Analisis kondisi dan desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli (brassica olerecea) di sentra hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat

(1)

ANALISIS KONDISI DAN DESAIN INDIKATOR KINERJA

RANTAI PASOKAN BROKOLI (

Brassica olerecea)

DI SENTRA

HORTIKULTURA CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT

ZIKRA ASRIL

H24104007

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ANALISIS KONDISI DAN DESAIN INDIKATOR KINERJA

RANTAI PASOKAN BROKOLI (

Brassica Olerecea)

DI SENTRA

HORTIKULTURA CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ZIKRA ASRIL

H24104007

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS KONDISI DAN DESAIN INDIKATOR KINERJA RANTAI PASOKAN BROKOLI (Brassica olerecea) DI SENTRA

HORTIKULTURA CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh ZIKRA ASRIL

H24104007

Menyetujui, Bogor, Maret 2009

Heti Mulyati, S.TP, MT Alim Setiawan S, S.TP

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar. MSc. Ketua Departemen Manajemen


(4)

ABSTRAK

ZIKRA ASRIL. Analisis Kondisi dan Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan Brokoli (Brassica olerecea) di Sentra Hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S

Salah satu komoditas hortikultura yang potensial adalah sayuran, dimana komoditas unggulannya adalah brokoli dengan pangsa pasar Indonesia 15-20 persen/tahun. Namun demikian, jaminan kualitas, jumlah pasokan kurang dan waktu pengiriman belum tepat waktu merupakan penyebab belum efektif dan efisiennya kinerja rantai pasokan brokoli. Cipanas merupakan salah satu daerah sentra penanaman borokoli di Jawa Barat yang memasok lebih kurang 90 persen brokoli daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek) dan Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi rantai pasokan brokoli, menganalisis nilai tambah rantai pasokan brokoli dan merancang indikator kinerja rantai pasokan brokoli. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, metode Hayami, Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan Proses Hirarki Analitik (PHA).

Anggota rantai pasokan brokoli terdiri dari anggota primer dan anggota sekunder. Anggota primer terdiri dari petani dan bandar sebagai pemasok, Sub Terminal Agribisnis (STA) dan Usaha Dagang (UD) sebagai prosesor/distributor, pedagang pengumpul dan ritel sebagai konsumen. Aliran rantai pasokan dimulai dari petani ke bandar, ke UD dan STA, selanjutnya dikirim ke ritel/pedagang pengumpul. Sasaran pasar brokoli Cipanas adalah pasar modern dan pasar induk/tradisional yang berlokasi di daerah Jabotabek, Cipanas dan Sukabumi. Kemitraan yang terjalin antara pelaku rantai pasokan berlandaskan kekeluargaan dan kepercayaan. Namun koordinasi yang terintegrasi belum terlaksana dengan baik. Sistem perjanjian dilakukan dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis. Sistem pembayaran dilakukan dalam bentuk kredit berupa sistem beli kredit dan sistem beli terikat. Kunci sukses bisnis brokoli di Cipanas adalah kerjasama antar petani dan anggota rantai dan kepercayaan/kekeluargaan yang terjalin.

Petani memperoleh rasio nilai tambah 16,67 persen dengan tingkat keuntungan 11,67 persen. Nilai tambah yang didapatkan oleh bandar 20,49 persen dengan tingkat keuntungan 19,97 persen. Ritel memperoleh rasio nilai tambah yaitu 65,03 persen dengan tingkat keuntungan sebesar 56,63 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa ritel mendapatkan kentungan paling tinggi dalam rantai pasokan brokoli.

Desain indikator kinerja dibangun dengan Model SCOR, terdiri dari tingkat 1 yaitu proses bisnis, tingkat 2 terdiri parameter kinerja industri sayuran, tingkat 3 terdiri dari atribut kinerja dan tingkat 4 terdiri dari indikator kinerja. Proses bisnis terdiri dari perencanaan, pengadaan, budidaya, pengolahan, pengiriman. Faktor peningkatan kinerja terdiri dari nilai tambah, kualitas dan resiko. Atribut kinerja terdiri dari reliability, responsiveness, flexibility/quality, biaya, dan asset.

Indikator kinerja terdiri dari kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan sempurna, siklus pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan, fleksibilitas pemenuhan pesanan, kesesuaian standar mutu, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle, dan inventory days of supply. Berdasarkan perhitungan PHA, indikator yang menjadi pilihan berdasarkan atribut kinerja adalah kesesuaian standar mutu, kinerja pengiriman, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle time, dan lead time pemenuhan pesanan.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak keenam dari delapan bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Asril Mustafa (alm) dan Kasmawati Abdullah (alm) di Rao-Rao, Sumatera Barat pada Minggu 19 Oktober 1986.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Dharma Bunda Rao-Rao. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN 14 Rao-Rao, SDN Kreo 8 Ciledug-Tangerang, SDN 06 Kampung Baru-Batusangkar. Setara dengan SD, penulis juga mengikuti pendidikan agama di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Rao-Rao. Selepas SD, Penulis melanjutkan pendidikannya di SLTPN 1 Batusangkar. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMUN 1 Batusangkar pada jurusan IPA. Selepas SMU, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Seleksi IPB (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Penulis mempunyai beberapa prestasi antara lain : Juara 3 Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPS wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Peserta Student Exchange Programme Institut Pertanian Bogor-University Malaysia Sabah (UMS).

Penulis aktif di beberapa organisasi antara lain : Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM-IPB), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (BEM-FEM), dan IPB Debating Community. Penulis merupakan salah satu pengajar mata palajaran Ekonomi di Bimbingan Belajar dan Konseling Nurul Fikri Bogor.


(6)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segenap rasa syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan karunia-Nya. Sholawat beriring salam semoga terus tercurah Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kondisi dan Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan Brokoli (Brassica olerecea) di Sentra Hortikultura Cipanas-Cianjur Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi dan merancang indikator kinerja rantai rantai pasokan brokoli.

Penulis juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Heti Mulyati, S.TP, MT, selaku Pembimbing I dan Alim Setiawan S, S.TP, selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan pengertian.

2. Ir. Pramono D Fewidarto, MS yang telah bersedia memberikan masukan dan meluangkan waktu sebagai dosen penguji.

3. Apa Asril Mustafa (alm) dan Ama Kasmawati Abdullah (alm) tercinta yang telah memberikan yang terbaik.

4. Keluarga besar Asril. Uni Ami, Uda Aam, Uda Arif, Ni Fitra, Kakak, Dedek dan Semua Ponakan yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

5. Dr. Anas D Susila dan Prof.Dr.Ir.Bambang S Purwoko, MSc terima kasih atas kesediannya menjadi pakar hortikultura dalam peneltian ini.

6. Pak Alim Pacet Segar, Pak Asep STA Cigombong, Pak Asep Brokoli, Pak Luki PCM, Bu Lilis, Pak Haji Dadang atas bantuannya selama penelitian di Cipanas.

7. Keluarga besar Koto Rao-Rao yang telah memberikan dukungan dan semangat.

8. Mba Vana yang telah membantu pengeditan skripsi ini.


(7)

10.Keluarga besar Shofaul Afkar, Pak Didi dan Pondok Barokah dan Corel 41 (Noneng, Erma, Vinan, Nauli, Vita, Meri, Nunung, Indah), yang selalu bersedia mendengar curhatan dan berbagi suka dan duka perjuangan.

11.Teman-teman Manajemen 41yang telah berbagi pengalaman hidup dan kuliah. 12.Keluarga besar Pejuang Islam Kaffah yang telah membawa pada suatu

kebenaran yang hakiki

13.Keluarga besar Nurul Fikri yang selalu mengingatkan dan menyemangati. 14.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan dan dorongan beserta doa yang tulus. Semoga Allah memberikan pahala di setiap pengorbanan.

Semoga penelitian ini bermanfaat untuk perubahan masyarakat dan khususnya bagi penulis.

Bogor, Maret 2009


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Brokoli ... 5

2.2. Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan ... 6

2.3. Kemitraan ... 8

2.4. Nilai Tambah ... 9

2.5. Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan ... 10

2.6. Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) ... 12

2.7. Penelitian Terdahulu ... 14

III.METODE PENELITIAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran ... 16

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.3. Tahapan Penelitian ... 17

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 17

3.5. Pengolahan Data ... 19

IV. PEMBAHASAN ... 25

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 25

4.2. Budidaya Brokoli ... 26

4.3. Analisis Kondisi Rantai Pasokan ... 31

4.3.1. Struktur Rantai Pasokan ... 31

4.3.2. Entitas Rantai Pasokan ... 36


(9)

4.4. Manajemen Rantai Pasokan ... 40

4.5. Proses Bisnis Rantai Pasokan ... 43

4.6. Kunci Sukses ... 47

4.7. Analisis Nilai Tambah ... 47

4.7.1. Petani ... 47

4.7.2. Usaha Dagang ... 48

4.7.3. Ritel ... 49

4.8. Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan dengan Pendekatan Model SCOR ... 50

4.8.1. Proses Bisnis ... 52

4.8.2. Faktor Peningkatan Kinerja ... 54

4.8.3. Atribut Kinerja dan Indikator Kinerja ... 55

4.8.4. Pemilihan Indikator Kinerja Berdasarkan Atribut Kinerja ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

1. Kesimpulan ... 60

2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA... 62


(10)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kontribusi PDB pada harga konstan dari tahun 2004-2005 ...1

2. Komposisi nutrisi brokoli per 100 gram sayur ...6

3. Prosedur dan pengolahan data penelitian ...19

4. Metode Hayami ...20

5. Nilai skala banding berpasangan ...22

6. Nilai random indeks ...24

7. Diagram proses budidaya brokoli ...27

8. Ritel pemasaran brokoli Cipanas ...32

9. Aktivitas anggota primer rantai pasokan brokoli di UD ...34

10. Standar kualitas brokoli Cipanas ...36

11. Perhitungan nilai tambah petani ...48

12. Perhitungan nilai tambah UD ...49

13. Perhitungan nilai tambah ritel ...50

14. Bobot dan prioritas proses bisnis ...52

15. Bobot dan prioritas parameter kinerja sayuran dataran tinggi ...54

16. Bobot dan prioritas atribut kinerja ...56


(11)

ANALISIS KONDISI DAN DESAIN INDIKATOR KINERJA

RANTAI PASOKAN BROKOLI (

Brassica olerecea)

DI SENTRA

HORTIKULTURA CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT

ZIKRA ASRIL

H24104007

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

ANALISIS KONDISI DAN DESAIN INDIKATOR KINERJA

RANTAI PASOKAN BROKOLI (

Brassica Olerecea)

