Pemanfaatan Modal Sosial Dalam Pemberdayaan Ekonomi Lemah (Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

(1)

PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LEMAH

(Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1)

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Disusun Oleh:

BURHAN EFENDI

NIM 080901005

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh:

NAMA : BURHAN EFENDI

NIM : 080901005

DEPARTEMEN : SOSIOLOGI

JUDUL :PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM

PEMBERDAYAAN EKONOMI LEMAH (Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

Medan, 2012

Pembimbing Skripsi Ketua Departemen

(Dra.Lina Sudarwati M.Si) (Dra.Lina Sudarwati M.Si)

NIP. 196603181989032001 NIP. 196603181989032001

Dekan FISIP USU

(Prof.DR. Badarrudin M.si) NIP.19680525199203100


(3)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan didepan panitia penguji skripsi Departemen Sosiologi pada:

Hari : Rabu

Tanggal : 20 Januari 2012

Pukul : 14.30 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

TIM PENGUJI

Ketua : Prof. Dr. Badaruddin, M.Si (...) (NIP: 196805251992031002)

Penguji I : Dra.Lina Sudarwati M.Si (...) (NIP: 196603181989032001)

Penguji II : Dra.Rosmiani, M.A (...)


(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Atas limpahan rahmat dan hidayah serta karunia dan nikmat-Nya, terutama nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, contoh tauladan dalam kehidupan ini. Semoga penulis dan pengikutnya beliau lainnya mendapat syafa`atnya kelak dihari kemudian. Amin

Skripsi ini merupakan karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk dapat meyelesaikan studi di Departemen Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul :PEMANFAATAN MODAL SOSIAL DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI LEMAH (Studi Deskriptif Penggunaan Dana Badan Amil Zakat, Infaq, Sedekah Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat di Kota Medan)

Dengan ketulusan hati penulis ingin menghanturkan terima kasih kepada kedua orang tua, keluarga besar Bahrumsyah, abang dan kakak, pimpinan universitas, pimpinan fakultas, pimpinan departemen, dosen dan staf pengajar, informan, kerabat organisasi lokal dan kawan-kawan yang merupakan bagian dari sejarah perjalanan penulis selama menjadi mahasiswa yang menuntut ilmu sosial di Universitas Sumatera Utara, Adapun Mereka adalah

1. Kedua orang tua tercinta yang bukan sekedar membesarkan saja, namun

memberikan semangat menjalani hidup dengan moral yang baik, kerja keras dan mandiri, kepada (ayah) Bahrumsyah dan Umi (Ibu) Painah engkau bagaikan karang dilautan yang salalu tegar dan tabah membina keluarga dengan enam anakmu. Semoga keteladanan ini dapat dipertahankan dan bermafaat bagi semuanya.Terima kasih juga kepada


(5)

unde Banun yang memberikan bekal Interpreneurship engkau sosok perempuan yang pernah ku temui atas kegigihan mencari nafkah dalam hidup ini, abah (abang) Ilham Syahputra, Agus Salim terima kasih atas semua masukan moral, spiritual, dan materi yang engkau berikan kepada adinda. Kakak Ramayani, Popy, Deby yang telah memberikan dan tidak bosan-bosan memberikan arahan yang baik pada adikmu dan (istri/suami) kakak lela, kakak Ika, Srimutiara dan abang Arman, Amri, Robert , dan anak-anakku Febiyola Mawaddah, Fauzan, Dinda, Keysa, Aura, Jelita, Febriansyah, Ruby Anugerah, Dipkah semoga diberikan kesehatan selalu oleh Allah SWT untuk kita semua.

2. Bapak Dekan FISIP USU Prof.Dr. Badaruddin, M.si, beserta segenap Staf

dan jajaranya;

3. Ibu Dra. Lina Sudarwati, M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi FISIP USU dan selaku dosen pembibing skripsi ini, dimana tengah-tengah kesibukan sebagai ketua departemen beliau masih sabar membimbing untuk arah yang lebih baik, semoga ilmu yang ibu berikan kepada penulis menjadi modal hidup penulis untuk menjalani hidup ini yang lebih baik lagi dan penulis selalu berdoa semoga keluarga ibu selalu berada keadaan sehat selalu.

4. Bapak Drs, T. Ilham Saladin selaku Sekretaris Departemen Sosiologi

Fisip USU

5. Bapak/ibu Dosen dan staf Pengajar Departemen Sosiologi Fisip USU,

Bapak Junjungan S.B.P, Bapak Sismudjito, Ibu Rosmiani, Ibu Ria Manurung, Ibu Elida Linda, Bapak Rizabuana, Bapak Henry Sitorus, ibu


(6)

Marhaine, Bapak Muba Simanihuruk, Ibu Harmona Daulay dan Asisten dosen bang ilham, kakak devi, kakak Anastasia, kakak Arimbi, bang Jonny Marbun S.sos (terimakasih atas ilmunya dilapangan penulis tidak pernah melupakan hal itu) semoga ilmu yang disampaikan kepada penulis dapat menjadikan bekal nantinya penulis terapkan dan amalkan ditengah-tengah masyarakat

6. Terima kasih kepada Bapak Drs. Edward M.Sp selaku ketua BKM

Mushollah dan staf jajaranya yang telah mempercayai kami untuk mengelolah dan menjaga Mushollah FISIP USU, & Bapak Drs. A.Manan, M.Sp yang sabar telah menerima keluh kesah kami selama dimushollah semoga kebaikan bapak kami hargai dalam perjalanan hidup ini.

7. Seluruh /ibu dosen, staf pengajar dan pegawai Departemen Sosiologi

FISIP USU dan Dosen di luar FISIP USU yang pernah menjadi Dosen Pengasuh Mata Kuliah yang diajarkan;

8. Terindah dan teristimewa kepada kawan-kawan seperjuangan Angkatan

2008. Erlangga (semoga pilihanmu menjadi yang terbaik) Anggre wirawan, Rudi (alun), Reza (hancurkan penghianat), Dicky, Putra, Rizal, Gio, Arman, Okta, Syahrul, John Purba, Bresman, Reni, frina, Judika, Dessie, Ricat,Wistin, Riama, Mitha, Evalina, Dian, Salmen, Belman, Heberlin, Sylvia, Amos Pasaribu, Irma, Esty, Lucie, Satya Mitra, Frisilia, Roby, Raja, Sondang, Alfat (Teori Sangkar Burung), Fitri, Ririn, Mayliana, Elfi, Putri, Ahmed, Nari, Ayu, Dani, Hendra, Vera, Lenni, Roinal, Gusnimar, Yuacep, Khodijah, Silky, Yudis, Ruth, Sugi (Makasih atas teori-teori yang terbangun ), Dicki Hombing, Eninta, Grace (makasih


(7)

udah bantui bahasa inggris), Zulfikar, Vanny, Ratih, Poibe, Okta virna, Santi, Roy, For Love the Best Frends.

9. Buat terkhusus teman-teman team mangrove Agre, Jhon Pardamean,

Dicky Eko, Penulis Sendiri, Esty, Silky, Sugi, Rina, Kharisma, Elfi, Sri Ramadhani, Lucie, Mitha, semoga kita tidak bercerai berai dalam menghadapi kebenaran.

10. “Lubuk Rumah” Mushollah FISIP USU. Kakanda Rajab Polpoke Manise Ambon (Jepo) kapan burhan main-main ke Ambon ya, Kakanda Jaka (ngejrek),Bang Buyamin, Kakanda Suyadi, Kakanda Syaipul, Kakanda Buyak, Kakanda Rais, Kakanda Afwan, Kakanda dedek, Kakanda Mirza, Kakanda Zulkarnain.

11. Buat Ikatan Mahasiswa Sosiologi (IMASI) dalam pengurusannya, semoga tahun-ketahun semakin baik.

12. Buat Organisasi intra kampus UKMI As-siyasah didalam pengurusan seperti Prie (si tampan dari sorik marapi), Alim, Khadapi, Tamma, Ardhi, Bang Reza , Bang Arif, Bang Mulya,Syahid, Bima, Saddam dan Akhwat yang lainya.

13. Buat Organisasi Ekstra Kampus HMI,GMNI,KAMMI,FMN FISIP USU tetap jaya dalam membangun tatanan bangsa ini.

14. Buat elemen kampus yang telah berpartisipasi dalam keamanan, kebersihan yaitu Buat ibu, bapak yang pagi-pagi sekali sudah membersihkan halaman kampus ini, buat nenek yang tidak kenal lelah membersihkankan ruangan mahasiswa yang pulang sampai larut malam, buat kakak-kakak yang membersihkan ruangan. Buat petugas keamanan


(8)

gerbang dan parkir seperti bang sukron dan teman-teman lainnya dan jaga malam bang Hendro, Budi dll. Makasih kita saling percaya, sehingga ini menjadikan modal sosial penulis dengan keterbatasan Finansial untuk tinggal dikampus FISIP. Kami tau, kami bagian dari kalian yang tidak dapat terpisahkan dan teritegritas dalam kemajuan FISIP USU.

