Status Gizi TINJAUAN PUSTAKA

Adalah fase setelah anak dipulangkan dari rumah sakitpuskesmasPanti Pemulihan Gizi. Fase ini merupakan fase pemberian makanan tumbuh kejar dengan pemberian makanan keluarga dan pemberian makanan tambahan pemulihan PMT-P

2.5. Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat gizi. Dibedakan atas status gizi buruk, kurang, baik dan lebih. Keadaan gizi adalah keadaan akibat dari keseimbangan antara konsumsi dan penyerapan gizi dan penggunaan zat-zat gizi tersebut atau keadaan fisiologik akibat dari tersedianya zat gizi dalam seluler tubuh Supariasa, dkk, 2002. Untuk mengetahui pertumbuhan anak, secara praktis dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan secara teratur. Ada beberapa cara menilai status gizi yaitu dengan pengukuran antropometri, klinis, biokimia dan biofisik yang disebut dengan penilaian status gizi secara lansung. Pengukuran status gizi anak berdasarkan antropometri adalah jenis pengukuran yang paling sederhana dan praktis karena mudah dilakukan dan dapat dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Secara umum atropometri adalah ukuran tubuh manusia. Antropometri yang merupakan pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi yang dapat dilakukan terhadap Berat Badan BB, Tinggi Badan TB dan lingkaran bagian tubuh serta tebal lemak dibawah kulit Supariasa, dkk, 2002. Sampai saat ini, ada beberapa kegiatan penilaian status gizi yang dilakukan yaitu kegiatan Pemantauan Status Gizi PSG, kegiatan bulan penimbangan dan dalam kegiatan penelitian. Jenis pengukuran yang paling sering dilakukan adalah Universitas Sumatera Utara antropometri, karena mudah, prosedurnya sederhana dan dapat dilakukan berulang serta cukup peka untuk mengetahui adanya perubahan pertumbuhan tertentu pada anak balita. Cara pengukuran dengan antropometri dilakukan dengan mengukur beberapa parameter antara lain : umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak dibawah kulit. Kombinasi umum digunakan dalam menilai status gizi adalah Berat Badan menurut umur BBU, Tinggi Badan menurut Umur TBU, dan Berat Badan menurut tinggi Badan BBTB Soekirman, 2000. Pilihan indeks antropometri tergantung pada tujuan penilaian status gizi, indeks BBU menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini saat diukur karena mudah berubah namun tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan. Indeks TBU menggambarkan status gizi masa lalu karena dalam keadaan normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi badan atau panjang badan relatif – sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu yang singkat. Pengaruh kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama. Sedangkan indeks BBTB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini, dapat dikatagorikan sebagai kurus merupakan pengukuran antropometri yang terbaik Soekirman, 2000. 1 Indeks BBU a. Gizi baik bila Z-Score terletak -2 SD s\d + 2 SD Universitas Sumatera Utara b. Gizi kurang bila Z-Score terletak -2 SD s\d -3 SD c. Gizi buruk bila Z-Score terletak -3 SD d. Gizi lebih bila Z-Score terletak +2 SD 2 Indeks TBU a. Normal bila Z-Score terletak -2 SD s\d + 2 SD b. Pendek bila Z-Score terletak -2 SD 3 Indeks BBTB a. Gizi baik bila Z-Score terletak -2 SD s\d + 2 SD b. Kuruz bila Z-Score terletak -3 SD s\d -2 SD c. Sangat Kurus bila Z-Score terletak -3 SD d. Gemuk bila Z-Score terletak +2 SD Arisman, 2004 Perhitungan dengan nilai Z-Score berlaku untuk semua indeks dengan batas ambang yang sama, dengan cara : Z-Score = Nilai Individu Subjek – Nilai Median Buku Rujukan Nilai Simpangan Baku Rujukan Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter disebut indeks antropometri. Beberapa indeks telah diperkenalkan seperti pada hasil seminar antropometri 1975. Di Indonesia ukuran baku pengukuran dalam negri belum ada, maka untuk berat badan BB dan tinggi badan TB digunakan baku Harvard yang disesuaikan untuk Indonesia 100 baku Indonesia = 50 persentil harvard dan untuk Lingkar Lengan Atas LLA digunakan baku wolansky Supariasa dkk, 2002. Universitas Sumatera Utara Beberapa indeks antropometri antara lain : Supariasa dkk, 2002 1. Berat Badan Menurut Umur BBU Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan mendadak, misalnya karena serangan penyakit infeksi terhadap perubahan-perubahan mendadak, misalnya karena serangan penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Berat badan merupakan parameter antropometri yang sangat labil Supariasa dkk, 2002. Berdasarkan karakteristik indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini current nutritional status Supariasa dkk, 2002 Kelebihan indeks BBU adalah lebih mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengukur status gizi akut maupun kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil dan dapat mendeteksi kegemukan. Supariasa dkk, 2002. Kelemahan indeks BBU adalah mengakibatkan intreprestasi yang keliru bila terdapat edema atau esites, umur sering sulit ditaksir dengan tepat, sering terjadi kesalahan pengukuran seperti pengaruh pakaian atau gerakan pada waktu penimbangan dan secara operasional sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya. Universitas Sumatera Utara Alat yang dapat memenuhi persyaratan dan kemudian dipilih dan dianjurkan untuk digunakan dalam penimbangan anak balita adalah dacin Supariasa dkk, 2002. 2. Tinggi Badan Menurut Umur TBU Tinggi badan merupakan ukuran antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan, keadaan normal tinggi badan tumbuh sama dengar pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam jangka waktu yang relatif pendek. Pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama Supariasa dkk, 2002. Keuntungan indeks TBU adalah baik untuk menilai status gizi pada masa lalu, ukuran panjang dapat di buat sendiri, murah dan mudah dibawa. Sedangkan kelemahan indeks TBU tinggi badan tidak cepat naik bahkan tidak mungkin turun, pengukuran relatif sulit karena anak harus berdiri tegak sehingga diperlukan dua orang untuk melakukannya dan ketepatan umur sulit didapat. Alat yang digunakan untuk pengukuran tinggi badan untuk anak balita yang sudah dapat berdiri dilakukan dengan alat pengukuran tinggi mikrotoa micritoise. Namun untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri, digunakan alat pengukur panjang bayi Supariasa dkk, 2002. 3. Berat Badan Menurut Tinggi Badan BBTB Berat badan mempunyai hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan kecepatan tertentu. Universitas Sumatera Utara Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat inisekarang. Keuntungan indeks BBTB tidak memerlukan data umur, dapat membedakan proporsi badan gemuk, normal, kurus. Kelemahan indeks BBTB adalah tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut cukup tinggi badan atau kelebihan tinggi badan menurut umurnya, sering mengalami kesulitan pengukuran tinggi badan, membutuhkan dua macam alat ukur, pengukuran relatif lama, membutuhkan dua orang yang melakukannya dan sering terjadi kesalahan dalam pengukurannya terutama oleh kelompok non-profesional Supariasa, dkk, 2002.