DI SENTRA

HORTIKULTURA CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh

ZIKRA ASRIL

H24104007

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(13)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

ANALISIS KONDISI DAN DESAIN INDIKATOR KINERJA RANTAI PASOKAN BROKOLI (Brassica olerecea) DI SENTRA

HORTIKULTURA CIPANAS-CIANJUR, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Oleh ZIKRA ASRIL

H24104007

Menyetujui, Bogor, Maret 2009

Heti Mulyati, S.TP, MT Alim Setiawan S, S.TP

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Jono M. Munandar. MSc. Ketua Departemen Manajemen


(14)

ABSTRAK

ZIKRA ASRIL. Analisis Kondisi dan Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan Brokoli (Brassica olerecea) di Sentra Hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat. Di bawah bimbingan Heti Mulyati dan Alim Setiawan S

Salah satu komoditas hortikultura yang potensial adalah sayuran, dimana komoditas unggulannya adalah brokoli dengan pangsa pasar Indonesia 15-20 persen/tahun. Namun demikian, jaminan kualitas, jumlah pasokan kurang dan waktu pengiriman belum tepat waktu merupakan penyebab belum efektif dan efisiennya kinerja rantai pasokan brokoli. Cipanas merupakan salah satu daerah sentra penanaman borokoli di Jawa Barat yang memasok lebih kurang 90 persen brokoli daerah Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi (Jabotabek) dan Sukabumi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi rantai pasokan brokoli, menganalisis nilai tambah rantai pasokan brokoli dan merancang indikator kinerja rantai pasokan brokoli. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif, metode Hayami, Supply Chain Operations Reference (SCOR) dan Proses Hirarki Analitik (PHA).

Anggota rantai pasokan brokoli terdiri dari anggota primer dan anggota sekunder. Anggota primer terdiri dari petani dan bandar sebagai pemasok, Sub Terminal Agribisnis (STA) dan Usaha Dagang (UD) sebagai prosesor/distributor, pedagang pengumpul dan ritel sebagai konsumen. Aliran rantai pasokan dimulai dari petani ke bandar, ke UD dan STA, selanjutnya dikirim ke ritel/pedagang pengumpul. Sasaran pasar brokoli Cipanas adalah pasar modern dan pasar induk/tradisional yang berlokasi di daerah Jabotabek, Cipanas dan Sukabumi. Kemitraan yang terjalin antara pelaku rantai pasokan berlandaskan kekeluargaan dan kepercayaan. Namun koordinasi yang terintegrasi belum terlaksana dengan baik. Sistem perjanjian dilakukan dalam bentuk tertulis dan tidak tertulis. Sistem pembayaran dilakukan dalam bentuk kredit berupa sistem beli kredit dan sistem beli terikat. Kunci sukses bisnis brokoli di Cipanas adalah kerjasama antar petani dan anggota rantai dan kepercayaan/kekeluargaan yang terjalin.

Petani memperoleh rasio nilai tambah 16,67 persen dengan tingkat keuntungan 11,67 persen. Nilai tambah yang didapatkan oleh bandar 20,49 persen dengan tingkat keuntungan 19,97 persen. Ritel memperoleh rasio nilai tambah yaitu 65,03 persen dengan tingkat keuntungan sebesar 56,63 persen. Kondisi ini menunjukkan bahwa ritel mendapatkan kentungan paling tinggi dalam rantai pasokan brokoli.

Desain indikator kinerja dibangun dengan Model SCOR, terdiri dari tingkat 1 yaitu proses bisnis, tingkat 2 terdiri parameter kinerja industri sayuran, tingkat 3 terdiri dari atribut kinerja dan tingkat 4 terdiri dari indikator kinerja. Proses bisnis terdiri dari perencanaan, pengadaan, budidaya, pengolahan, pengiriman. Faktor peningkatan kinerja terdiri dari nilai tambah, kualitas dan resiko. Atribut kinerja terdiri dari reliability, responsiveness, flexibility/quality, biaya, dan asset.

Indikator kinerja terdiri dari kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan sempurna, siklus pemenuhan pesanan, lead time pemenuhan pesanan, fleksibilitas pemenuhan pesanan, kesesuaian standar mutu, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle, dan inventory days of supply. Berdasarkan perhitungan PHA, indikator yang menjadi pilihan berdasarkan atribut kinerja adalah kesesuaian standar mutu, kinerja pengiriman, biaya transportasi optimal, cash to cash cycle time, dan lead time pemenuhan pesanan.


(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak keenam dari delapan bersaudara yang dilahirkan dari pasangan Asril Mustafa (alm) dan Kasmawati Abdullah (alm) di Rao-Rao, Sumatera Barat pada Minggu 19 Oktober 1986.

Penulis memulai pendidikannya di Taman Kanak-Kanak Dharma Bunda Rao-Rao. Penulis melanjutkan pendidikan di SDN 14 Rao-Rao, SDN Kreo 8 Ciledug-Tangerang, SDN 06 Kampung Baru-Batusangkar. Setara dengan SD, penulis juga mengikuti pendidikan agama di Madrasah Ibtidaiyah Swasta (MIS) Rao-Rao. Selepas SD, Penulis melanjutkan pendidikannya di SLTPN 1 Batusangkar. Penulis melanjutkan pendidikannya di SMUN 1 Batusangkar pada jurusan IPA. Selepas SMU, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Masuk Seleksi IPB (USMI) di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

Penulis mempunyai beberapa prestasi antara lain : Juara 3 Lomba Karya Tulis Mahasiswa Bidang IPS wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta. Peserta Student Exchange Programme Institut Pertanian Bogor-University Malaysia Sabah (UMS).

Penulis aktif di beberapa organisasi antara lain : Badan Kerohanian Islam Mahasiswa (BKIM-IPB), Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB (BEM-FEM), dan IPB Debating Community. Penulis merupakan salah satu pengajar mata palajaran Ekonomi di Bimbingan Belajar dan Konseling Nurul Fikri Bogor.


(16)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segenap rasa syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan karunia-Nya. Sholawat beriring salam semoga terus tercurah Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Kondisi dan Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan Brokoli (Brassica olerecea) di Sentra Hortikultura Cipanas-Cianjur Jawa Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kondisi dan merancang indikator kinerja rantai rantai pasokan brokoli.

Penulis juga mendapatkan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Heti Mulyati, S.TP, MT, selaku Pembimbing I dan Alim Setiawan S, S.TP, selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan penuh kesabaran dan pengertian.

2. Ir. Pramono D Fewidarto, MS yang telah bersedia memberikan masukan dan meluangkan waktu sebagai dosen penguji.

3. Apa Asril Mustafa (alm) dan Ama Kasmawati Abdullah (alm) tercinta yang telah memberikan yang terbaik.

4. Keluarga besar Asril. Uni Ami, Uda Aam, Uda Arif, Ni Fitra, Kakak, Dedek dan Semua Ponakan yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

5. Dr. Anas D Susila dan Prof.Dr.Ir.Bambang S Purwoko, MSc terima kasih atas kesediannya menjadi pakar hortikultura dalam peneltian ini.

6. Pak Alim Pacet Segar, Pak Asep STA Cigombong, Pak Asep Brokoli, Pak Luki PCM, Bu Lilis, Pak Haji Dadang atas bantuannya selama penelitian di Cipanas.

7. Keluarga besar Koto Rao-Rao yang telah memberikan dukungan dan semangat.

8. Mba Vana yang telah membantu pengeditan skripsi ini.


(17)

10.Keluarga besar Shofaul Afkar, Pak Didi dan Pondok Barokah dan Corel 41 (Noneng, Erma, Vinan, Nauli, Vita, Meri, Nunung, Indah), yang selalu bersedia mendengar curhatan dan berbagi suka dan duka perjuangan.

11.Teman-teman Manajemen 41yang telah berbagi pengalaman hidup dan kuliah. 12.Keluarga besar Pejuang Islam Kaffah yang telah membawa pada suatu

kebenaran yang hakiki

13.Keluarga besar Nurul Fikri yang selalu mengingatkan dan menyemangati. 14.Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

bantuan dan dorongan beserta doa yang tulus. Semoga Allah memberikan pahala di setiap pengorbanan.

Semoga penelitian ini bermanfaat untuk perubahan masyarakat dan khususnya bagi penulis.

Bogor, Maret 2009


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1. Brokoli ... 5

2.2. Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan ... 6

2.3. Kemitraan ... 8

2.4. Nilai Tambah ... 9

2.5. Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan ... 10

2.6. Model Supply Chain Operation Reference (SCOR) ... 12

2.7. Penelitian Terdahulu ... 14

III.METODE PENELITIAN ... 16

3.1. Kerangka Pemikiran ... 16

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

3.3. Tahapan Penelitian ... 17

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ... 17

3.5. Pengolahan Data ... 19

IV. PEMBAHASAN ... 25

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 25

4.2. Budidaya Brokoli ... 26

4.3. Analisis Kondisi Rantai Pasokan ... 31

4.3.1. Struktur Rantai Pasokan ... 31

4.3.2. Entitas Rantai Pasokan ... 36


(19)

4.4. Manajemen Rantai Pasokan ... 40

4.5. Proses Bisnis Rantai Pasokan ... 43

4.6. Kunci Sukses ... 47

4.7. Analisis Nilai Tambah ... 47

4.7.1. Petani ... 47

4.7.2. Usaha Dagang ... 48

4.7.3. Ritel ... 49

4.8. Desain Indikator Kinerja Rantai Pasokan dengan Pendekatan Model SCOR ... 50

4.8.1. Proses Bisnis ... 52

4.8.2. Faktor Peningkatan Kinerja ... 54

4.8.3. Atribut Kinerja dan Indikator Kinerja ... 55

4.8.4. Pemilihan Indikator Kinerja Berdasarkan Atribut Kinerja ... 58

KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

1. Kesimpulan ... 60

2. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA... 62


(20)

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Kontribusi PDB pada harga konstan dari tahun 2004-2005 ...1

2. Komposisi nutrisi brokoli per 100 gram sayur ...6

3. Prosedur dan pengolahan data penelitian ...19

4. Metode Hayami ...20

5. Nilai skala banding berpasangan ...22

6. Nilai random indeks ...24

7. Diagram proses budidaya brokoli ...27

8. Ritel pemasaran brokoli Cipanas ...32

9. Aktivitas anggota primer rantai pasokan brokoli di UD ...34

10. Standar kualitas brokoli Cipanas ...36

11. Perhitungan nilai tambah petani ...48

12. Perhitungan nilai tambah UD ...49

13. Perhitungan nilai tambah ritel ...50

14. Bobot dan prioritas proses bisnis ...52

15. Bobot dan prioritas parameter kinerja sayuran dataran tinggi ...54

16. Bobot dan prioritas atribut kinerja ...56


(21)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Skema sistem rantai pasokan ... 7

2. Skema rantai pasok pertanian ... 8

3. Diagram alir kerangka pemikiran ... 16

4. Diagram tahapan penelitian ... 18

5. Pola aliran produk dan informasi rantai pasokan brokoli Cipanas ... 35

6. Mekanisme pengelolaan brokoli di STA Cigombong ... 45


(22)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman

1. Kuesioner penelitian ... 67 2. Kuesioner AHP ... 71 3. Pengolahan horizontal dengan Expert Choice ... 80 4. Pengolahan data vertikal ... 83


(23)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang mempunyai kontribusi cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, sektor pertanian berkontribusi 13 persen terhadap nilai Produk Domestik Bruto (PDB) nasional dan meningkat pada catur wulan I tahun 2007 menjadi 13,7 persen. Salah satu sektor pertanian yang memberikan peningkatan kontribusi pada nilai PDB nasional adalah hortikultura. Kontribusi hortikultura terhadap nilai PDB berdasarkan harga konstan sebesar Rp 35.334 juta pada tahun 2000 menjadi Rp 44.196 juta pada tahun 2005. Rata-rata pertumbuhan PDB hortikultura per tahun mencapai 4,6 persen. Pada Tabel 1 menunjukkan kontribusi hortikultura pada nilai PDB berdasarkan harga konstan dari tahun 2004-2005.