Walaupun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh kerenanya, kritik dan saran yang konstruktif tetap penulis tunggu dari penyempurnaan dikemudian hari.

Medan, 2012 Penulis

Burhan Efendi


(9)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Defenisi Konsep ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nilai Agama Sebagai Modal Sosial... 13

2.2. Modal Sosial dalam Perspektif Sosiologi ... 15

2.2.1. Trust (Kepercayaan) sebagai Modal Sosial ... 18

2.2.2. Jaringan Sosial Sebagai Modal Sosial ... 20

2.2.3. Pranata Sosial sebagai Modal Sosial ... 22

2.3. Penerapan Modal Sosial dalam Aktivitas Ekonomi... 24

2.4. Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan... 25

2.4.1. Pemberdayaan Masyarakat Sektor Informal... 27

2.5. Pekerjaan Wanita di Bidang Nafkah... 28

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian... ... 31

3.2. Lokasi Penelitian ... 32

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 32

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.5. Interpretasi Data ... 37


(10)

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Sejarah Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU)... .... 38

4.1.1. Kantor PKPU Cabang Medan... 40

4.1.2. Visi dan Misi PKPU ... 41

4.1.3. Prinsip Lembaga ... 41

4.1.4. Budaya Kerja PKPU ... 42

4.2. Asal Usul Dana PKPU... 43

4.2.1. Zakat Center ... 43

4.2.2. Manajemen Corporate ... 43

4.3. Deskripsi Lokasi Kelompok Binaan PKPU 4.3.1. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 4.3.1.1. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 46

4.3.1.2. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... 47

4.3.1.3. Sejarah Lahir KUBE” Mandiri Utama”... 48

4.3.1.4. Pembina Dan Pendaping KUBE“Mandiri Utama”.. 49

4.4. Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 4.4.1. Keadaan Penduduk... ... 51

4.4.2. Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin... ... 51

4.4.3. Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian... ... 52

4.4.4. Sejarah Lahirnya KSM “Harapan Mandiri”... ... 53

4.5. Karakteristik Informan 4.5.1. Profil Informan Penelitian... 55

4.5.1.1. Pengurus PKPU... 56

4.5.1.2. Donatur(muzakki) tetap PKPU... 61

4.5.1.3. Kelompok Usaha Bersama(KUBE)... 64

4.5.1.4. Kelompok Swadaya Masyrakat (KSM)... 68

4.6. Strategi Pengumpulan Dana PKPU 4.6.1. Realiasasi Nilai agama Islam Pengumpulan ZIS ... 76

4.6.2. Kepercayaan Muzakki Kepada PKPU... 80

4.6.3. Pemanfaatan Jaringan Sosial PKPU... 81

4.6.4. Keberhasilan PKPU Dalam Pengumpulan ZIS... 86 4.7. Pengelolahan Dana Zakat, Infaq dan Sedekah (ZIS) PKPU


(11)

4.7.1. Alokasi Dana ZIS PKPU... 91

4.8. Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Lemah 4.8.1. Sistem Perekrutan Pemberdayaan Ekonomi Lemah.... 94

4.8.2. Cara Agar Terbentuknya Kelompok Binaan... 95

4.8.3. Tujuan Pembentukan Kelompok Binaan... 96

4.8.4. Komitmen Pemberdayaan Kelompok Binaan... 97

4.8.5. Perkembangan Kelompok Binaan... 98

4.8.5.1. Mengentaskan Kemiskinan Melalui Pemberdayan.. 99

4.8.5.2. Cara PKPU Meningkatkan Etos Kerja... 101

4.8.6. Model Pemberdyaan Kelompok Binaan PKPU... 103

4.8.6.1. Musyawarah dan Aspiratif Penggunaan Dana... .. 103

4.8.6.2. Pendampingan PKPU Kelompok Binaan... 104

4.8.6.3. Transfer Pengetehuan Melalui Diskusi... 110

4.9. Manfaat Pemberdayaan Bagi Kelompok Binaan 4.9.1. Peningkatan Modal Usaha dan Pengembangan Usaha 111

4.9.2. Peningkatan Pengetahuan Mengelolah Usaha. ... 109

4.9.3. Pengembangan Jaringan Sosial... 119

4.9.4. Kendala PKPU dan Kelompok Binaan... 124

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 130

5.2. Saran ... 131 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(12)

Daftar Tabel Halaman

Tabel 1. Identifikasi Kriteria Budaya Kerja PKPU………...42 Tabel 2. Kegiatan PKPU………...44 Tabel 3. Struktur Susunan Kepengurusan PKPU...45 Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kelurahan Tanjung Sari...46 Tabel 5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Tanjung Sari...47 Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Kelurahan Siti Rejo I...52 Tabel 7. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Kelurahan Siti Rejo I...52 Tabel 8. Wilayah dan Sektor Kelompok Binaan...97


(13)

ABSTRAK

Penelitian ini lahir dari pemikiran “mengapa lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dapat eksis dan berkembang ditengah-tengah masyarakat Kota Medan dalam mengoptimalkan dana Zakat, Infaq dan Sedekah”. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) melalui program-program memberdayaan ekonomi lemah perempuan khusus ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan energi-energi sosial sebagai dasar / kekuatan untuk bertahan dan berkembang. Energi-energi sosial tersebut yaitu trust (kepercayaan), jaringan sosial, dan pranata yang semuanya merupakan elemen-elemen penting dalam modal sosial. Pemanfaatan modal sosial untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan kelompok binaan ibu-ibu ekonomi lemah yang dibentuk oleh PKPU inilah yang dijadikan fokus penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami permasalahan yang diteliti sehingga dapat memberikan masukan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala dan gambaran yang akan diteliti. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemanfaatan modal sosial dalam pemberdayaan ekonomi lemah perempuan yang dibentuk Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) sehingga kelompok binaan dapat eksis dan berkembang sampai saat ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Lokasi penelitian adalah di lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dan kelompok binaan PKPU Medan dengan unit analisis dan informan yaitu pengurus PKPU cabang Medan, muzakki tetap PKPU, penanggung jawab program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan, pendamping lapangan program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan dan orang yang terlibat dalam kelompok binaan. Sedangkan interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap hasil turun lapangan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemanfaatan modal sosial merupakan dasar/kekuatan yang dapat mempertahankan dan mengembangkan PKPU Kepercayaan atau trust yang ada ditubuh pengurus dan pengelola kelompok binaan merupakan modal keberhasilan dalam merekrut anggota dan pemberian bantuan modal usaha. Jaringan sosial dan pranata yang dimiliki PKPU semakin menguatkan keberadaan trust / kepercayaan pengurus dan kelompok binaan. Dengan jaringan sosial yang dimiliki PKPU dan kelompok binaan hubungan sosial-ekonomi pun dapat ditingkatkan. Amanah, tanggung jawab, transparan, cepat dan peduli yang merupakan pranata yang ada di PKPU juga dapat meningkatkan solidaritas dan loyalitas pelaku-pelaku PKPU dan kelompok binaan. Kesemuanya itu tidak terlepas dari peran pengurus dan kelompok binaan dalam memanfaatkan modal-modal sosial tersebut untuk upaya pemberdayaan ekonomi lemah bantuan usaha perkembangan kelompok binaan.


(14)

ABSTRAK

Penelitian ini lahir dari pemikiran “mengapa lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dapat eksis dan berkembang ditengah-tengah masyarakat Kota Medan dalam mengoptimalkan dana Zakat, Infaq dan Sedekah”. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) melalui program-program memberdayaan ekonomi lemah perempuan khusus ibu-ibu rumah tangga memanfaatkan energi-energi sosial sebagai dasar / kekuatan untuk bertahan dan berkembang. Energi-energi sosial tersebut yaitu trust (kepercayaan), jaringan sosial, dan pranata yang semuanya merupakan elemen-elemen penting dalam modal sosial. Pemanfaatan modal sosial untuk dapat mempertahankan dan mengembangkan kelompok binaan ibu-ibu ekonomi lemah yang dibentuk oleh PKPU inilah yang dijadikan fokus penelitian.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Tujuan penelitian kualitatif ini adalah untuk memahami permasalahan yang diteliti sehingga dapat memberikan masukan gambaran yang lebih mendalam tentang gejala-gejala dan gambaran yang akan diteliti. Adapun tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pemanfaatan modal sosial dalam pemberdayaan ekonomi lemah perempuan yang dibentuk Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) sehingga kelompok binaan dapat eksis dan berkembang sampai saat ini. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Lokasi penelitian adalah di lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dan kelompok binaan PKPU Medan dengan unit analisis dan informan yaitu pengurus PKPU cabang Medan, muzakki tetap PKPU, penanggung jawab program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan, pendamping lapangan program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan dan orang yang terlibat dalam kelompok binaan. Sedangkan interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan dari setiap hasil turun lapangan.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa pemanfaatan modal sosial merupakan dasar/kekuatan yang dapat mempertahankan dan mengembangkan PKPU Kepercayaan atau trust yang ada ditubuh pengurus dan pengelola kelompok binaan merupakan modal keberhasilan dalam merekrut anggota dan pemberian bantuan modal usaha. Jaringan sosial dan pranata yang dimiliki PKPU semakin menguatkan keberadaan trust / kepercayaan pengurus dan kelompok binaan. Dengan jaringan sosial yang dimiliki PKPU dan kelompok binaan hubungan sosial-ekonomi pun dapat ditingkatkan. Amanah, tanggung jawab, transparan, cepat dan peduli yang merupakan pranata yang ada di PKPU juga dapat meningkatkan solidaritas dan loyalitas pelaku-pelaku PKPU dan kelompok binaan. Kesemuanya itu tidak terlepas dari peran pengurus dan kelompok binaan dalam memanfaatkan modal-modal sosial tersebut untuk upaya pemberdayaan ekonomi lemah bantuan usaha perkembangan kelompok binaan.


