipan 1, hampir tidak merasakan sedih ketika idolanya tidak mendapatkan penghargaan karena menurut partisipan 1, kalau idola yang ini tidak menang maka idolanya yang lainlah yang akan menang. Hal ini bisa memungkinkan untuk kedua partisipan


(2)

membuka suatu hubungan yang cukup intim pada idolanya. Kedua partisipan memiliki perlengkapan (goodies) mengenai idolanya. Perlengkapan tersebut disimpan rapi oleh kedua partisipan. Untuk perlengkapan tertentu di letakkan oleh kedua partisipan sedemikian rupa agar selalu terlihat.

Kedua partisipan dianggap memiliki keharusan untuk mencari informasi mengenai idolanya. Cara kedua partisipan mencari informasi sedikit berbeda mengingat partisipan 1 mulitfandom (banyak idola) dan partisipan 2 satu fandom besar maka untuk partisipan 1 hanya diberi tahu oleh teman-teman sesama fans saja. Kedua partisipan juga akan melakukan apasaja demi idola selama hal tersebut tidak keluar dari kaidah agama yang kedua partisipan masing-masing anut. Kedua partisipan menganggap hal-hal yang berhubungan dengan idola merupakan hal-hal yang lebih menarik daripada hal lain. Kedua partisipan akan mendahulukan hal-hal yang berhubungan dengan idolanya sebagai hal-hal yang ingin mereka lakukan dalam hal bersenang-senang.

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, peneliti memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan penelitian ini. Saran-saran berikut ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan studi ilmiah mengenai dinamika tahapan celebrity worship.

1. Saran Metodologis

a. Berdasarkan hasil penelitian, penelitian selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan melihat tahapan celebrity


(3)

worship yang ada pada beberapa fans dengan tahapan yang lebih dalam pada idolanya.

b. Terdapat banyak jenis fandom dalam Korean wave, penelitian selanjutnya juga bisa menggunakan jenis fandom yang berbeda. c. Penelitian selanjutnya juga dapat menggunakan partisipan dengan

anutan agama yang berbeda untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih variatif

2. Saran Praktis

a. Fans dewasa awal dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai masukan sehingga terhindar dari hubungan intimacy yang satu arah kepada idola.

b. Fans dewasa awal yang melakukan kegiatan sebagai fans dapat menggunakan penelitian ini sebagai acuan gambaran tahapan celebrity worship yang mereka lakukan.

c. Pembaca juga diharapkan mendapatkan gambaran dinamika tahapan celebrity worship dari penelitian yang peneliti lakukan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Carroll, J. L. (2005). Sexuality now: embracing diversity. Belmont, CA:Wadsworth/Thomson.

Caparisos, K. 2009. Love:Defined A Study of the Concept of Romantic Love Among Georgia College Students. http://hercules.gcsu.edu/~doetter/lib_stud/pubs/caparisos_0905.pdf diakses pada : 20 januari 2012

Hurlock, Elizabeth. B.1980. Psikologi Perkembangan edisi kelima. Penerbit Erlangga

Huybrecths, T . 2008. The Korean Wave. Japanologie 2nd Bach http://www.iias.nl/nl/42/IIAS_NL42_15.pdf diakses pada : 20 Januari 2012

Maltby, J., Houran, J., Lange, R., Ashe, D., & McCutcheon, L. E. 2005. Intense-personal celebrity worship and body image: Evidence of a link among female adolescents. British Journal of Health Psychology. Hlm 17-32

Mappiare, Andi. 1983. Psikologi Orang Dewasa. Surabaya: Usaha Nasional

Mauly Purba dan Ben M. Pasaribu, Musik Populer, Jakarta: LPSN, 2006, hlm 98.

Mindflash. 2004. Redcar& Cleveland

Mind.http://www.randcmind.org/assets/files/newsletter35.pdf diakses pada : 20 januari 2012


(5)

Nurwidodo, & Endang Poerwati.1998. Perkembangan Peserta Didik. Malang: UMM Press

Onyemalechi, S. 2010. Loving The One Who Doesn‟t Love You.http://www.jfoutreach.org/archives/archives/lovingtheonewhodo esntloveyou.pdf diakses pada : 20 januari 2012

Papalia, Diane.E., Old, Sally Wendkos., Feldman, Ruth Duskin. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan edisi kesembilan). Jakarta: Kencana

Poerwandari. (2001). Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

Potipan,P & Nantaphorn, W. 2010. A study of the Korean wave in order to be a lesson to Thailand for establishing a Thai Wave. Malardalen University Sweden. Master Thesis.

Regan, 2010.General Theories of Love.Page

3.

http://www.sagepub.com/upm-data/3222_ReganChapter1_Final.pdf diakses pada : 20 januari 2012. Roberts, K. 2007. Relationship attachment and the behavior fans towards

celebrities. Sunderland University United Kingdom. Applied Psychology in Criminal Justice.

Santrock, Jhon Way. 2002. Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup. Jakarta: Erlangga.


(6)

Winters, M. 2003.The Psychology of Love.http://www.michaelwintersphd.com/files/PPTLove1pdf.pdf diakses pada : 20 januari 2012