Tabel 1. Kontribusi PDB pada harga konstan dari tahun 2004-2005 PDB (Juta Rupiah) Komoditas Hortikultura

2004 2005

Buah-buahan 22.740 22.460

Sayuran 15.336 16.395

Bio pharmacy 534 2.007

Bunga 3.406 3.334

Sumber : Ditjen Hortkultura, 2006

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penghasil hortikultura terbesar di Indonesia. Produksi hortikultura khususnya sayuran di Jawa Barat mencapai 3,1 ton per tahun dari 23 jenis sayuran yang dibudidayakan. Luas areal tanaman sayuran di Jawa Barat mencapai 1,1 juta Ha dan tingkat optimalisasi pemanfaatan lahan baru mencapai 75 persen (Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2007).

Menurut Bank Indonesia (2007), potensi luas panen sayuran di Jawa Barat lebih terkonsentrasi pada beberapa daerah. Konsentrasi luas panen sayuran dengan pangsa lebih besar dari 10 persen terdapat di Kabupaten Bandung dan Garut (sayuran dataran tinggi) serta Bekasi (sayuran dataran rendah), Sumedang (sayuran dataran tinggi dan rendah). Lima Kabupaten dengan pangsa lebih besar dari lima persen terdapat di Kabupaten Bandung, Kabupaten Cianjur, Sukabumi, Bogor (sayuran dataran tinggi) dan Cirebon (sayuran dataran rendah). Dataran


(24)

tinggi Jawa Barat (Bandung, Garut, Bogor, Cianjur dan Tasikmalaya) terletak pada daerah agroklimat basa dengan rata-rata bulan basah 8-10 bulan dengan curah hujan rata-rata tahunnya lebih dari 2.000 mm, sehingga kawasan ini cocok untuk pertumbuhan dan produksi sayuran dataran tinggi antara lain paprika, brokoli, lettuce, sawi, kentang, wortel, kubis, dan lain-lain (Dinas Pertanian Jabar, 2006).

Brokoli merupakan sayuran yang sedang mengalami peningkatan permintaan. Menurut United States Agency International Development (USAID)

chapter Indonesia, peningkatan pangsa pasar brokoli di Indonesia dengan sasaran pasar modern meningkat 15-20 persen/tahun. Oleh karena itu, hal tersebut menjadi peluang pasar yang strategis, sehingga perlu diperhatikan peningkatan kualitas, tingkat produk yang ditolak, peningkatan masa segar, kuantitas dan fleksibilitas pasokan, standar keamanan pangan, sertifikasi, dan sistem pembayaran.

Peningkatan daya saing produk adalah faktor kunci untuk mengembangkan usaha sayuran di Indonesia. Produk hortikultura seperti sayuran, buah-buahan dan bunga merupakan produk-produk yang mudah rusak termasuk brokoli. Daya saing brokoli dapat ditingkatkan melalui peningkatan nilai tambah, operasi bisnis dan pelayanan konsumen mulai dari kegiatan budidaya, distribusi dan pemasaran.

Peningkatan daya saing brokoli sangat penting, mengingat persaingan yang ketat di pasar domestik maupun internasional. Namun demikian, brokoli Indonesia masih terkendala dalam jaminan kesinambungan kualitas produk, minimnya jumlah pasokan, dan ketepatan waktu pengiriman. Penyebab lainnya adalah belum efektif dan efisiennya kinerja rantai pasokan komoditi hortikultura di Indonesia. Menurut Morgan et al. (2004), kendala utama dalam rantai pasokan sayuran adalah perencanaan, sosialisasi, pengiriman dan ekspektasi. Oleh karena itu, manajemen rantai pasokan memegang peranan penting dalam peningkatan bisnis brokoli dan perlu dilakukan dengan baik.

Manajemen rantai pasokan adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasokan untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya termurah (Chopra dan Meindel, 2007). Rantai pasokan lebih ditekankan pada seri aliran dan


(25)

transformasi produk, aliran informasi dan keuangan dari tahapan bahan baku sampai pada pengguna akhir (Handfield, 2002). Sementara, manajemen rantai pasokan menekankan pada upaya memadukan kumpulan rantai pasokan (Van der Vorst, 2004).

Brokoli secara umum mempunyai karakteristik antara lain: (1) produk mudah rusak, (2) budidaya dan pemanenan sangat tergantung iklim dan musim, (3) kualitas bervariasi dan (4) bersifat kamba. Empat faktor ini perlu dipertimbangkan dalam merancang dan menganalisis Agri-Manajemen Rantai pasokan, dan sebagai konsekuensi, Agri-Manajemen Rantai pasokan menjadi lebih sulit dibanding SCM secara umum (Yandra et. al., 2007).

Sebagai konsekuensi, sistem pengukuran kinerja sangat diperlukan sebagai pendekatan dalam rangka mengoptimalisasi jaringan rantai pasokan. Oleh karena itu perlu dibuat desain indikator kinerja rantai pasokan brokoli yang optimal untuk masing-masing rantai pasokan tergantung strategi kompetisi dan karakteristik pasar, produk dan produksi. Desain metrik pengukuran kinerja yang bertujuan untuk pengukuran kinerja yang mendukung perancangan tujuan, evaluasi kinerja, dan menentukan langkah-langkah ke depan baik pada level strategi, taktik dan operasional (Vorst, 2006).

Cipanas merupakan salah satu daerah sentra penanaman borokoli di Jawa Barat. Cipanas memasok lebih kurang 90 persen brokoli daerah Jabodetabek dan Sukabumi (Bappeda Cianjur). Kondisi alam dan keterampilan petani yang mendukung dalam membudidayakan brokoli mengharuskan petani brokoli daerah Cipanas harus selalu berupaya dalam mengelola rantai pasokan brokoli ini agar lebih efektif dan efisien. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang kondisi dan desain pengukuran kinerja rantai pasokanan brokoli.

1.2. Perumusan Masalah

1) Bagaimana kondisi rantai pasokan brokoli?

2) Seberapa besar nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota rantai pasokan brokoli?


(26)

1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Menganalisis kondisi rantai pasokan brokoli di sentra hortikultura, Cipanas-Cianjur, Jawa Barat.

2) Menganalisis nilai tambah yang dihasilkan oleh setiap anggota rantai pasokan komoditas brokoli di sentra hortikultura Cipanas-Cianjur, Jawa Barat.

3) Merancang desain pengukuran kinerja rantai pasokan brokoli.

1.4. Manfaat Penelitian

1) Menjadi bahan referensi untuk para peneliti dan civitas akademika untuk penelitian selanjutnya.

2) Menjadi bahan pengambilan kebijakan bagi pemerintah tentang hortikultura. 3) Bermanfaat bagi pengusaha sayuran sebagai bahan pengambilan keputusan


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Brokoli

Brokoli yang mempunyai nama latin Brassica Olerecea merupakan sayuran sub tropis yang termasuk dalam golongan tanaman kubis-kubisan. Menurut Sunarjono (1980), taksonomi dari brokoli adalah sebagai berikut:

Divisi : Embryophytasiphonogomo atau Spermatophyta

Sub divsi : Angiospermae

Kelas : Dycotyledonae

Ordo : Brassicales (Rhoedales)

Famili : Brassicaceae (Cruciferae)

Genus : Brassica

Species : oleracea L

Varietas : botrytis L dan forma cysoma lamm

Brokoli sebagai grup Italica dan memiliki nama umum lainnya yaitu calíbrese, memiliki morfologi mirip dengan kubis bunga putih (cauliflower). Brokoli membentuk sejenis kepala bunga yang terdiri dari kuntum-kuntum berwarna hijau dengan tangkai bunga yang berdaging dan lonjong berdaun lebar. Cabang banyak dan tangkai bunga muncul dari dasar daun (Rukmana, 1994).

Kisaran temperatur optimum untuk pertumbuhan dan produksi jenis sayuran adalah 15,5–18,0 °C, dan maksimum 24 °C. Brokoli merupakan tanaman yang sangat peka terhadap temperatur, terutama pada periode pembentukan bunga. Brokoli cocok ditanam dengan jenis tanah lempung berpasir tetapi mampu beradaptasi terhadap tanah ringan seperti Andosol. Namun syarat yang paling penting adalah keadaan tanahnya subur, gembur, kaya bahan organik, tidak mudah becek (menggenang), kisaran pH tanah adalah 5,5–6,5 dan pengairannya cukup memadai (Rukamana, 1994). Komposisi nutrisi yang terkandung dalam brokoli per 100 gram sayur dapat dilihat pada Tabel 2.