(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Saat ini Indonesia masih dihadapkan pada masalah penting yakni, persoalan kemiskinan, berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS) mengeluarkan data angka penduduk miskin di Indonesia per Maret 2011 mencapai 30,02 juta orang atau 12,49% dari jumlah penduduk (http://nasional,BPS-angka-kemiskinan-periode-Maret-2011). Data Susenas (Survei Sensus Ekonomi Nasional) tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah rumah tangga yang dikepalai perempuan mencapai 13.60% atau sekitar 6 juta rumah tangga yang mencakup lebih dari 30 juta penduduk. Rumah tangga yang dikepalai perempuan umumnya miskin dan merupakan kelompok termiskin dalam strata sosial ekonomi di Indonesia. Hal ini sangat terkait dengan kualitas sumberdaya perempuan kepala keluarga yang rendah.

Menurut Adi Sasono (dalam Asnaini, 2008 :73) kemiskinan rakyat Indonesia disebabkan oleh faktor luar yaitu sejarah, situasi dan kondisi yang ada, kemiskinan rakyat Indonesia tidak disebabkan mereka sejak semula tidak mempunyai faktor-faktor kultural yang dinamis. Mereka terbelakang dan miskin karena kesempatan tidak diberikan kepada mereka. Mereka miskin oleh karena kesempatan-kesempatan telah dihancurkan dari mereka. Faktor badaniah yang mereka punyai merupakan satu-satunya alat untuk memperoleh nafkah, sebagai akibat kemiskinan. Faktor badaniah ini cenderung untuk lebih mendekati “ampas” (waste) yang tidak dapat menimbulkan kegiatan-kegiatan produktif yang otonom


(16)

dan gantung kepada harta produktif. Timbullah hubungan Patron client, dimana massa miskin menjadi kelas yang tidak dapat berdaya dan praktis menyerah sepenuhnya “kebaikan hati” pemilik harta produktif. Golongan miskin makin jauh tertinggal dan akan terus mengalami perlakuan semena-mena dari golongan orang kaya sehinggga golongan miskin tidak berdaya.

Kemudian hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan pada bulan Maret 2011 menunjukkan bahwa jumlah penduduk miskin di Provinsi Sumatera Utara sebanyak 1.481.300 orang atau sebesar 11,33 persen terhadap jumlah penduduk seluruhnya. Sedangkan di daerah perkotaan sebanyak 691.100 orang atau 10,75 persen. Selama periode Maret 2010 - Maret 2011, penduduk miskin di daerah perkotaan bertambah sekitar 2.100. Berdasarkan data yang dilansir Bappeda Kota Medan dari Badan Pusat Statistik (BPS), terhitung per 1 Januari 2011, jumlah warga miskin di Kota Medan bertambah menjadi 9,92% dari 6,40% pada 2010 (http://nasional,BPS-angka-kemiskinan-periode-Maret-2011).

Kemiskinan dapat dilihat mulai dari ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan. Biasanya hal ini ditandai kemiskinan material dimana seseorang tidak mampu memenuhi standar minimum kebutuhan pokok untuk dapat hidup layak. Kemiskinan sangat terkait dengan pendapatan, sangat tergantung dengan tingkat upah sektor pekerjaan. Secara pelaksanaan, tinggi rendahnya upah yang diterima seorang pekerja dipengaruhi oleh produktivitasnya. Jika seorang penduduk yang bekerja dengan upah atau pendapatan rendah harus menanggung anggota kebutuhan keluarga yang besar, maka pendapatan per kapitanya akan semakin rendah dan akan menambah jumlah


(17)

penduduk miskin. Mau tidak mau untuk meningkatkan pendapatannya seorang ibu rumah ikut bekerja untuk meningkatkan pengahasilan rumah tangganya dan bahkan harus menjadi kepala keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, adapun disebab-sebab mereka harus bekerja diantaranya karena bercerai, suami meninggal, ditinggal suami tidak ada kabar, suami migrasi ke negara lain, suami mengalami sakit permanen atau lajang yang bertanggung jawab terhadap keluarga atau saudara. Faktor lain juga besarnya tingkat pertisipasi angkatan kerja wanita untuk bekerja, dipasar kerja dipengaruhi oleh faktor umum yakni tingkat ketergantungan keluarganya hidup pada pihak laki-laki yang tidak memadai mendorong kaum wanita untuk menawarkan dirinya dipasar kerja.

Disamping faktor umum untuk diatas meningkatkan partisipasi wanita

dalam kegiatan ekonomi secara garis besar dapat disebabkan oleh tiga hal yang satu sama lain saling berkaitan. Pertama, lapangan kerja produktif yang tersedia semakin meningkatkan yang sangat erat kaitan dengan pembangunan dan dukungan penguasaan iptek serta perluasan pasar karena meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa. Kedua, semakin terbukanya kesempatan kerja yang jenis pekerjaan lebih sesuai bila dikerjakan oleh wanita dan ketiga pembangunan secara keseluruhan telah meningkatkan kebutuhan masyarakat baik material maupun immaterial.

Menurut Goenawan Sumodiningrat, kesenjangan dan kemiskinan penyebabnya dapat dibedakan menjadi tiga bagian: pertama, kesenjangan dan kemiskinan natural yaitu kesenjangan dan kemiskinan yang disebabkan oleh faktor-faktor alamiah, seperti perbedaan usia, perbedaan tingkat kesehatan, perbedaan geografis tempat tinggal dan lain-lain. Kedua, kesenjangan dan


(18)

kemiskinan kultural, yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh perbedaan adat budaya seperti etika kerja, pola hidup dan sebagainya. Ketiga, kesenjangan dan kemiskinan struktural yang disebabkan oleh faktor-faktor buatan manusia, kemiskinan yang disebabkan kebijakan pemerintah yang pada perekonomian yang bersifat diskriminatif, kolutif dan koruptif, distribusi pendapatan yang tidak merata hingga tatanan ekonomi yang timpang dan lain-lain

Jika ini berlangsung secara terus-menerus maka yang terjadi adalah banyaknya pengangguran, kriminilitas, gizi buruk dan rendahnya angka pendidikan yang akan menciptakan kebodohan. Tentunya ada upaya usaha-usaha dilakukan pihak-pihak pemerintah dan lembaga non pemerintah, adapun usaha yang dilakukan oleh pemerintah dalam program pengentasan kemiskinan berbasis pendapatan hari ini di Kota Medan antara lain berupa Bantuan Langsung Tunai (BLT), Beras Miskin, bantuan untuk kesehatan, dan sejenisnya. Sedangkan pemikiran Muhammad Yunus “Grameen Bank” dalam upaya pengentasan kemiskinan adalah keberlanjutan antargenerasi, memfokuskan pinjaman kredit mikro pada perempuan yang secara ekonomi lemah tanpa agunan. Ada dua misi dari aksi aftif / solusi, Pertama, pemberdayaan perempuan dengan meningkatkan posisi tawar mereka, baik di ruang privat maupun publik. Kedua, peningkatan kualitas hidup anak. Peningkatan ekonomi perempuan berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan kesehatan anak. Pemberdayaan ekonomi perempuan, misalnya, dalam memastikan tercukupi kebutuhan dasar agar generasi berikut tetap bertahan baik pendidikan maupun kesehatan keluarga. Kemudian lembaga


(19)

non pemerintahan juga turut berupaya untuk mengurangi kemiskinan baik secara kemanusiaan maupun agama yaitu dengan lembaga zakat, infaq dan sedekah.