2.6 Gizi Kurang

Dokumen yang terkait

Gambaran Peran Keluarga Terhadap Penderita Tbc Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara 2013

1 61 152

PEMBERDAYAAN KADER DENGAN MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN KADER DALAM PELAYANAN POSBINDU DI WILAYAH Pemberdayaan Kader dengan Meningkatkan Pengetahuan dan Keterampilan Kader di Wilayah Kerja Puskesmas Bayat.

0 2 17

Lilis Ratna Dewi R 1111018

1 2 53

Analisis Faktor Positive Deviance terhadap Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan dari Keluarga Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara Tahun 2014

0 0 17

Analisis Faktor Positive Deviance terhadap Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan dari Keluarga Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara Tahun 2014

0 0 2

Analisis Faktor Positive Deviance terhadap Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan dari Keluarga Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara Tahun 2014

0 0 9

Analisis Faktor Positive Deviance terhadap Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan dari Keluarga Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara Tahun 2014

0 0 29

Analisis Faktor Positive Deviance terhadap Status Gizi Anak Usia 0-24 Bulan dari Keluarga Miskin di Wilayah Kerja Puskesmas Pematang Panjang Kabupaten Batubara Tahun 2014

0 1 3

Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan dan Keterampilan Kader dalam Menilai Pertumbuhan Balita di Puskesmas Peureulak Kabupaten Aceh Timur Tahun 2014

0 0 16

Efektifitas Pelatihan Metode Kanguru Terhadap Pengetahuan Dan Keterampilan Kader Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gandus Palembang Tahun 2012

0 3 9