(28)

Tabel 2. Komposisi nutrisi brokoli per 100 gram sayur

Nutrisi Jumlah

Air (%) 90,0

Energi (kal) 23,0

Protein (gram) 35

Lemak (gram) 0,2

Karbohidrat (gram) 2,0

Serat (gram) -

Abu (gram) -

Kalsium (mg) 78,0

Fosfor (mg) 74,0

Besi (mg) 1,0

Natrium (mg) 40,0

Kalium (mg) 360,0

Vitamin A (IU) 3800

Tiamin (mg) 0,11

Riboflavin (mg) 0,10

Niacin (mg) 0,6

Ascorbic Acid (mg) 110,0

Sumber : Splittstoesser dalam Ashari, 1995

2.2. Rantai Pasokan dan Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Pujawan (2005) definisi rantai pasokan adalah jaringan perusahaan-perusahaan yang bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir secara bersama-sama. Perusahaan-perusahaan tersebut biasanya pemasok, pabrik, distributor, toko, ritel, serta perusahaan-perusahaan pendukung seperti perusahaan jasa logistik.

Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan atau jejaring dari berbagai organisasi yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Sedangkan menurut Nahmias (2005), sebuah rantai pasokan adalah seluruh jaringan terkait pada aktivitas sebuah firma yang mengaitkan pemasok, pabrik, gudang, toko, pelanggan.

Menurut Vorst (2004), Manajemen Rantai pasokan dipopulerkan pertama kalinya pada tahun 1982 sebagai pendekatan manajemen persediaan yang menekankan pada pasokan bahan baku. Pada tahun 1990-an, isu manajemen


(29)

rantai pasokan telah menjadi agenda para manajemen senior sebagai kebijakan strategis perusahaan. Para manajer senior menyadari bahwa keunggulan daya saing perlu didukung oleh aliran barang dari hulu (pemasok) sampai hilir (pengguna akhir) secara efisien dan efektif yang sejalan dengan aliran informasi. Beberapa tahapan yang harus dilalui oleh aliran barang dari hulu hingga hilir, yaitu pemasok, pabrik, distribusi, ritel dan konsumen akhir. Hal ini diilustrasikan dalam Gambar 1.

Gambar 1. Skema sistem rantai pasokan (Vorst, 2004)

Manajemen rantai pasokan adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi dan kendali seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasokan untuk menghantarkan nilai superior dari konsumen dengan biaya termurah kepada pelanggan. Rantai pasokan lebih ditekankan pada seri aliran bahan dan informasi, sedangkan manajemen rantai pasokan menekankan pada upaya memadukan kumpulan rantai pasokan (Vorst, 2004). Pada tingkat agroindustri, manajemen rantai pasokan memberikan perhatian pada pasokan, persediaan dan transportasi pendistribusian.

Menurut Austin (1981), agroindustri menjadi pusat rantai pertanian yang berperan penting dalam meningkatkan nilai tambah produk pertanian di pasar. Agroindustri membutuhkan pasokan bahan baku yang berkualitas dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Brown (1994) untuk mendapatkan pasokan bahan baku yang berkualitas diperlukan standar dasar komoditas, sedangkan kuantitas pasokan perlu memperhatikan produktivitas tanaman. Gambar 2 merupakan aliran produk di setiap tingkatan rantai pasokan dalam

Ritel Pemasok

Pemasok Pemasok

Pabrik Pabrik Pabrik

Pelanggan

Distributor Distributor

Ritel Ritel

Pelanggan

Pelanggan Pelanggan


(30)

konteks jejaring rantai pasokan pertanian menyeluruh. Setiap perusahaan diposisikan dalam sebuah titik dalam lapisan jejaring.

Gambar 2. Skema rantai pasokan pertanian ( Vorst, 2004)

2.3. Kemitraan dalam Manajemen Rantai Pasokan

Menurut Lau, Pang, Wong (2002) kemitraan di antara anggota rantai pasokan dilakukan untuk menjamin kualitas produk dan efektivitas rantai pasokan yang selanjutnya akan menghasilkan solusi yang menguntungkan. Pengembangan rantai pasokan yang efektif dilakukan melalui beberapa tahap. Pertama, memilih kelompok pemasok berdasarkan reputasi industri dan transaksi sebelumnya tentang harga dan kualitas melalui program penilai pemasok. Proses ini dilakukan untuk mendapatkan pemasok terbaik dalam industri yang menjamin kualitas pasokan.

Kedua, memilih pemasok yang memiliki hubungan erat manajemen rantai pasokan dengan strategi perusahaan. Langkah ini akan meminimalkan konflik target strategis dengan para mitra. Kemitraan rantai pasokan bersifat jangka panjang dan merupakan keputusan penting yang membutuhkan komitmen semua pihak. Ketiga, membentuk kemitraan rantai pasokan melalui negosiasi dan kompromi. Tahap keempat, membangun saluran untuk menjamin pengetahuan tentang informasi produksi yang diberikan tepat waktu melalui perjanjian teknologi. SCM harus menjamin ketepatan waktu, efektivitas biaya, dan sistem informasi yang komprehensif untuk menyediakan data yang dibutuhkan dalam membuat keputusan pasokan yang optimal. Terakhir, sistem monitoring untuk memantau kinerja mitra yang dimaksudkan untuk memelihara hubungan dengan pemasok dalam menjamin administrasi yang layak dari pengendalian logistik yang efisien. Konsumen Distributor P e m a n g k u K e p e n ti n g a n l a in n y a Agroindustri Petani/Pemasok


(31)

2.4. Nilai Tambah

Produk pertanian yang bersifat perishable (mudah rusak) dan bulky (kamba) yang dimiliki produk pertanian memberikan motivasi kepada petani untuk melakukan penanganan yang tepat sehingga produk pertanian tersebut siap dikonsumsi oleh konsumen. Dalam sistem komoditas pertanian terjadi arus komoditas yang mengalir dari hulu ke hilir, yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Dalam perjalanan tersebut, komoditas pertanian mendapat perlakuan-perlakuan seperti pengolahan, pengawetan dan pemindahan untuk menambah kegunaan atau menimbulkan nilai tambah (Sudiyono, 2001)

Menurut Hayati et. Al, (1987) dalam Sudiyono (2001), ada dua cara untuk menghitung nilai tambah yaitu nilai tambah untuk pengolahan dan nilai tambah untuk pemasaran. Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tambah untuk pengolahan dikategorikan menjadi dua faktor yaitu faktor teknis dan faktor pasar. Faktor teknis yang berpengaruh adalah kapasitas produksi, jumlah bahan baku yang digunakan dan tenaga kerja. Sedangkan faktor pasar yang berpengaruh adalah harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku dan nilai input lain. Kelebihan dari analisis nilai tambah oleh Hayami adalah:

1) Dapat diketahui besarnya nilai tambah.

2) Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor produksi.

3) Dapat diterapkan di luar sub sistem pengolahan, misalnya kegiatan pemasaran (Sudiyono, 2001).

Langkah-langkah yang dilakukan adalah:

1) Membuat arus komoditas yang menunjukkan bentuk-bentuk komoditas, lokasi, lamanya penyimpanan dan berbagai perlakuan yang diberikan.

2) Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut perhitungan parsial. 3) Memilih dasar perhitungan, yaitu satuan input bahan baku bukan satuan

output (Sudiyono, 2001).

Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah menurut Hayami untuk sub sistem pengolahan adalah sebagai berikut:


(32)

2) Koefisien tenaga kerja langsung, menunjukkan jumlah tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.

3) Nilai output, menunjukkan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input (Sudiyono, 2001).

2.5. Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan

Salah satu aspek fundamental dalam Manajemen Rantai Pasokan adalah manajemen kinerja dan perbaikan secara berkelanjutan. Untuk menciptakan kinerja yang efektif diperlukan sistem pengukuran yang mampu mengevaluasi kinerja rantai pasokan secara holistik. Menurut Pujawan (2005), sistem pengukuran kinerja diperlukan untuk: i) melakukan monitoring dan pengendalian; ii) mengkomunikasikan tujuan organisasi ke fungsi-fungsi pada rantai pasokan; iii) mengetahui posisi suatu organisasi relatif terhadap pesaing maupun terhadap tujuan yang ingin dicapai; dan iv) menentukan arah perbaikan untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing.

Suatu sistem pengukuran kinerja biasanya memiliki beberapa tingkatan dengan cakupan yang berbeda-beda. Menurut Melynk et al. (2004), suatu sistem pengukuran kinerja biasanya mengandung: i) individual metric; ii) metric sets dan

overall performance measurement systems.

Individual metric berada pada tingkat paling bawah dengan cakupan paling sempit. Metrik adalah ukuran yang dapat diverifikasi, diwujudkan dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif, dan didefinisikan terhadap suatu titik acuan (reference point) tertentu. Menurut Pujawan (2005), ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar suatu metrik bisa efektif yaitu: i) mudah dimengerti, ii) value-based, iii) dapat menangkap karakteristik atau hasil dalam bentuk numerik maupun nominal, iv) tidak menciptakan konflik antar fungsi pada suatu organisasi, dan v) dapat melakukan pengukuran data.

Jumlah metrik pada suatu sistem pengukuran kinerja bisa cukup banyak. Untuk menghindari kerancuan, tiap metrik harus didefinisikan dengan jelas. Menurut Melynk et al. (2004), metrik bisa diklasifikasikan berdasarkan fokus dan waktu. Metrik bisa berfokus pada kinerja finansial maupun operasional. Metrik operasional mengukur kinerja dalam satuan waktu, output dan sebagainya.


(33)

Banyak proses-proses dalam rantai pasokan dimonitor dalam satuan non-finansial.

Kumpulan dari beberapa metrik membentuk metric sets. Kumpulan ini diperlukan untuk memberikan informasi kinerja suatu sub-sistem. Sebagai contoh, kinerja persediaan tidak cukup hanya diukur dengan satu metrik. Sementara pada tingkat tertinggi kita memiliki sistem pengukuran kinerja secara keseluruhan. Pada dasarnya sistem keseluruhan tersebut tidak hanya dari banyak metrics sets yang menyusunnya, tetapi juga menjadi alat untuk menciptakan kesesuaian antara metric sets dan tujuan strategis organisasi (Melynk et al, 2004).