Zakat dipandang sebagai salah satu rukun Islam yang lima, yaitu syahadat, shalat, zakat, puasa dan haji. Melaksanakannya adalah wajib, dengan begitu telah dipandang sebagai dosa bagi siapa saja yang meninggalkannya, dan sebaliknya akan mendapatkan pahala bagi yang menjalankannya. Keputusan Bersama Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama Republik Indonesia No 29 tahun 1991/ 47 Tahun 1991. Kemudian sejak keluarnya UU Pengelolaan Zakat, terdapat 18 LAZ nasional yang mendapat pengukuhan Menteri Agama. LAZ itu, yakni (1) Dompet Dhuafa, (2) Yayasan Amanah Takaful, (3) Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), (4) Yayasan Baitul Maal Muamalat, (5) Yayasan Dana Sosial Al Falah, (6) Yayasan Baitul Maal Hidayatullah, (7) LAZ Persatuan Islam (PERSIS), (8) Yayasan Baitul Maal Ummat Islam (BAMUIS) PT BNI (persero) tbk, (9) LAZ Yayasan Bangun Sejahtera Mitra Umat, (10) LAZ Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia, (11) LAZ Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia, (12) LAZIS Muhammadiyah, (13) LAZ Baitul Maal Wat Tamwil (BMT), (14) LAZ Yayasan Dopet Sosial Ummul Quro (DSUQ), (15) LAZ Baituzzakah Pertamina (BAZMA), (16) LAZ Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhid (DPUDT), (17) LAZ Nahdlatul Ulama (NU), dan

(18) LAZ Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI)

Badan Amil Zakat, Infaq dan Sedekah (BAZIS) sangat berguna, karena untuk mengatur zakat dengan berbagai aspeknya termasuk harta yang dikeluarkan, sebagaimana diketahui bahwa membayar zakat sebagai ibadah dan bukti


(20)

ketundukan kepada Allah SWT, juga memiliki fungsi sosial yang sangat besar dan merupakan satu diantara pilar ekonomi Islam. Jika zakat ini ditata dengan baik, baik penerimaan pendistribusian dan pendayagunaanya, akan mampu mengentaskan masalah kemiskinan khususnya Kota Medan pada saat ini.

Menunaikan zakat termasuk amal ibadah sosial dalam rangka membantu orang-orang miskin dan golongan ekonomi lemah untuk menunjang ekonomi mereka sehingga mampu berdiri sendiri dimasa mendatang dan tabah dalam mempertahankan kewajiban-kewajiban kepada Allah.” Apabila zakat merupakan suatu formula yang paling kuat dan jelas untuk merealisasikan ide keadilan sosial, maka kewajiban zakat meliputi seluruh umat, dan bahwa harta yang harus dikeluarkan itu pada hakekatnya adalah harta umat, dan pemberian kepada fakir kaum miskin. Pembagaian zakat kepada fakir miskin dimaksudkan untuk mengikis habis sumber-sumber kemiskinan dan untuk mampu melenyapkan sebab-sebab kemelaratan, sehingga sama sekali nantinya ia tidak memerlukan bantuan dari zakat lagi bahkan berbalik menjadi pembayar zakat (Qardhawi 1996 : 127).

Setidaknya ada tiga tujuan zakat yang terkandung dalam pernyataan Qardhowi diatas yaitu menciptakan keadilan sosial, mengangkat derajat ekonomi orang-orang yang lemah dan membuat mustahik menjadi muzakki. Jika sumber-sumber zakat dimanfaatkan sebagai modal dalam proses produksi, orientasi kegiatan masyarakat selalu kearah produktif, berguna dan berhasil guna, dan memandang jauh kedepan dengan pengorbanan yang dilakukan saat ini. Sehingga akan tercipta masyarakat yang berjiwa produktif, bukan masyarakat yang berjiwa konsumer.

Pos Keadilan Peduli Umat merupakan salah satu lembaga swasta yang bergerak di bidang kemanusiaan nasional, sumber dananya berasal dari zakat, infaq, sedekah dan Manajemen corporate yang sifat independen, berbeda dengan BAZ bentukan pemerintah yang dana dibantu oleh pemerintah. Terlihat jelas bahwa lembaga swasta yang mengelolah zakat, infaq dan sedekah harus mencari dana sendiri, tentunya lembaga ini harus mempunyai strategi khusus agar tetap


(21)

survive dan bertahan di masyarakat. Agar tetap bertahan setiap lembaga haruslah memiliki trust (kepercayaan), jaringan sosial dan norma sosial. Salah satu untuk membangun relasi sosial tersebut lembaga PKPU membuat beberapa program salah satunya adalah program pemberdayaan ekonomi pada kelompok binaan ibu rumah tangga.

Ada juga ibu-ibu rumah tangga kelompok binaan yang ingin membuka usaha. Namun masih terkendala kekurangan modal, karena ibu-ibu yang ikut pada kelompok binaan kebanyakan masih tinggal di rumah sewa dan juga harus memenuhi kebutuhan biaya pendidikan anak, kebutuhan rumah tangga. Dari sini PKPU mencoba memberdayakan ibu-ibu rumah tangga ekonomi lemah agar bisa meningkatkan pendapatan ekonomi secara produktif dan mandiri.

Berdasarkan uraian diatas, maka dengan ini peneliti ingin mengetahui bagaimana pemanfaatan modal sosial PKPU dalam mengelolah zakat, infaq dan sedekah dalam memberdayakan ibu-ibu rumah tangga kelompok binaan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah

1. Bagaimana upaya pengumpulan dan pengelolahan yang dilakukan BAZIS Pos Keadilan Peduli Umat untuk perberdayaan ekonomi lemah di Kota Medan?

2. Bagaimana pelaksanaan dan manfaat program ekonomi PKPU bagi kelompok binaan ibu rumah tangga Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang dan Kel. Sitirejo I Kec.Medan Kota?


(22)

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana upaya pengumpulan dan pengelolahan yang dilakukan BAZIS Pos Keadilan Peduli Umat untuk perberdayaan ekonomi lemah di Kota Medan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan dan manfaat program ekonomi PKPU bagi kelompok binaan ibu rumah tangga Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Selayang dan Kel. Sitirejo I Kec. Medan Kota.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Meningkatkan kemampuan, pengetahuan serta wawasan peneliti mengenai modal sosial yang dimiliki BAZIS PKPU dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada studi institusi sosial, sosiologi ekonomi, pengembangan masyarakat dan pada pihak-pihak yang bersangkutan yang memerlukan, untuk menggali data yang belum diteliti.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dalam penelitian ini bisa menjadi model terhadap modal sosial secara efektif terhadap suatu pelaksanaan kelompok binaan dimasyarakat baik bagi pejabat yang bersangkutan, lembaga, masyarakat, pemerintah dalam membuat program-program upaya pemberdayaan Kota Medan guna efisiensi dan peningkatan ekonomi.


(23)

1.5. Defenisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah defenisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalah pahaman konsep yang dipakai, maka harus ada batasan-batasan makna dan arti tentang yang dipakai dalam penelitian.

Batasan konsep-konsep dalam penelitian ini yaitu:

1. Pemanfaatan modal sosial adalah proses investasi sosial, yang meliputi sumberdaya sosial seperti jaringan, kepercayaan, nilai dan norma serta kekuatan menggerakkan, dalam struktur hubungan sosial untuk mencapai tujuan individual atau kelompok secara efesien dan efektif dengan kapital lainnya (Damsar, 2009 :211).

2. Pemberdayaan ekonomi adalah upaya menyerasikan kesejahteraan material, maka upaya-upaya kearah peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin atau pengangguran perlu mendapat porsi khusus termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha dan akses ke sumberdaya kunci untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial. (Dinas PU-P2KP, 2005).

3. Kondisi sosial ekonomi adalah dimana kondisi terpenuhinya kebutuhan

material dan non-material. Kondisi ini terjadi manakala kehidupan manusia aman dan bahagia karena kebutuhan dasar akan gizi, kesehatan, pendidikan, tempat tinggal, dan pendapatan dapat dipenuhi; serta manakala manusia


(24)

memperoleh perlindungan dari resiko-resiko utama yang mengancam kehidupannya (Suharto, 2005).

4. Kelompok masyarakat ekonomi lemah perempuan adalah keluarga atau ibu

rumah tangga yang telah dapat memenuhi kebutuhan fisik minimum mereka tetapi belum memenuhi kebutuhan sosial dan psikologis seperti interaksi keluarga, intaraksi bertetangga dan pekerjaan-pekerjaan yang menentukan standar kehidupan yang baik (BKKBN, 2006).

5. Badan Amil Zakat, Infak dan Sedekah (BAZIS) merupakan satu lembaga

Islam yang paling efektif dan strategis dalam mengumpulkan dana dari orang kaya untuk memberdayakan masyarakat miskin di Kota Medan

6. Muzakki adalah orang yang menginfaqkan hartanya guna nantinya membawa manfaat bagi orang banyak.

7. Mustahik adalah fakir, miskin, amil, muallaf, riqab (memerdekakan

budak), gharim (orang-orang yang berhutang) sabilillah dan ibnu sabil (QS. At-Taubah :60), yang dalam aplikasinya dapat meliputi orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi, seperti anak yatim, orang jompo, penyandang cacat, orang yang menuntut ilmu, pondok pesatren, anak terlantar, orang yang terlilit utang, pengungsi yang terlantar dan korban bencana alam.

8. Zakat berarti pertumbuhan; pertambahan dan penyucian, sebuah harta yang dikeluarkan oleh manusia dari hak-hak yang harus dikeluarkan dengan harapan untuk memperoleh berkah, menyucikan jiwa, dan menghasilkan kebaikan yang berlipat ganda.


