Realitas diatas menunjukkan bahwa masalah perlindungan konsumen merupakan masalah yang sangat serius. Namun sayangnya, masalah-masalah tersebut baru
dipersoalkan ketika ramai diangkat dalam pemberitaan di berbagai media. Ketika mulai sepi dari pemberitaan, masalah-masalah ini luput dari perhatian masyarakat, pemerintah,
dan pihak-pihak yang berhubungan dengan perlindungan konsumen
115
1. Konsumen tidak mempermasalahkan sisa uang pengembalian yang tidak dikembalikan kepada konsumen
.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 50 lima puluh konsumen pada bulan Maret 2012 sejumlah konsumen tidak mempermasalahkan sisa uang
pengembalian yang tidak dikembalikan kepada konsumen, sebagaimana Tabel.3 berikut ini ;
Tabel.3 Respon konsumen terhadap sisa pengembalian yang tidak
dikembalikan kepada konsumen n = 50
No Respon Konsumen
Frekuensi Persen
1. Mempermasalahkan
6 12
2. Tidak Mempermasalahkan
44 88
Total 50
100 Sumber : Data Primer, 2012
Dari tabel.3 tersebut ternyata 88 delapan puluh delapan persen atau 44 empat puluh empat responden tidak mempermasalahkan sisa uang pengembalian
belanja yang tidak dikembalikan kepada konsumen. Sedangkan 6 enam responden atau
115
Happy Susanto, op.cit.
Universitas Sumatera Utara
12 dua belas persen konsumen mempermasalahkan sisa uang pengembalian yang tidak dikembalikan yang seharusnya menjadi hak konsumen.
Konsumen tidak mempermasalahkan sisa pengembalian yang tidak dikembalikan kepada konsumen, menunjukkan bahwa konsumen tidak peduli terhadap hak-haknya
yang dilanggar oleh pelaku usaha. Meskipun Undang-Undang perlindungan konsumen Pasal 4 dengan jelas disebutkan apa yang menjadi hak-hak konsumen akan tetapi
sepertinya Undang-Undang Perlindungan Konsumen tidak mampu melindungi konsumen secara menyeluruh. Artinya, konsumen harus benar-benar terlindungi dengan
adanya Undang-Undang Perlindungan Konsumen tersebut. Konsumen tidak mempermasalahkan uang sisa pengembalian yang tidak
dikembalikan kepada konsumen dengan berbagai alasan, sebagaimana Tabel.4 berikut ini ;
Tabel.4 Alasan-alasan konsumen tidak mempermasalahkan uang pengembalian yang tidak
dikembalikan kepada konsumen n = 50
No Alasan Konsumen
Frekuensi Persentase
1. Malu, gengsi dikirain pelit
17 34
2. Tidak ingin ribut
9 18
3. Nominalnya kecil
21 42
4. Lain-lain malas, hak konsumen, dll
3 6
Total 50
100 Sumber : Data Primer, 2012
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel.3 tersebut bahwa perilaku konsumen sebanyak 34 tiga puluh empat persen atau 17 tujuh belas responden dengan alasan malu atau gengsi,
Jumlah nominalnya kecil 42 empat puluh dua persen atau 21 dua puluh satu responden, sedangkan tidak ingin ribut 18 delapan belas persen atau 9 sembilan
responden, lain-lain 3 tiga responden 6 enam persen merupakan alasan responden terhadap sisa pengembalian yang tidak dikembalikan kepada konsumen.
Malu, gengsi, tidak ingin ribut merupakan alasan konsumen yang tidak mempermasalahkan uang sisa pengembalian yang tidak dikembalikan kepada konsumen.
Konsumen yang malu, gengsi, tidak ingin ribut terlebih karena nilai nominal uang pecahan yang terlalu kecil, sehingga konsumen merasa enggan untuk
mempermasalahkan, hal ini berkaitan dengan budaya masyarakat Indonesia yang bersikap “pasrah” meskipun haknya telah dilanggar oleh pelaku usaha.
Pelaku usaha yang menetapkan harga barang yang tidak berdasarkan nilai mata uang yang berlaku, karena kurangnya pengetahuan konsumen akan hak-haknya
mengakibatkan tidak memiliki niat atau keberanian untuk melakukan klaim keberatan kepada pelaku usaha. Hal ini disebabkan beberapa hal, antara lain karena uang pecahan
rupiah yang nilainya sedikit sehingga konsumen malu, gengsi dan mengajukan klaim kepada pelaku usaha. Meskipun konsumen menyatakan keberatan atas sikap pelaku
usaha dalam hal ini bagian kasir tidak memberikan sisa kembalian belanja konsumen dengan alasan tidak tersedianya uang pecahan rupiah yang dimaksud.
Disisi lain, ada juga pelaku usaha di pasar modern yang menetapkan harga suatu barang yang tidak berdasarkan nilai mata uang yang berlaku, akan tetapi konsumen tidak
dirugikan. Seperti pelaku usaha dalam hal ini kasir melakukan pembulatan yang sudah
Universitas Sumatera Utara
diatur oleh system mesin kasir. Misalnya, konsumen berbelanja dengan jumlah Rp. 20.575,- dua puluh ribu lima ratus tujuh puluh lima rupiah dan konsumen
menyerahkan uang Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah dan konsumen menerima pengembalian Rp. 19.500,- sembilan belas ribu lima ratus rupiah yang sudah diatur
oleh system mesin kasir. Meskipun pelaku usaha menetapkan harga suatu barang yang tidak berdasarkan nilai mata uang, akan tetapi konsumen tidak mengalami kerugian
dengan pembulatan tersebut.
2. Konsumen mempermasalahkan sisa uang pengembalian yang tidak dikembalikan kepada konsumen