Model dibangun berdasarkan pada pertimbangan pengukuran kinerja rantai pasokan internal. Variabel pengukuran yang digunakan adalah metrik pengukuran rantai pasokan yang mengelilingi barisan yang luas dari barisan pengukuran dari keuangan ke pengukuran operasional spesifik rantai pasokan. Variabel input dan output yang digunakan dikategorikan sesuai dengan metrik pengukuran yang didaftar dalam Supply Chain Operation Refference (SCOR). SCOR dipilih karena ini adalah kerangka cross-industry yang pertama untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerja dan manajemen rantai pasokan seluruh perusahaan (Steward, 1997). Inisialisasi SCOR didasarkan pada keperluan unuk mengembangkan kriteria yang terdefinisi baik dan independen untuk mengukur kinerja rantai pasokan dan persyaratan dari keinginan bersama yang berhubungan dengan kehadiran berbagai mitra dalam proses. SCOR menggunakan referensi model proses termasuk menganalisis proses perusahaan dan tujuannya, dan penghitungan kinerja operasional dan membandingkannya dengan data

benchmark. Hal ini penting agar fokus pada pengembangan kerangka kerja dalam mengukur efisiensi rantai pasokan internal dan untuk kepentingan dari kondisi yang terjadi. Ada empat tingkat SCOR dalam manajemen rantai pasokan:

a) Tingkat 1 terdiri dari metrik tingkat atas yang mengelilingi empat proses dasar; perencanaan, sumberdaya, pembuatan, pengiriman dan perluasan seluruh bagian manufaktur dan proses pengiriman.

b) Tingkat 2 terdiri dari kategori proses dan menyediakan platform untuk perusahaan untuk diimplementasikan pada strategi operasi.


(34)

c) Tingkat 3 terdiri dari tingkat elemen proses dan mendefinisikan kemampuan perusahaan untuk bersaing secara sukses di pasar yang terpilih.

d) Tingkat 4 adalah tingkat implementasi, dimana manajemen rantai pasokan spesifik belajar untuk beradaptasi pada perubahan kondisi bisnis.

2.6. Model Supply Chain Operations Reference (SCOR)

Model SCOR adalah suatu model acuan dari operasi rantai pasokan. SCOR mampu memetakan bagian-bagian rantai pasokan. Menurut Punjawan (2005), pada dasarnya SCOR merupakan model yang berdasarkan proses. Model ini mengintegrasikan tiga elemen utama dalam manajemen bisnis yaitu business process reenginering, benchmarking, dan proses pengukuran ke dalam kerangka lalu lintas fungsi dalam rantai pasokan (Bolstorff and Rosenbaum, 2003). Ketiga elemen tersebut memiliki fungsi berikut:

a) Business Process Reengineering pada hakekatnya menangkap proses kompleks yang terjadi saat ini dan mendefinisikan proses yang diinginkan. b) Benchmarking adalah kegiatan untuk mendapatkan data kinerja operasional

dari perusahaan sejenis. Target internal kemudian ditentukan berdasarkan kinerja terbaik yang diperoleh.

c) Proses pengukuran berfungsi untuk mengukur, mengendalikan, dan memperbaiki proses-proses rantai pasokan.

Dalam model SCOR, Manajemen Rantai Pasokan didefinisikan sebagai proses perencanaan (plan), pengadaan (source), pembuatan (make), penyampaian (deliver), dan pengembalian (return) yang saling terintegrasi mulai dari pemasok paling awal sampai ke konsumen paling akhir, dan semua diluruskan oleh strategi operasional, aliran material, kerja dan informasi (Bolstorff dan Rosenbaum, 2003). Kelima elemen proses tersebut memiliki fungsi berikut:

a) Perencanaan, yaitu proses yang menyeimbangkan permintaan dan pasokan untuk menentukan tindakan terbaik dalam memenuhi kebutuhan pengadaan, produksi, dan pengiriman. Plan mencakup proses menaksir kebutuhan distribusi, perencanaan dan pengendalian persediaan, perencanaan produksi, perencanaan bahan baku, perencanaan kapasitas dan menyelaraskan rencana kesatuan rantai pasokan dengan rencana keuangan.


(35)

b) Pengadaan, proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang mencakup penjadwalan pengiriman dari pemasok, menerima, mengecek dan memberikan otorisasi pembayaran untuk barang yang dikirim pemasok, memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok dan sebagainya. Jenis proses biasa berbeda tergantung pada apakah barang yang dibeli termasuk stocked, make to order, atau engineer-to-order products. c) Pengolahan, yaitu proses untuk mentransformasi bahan baku/komponen

menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Kegiatan memproduksi bisa dilakukan atas dasar ramalan untuk memenuhi target persediaan ( make-to-stock), atas dasar pesanan (make-to-order), atau engineer-to-order. Proses yang terlibat antara lain penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengujian kualitas, mengelola barang setengah jadi ( work-inprocess), memelihara fasilitas produksi, dan sebagainya.

d) Pengiriman, merupakan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Biasanya meliputi manajemen pemesanan, transportasi, dan distribusi. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan.

e) Pengembalian, yaitu proses pengembalian atau menerima pengembalian produk karena berbagai alasan. Kegiatan yang terlibat antara lain identifikasi kondisi produk, meminta otorisasi pengembalian cacat, penjadwalan pengembalian dan melakukan pengembalian. Post delivery customer support

juga merupakan bagian dan proses pengembalian.

Menurut Bolstorf dan Rosenbaum (2003), model SCOR meliputi tiga tingkat proses. Ketiga tingkat tersebut menunjukkan bahwa SCOR melakukan penguraian atau dekomposisi proses dari yang umum ke yang detail. Model penguraian proses dikembangkan untuk mengarahkan pada satu bentuk khusus dari elemen-elemen proses. Ketiga tingkat tersebut adalah:

Tingkat 1.Top level mendefinisikan cakupan untuk lima proses manajemen inti model SCOR, yaitu perencanaan, pengadaan, pengolahan, pengiriman dan pengembalian dalam rantai pasokan perusahaan, dan bagaimana kinerja mereka terukur.


(36)

Tingkat 2.Configuration level (kategori proses) mendefinisikan bentuk dari perencanaan (planning) dan pelaksanaan proses dalam aliran bahan baku, menggunakan kategori standar seperti stock, to-order dan

engineer-to-order. Rantai pasokan perusahaan bisa dikonfigurasi pada tingkat ini dari 30 kategori proses inti. Perusahaan menerapkan strategi operasi berdasarkan bentuk yang dipilih untuk rantai pasokan. Tingkat 3.Process element level (proses penguraian) mendefinisikan proses bisnis

yang digunakan untuk transaksi penjualan pesanan, pembelian pesanan, pemrosesan pesanan, hak pengembalian, penambahan lagi/penggantian persediaan dan peramalan. Tingkat ini mengandung definisi elemen proses, input, output, metrik masing-masing elemen proses serta referensi (benchmark dan practice).

Dengan melakukan analisis dan dekomposisi proses, SCOR dapat mengukur kinerja rantai pasokan secara obyektif berdasarkan data dan dapat mengidentifikasi perbaikan yang perlu dilakukan untuk menciptakan keunggulan bersaing. Implementasi SCOR membutuhkan usaha yang tidak sedikit untuk menggambarkan proses bisnis saat ini maupun mendefinisikan proses yang diinginkan.

2.7. Penelitian Terdahulu

1. Setiawan (2009), melakukan penelitian tentang pemilihan sayuran dataran tinggi unggulan. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

Pemilihan produk sayuran dataran tinggi unggulan kemudian dilakukan dengan pendekatan metode perbandingan eksponensial (MPE). Informasi yang dibutuhkan didapat melalui observasi lapangan dan wawancara terhadap pihak yang ahli dalam bidang sayuran dataran tinggi. Selanjutnya di identifikasi kriteria-kriteria yang berpengaruh terhadap pemilihan sayuran unggulan dataran tinggi, dan alternatif produk sayuran dataran tinggi yang potensial berdasarkan kriteria tersebut.

Pemilihan sayuran unggulan dataran tinggi menggunakan kriteria sebagai berikut: ketersediaan bibit, ketersediaan sarana produksi, kualitas produk, kontinuitas produk, ketersediaan produk, potensi pasar domestik dan ekspor,


(37)

margin keunungan, risiko, dan kemitraan. Hasil analisis menggunakan metode MPE menghasilkan tiga komoditas sayuran terpilih yang mempunyai nilai tertinggi yaitu paprika, lettuce dan brokoli. Berdasarkan perhitungan MPE ketiga sayuran tersebut berturut-turut mendapatkan nilai yaitu 9.451, 8.821 dan 6.979

2. Feifi (2008), meneliti tentang rantai pasokan kedelai edamame di PT Saung Mirwan. Hasil penelitiannya adalah sebagai berikut:

Nilai tambah paling besar yang diterima oleh anggota rantai pasokan adalah pada PT Saung Mirwan, yaitu 24,14 persen. Dari perhitungan kinerja petani dengan DEA per bulannya menunjukkan bahwa petani Pasir Muncang menunjukkan nilai kinerja yang tidak efisien. Pengukuran kinerja manajemen rantai pasokan pada PT Saung Mirwan menunjukkan hasil yang cukup baik yaitu sebesar 87,93 persen. Dari keempat perspektif tersebut, pencapaian target terendah adalah pada perspektif proses bisnis internal yaitu sebesar 76,24 persen. Hal ini dikarenakan pada kapabilitas pemasok/mitra tani tidak dapat memenuhi target-target yang telah ditetapkan oleh perusahaan sehingga berimbas pada kinerja manajemen yang dilaksanakan. Sedangkan pada perspektif pelanggan pencapaian target sebesar 88,18. Sasaran yang tidak tercapai adalah pada citra perusahaan. Untuk itu, inisiatif strategi yang tepat adalah meningkatkan kinerja mitra tani agar dapat terus memenuhi kepuasan pelanggan.


(38)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Permintaan sayuran semakin meningkat seiring meningkatnya jumlah penduduk. Peningkatan ini seharusnya memberikan kontribusi positif bagi petani dalam peningkatan kesejahteraan mereka. Namun, pembangunan hortikultura masih belum berkembang akibat mekanisme rantai pasokan produk dan komoditas yang belum efisien sehingga menyebabkan keuntungan dan resiko yang diterima oleh konsumen akhir.

Salah satu produk sayuran yang berpotensi dikembangkan adalah brokoli. Permintaan terhadap brokoli yang terus meningkat menyebabkan komoditas ini perlu mendapat perhatian khusus dalam pengadaan dan pendistribusian yang terangkum dalam rantai pasokan. Kerangka pemikiran penelitian secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Diagram alir kerangka pemikiran

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan September 2008-Januari 2009 di daerah Pacet-Cipanas, Cianjur, Propinsi Jawa Barat Pemilihan lokasi dilakukan secara

Konsumsi sayuran meningkat

Permintaan brokoli meningkat

Manajemen rantai pasokan

Kondisi Rantai Pasokan Analisis Nilai Tambah

Desain pengukuran kinerja rantai pasokan Pengadaan dan Pendistribusian


(39)

purposive berdasarkan pertimbangan atas dua hal, (1) merupakan daerah sentra produksi brokoli, (2) terdapat kelembagaan kemitraan usaha rantai pasokan antara petani dengan lembaga lain yang terkait, (3) terdapat pakar hortikultura.

3.3. Tahapan Penelitian

Diagram tahapan penelitian dicantumkan pada Gambar 4. Tahapan penelitian ini sebagai berikut:

1) Mengidentifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah pertama yang dilakukan agar pada penelitian ini masalah yang dibahas menjadi lebih jelas dan terarah sehingga diperoleh penyelesaian masalah yang tepat.

2) Studi pustaka

Studi pustaka digunakan untuk mempelajari konsep rantai pasokan, analisa nilai tambah. Studi pustaka terdiri dari buku, jurnal dan laporan instansi terkait.

3) Perumusan masalah

Menjabarkan kembali inti permasalahan ke dalam suatu lingkup permasalahan yang diidentifikasi.

4) Penetapan tujuan penelitian

Menentukan tujuan penelitian untuk menjadikannya sebagai acuan terhadap hasil akhir penelitian.

5) Pengamatan langsung

Pengamatan langsung dilakukan untuk mengidentifikasi anggota yang terkait pada rantai pasokan dan mengetahui bagaimana mekanisme rantai pasokan produk dan komoditas brokoli yang sudah ada.

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan observasi atau pengamatan langsung, kuesioner dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait. Jenis data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari observasi langsung, kuesioner dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari


(40)

dokumen-dokumen pihak yang terkait dan studi pustaka. Responden dalam penelitian ini adalah petani brokoli, kelompok tani, bandar brokoli, UD Pacet Segar, UD Putra Cianjur Mandiri, UD Karya Mandiri, pengelola Sub Terminal Agribisnis (STA) Cigombong dan perusahaan Ritel diantaranya Giant Pajajaran Bogor serta pakar hortikultura. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data dapat dilihat pada Tabel 3.

Gambar 4. Diagram tahapan penelitian

Penentuan topik dan Judul Penelitian

Identifikasi masalah

Perumusan masalah

Tujuan penelitian

Pemilihan responden:

• Petani

• Bandar

• Usaha dagang

• Pejabat STA

• Pakar hortikultura

•Anggota rantai

•Pola distribusi

•Sasaran rantai

•Nilai tambah

•Variabel pengukuran kinerja

Pengolahan dan analisis data

Analisa data kualitatif Analisa data kuantitatif

Kondisi rantai pasokan Analisa nilai tambah dengan metode hayami

Desain pengukuran kinerja rantai pasokan dengan Model SCOR dan PHA

Wawancara dan kuesioner


(41)

Tabel 3. Prosedur dan pengolahan data penelitian No Langkah-langkah Penelitian Sumber

data Jenis data

Cara memperoleh data Alat analisis Prosedur pelaksanaan kegiatan 1. Identifikasi mekanisme rantai pasokan

Internal -Primer

-Wawancara -Pengisian kuesioner dengan UD, petani, pengelola STA - Mewawancarai sumber dan mengidentifikasi proses bisnis dan kendala yang di-hadapi dalam rantai pasokan 2. Pengumpulan data mengenai aspek yang dikaji Internal dan eksternal perusaha-an -Primer -Sekunder -Wawancara -Pengisian kuesioner dari petani, perusahaan, distributor atau ritel - Mengambil data dengan cara wa-wancara kepada petani, bandar, perusahaan, ritel dan pakar horti-kultura 3. Analisa data kualitatif dan kuantitatif Internal dan eksternal perusaha-an -Primer -Sekunder

Data UD, petani, dan ritel Anali-sa deskriptif, Metode Hayami Menganalisa data yang diperoleh dari aspek yang dikaji sehingga diperoleh gam-baran rantai pa-sok 4. Merancang desain pengukuran kinerja Internal dan eksternal perusaha-an -Primer

-Sekunder Wawancara

Model SCOR

Mengambil data dengan cara wa-wancara pihak (pakar) terkait untuk menentukan kri-teria penilaian ki-nerja pemasok 5. Pemilihan indikator Prioritas pengukuran kinerja Internal dan Eksternal perusahaan -Primer Wawancara dengan beberapa pakar hortikultura Pro-ses Hi-rarki Analitik (PHA) Menganalisa Hirarki dengan menggunakan Expert Choice

3.5. Pengolahan Data

1) Kondisi Umum Rantai pasokan

Metode yang digunakan untuk menggambarkan kondisi rantai pasokan adalah metode deskriptif.

2) Data mengenai analisa nilai tambah yang diperoleh dari wawancara dengan anggota rantai pasokan diolah dengan Metode Hayami. Penjelasan Metode Hayami dapat dilihat pada Tabel 4.


(42)

Tabel 4. Metode Hayami

No Variabel Nilai

Output, Input, harga

1 Output /total produksi (Kg/Periode) A 2 Input bahan baku (Kg /Periode) B 3 Input tenaga kerja (HOK/ periode) C 4 Faktor Konversi (1)/(2) D= A/B 5 Koefisien tenaga kerja (3)/(2) E = C/B

6 Harga produk (Rp/Kg) F

7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK (Rp/HOK) G

Pendapatan dan Keuntungan

8 Harga input bahan baku (Rp/Kg) H 9 Sumbangan input lain (Rp/Kg) I

10 Nilai produk (Rp/Kg) (4) x (6) J = D × F 11 a. Nilai Tambah (RP/KG)(10)-(8)-(9)

b. Rasio nilai tambah (11ª)/(j) (%)

K = J-H-I L % = (K/j) % 12 a. Pendapatan tenaga kerja (5 x 7) (Rp/Kg)

b. Imbalan tenaga kerja (12ª/11ª) (%)

M = E/G N % = (M/K)% 13 a. Keuntungan (11 a- 12a) (Rp/Kg)

b. Tingkat keuntungan (13a/10) (%)

O = K –M P % = (O-J) %

Balas jasa untuk Faktor produksi

14

Margin 10-8 (Rp/Kg)

a. Pendapatan tenaga kerja (12a/14) (%) b. Sumbangan input lain (9/14) (%) c. Keuntungan perusahaan (13a/14) (%)

Q = J- h

R % = (M/Q) % S % = I/Q % T % = (O/Q) %

Sumber: Sudiyono (2001) Keterangan: HOK = Hari Orang Kerja 3) Membangun desain pengukuran kinerja berdasarkan model SCOR dengan

pertimbangan pakar hortikultura. Dengan demikian terbentuk struktur hirarki pemilihan Indikator kinerja rantai pasokan sayuran dataran tinggi. Ada empat tingkat SCOR dalam manajemen rantai pasokan. Tingkat 1 terdiri dari metrik tingkat atas yang mengelilingi empat proses dasar yaitu perencanaan, sumberdaya, pembuatan, pengiriman dan perluasan seluruh bagian manufaktur dan proses pengiriman. Tingkat 2 terdiri dari kategori proses dan menyediakan platform untuk perusahaan untuk diimplementasikan pada strategi operasi. Tingkat 3 mengelilingi tingkat elemen proses dan mendefinisikan kemampuan perusahaan untuk bersaing secara sukses di pasar yang terpilih. Ini juga tingkatan dimana perusahaan memahami dengan baik strategi operasi mereka. Terakhir, tingkat 4 adalah tingkat implementasi.


(43)

4) Pemilihan metrik prioritas pengukuran kinerja rantai pasokan menggunakan Proses Hirarki Analitik (PHA).

PHA merupakan aspek kualitatif dan kuantitatif. Aspek kualitatif digunakan untuk mendefinisikan personal dan menyusun hirarki, sedangkan aspek kuantitatif digunakan untuk mengekspresikan penilaian dan preferensi.

Validitas kuesioner untuk pemilihan strategi promosi dilihat melalui konsistensi setiap matriks baik individu maupun gabungan dan juga konfirmasi yang dilakukan dengan pakar. Untuk membantu dan mempermudah perhitungan digunakan program Expert Choice dan Microsoft Excel 2003.

Langkah- langkah dalam menyelesaikan masalah dengan metode PHA menurut Saaty (1991), antara lain:

1) Identifikasi sistem

Tahap ini mendefinisikan persoalan dan pemecahan yang diinginkan. 2) Penyusunan struktur

Tahap ini menyusun hirarki yang dimulai dengan tujuan, kriteria dan alternatif tindakan. Hirarki adalah abstraksi struktur suatu sistem yang mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya terhadap suatu sistem.

3) Membuat matriks perbandingan komparasi berpasangan Nilai skala banding berpasangan dapat dilihat pada Tabel 5. 4) Melakukan tahap perbandingan dan penilaian

Tahap ini dilakukan dengan mengumpulkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan peringkat matrik di langkah 3.


(44)

Tabel 5 . Nilai skala banding berpasangan

Tingkat Kepentingan Definisi Penjelasan

1 Kedua unsur sama pentingnya Dua unsur menyumbangkan sama besar pada sifat itu

3 Unsur yang satu sedikit lebih penting daripada yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu unsur atas yang lainnya

5 Unsur yang satu sangat penting daripada yang lainnya

Pengalaman dan

pertimbangan dengan kuat menyokong satu unsur atas yang lainnya

7 Satu unsur jelas lebih penting dibanding yang lain

Satu unsur dengan kuat disokong dan dominannya telah terlihat dalam praktik

9 Satu unsur mutlak lebih penting dibanding yang lain

Bukti yang menyokong unsur yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang kuat 2,4,6,8 Nilai diantara dua penilaian yang

berdekatan

Kompromi diperlukan diantara dua pertimbangan

Kebalikan

Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka bila dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber : Saaty (1991)

5) Mensintesis berbagai pertimbangan dan membobotkan vektor prioritas, yaitu memasukkan nilai-nilai berdasarkan nilai skala banding berpasangan (Tabel 5). Dalam proses ini terdapat dua tahap pengolahan, yaitu pengolahan horizontal dan vertikal. Pengolahan horizontal dimaksudkan untuk menyusun prioritas unsur keputusan setiap tingkat hirarki. Tahapannya adalah sebagai berikut: a.Perkalian baris (z) dengan rumus:

n n

j

i aij

Z =

=


(45)

b.Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen

= = = = n i n n j n n j i aij aij eVP 1 1 1 ... (2)

Dengan : eVPi = unsur vektor prioritas ke-i

Aij = unsur MPB pada baris ke-i kolom ke-j n = jumlah unsur yang diperbandingkan c.Perhitungan nilai eigen maksimum

VA = aij × VP dengan VA = (Vai) ... (3) VB =

VP VA

dengan VB = (Vbi) ... (4)

lmax =

= n i aij n 1 1 ... (5) VA = VB = vektor antara

Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas setiap unsur dalam hirarki terhadap saluran utama. Jika NPpq didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama, maka:

NPpq =

s= − × −

t 1 NPHpq (t,q 1) NPTt (q 1)... (6) Untuk:

P = 1,2,...,r dan t = 1,2,...,s

NPpq = nilai prioritas pengaruh unsur ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama

NPHpq = nilai prioritas unsur ke-q pada tingkat ke-q NPTt = nilai prioritas unsur ke-t pada tingkat q-1

6) Evaluasi konsistensi setiap indeks/seluruh hirarki dengan prioritas kriteria

bersangkutan dan menjumlahkan hasil kalinya.