(25)

9. Infaq adalah sebuah kewajiban yang lahir karena adanya tuntutan untuk mengeluarkan zakat, baik kerena baru saja mengeluarkan zakat ataupun sebelum sempurnya haul (waktu setahun).

10. Sedekah adalah harta yang dikeluarkan dengan maksud untuk

mendekatkan diri kepada tuhan diri yang bersifat sunat (sebuah anjuran jika dilakukan akan mendapat ganjaran pahala)

11. Bantuan pinjaman adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang atau

sekelompok dengan syarat tertentu tanpa menggunakan bunga uang yang dikembalikan dengan kesepakatan bersama antara lembaga PKPU dengan kelompok binaan.

12. Kelompok binaan adalah suatu jenis kegiatan bentuk program PKPU

dibidang ekonomi yang memberdayakan masyarakat, seperti para pedagang, nelayan yang biasanya ditujukan kepada ibu-ibu rumah tangga guna meningkatkan kualitas taraf hidup.

13. Mitra usaha dagang adalah sebuah bentuk kerjasama antara pihak

kelompok binaan program ekonomi PKPU dengan masyarakat, yang mencoba memberikan arahan dan bantuan didalam perkembangan peningkatan usaha dagang baik dari segi pinjaman modal maupun kendala-kendala produksinya.

14. Bantuan produktif adalah pemberian itu bukan hanya sebagai pemberian

yang akan habis begitu saja (bantuan konsumtif), akan tetapi bisa digunakan sebagai modal usaha, dagang, pendidikan (bantuan produktif) yang akhirnya dapat membebaskan masyarakat dari jerat kemiskinan.


(26)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Nilai Agama sebagai Modal Sosial

Kedekatan kepada Tuhan merupakan bentuk realisasi sebagai hamba yang dekat kepadaNya, untuk mewujudkan tindakan tersebut perlu upaya dan pelaksanaan apa yang diajarkan. Salah satu bentuk implementasi sebagai bentuk kecintaan kepada TuhanNya, diri, dan orang lain adalah membantu sesama muslim yang sedang membutuhkan dan orang-orang yang paling tidak berdaya secara ekonomi merupakan kewajiban bagi umat islam untuk saling membantu dalam mengurangi kemiskinan. Hal ini dijelaskan dalam Al-Quran :

Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian (pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan. Itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhoan Allah dan mereka itulah orang-orang beruntung ( Ar-Rum: 38).

Sebagai kewajiban yang wajib (mesti) dilakukan, karena di dalam setiap harta si kaya memang terdapat orang miskin. Kemudian si kaya hendaklah bijak dalam menyalurkan hartanya dan kemudian simiskin dapat diberdayakan untuk bangkit dari kemiskinan bukan mengharapkan belas kasihan saja. Nilai-nilai ini dapat diterapkan dalam kehidupan yang menjadi pedoman bagi umat.

Menurut Gidden (Damsar, 2009 :188-190) dalam masyarakat pramodern ditemukan empat lingkungan yang menumbuh kembangkan kepercayaan dalam sebuah nilai yaitu

1. Hubungan kekerabatan menyediakan suatu mata rantai hubungan sosial yang dapat diandalkan suatu mata rantai hubungan sosial


(27)

yang dapat diandalkan yang secara prinsip dan umum dilakukan, membentuk media pengorganisasian relasi kepercayaan, seperti sistem kekerabatan matrilineal yang bermula dari dari hubungan semade, seperut, senenek, seninik, sekaum dan sesuku telah menjadi perekat hubungan sesama satu kerabat dan sebagai jembatan yang menghubungi dengan kelompok, terutama kelompok luar. Hubungan kekerabatan Minangkabau yang menjadi perekat dan jembatan relasional tersebut, pada giliranya, menerbitkan bibit kepercayaan, baik antara sesama kerabat maupun dengan kelompok luar.

2. Komunitas masyarakat lokal memberikan lingkungan yang baik bagi tumbuh kembangnya kepercayaan dimasyarakat pra-modern. Menurut Gidden komunitas lokal tidak dikaitkan dengan romatisme budaya, tetapi lebih kepada arti penting dari relasi lokal yang diatur dalam konteks tempat, dimana tempat belum ditransformasikan oleh relasi ruang waktu yang berjarak. Oleh kerenanya komunitas lokal sebagai tempat yang menyedikan suatu milieu yang bersahabat. Kembali pada contoh masyarakat pada Minangkabau, salain jaringan kekerabatan matrienial juga jaringan komunitas lokal yang dapat konteks bagi tumbuh kembang kepercayaan seperti jaringan sedusun, sekampung, sejorong, senagari, selunak dan minangkabau merupakan jaringan komunikasi masyarakat lokal yang ditarik dari komunitas terkecil sampai terbesar pada setting masyarakat Minangkabau.


(28)

3. Kosmologi religius merupakan bentuk kepercayaan dan praktik ritual yang menyediakan interpretasi provindential atas kehidupan dan alam. Kosmologi religius menyediakan interpretasi moral dan praktik bagi kehidupan sosial dan kehidupan pribadi dan bagi dunia alam. Yang mengiterpretasikan lingkungan yang aman bagi pemeluknya.

4. Tradisi, juga dapat menjadi lingkungan bagi perkembangan kepercayaan masyarakat. Tradisi merupakan sarana untuk, mangaitkan masa kini dengan masa depan, berorientasi kepada masa lalu dan waktu yang dapat berulang. Tradisi adalah rutinitas, namun dia adalah rutinitas yang penuh makna secara intrinsik, ketimbang hanya sekedar perilaku kosong yang hanya berorientasi kapada kebiasaan semata. Makna aktivitas rutin berada di dalam penghormatan atau pemujaan yang melekat dalam tradisi dan dalam kaitan antara tradisi dan ritual.

2.2. Modal Sosial dalam Perspektif Sosiologi

Modal sosial bisa dikatakan sebagai sumber daya sosial yang dimiliki oleh masyarakat. Sebagai sumberdaya, modal sosial memberi kekuatan atau daya dalam beberapa kondisi-kondisi sosial dalam masyarakat. Sebenarnya dalam kehidupan manusia dikenal beberapa jenis modal, yaitu: natural capital, human capital, physical capital dan financial capital. Modal sosial akan mendorong keempat modal diatas dapat digunakan lebih optimal lagi.


(29)

Konsep modal sosial yang dijadikan fokus kajian, pertama kali dikemukakan oleh Coleman (Portes, 2000 :2) yang mendefenisikan sebagai aspek-aspek dari struktur hubungan antar individu yang memungkinkan mereka menciptakan nilai-nilai baru. Putnam menyebutkan bahwa modal sosial tersebut mengacu pada aspek-aspek utama dari organisasi sosial, seperti kepercayaan (trust), norma-norma (norms) dan jaringan (network) yang dapat meningkatkan efisiensi dalam suatu masyarakat (Lubis, 2001).

Lubis (Badaruddin, 2005 :31) menjelaskan bahwa modal sosial adalah sumber daya yang berintikan elemen-elemen pokok yang mencakup :

1. Saling percaya (trust), adalah kecenderungan untuk menempati yang telah dikatakan baik secara lisan dikatakan baik secara lisan maupun tulisan. Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi seseorang untuk menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dengan keyakinan bahwa yang bersangkutan akan menempati janji atau memenuhi kewajiban. Hal ini meliputi adanya kejujuran (honesty), kewajaran (fairness), sikap egaliter (egalitarisme), toleransi (tolerance) dan kemurahan hati (generosity).

Dengan saling mempercayai antara yang menunaikan pembayaran zakat dengan penyelenggara atau badan yang mengurus (dalam hal ini BAZIS), karena dengan disetorkannya zakat berarti kewajiban hukum telah selesai dan tinggal kewajiban BAZIS untuk menyalurkan sesuai dengan sasaran. Untuk elemen Trust bekerja, pihak BAZIS harus berjuang sekuat tenaga melaui prinsip pengelolahan menurut manajemen modern agar lebih berdaya guna.


(30)

2. Jaringan sosial (network), yang meliputi adanya partisipasi (participatoins), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas yaitu kesediaan untuk secara ikut menanggung suatu kensekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah, kerjasama (collaboration) dan keadilan (equity).

Fungsi jembatan yang menghubungkan antara BAZIS dengan

stekholder (umat islam) dan pemerintah membentuk kekuatan, potensi dalam upaya mengumpulkan dana. Dan pihak BAZIS juga dapat memahami bagaimana kemampuan didalam peran lembaga, mustahik dan muzakki dalam mengoptimalkan dana yang ada.

3. Pranata (institusion), yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (shared value) toleransi, kesedian untuk memberikan konsensi atau kelonggaran, baik dalam bentuk materi maupun non-materi sepanjang tidak berkenan dengan hal-hal yang bersifat prinsipil, norma-norma dan saksi saksi (norm and sanction ) dan aturan aturan (rules).

Dalam pelaksanaannya bahwa proses pembayaran zakat bukanlah untuk kepentingan badan yang mengurus, baik amil tradisional maupun BAZ. Akan tetapi adalah akibat logis dari keimanan seseorang. Oleh kerena itu program penyuluhan yang dilakukan pengurus BAZ pada dasarnya adalah sebagai suatu upaya meningkatkan kembali akan kesadaran budaya masing-masing.

Alejandro Portes (2000) menyebutkan bahwa modal sosial ini sebenarnya


(31)

memiliki dan modal sosial dalam arti kolektif. Menurutnya seorang individu bisa juga memiliki modal sosial yang berguna bagi aktualisasi dirinya, begitu juga dengan kelompok masyarakat juga memiliki modal sosial yang dapat dipakai dalam mengoptimalkan potensi terbaiknya.

Sama seperti pengertian dari modal fisik dan modal manusia, modal sosial mengacu pada organisasi sosial dengan jaringan sosial, norma-norma, dan kepercayaan sosial yang dapat menjembatani terciptanya kerjasama dalam komunitas sehingga terjalin kerjasama yang saling menguntungkan (Putnam, 1995 :2).

2.2.1. Trust (Kepercayaan) sebagai Modal Sosial

Menurut Fukuyama berpendapat trust (kepercayaan) merupakan dasar dalam sebuah tatanan sosial “komunitas-komunitas tergantung pada kepercayaan timbal balik akan muncul secara spontan”. Trust (kepercayaan) merupakan salah satu unsur dari modal sosial. Trust (kepercayaan) menjadi unsur yang paling penting dalam modal sosial yang merupakan perekat bagi langgengnya hubungan dalam kelompok masyarakat. Dengan menjaga suatu kepercayaan orang-orang bisa bekerjasama secara efektif (Field, 2005 :91).

Defenisi kepercayaan (trust) dalam Oxford English Dictionary dijelaskan sebagai confidence in yang berarti yakin pada dan reliance on yang bermakna percaya atas beberapa kualitas atau atribut sesuatu atau seseorang, kebenaran suatu pernyataan (Damsar, 2009 :185).

Kepercayaan pada dasarnya terikat, bukan kepada resiko, namun kepada berbagai kemungkinan. Kepercayaan selalu mengandung konotasi keyakinan


(32)

ditengah-tengah berbagai akibat yang serba mungkin, apakah dia berhubungan dengan tindakan individu atau dengan beroperasinya sistem. Didefenisikan sebagai keyakinan akan realibilitas seseorang atau sistem, terkait dengan berbagai hasil atau peristiwa, dimana keyakinan itu mengekspresikan suatu iman (faith) terhadap integritas atau cinta kasih orang lain atau terhadap ketetapan prinsip abstrak (pengetahaun tehnis) (Giddens, 2005 :44).

Menurut Zucker (Damsar, 2009 :18) memberikan batasan kepercayaan sebagai perangkat harapan yang di miliki bersama-sama oleh semua yang berada dalam pertukaran. Kepercayaan memperbesar kemampuan manusia untuk bekerjasama. Kerjasama tidak mungkin terjalin kalau didasarkan atas adanya saling percaya diantara sesama pihak yang terlibat. Kepercayaan meningkatkan toleransi terhadap ketidakpastian. Ketika pesanan suatu barang misalnya, belum datang dari mitra dagang, maka kepercayaan yang dimiliki akan menetralisir ketedakpastian tersebut, yang mana pesanan selalu tepat waktu datangnya. Penetralan merupakan suatu bentuk toleransi yang dilakukan ketidakpastian.

Kepercayaan merupakan hubungan antara dua belah pihak atau lebih yang mengandung harapan yang menguntungkan salah satu belah pihak malalui interaksi social (Lawang, 2004 :36). Selanjutnya Lawang menyimpulkan inti konsep kepercayaan sebagai berikut:

1. Hubungan sosial antara dua orang atau lebih, termasuk dalam hubungan

ini adalah institusi, yang dalam pengertian ini diwakili orang.

2. Harapan yang ada akan tergantung dalam hubungan itu, yang kalau


(33)

3. Interaksi yang memungkinkan hubungan dan harapan itu berwujud (Damsar, 2009 :186)

2.2.2. Jaringan Sosial Sebagai Modal Sosial

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antara banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainya. mengatakan bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi struktur sosial skala luas maupun ditingkat yang lebih mikroskopik (Ritzer, Daugleas. 2004 :383).

Granoveter melukiskan hubungan ditingkat mikro itu seperti tindakan yang “melekat” dalam hubungan pribadi konkrit dan dalam hubungan struktur (jaringan) hubungan itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektifitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi) akibatnya adalah bahwa sistem yang berstruktur cenderung terstratifikasi komponen tertentu dan tergantung pada komponen yang lain. Jaringan sosial dihubungkan dengan bagaimana individu terkait satu dengan yang lainya dan bagaimana ikatan aplikasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosial (Damsar, 2002 :35).


(34)

Kedhusin (Rudito, Famiola, 2008 :147) menjelaskan bahwa ada tiga jaringan sosial adalah

1. Jaringan individu (ego centric) adalah sebuah jaringan yang

berhubungan dengan model tunggal atau individu, contohnya teman baik saya. Dalam hal ini ada satu titik Point yang akan menjadi sentral pengamatan.

2. Sedangkan jaringan sosial (social-centric) digambarkan dalam model dan batasan analisisnya, seperti jaringan antar mahasiswa dalam sebuah kelas, jaringan pekerja dan manajemen dalam sebuah pabrik atau tempat kerja. Jadi jaringan dibentuk dengan model jaringan tertutup dan yang paling penting jaringan ini mempelajari dan cari struktur dari jaringan yang ada dalam batasan wilayah yang sudah ditentukan tersebut.

3. Jaringan terbuka (open System) batasan tidak dianggap penting.

Sebagai contoh, jaringan elit politik, jaringan antar perusahaan, jaringan antar mahasiswa dan lain-lain.

Ada empat bentuk kekuatan yang dapat dilihat dari suatu jaringan sosial yaitu: 1. Intensity adalah kekuatan hubungan dapat diukur dari derajat atau

frekuensi kontak individu dalam kominiti tersebut pada waktu tertentu.

2. Reciprocity adalah derajat individu-individu dalam kominitas tersebut untuk melakukan pertukaran secara timbal balik


(35)

3. Kejelasan terhadap pengharapan dari hubungan yang terjalin antar individu dalam komuniti yang diamati

4. Multiplexity adalah derajat jenis banyak peran yang dilakoni oleh individu dalam komoniti atau pranata (Rudito, Famiola. 2008 :49). 2.2.3. Pranata Sosial sebagai Modal Sosial

Menurut Koenjaraningrat, Pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang terpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks- komplek kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat (Soerjono, 1990 :217). Defenisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan, atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan. Pranata merupakan elemen inti yang tidak bisa dilepaskan dari konsepsi modal sosial. Pranata merupakan pendorong bagi terciptanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan.

Fukuyama menunjuk pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka (Lawang, 2004 :180). Norma-norma akan berperan dalam mengontrol bentuk hubungan antara individu pada suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial ekonomi. Aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara menghormati dan manghargai orang lain, norma untuk tidak mencurigai orang lain, norma untuk selalu bekerjasama dengan orang lain, merupakan contoh norma yang ada. Norma dan aturan yang terjaga dengan baik akan berdampak positip bagi kualitas hubungan yang terjalin


(36)

serta merangsang berlangsungnya kohesifitas sosial yang hidup dan kuat (Hasbullah, 2006 :13).

Menurut Summer (Soerjono, 1990 :219) ada tiga fungsi dari pranata, yaitu: 1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama menyangkut kebutuhan.

2. Menjaga kebutuhan masyarakat

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian sosial

Norma dan nilai-nilai yang ada pada suatu masyarakat merupakan unsur yang terkandung dalam pranata sosial. Norma dan nilai-nilai mempunyai sanksi sosial. Dalam rumusan Robert D. Putnam (1995), modal sosial menunjuk pada ciri-ciri organisasi sosial yang terbentuk jaringan-jaringan horizontal yang didalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerjasama dan saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota organisasi.

2.3. Penerapan Modal Sosial dalam Aktivitas Institusi Ekonomi.

James Coleman (Fukuyama, 2002 :12) Mendefenisikan Social capital yakni kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama dalam berbagai kelompok dan organisasi. Teori tentang modal sosial menyatakan bahwa jaringan hubungan merupakan sebuah sumber daya yang dapat digunakan untuk pelaksanaan kegiatan sehari-hari. Para anggota jaringan “modal“, misalnya


(37)

dalam bentuk istimewa yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, akses informasi, ketersedian peluang, dan status sosial.

Kemampuan masyarakat untuk dapat saling bekerjasama tidak terlepas dari adanya peran modal sosial yang mereka miliki. Hakikat modal adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Dengan membangun suatu hubungan satu sama lain, dan memelihara agar terjalin terus, tujuan bersama akan dapat tercapai. Modal sosial bukan milik individual, melainkan sebagai hasil dari hubungan sosial antara individu. Modal sosial menjadi hal yang sangat vital dibutuhkan dalam perkembangan ekonomi. Francis Fukuyama menunjukan hasi-hasil studi di berbagai negara bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan diberbagai sektor ekonomi, karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan keeratanya hubungan dalam jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi. Ia mendefenisikan modal sosial adalah segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai yang akan manjadi resep kunci bagi keberhasilan pembangunan disegala bidang ekonomi dan demokrasi (Hasbullah, 2006 :8).

Sikap partisipatif, sikap saling memperlihatkan, saling memberi dan menerima saling percaya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma yang mendukungnya merupakan beberapa nilai dan unsur modal sosial. Nilai-nilai sosial yang positif dapat dilihat dari besarnya tingkat kepercayaan dalam masyarakat dan organisasi sosial yang bertahan.


(38)

2.3. Pengentasan Kemiskinan Melalui Program Pemberdayaan

Pemberdayaan yang dalam bahasa Inggris “empowerment” bermakna pemberian kekuasaan karena power bukan sekadar daya, tetapi juga kekuasaan, sehingga kata daya tidak saja bermakna mampu tetapi juga mempunyai kuasa. Pemberdayaan adalah “proses menjadi” bukan sebuah “proses instan”. Sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yaitu penyadaran, pengakapasitasan dan pendayaan. Hikmat menyatakan bahwa pemberdayaan masyarakat tidak hanya mengembangkan potensi ekonomi rakyat, tetapi juga peningkatan harkat martabat, rasa percaya diri dan harga dirinya, serta terpeliharanya budaya setempat (Hikmat, 2001).

Suharto berpendapat bahwa pemberdayaan adalah proses dan tujuan. Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. Sebagai tujuan, maka pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh perubahan sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau mempunyai kemampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang bersifat fisik ekonomi, maupun sosial seperti memiliki kepercayaan diri, mampu menyampaikan aspirasi, mempunyai mata pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas kehidupannya (Suharto, 2005).


(39)

2.3.1. Pemberdayaan Masyarakat dan Proses Pembangunan Sektor Informal Masyarakat harus menjadi pelaku utama dalam pembangunan ini merupakan prinsip pembangunan berpusat pada rakyat. Perlunya restrukturisasi dalam system pembangunan sosial pada tingkat mikro (masyarakat lokal), mikro (kelembagaan) dan makro (kebijakan) untuk mendukung prinsip pembangunan yang berpihak pada rakyat (Adimihardja dan Hikmat, 2003).

Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya mempersiapkan masyarakat seiring dengan upaya memperkuat kelembagaan masyarakat, agar mampu mewujudkan kemajuan, kemandirian dan kesejahteraan. Menurut Hikmat, konsep pemberdayaan dalam wacana pembangunan masyarakat selalu dihubungkan dengan konsep mandiri, partisipasi, jaringan kerja dan keadilan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang sekarang dalam kondisi tidak mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan ketidak berdayaan (Hikmat, 2001: 3).

Arus migrasi desa-kota yang cukup besar tidak semuanya terserap disektor industri modern dikota, karena keterbatasan sektor industri modern dan tidak semua migran memiliki skill atau kemampuan untuk masuk kesektor industri modern tersebut. Hal ini mengakibatkan para migran yang tidak dapat masuk kesektor industri modern lebih memilih sektor informal yang relatif mudah untuk dimasuki. Agar tetap dapat bertahan hidup (survive), para migran yang tinggal dikota melakukan aktifitas-aktifitas informal (baik yang sah dan tidak sah) sebagai sumber mata pencaharian mereka. Hal tersebut dilakukan dengan pertimbangan daripada menjadi pengangguran yang tidak memiliki penghasilan atau memiliki penghasilan tetapi rendah dan tidak tetap.


(40)

Beberapa jenis “pekerjaan” yang termasuk di dalam sektor informal, salah satunya adalah pedagang kaki lima, seperti warung nasi, penjual rokok, penjual Koran dan majalah, penjual makanan kecil dan minuman, dan lain-lainnya. Mereka dapat dijumpai di pinggir-pinggir jalan di pusat-pusat kota yang ramai akan pengunjung. Mereka menyediakan barang-barang kebutuhan bagi golongan ekonomi menengah ke bawah dengan harga yang dijangkau oleh golongan tersebut. Tetapi, tidak jarang mereka yang berasal dari golongan ekonomi atas juga ikut menyerbu sektor informal.

2.4. Pekerjaan Wanita di Bidang nafkah

Adanya norma yang cukup kuat bahwa wanita sebagai istri atau ibu rumah tangga, terlibat pula dalam pekerjaan dibidang nafkah, dengan mempunyai dua peranan itu wanita tidak dapat dipisahkan dari kehidupan rumah tangganya dan kehidupan dalam masyarakat luas. Dengan demikian segala usaha untuk meningkatkan penghasilan wanita, berarti pula usaha itu akan meningkatkan pengahsilan rumahtangganya. Untuk ini perlu diperhatikan beberapa pokok seperti berikut:

1) Mengingat waktu luang yang sangat terbatas bagi wanita kerena beban

pekerjaan rumahtangga pendidikan kepada wanita sebaiknya disesuaikan dengan kepentingannya dan memperlihatkan pembagian waktu yang ada (pendidikan fungsional).

2) Pendidikan tersebut memerlukan pemimpin lokal atau kader wanita yang

dipilih dari wilayah itu sendiri yaitu wanita yang mempunyai pengalaman atau pendidikan yang agak lebih, tetapi yang paling penting adalah yang mau memperhatikan sesama warga.


(41)

3) Meningkatkan imbalan kerja wanita dalam kegiatan-kegiatan yang ada. Dalam hal ini, bukan hanya pendidikan dan ketrampilan, tetapi juga faktor kekurangan modal yang perlu diatasi, dan berbagai faktor lainnya, misalnya kesulitan dalam penyimpanan dan pemasran hasil produksi.

4) Dalam membantu meningkatkan imbalan kerja wanita dari rumahtangga

pada lapisan yang mampu, sangat diperlukan disamping peningkatan pendidikan wanita tersebut yang lebih beruntung, usaha untuk meningkatkan dirinya dalam manjemen, pemasaran dan membiasakan diri untuk berusaha secara komperatif (Sajogyo 1983 :199)

Dengan demikian, sektor informal memiliki peranan penting dalam memberikan sumbangan bagi pembangunan perkotaan, karena sektor informal mampu menyerap tenaga kerja (terutama masyarakat kelas bawah) yang cukup signifikan sehingga mengurangi problem pengangguran diperkotaan dan meningkatkan penghasilan kaum miskin diperkotaan. Selain itu, sektor informal memberikan kontribusi bagi pendapatan pemerintahan kota. Juga pentingnya hubungan kemitraan dibangun suatu strategis bisnis yang dilakukan oleh duapihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama dengan prinsip saling membutuhkan dan saling membesarkan. Menurut John L. Mariotti (dalam Hafsah 2000 : 51) dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya, memulai membangun strategi, melaksanakan dan terus memonitor dan mengevaluasi samapai target sasaran tercapai. Maka pokok permasalahan dalam pelaksanaan kemitraan adalah upaya pemberdayaan pertisispasi kemitraan yang lemah.


(42)

Dalam program pemberdayaan masyarakat harus melihat aktifitas-aktifitas informal yang tidak hanya terbatas pada pekerjaan-pekerjaan dipinggiran kota-kota besar, tetapi bahkan juga meliputi berbagai macam aktifitas ekonomi. Aktifitas-aktifitas informal tersebut merupakan cara melakukan sesuatu yang ditandai dengan: Mudah untuk dimasuki, Bersandar pada sumber daya lokal, Usaha milik sendiri Operasinya dalam skala kecil, Padat karya dan teknologinya bersifat adaptif, Keterampilan dapat diperoleh diluar sistem sekolah formal, dan Tidak terkena secara langsung oleh Regulasi dan pasarnya bersifat kompetitif yang didalam mampu memenuhi kebutuhan masyarakat kecil. (www.pondokinfo.com/index.php/pondok-realita/-masyarakat/-sektor-informal-permasalahan-dan-upaya-mengatasinya.html)

Pembangunan sosial merupakan sumber gagasan dari awal konsep pemberdayaan masyarakat, bermaksud membangun keberdayaan yaitu membangun kemampuan manusia dalam mengatasi permasalahan hidupnya. Dalam pembangunan sosial ditekankan pentingnya pemberdayaan masyarakat sebagai upaya mengentaskan kemiskinan Menurut Hadiman dan Midgley menyatakan bahwa model pembangunan sosial menekankan pentingnya pengentasan kemiskinan melalui pemberdayaan kelompok marginal, yakni peningkatan taraf hidup masyarakat yang kurang memiliki kemampuan ekonomi secara berkelanjutan. Tujuan tersebut dapat dicapai melalui:

1. Menumbuhkembangkan potensi diri (produktivitas masyarakat)

yang lemah secara ekonomi sebagai suatu asset tenaga kerja.

2. Menyediakan dan memberikan pelayanan social, khususnya


(43)

pelayanan yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan produktivitas dan partisipasi social dalam kehidupan masyarakatnya (Suharto, 2005 :5).


(44)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan data yang diperoleh peneliti, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Kelompok binaan bentukan PKPU adalah kelompok binaan yang didirikan

dan dikelola oleh kelompok binaan ibu-ibu rumah tangga dibawah pengawasan pendamping lapangan PKPU, dalam operasionalnya kelompok binaan PKPU dijalankan berdasarkan syariah Islam.

2. Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) mempunyai jaringan sosial keagamaan

dan kekerabatan sosial yang kuat pengajian khususnya ibu-ibu rumah tangga. Jaringan sosial yang terbangun tersebut sangat menunjang eksistansi dan perkembangan kelompok binaan.

3. Kepercayaan, jaringan sosial, nilai keagamaan merupakan modal sosial

yang dimiliki oleh PKPU sebagai Modal sosial tersebut sebagai faktor utama dalam mendukung eksistansi dan perkembangan kelompok binaan terhadap penyaluran zakat.

4. Modal sosial PKPU telah ada sejak awal hadir di wilayah Kota Medan. Bahkan modal sosial tersebutlah yang melatarbelakangi berdirinya kelompok binaan PKPU. Seiring dengan proses dan waktu yang terus berjalan, modal sosial PKPU semakin bertambah kuat. Hal tersebut dikerenakan pengurus / pengelola PKPU senantiasa menjaga dan memeliharanya, yang semua itu tak lepas dari kerja keras pengurus /


(45)

pengelola maupun kelompok binaan dalam menjalankan tugas dan kewajibannya.

5. Trust atau kepercayaan yang ada di tubuh PKPU merupakan faktor utama

keberhasilan pengurus / pengelola dalam menghimpun ZIS dari para muzakki sebagia wadah penghimpunan dana. Semua informan percaya dan yakin bahwa pengurus / pengelola PKPU adalah orang-orang yang amanah dan dapat dipercaya dalam menjalankan kewajiban di lembaga PKPU. Sehingga mereka turut bergabung dan mau membayar ZIS ke PKPU.

6. Jaringan sosial yang dimiliki PKPU dan kelompok binaan merupakan

jaringan sosial yang terbangun atas dasar adanya ikatan emosional organisasi, religi, dan kekerabatan yang telah berakar lama diantara mereka semua. Jaringan sosial tersebut menjadi modal sosial PKPU dan kelompok binaa dalam menjaga dan meningkatkan hubungan sosial-ekonomi. Hal tersebut dimanfaatkan pengurus / pengelola PKPU untuk menjaga eksistensi dan perkembangan PKPU dan kelompok binaan.

7. Nilai keagamaan yang ada di PKPU juga merupakan modal sosial yang

dimanfaatkan oleh pengurus / pengelola dalam menjaga eksistensi dan perkembangan PKPU dalam pengumpulan ZIS. Nilai-nilai tersebut telah mampu membangun solidaritas dan loyalitas anggota dan juga pengurus / pengelola PKPU sendiri.

8. Terjadinya perkembangan pemberdayaan ekonomi lemah PKPU, unit usaha

jumlah anggota kelompok binaan, dan memberikan efek keberlanjutan terhadap kelompok binaan agar lebih mandiri.


(46)

9. Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) dapat tetap eksis dan berkembang sampai saat ini karena adanya kekuatan modal sosial yang ia miliki. Perkembangan PKPU seiring dengan modal sosial yang dimilikinya, artinya semakin berkembang dan kuat modal sosial maka akan semakin berkembang dan kuat pula PKPU itu sendiri.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian, maka peneliti memiliki beberapa saran, yaitu :

1. Hendaknya lembaga Amil, infaq dan Sedekah yang dibentuk oleh

pemerintah dan swasta lebih serius lagi yang sifat pada pemberdayaan masyarakat, khusus di Kota Medan.

2. Bagi PKPU dengan modal sosial yang terbangun agar lebih meningkatkan

lagi potensi-potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada pada pengurus/pengelola PKPU dalam memaksimalkan Zakat, Infaq dan Sedekah.

3. Bagi pemerintahan Kota Medan di harapkan lebih serius lagi dan

mendukung kegiatan-kegiatan pemberdayaan perempuan, khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga yang sekiranya nanti dapat meningkatkan taraf kesejahteraan hidup khusus masyarakat di kota Medan


(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adimihardja, Kusnaka dan Hikmat, R. Harry. 2003. Particapatory Research Appraisal: Pengabdian Dan Pemberdayaan Masyarakat. Bandung, Humaniora.

Arraiyyah, Hamdar. 2007. Meneropong Fenomena Kemiskinan Telaah Perspektif Al-

Quran Jakarta: Pustaka Pelajar.

Asnaini. 2008. Zakat Produktif Dalam Perspektif Hukum Islam. Yogyakarta :Pustaka Pelajar.

Badaruddin. 2008. Implementasi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat melalui pemanfaatan potensi modal sosial. Medan: USU Press Damsar. 1997. Sosiologi Ekonomi. Jakarta : Manajemen PT. Raja Grafindo

Persada

---. 2009. Pengantar Sosiologi Ekonomi Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Danandjaja. 2005. Metode Penelitian Sosial. Medan :USU Press

Dinas PU. 2005. Buku Pedoman Umum Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) 2005. Info Ringkas P2KP – 3. Edisi, Oktober 2005 Effendi, Tajuddin, Noer,1993. Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja dan

Kemiskinan. Tiara Wacana, Yogyakarta.

Field, John. 2005. Modal Sosial. Medan : Bina Medan Perintis.

Fukuyama, Francis. 2002. Trust Kebajikan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Qalam:Yogyakarta

George, Ritzer-Goodman J. Daugleas. 2003 . Teori Sosiologi Medern , Jakarta :Kencana

Giddens, A. 2005. Konsekuensi-konsekuensi Modernitas.Yogyakarta: Kreasi Wacana

Ginting, Paham. 2005. Tekhnik Penelitian Sosial. Medan : USU Press

Hafsah Jafar, Mohammad. 1999. Kemitraan Usaha Konsepsi dan Strategi. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta.

Hasbullah, Jousari. 2006. Sosial Capital (menuju keunggulan Budaya Manusia Indonesia) MR. United Press: Jakarta.


(48)

Hikmat, R. Harry. 2001. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).

Lubis, Zulkifli, B. dan Fikarwin Zuska, Resistensi, Persitensi dan Model Transmisi Modal Sosial Dalam Pengelolahan Sumber Daya Milik Bersama, Laporan Penelitian, Kantor Menteri Negara Riset dan Tehnologi Republik Indonesia, 2001.

Lawang, R. M. Z. 2004. Kapital Sosial dalam Perspektif Sosiologi suatu Pengantar. Depok. UI Press

Narbuko & Acmadi. 2004. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara : Jakarta

Portes, Alenjandro. The Two Meaning of Social Capital, Sociological Forum, Vol 15, No.1, 2001.

Putnam, Robert D. Bowling Alone: America Declining Social Capital, New York, Journal of Democracy, Januari 1995.

Rudito, Famiola. 2008. Metode Pemetaan Sosial. Rekayasa Sains :Bandung Sajogyo, Pudjiwati. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat

Desa. Cv Rajawali: Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta :Rajawali Press.

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik: Panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial. Bandung, Alfabeta.

Qardawi, Yusuf. 1996. Hukum Zakat studi komparatif mengenai status dan filsafat zakat berdasarkan Qur’an dan Hadist.. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa/ Pustaka Mizan.

Sumber Lain BKKBN, 2006.

Al-Qur’an dan Terjemahannya, Mujamma’Khadim asy-Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mush-haf asy-Syarif.

Website online

……,2010.Penduduk Miskin Kota Medan (online). (http.www.Waspada.ci.id/indeks. Php) diakses 20 september Pukul 14:00


(49)

……,2011.BPS Infaq dan Sedekah Kota Medan (Online). http.www.geogle.com/search) dikases 10 Maret 2011 pukul 08.30 wib.

……,2011. Lembaga zakat di Indonesia (online).http.www.org.id html) diakses 4 juni 2011 pukul 21.30 wib

……,2011.Realitas Sektor Informal Permasalahan dan Upaya Mengatasinya (online).http. www.com ideks) diakses 13 juni 2011 pukul 20.30 wib.

……,2011. angka-kemiskinan-periode-Maret-2011 (online).http. www.com ideks) diakses 3 November 2011 pukul 10.30 wib.

...,2011. Pemikiran Muhammad Yunus- Grameen Bank (online). http.www.org.id diakses 5 November 2011 pukul 10.30 wib.


(50)

Draft Interview ( Daftar Wawancara)

Pengurus Lembaga Pos Keadilan Peduli Umat Cabang Medan bertempat Jl. Setia Budi Medan Block cc. No.5 Kel. