Modal Sosial KAJIAN PUSTAKA

xxxiv 3. Ketrampilan dasar umumnya sudah dimilik secara turun-temurun 4. Bersifat padat karya atau menyerap tenaga kerja yang cukup banyak 5. Peluang pasar cukup luas, sebagian besar produknya terserap di pasar lokaldomestik dan tidak tertutup sebaian lainnya berpotensi untuk diekspor. 6. Beberapa komoditi tertentu memiliki ciri khas terkait dengan karya seni budaya daerah setempat 7. Melibatkan masyarakat ekonomi lemah setempat 8. Secara ekonomis menguntungkan

3. Modal Sosial

Bourdieu dengan karya tulisannya berjudul Form of Sosial Capital www.google.com – social capital: civic community and educationsocial_capital Menjelaskan modal sosial sebagai berikut : “Sosial capital is the aggregate of the actual or potential resources which are linked to possession of a durable network of more or less institutionalized relationships of mutual acquaintance and recognition” Bourdieu 1983: 249 Modal sosial adalah sekumpulan sumber daya yang aktual atau potensial yang terhubung dengan kepemilikan sebuah jaringan yang tahan lama dalam hubungan pengenalan dan pengakuan timbal balik yang kurang atau lebih terinstitusionalisasikan atau terlembaga. Dalam pemikiran tekonomi tradisional, istilah “modal” berarti sejumlah uang yang dapat diinvestasikan dengan harapan akan memperoleh keuntungan di masa depan. Field, 2003:12 xxxv Sedangkan Putnam dalam artikelnya yang berjudul Bowling Alone: America’s Declining Sosial Capital dalam Journal of Democracy di situs www.eaglenet.lambuth.edu menjelaskan modal sosial sebagai berikut : “… physical capital refers to physical objects and human capital refers to the properties of individuals, sosial capital refers to connections among individuals – sosial networks and the norms of reciprocity and trustworthiness that arise from them……..” “……A society of many virtuous but isolated individuals is not necessarily rich in sosial capital” Putnam 2000: 19. Modal fisik mengacu pada obyek fisik dan modal manusia mengacu pada kekayaan atau perlengkapan individu. Sedangkan modal sosial mengacu pada koneksi atau hubungan antara individu – jaringan-jaringan sosial dan norma- norma dari hubungan timbal balik dan kepercayaan yang muncul pada masyarakat. Suatu masyarakat meskipun dengan memiliki sifat budi luhur atau baik tetapi merupakan individu yang terisolasi atau mengikat diri tidaklah terlalu banyak dibutuhkan di dalam perkembangan modal sosial. Modal sosial mengacu kepada hubungan pribadi dan interaksi antarpribadi bersama dengan seperangkat nilai-nilai bersama yang diasosiasikan dengan hubungan dan kontak semacam itu. Lin dkk 2001 menyamakan hubungan- hubungan tersebut dengan jaringan sosial “hubungan sosial antara pelaku-pelaku individual, grup dan organisasi yang berguna sebagai sumber daya untuk menghasilkan pengembalian yang bersfat positif hal6.” Sosial Partnership In The Making : Trust, Reciprocity and Sosial Capital at HERO Saling percaya dan kesediaan serta kerelaan dari setiap anggota kelompok untuk saling tolong menolong merupakan modal sosial terpenting dalam suatu xxxvi kelompok untuk mengembangkan potensi yang dimiliki guna meningkatkan kesejahteraan bersama. Meskipun interaksi terjadi karena berbagai alasan, manusia berinteraksi, berkomunikasi dan kemudian menjalin kerjasama pada dasarnya dipengaruhi oleh keinginan untuk berbagi cara mencapai tujuan bersama yang tidak jarang berbeda dengan tujuan dirinya sendiri secara pribadi. Keadaan ini terutama terjadi pada interaksi yang berlangsung relatif lama hingga melahirkan modal sosial, yaitu ikatan-ikatan emosional yang menyatukan orang untuk mencapai tujuan bersama, kemudian menumbuhkan kepercayaan dan keamanan yang tercipta dari adanya relasi yang relatif panjang. Modal sosial seperti ini dapat dilihat sebagai sumber yang dapat digunakan baik untuk kegiatan produksi saat ini, maupun untuk diinvestasikan bagi kegiatan di masa depan. Edi Suharto, 2006 Lyda Judson Hanifan 1916,1920 memiliki kajian tentang suatu unit sosial yang didalamnya terjadi pola-pola hubungan timbal-balik yang didasari oleh prinsip-prinsip kebajikan bersama sosial virtues, simpati dan empati serta tingkat kohesifitas hubungan antar individu dalam