1 max − − = n n


(46)

Untuk mengetahui apakah CI dengan besaran tertentu cukup baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila CR...0,1. Rumus CR adalah

RI CI

CR = ...(8)

Nilai RI merupakan nilai random indeks yang dikeluarkan oleh Oarkridge Laboratory pada Tabel 6.

Tabel 6. Nilai random indeks

7) Penggabungan pendapat responden

Pada dasarnya PHA dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli. Namun, dalam aplikasinya penilaian kriteria dan alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multidisipliner. Konsekuensinya, pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu per satu.

XG = n n

i Xi

=1 ... (9) Dengan:

XG = rataan geometrik

N = jumlah responden

Xi = penilaian oleh responden ke-i

Hasil penilaian gabungan ini yang kemudian diolah dengan prosedur PHA yang telah diuraikan sebelumnya.

OM 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 IR 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56


(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Pacet dan Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur dengan total luas wilayah 10.880,363 Ha. Kecamatan Pacet dan Cipanas terdiri dari 14 desa yaitu Sukatani, Sindangjaya, Sindanglaya, Cipanas, Gadog, Palasari, Sukanagalih, Cimacan, Ciloto, Batulawang, Cibodas, Cipendawa, Ciherang, Ciputri. Secara geografis, wilayah ini terletak di Cianjur bagian utara dengan bentuk topografi datar sampai dengan berbukit/bergunung-gunung.

Kecamatan Pacet dan Cipanas secara administratif di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Sukaresmi, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cugenang, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Sukabumi. Kecamatan Pacet dan Cipanas berada pada ketinggian 941 sampai 1.559 meter di atas permukaan laut. Suhu rata bulanan daerah studi berkisar antara 19-22 °C. Curah hujan rata-rata mencapai 316,2 mm/bulan dengan rata-rataan hari hujan sebanyak 17 hari/bulan. Berdasarkan klasifikasi Koppen, iklim daerah ini termasuk tipe iklim Afa. Tipe iklim Afa adalah iklim hujan tropik dengan suhu bulan terdingin lebih dari 18 °C, curah hujan lebih dari 60 mm/bulan dan suhu rata-rata terpanas lebih dari 22,2 °C (BPS, 2007).

Total jumlah penduduk di wilayah penelitian berdasarkan data BPS tahun 2007 sebanyak 165.975 orang, yang terdiri dari 39.277 keluarga. Jumlah keluarga pertanian adalah 42,6 persen dari total jumlah keluarga (16.732 keluarga) yang terdiri dari keluarga pertanian tanaman pangan sebanyak 15.114 keluarga, keluarga peternak besar/kecil sebanyak 822 keluarga, dan keluarga tanaman perkebunan sebanyak 25 keluarga. Sedangkan 57,4 persen dari total jumlah keluarga bekerja pada sektor non-pertanian seperti perdagangan, jasa, keuangan, pemerintahan dan sebagainya.


(48)

Status kepemilikan lahan petani di wilayah ini berdasarkan data BPS Kabupaten Cianjur tahun 2007 dibagi tiga yaitu pemilik saja (termasuk dikuasai oleh orang luar) sebanyak 26 persen, pemilik sekaligus penggarap sebanyak 52 persen, dan penggarap/penyewa sebanyak 22 persen. Penggunaan lahan di wilayah Pacet-Cipanas didominasi oleh daerah campuran dan tegalan. Penggunaan lahan untuk kebun campuran mencapai 3.536,96 ha (32,51 persen) dan tegalan sebesar 3.438,27 ha (31,60 persen). Sedangkan penggunaan lahan untuk pemukiman seluas 2.036,41 ha (18,72 persen), hutan seluas 1.660,77 ha (15,26 persen), sawah seluas 169,22 ha (1,56 persen) dan semak belukar seluas 38,74 ha (0,36 persen) (BPS Cianjur, 2007).

4.2. Budidaya Brokoli

Tanaman brokoli tumbuh baik pada suhu udara 13-24 °C. Kelembaban udara yang cocok untuk tanaman ini 80-90 persen. Tanaman brokoli memerlukan curah hujan yang cukup tinggi yaitu antara 1.000-1.500 cm/tahun. Tanah yang dibutuhkan adalah subur, gembur, kaya bahan organik dan tidak mudah menggenang seperti pada tanah lempung berpasir tetapi dapat hidup dengan baik pada tanah jenis Andosol, Latosol, Regosol, Mediteran, dan Aluvial. Kisaran keasaman (pH) yang cocok adalah 5,5-6,5. Masa pembibitan memerlukan intensitas cahaya lemah sehingga memerlukan pelindung untuk mencegah cahaya matahari langsung yang membahayakan pertumbuhan bibit. Masa pertumbuhan memerlukan intensitas cahaya yang kuat, sehingga tidak membutuhkan naungan. Proses budidaya brokoli dicantumkan pada Tabel 7.

1. Penyemaian benih

Sebelumnya benih brokoli disemai terlebih dahulu. Benih yang digunakan adalah varietas Green King. Persemaian dilakukan untuk memudahkan dalam pemeliharaan bibit dan untuk keseragaman sewaktu penanaman di lahan. Lahan yang digunakan untuk persemaian brokoli sebelumnya dilakukan pembersihan terlebih dahulu dari rumput-rumput liar yang tumbuh. Selanjutnya tanah diolah dengan mencangkul sedalam 30 cm sampai gembur. Dilanjutkan dengan membuat bedengan-bedengan selebar 100-120 cm. Jarak antar bedengan 20-30 cm dan panjang disesuaikan dengan keadaan lahan.


(49)

Media semai menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 yang diaduk sampai rata sehingga tercipta media semai campuran. Rata-rata lahan brokoli adalah 0,12 Ha.

Tabel 7. Diagram proses budidaya brokoli

Waktu dalam

Hari Simbol Diagram Keterangan Proses

1 hari Penyemaian bibit

30 hari Penyiraman bibit

30 hari Bibit mengalami

pertumbuhan

1 hari Dipindahkan untuk

ditanam

1 hari Penanaman benih

3 hari Penyiraman dan

pemberian nutrisi

30 hari Pemanenan

1 hari Diangkut ke gudang

bandar

1 hari Pembersihan

1 hari Pengkelasan

1 hari Pengemasan

1 hari Penyimpanan

Keterangan : : Operasional : Pemeriksaan : Penyimpanan :Pemindahan :Masa tunggu

2. Penanaman

Jarak tanam yang dipakai adalah 50 × 50 cm untuk bibit bertajuk lebar dan 45 × 65 cm untuk bibit bertajuk tegak. Waktu tanam terbaik adalah di pagi hari antara pukul 06.00-09.00 WIB atau sore hari antara 15.00-17.00 WIB. Penanaman dilakukan pada bibit yang sudah berumur sekitar satu bulan, atau sudah mempunyai 3-4 helai daun. Satu lubang ditanami satu bibit. Pemindahan harus dilakukan secara hati-hati supaya akar atau daunnya tidak rusak.


(50)

3. Penyiraman dan Pemberian Nutrisi

Pemeliharaan bibit di persemaian, dilakukan dengan penyiraman 1-2 kali sehari pada pagi dan sore hari. Penyiangan dilakukan saat umur bibit 14 hari atau saat gulma sudah terlihat. Pemupukan dilakukan ketika umur semaian 14-25 hari dengan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) dan penyemprotan pestisida pada umur persemaian tujuh hari dan selanjutnya dilakukan seminggu sekali.

Pemupukan pada saat penanaman dilakukan tiga kali atau lebih jika kondisi pertumbuhan tanaman kurang memuaskan. Pemupukan pertama adalah pemupukan dasar pada saat penanaman. Pemupukan kedua dilakukan pada saat umur tanaman 10-15 hari setelah tanam. Pupuk yang digunakan adalah urea sebanyak 300 kg/ha. Pemupukan ketiga dilakukan setelah berumur 25-30 hari setelah tanam dengan menggunakan pupuk NPK (15:15:15) sebanyak 600 kg/ha. Untuk memacu pertumbuhan brokoli maka

disemprotkan pupuk daun bioenergi sebanyak 50 cc/liter air untuk 1.000 m2.

Pemupukan ini dilakukan bersamaan dengan penyemprotan pestisida.

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara kimiawi, yaitu dengan penyemprotan pestisida yang sesuai dengan jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Hama yang biasa menyerang tanaman brokoli diantaranya adalah ulat tanah, ulat gerayak dan ulat plutella. Sedangkan penyakit yang umum menyerang brokoli antara lain akar bengkak dan busuk batang. Pengendalian yang digunakan adalah penyemprotan beberapa pestisida diantaranya Decis 2,5 EC atau Calicron (insektisida) sebanyak 30

cc/17 liter air untuk 1.000 m2, Antracol 70 WP (fungisida) sebanyak 20-30

g/17 liter air untuk 1.000 m2. Selama penyemprotan ini ditambahkan pula

perekat sebanyak 30-40 cc/17 liter air untuk 1000 m2. Fungsi perekat agar

hasil penyemprotan yang diberikan menempel pada tanaman karena brokoli merupakan tanaman berlilin. Pengendalian hama dan penyakit tanaman brokoli dilakukan jika sudah terdapat serangan pada tanaman tersebut sehingga dosis pemberian pestisida tidak dalam takaran yang baku. Dosis pestisida kimiawi yang digunakan disesuaikan dengan tingkat serangan hama dan penyakit.


(51)

4. Pemanenan

Brokoli yang siap dipanen memiliki massa bunga (curd) yang telah

kompak, berwarna hijau tua dan dalam keadaan rapat. Brokoli dipanen pada umur 60-80 hari setelah tanam secara manual, yaitu dengan menggunakan

pisau untuk memotong pangkal tanaman dan trimming ketika di kebun. Panen

brokoli dilakukan pada pagi hari agar kehilangan bobot setelah panen dapat dihindari. Panen pada sore hari hanya dilakukan oleh petani bila terdapat permintaan tambahan dari prosesor. Cara ini menguntungkan kedua belah pihak, yaitu petani dapat langsung menjualnya kepada bandar tanpa proses penyimpanan terlebih dahulu. Prosesor juga memperoleh keuntungan karena sayuran yang dibeli masih dalam keadaan segar.

Panen dimulai dengan memilih brokoli yang telah siap panen lalu dipotong pada bagian pangkal dengan menggunakan pisau kemudian dikumpulkan di luar lahan untuk penanganan lebih lanjut. Panen biasanya dilakukan 2-3 kali dalam satu musim tanam karena terkait dengan pola panen sortir, yang dilakukan oleh petani. Selang waktu yang digunakan antar panen adalah dua hari. Apabila setelah tiga kali pemanenan masih terdapat brokoli yang belum layak panen sortir, maka brokoli tersebut tetap akan dipanen dan dijual ke pasar tradisional karena umurnya sudah tua (lebih dari 3 minggu setelah masa panen).

5. Pasca Panen

Pasca panen dimulai setelah pemanenan oleh petani dan dilanjutkan oleh bandar, usaha dagang, dan pasar tradisional/pasar modern. Penanganan pasca panen di tiap titik pemasaran ditentukan oleh permintaan pasar terhadap kualitas sayuran. Semakin tinggi kualitas sayuran yang diminta maka penanganan pasca panen akan semakin intensif. Selain itu keberhasilan penanganan pasca panen juga tergantung pada pengalaman dan pengetahuan dari para pelaku pasca panen dan teknologi yang digunakan. Kegiatan pasca panen terdiri dari:

a. Pembersihan

Pembersihan dilakukan di tingkat petani, bandar dan UD. Petani membersihkan brokoli dengan menghilangkan kotoran-kotoran tanah di


(52)

bagian bunga dan batang. Setelah itu dibawa ke gudang bandar. Bandar mencuci brokoli lalu ditiriskan dengan menggunakan koran.

Kegiatan pembersihan sayuran dengan memotong bagian-bagian dari sayuran yang tidak dikehendaki untuk meningkatkan kualitas dan

kemudahan penanganan berikutnya. Aktivitas ini dinamakan trimming.

Trimming dilakukan sebelum pencucian untuk mencegah penyakit akibat pemotongan. Selanjutnya brokoli dipotong seluruh daun-daun di sekitar

bunga (curd) dan memotong batang brokoli sehingga hanya tersisa

sepanjang genggaman tangan petani (10-12 cm). Selama trimming,

brokoli kehilangan 50-60 persen bagiannya yang dibuang karena merupakan bagian yang tidak dikonsumsi.

b. Pengkelasan (Grading)

Tujuan dari pengkelasan adalah untuk memisahkan brokoli ke dalam kelas A, B, C. Pengkelasan dilakukan oleh orang yang berpengalaman karena membutuhkan ketelitian untuk memilah brokoli ke dalam beberapa kelas.

c. Pengemasan

Selanjutnya untuk brokoli kelas A dan B dilakukan pengemasan dalam

bentuk pack sedangkan kelas C tidak dikemas.

d. Penyimpanan

Pemasaran brokoli yang mudah rusak seringkali membutuhkan penyimpanan untuk mempertahankan kualitas sayuran. Penyimpanan bertujuan untuk memperpanjang umur simpan sayuran tanpa mengurangi kualitas dari sayuran tersebut. Penyimpanan brokoli dilakukan oleh bandar jika terjadi panen dari petani yang berlebih sedangkan permintaan dari UD lebih sedikit dibanding panen. Penyimpanan di bandar dilakukan di ruang biasa dengan suhu udara 15-24 °C. Sedangkan di tingkat UD ada


(53)

4.3. Analisis Kondisi Rantai Pasokan

Pembahasan analisis kondisi rantai pasokan melingkupi struktur rantai pasokan, entitas rantai pasokan dan manajemen rantai pasokan.

4.3.1. Struktur Rantai Pasokan

Struktur rantai terdiri dari anggota rantai pasokan, aktivitas rantai pasokan dan pola aliran rantai pasokan.

1. Anggota Rantai Pasokan

Dalam rantai pasokan brokoli terdapat beberapa pihak yang terlibat. Pihak yang terlibat secara langsung disebut dengan anggota primer, sedangkan pihak yang tidak terlibat secara langsung namun tetap mendukung lancarnya rantai pasokan ini disebut dengan anggota sekunder.

a. Anggota Primer

Anggota primer dalam rantai pasokan brokoli terdiri dari petani/bandar

sebagai pemasok, perusahaan dagang (pedagang pengumpul) sebagai

prosesor, ritel dan pasar tradisional sebagai konsumen. Keseluruhan anggota

menjalankan aktivitas yang langsung berhubungan dengan kegiatan operasional dan manajerial yang akan menghasilkan suatu keluaran atau produk tertentu.

1) Pemasok

Saat ini di daerah Cipanas terdapat tiga bandar besar brokoli. Masing-masing bandar memiliki kelompok tani dengan jumlah anggota antara 23 sampai 43 orang petani. Wilayah bandar yang dominan adalah Ciherang, Gunung Putri, dan Cianjur.

2) Prosesor

Prosesor dalam rantai pasokan brokoli adalah perusahaan dagang, Sub Terminal Agribisnis (STA) dan bandar yang bertindak sebagai pengemas komoditas brokoli yang dihasilkan dari petani. Perusahaan ini berjumlah 25 UD yang menghubungkan penjualan brokoli antara petani dengan perusahaan ritel dan pengusaha borongan pasar tradisional.


(54)

3) Konsumen (ritel dan pasar tradisional)

Sayuran yang telah dibawa ke STA ditujukan ke pasar tradional dan

ritel di sekitar Jabotabek. Perusahaan dagang sayuran Cipanas yang

tergabung dalam Asosiasi Manajemen Agribisnis Cianjur (AMC) telah menjalin kerjasama dengan beberapa ritel yang memasarkan brokoli. Konsumen perusahaan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Ritel pemasaran brokoli Cipanas

No Nama Perusahaan Lokasi Usaha

1 Hero/Giant Jakarta

2 Makro Jakarta

3 Restoran Korea Jakarta

4 Mc.Donald Jakarta

5 Hari-Hari Jakarta

6 Wendys Jakarta

7 Superindo Jakarta

8 Restoran Indonesia Jakarta

9 Robinson Jakarta

10. Pasar induk Jabotabek Jabotabek

11. Sub Supplier Swalayan Jakarta

Bentuk kerja sama konsumen dengan pihak UD berupa kontrak tetap dan tidak tetap. Kedua belah pihak memiliki perjanjian kerja sama yang mengikat. Konsumen dengan kontrak tetap biasanya mengajukan purchasing order (PO)kepada perusahaan selama satu tahun dengan target pengiriman produk per minggu. Sedangkan untuk konsumen kontrak tidak tetap hanya mengajukan pesanan saat mereka membutuhkan. Namun, dalam pelaksanaannya ritel setiap harinya mengajukan PO kepada UD untuk menentukan berapa pesanan yang dikirim ke setiap gudang mereka. Hal ini menjadikan UD harus merencanakan target produksi yang tepat agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen.

Pendistribusian produk dilakukan secara langsung oleh UD atau melalui jasa ekspedisi. Produk dikirim ke Giant/Hero yang disimpan di gudang ritel pusat. Selanjutnya ritel tersebut yang mengirim produk ke toko-toko cabang mereka. Sedangkan untuk ritel lainnya, produk langsung dikirim ke toko-toko cabang tanpa melalui gudang ritel pusat.


(55)

b. Anggota Sekunder

Anggota sekunder merupakan anggota rantai pasokan yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan produksi namun memiliki peranan dalam produksi yaitu sebagai penyedia sumber daya seperti bahan pengemasan, sarana produksi, dan sarana transportasi. UD memiliki lebih kurang lima pemasok untuk bahan non sayur ini. Bentuk kerjasama bersifat tetap dan tidak tetap. Contah yang tetap adalah UD Pacet Segar yang bermitra dengan PT Altindo yang terletak di Muara Karang Jakarta dan PT Sentosa. PT Altindo

merupakan pemasok khusus bahan-bahan pengemasan edamame seperti tray

foam, wrapping film, dan pan fix (selotip). Sedangkan PT Sentosa merupakan pemasok yang menyediakan label pada kemasan.

2. Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasokan Brokoli

Petani melakukan pembelian sarana produksi seperti pupuk, pestisida, obat-obatan dari pasar tradisional di Cipanas. Sedangkan untuk aktivitas fisik, ada beberapa petani yang melakukan pengangkutan sendiri ke gudang Bandar terlebih dahulu. Penyebabnya adalah karena tidak adanya sarana komunikasi antara bandar dan petani. Sehingga petani tidak bisa menghubungi bandar untuk menjemput hasil panen mereka. UD akan menjemput brokoli ke gudang bandar atau bandar yang langsung mengirimnya ke gudang UD. Umumnya petani tidak melakukan sortasi terlebih dahulu sebelum mengirim produk. Sedangkan bandar melakukan sortasi sebelum mengirim brokoli ke UD untuk memperkecil kerugian akibat pengembalian brokoli dari perusahaan. Informasi pasar atau harga tidak terbuka bagi seluruh petani. Petani hanya mengetahui harga jual brokoli yang diberlakukan sama oleh bandar untuk semua mitra tani. Namun UD ada yang menerapkan konsep harga terbuka untuk para bandar dan ada juga yang tidak. Hal ini berpengaruh juga terhadap loyalitas bandar agar mereka mengetahui adanya pembagian keuntungan yang adil dalam setiap anggota rantai pasokan.

Sementara itu, UD sebagai prosesor melakukan aktivitas pembelian dan

penjualan. UD membeli bahan kemasan kepada beberapa pemasok non sayur.

Sedangkan aktivitas penjualan dilakukan kepada konsumen yaitu ritel. Aktivitas fisik yang dilakukan UD adalah pengangkutan brokoli, baik mengangkut hasil panen dari petani maupun pengiriman produk ke ritel/pasar tradisional,


(1)

Lanjutan Lampiran 2.

d. Cost

Kolom kiri Diisi bila sama penting

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan faktor pada kolom kanan

Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih penting dibanding faktor pada kolom kiri

Kolom kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Biaya transportasi optimal Biaya transportasi optimal e. Asset

Kolom kiri Diisi bila sama penting

Diisi jika faktor pada kolom kiri lebih penting dibandingkan faktor pada kolom kanan

Diisi jika faktor pada kolom kanan lebih penting dibanding faktor pada kolom kiri

Kolom kanan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 2 3 4 5 6 7 8 9 Cash to

cash cycle

Inventory days of supply


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)