kelompok sosial cohesivity. Modal sosial memiliki peranan yang penting dalam memfungsikan dan menguatkan kehidupan modern dalam Hasbulah;2006. Hal tersebut dilihat dari pemahaman dari modal sosial yang diyakini sebagai komponen penting dalam menggerakkan kebersamaan, mobilitas ide, kesaling percayaan dan kesaling menguntungkan. xxxvii Marnia Nes juga menambahkan bahwa modal sosial merupakan kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi. Tujuan bersama ini terkait dengan kemakmuran, kesejahteraan, kesuksesan dan lain-lain. Beberapa hal tersebut akan mudah dicapai oleh suatu masyarakat apabila satu sama lain memiliki kepercayaan yang kuat. Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian – bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan menjadi kebisaaan dalam kelompok yang paling kecil ataupun dalam kelompok masyarakat yang besar seperti negara. Pilar modal sosial, menurut Paldam 2000, adalah kepercayaan trust, eksistensi jaringan network, dan kemudahan bekerja sama ease of cooperation. Oleh karena itu bisa dikatakan bahwa modal sosial adalah kerja sama antarwarga atau antar individu untuk menghasilkan tindakan kolektif. Masyarakat yang memiliki modal sosial tinggi cenderung bekerja secara gotong-royong, merasa aman untuk berbicara dan mampu mengatasi perbedaan-perbedaan. Sebaliknya, pada masyarakat yang memiliki modal sosial rendah akan tampak adanya kecurigaan satu sama lain, merebaknya ‘kelompok kita’ dan ‘kelompok mereka’, tiadanya kepastian hukum dan keteraturan sosial, serta seringnya muncul ‘kambing hitam’. Modal sosial memiliki banyak unsur yang mendukung dan membentuknya. Rusdi Syahra menjelaskan modal sosial memiliki sepuluh unsur sebagai berikut : xxxviii 1. Kepercayaan trust adalah kecenderungan untuk menepati sesuatu yang telah dikatakan baik secara lisan ataupun tulisan. Hubungan yang familiar dan stabil di kalangan pelaku-pelaku sosial dalam organisasi dapat mengurangi keraguan para pratisipan struktur sosial mengena motivasi orang lain dan meredam kegelisahan akan tindakan- tindakan orang lain yang tidak sesuai dengan harapan mereka. Agar orang- orang dengan kepentingan berbeda dapat bekerjasama untuk mencapai sasaran-sasaran yang telah mereka tetapkan, mereka tidak hanya perlu mengetahui satu sama lain tetapi juga mempercayai satu sama lain untuk mencegah adanya eksploitasi maupun kecurangan dalam hubungan mereka. Coleman, 1998:102-104. 2. Solidaritas, kesediaan untuk secara sukarela ikut menanggung suatu konsekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah. 3. Toleransi, kesediaan untuk memberikan konsensi atau kelonggaran baik dalam bentuk materi maupun non materi sepanjang tidak berkenan dengan hal-hal yang bersifat prinsipil. 4. Tanggung jawab adalah kesadaran untuk memenuhi kewajiban sebagai cerminan rasa perduli terhadap masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama. 5. Kerjasama adalah suatu keadaan yang mencerminkan kesedian dari semua pihak yang terlibat memberikan kontribusi yang seimbang dalam melakukan berbagai hal yang menyangkut kepentingan bersama. xxxix Kerjasama juga merupakan upaya penyesuaian dan koordinasi tingkah laku yang diperlukan untuk mengatasi konflik ketika tingkah laku seseorang atau kelompok dianggap menjadi hambatan oleh kelompok lain, sehingga akhirnya tingkah laku mereka bisa cocok satu sama lain. 6. Kebersamaan adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan adanya kesediaan untuk terlibat dalam kegiatan yang menyangkut kepentingan bersama. 7. Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang mengutamakan kemampuan sendiri untuk memenuhi berbagai kebutuhan tanpa tergantung kepada atau mengharapkan bantuan orang lain. 8. Keterbukaan adalah kesediaan menyampaikan secara apa adanya segala hal yang orang lain yang berkepentingan menganggap bahwa mereka perlu mengetahuinya. 9. Keterusterangan adalah kesediaan untuk menyampaikan secara apa yang sesungguhnya yang dipikirkan atau dirasakan tanpa dihalangi oleh perasaan ewuh, pekewuh, sungkan atau takut. 10. Empati adalah kemampuan memahami apa yang dirasakan oleh orang lain atau kemampuan untuk menempatkan diri dalam situasi orang lain.

4. Pemberdayaan Masyarakat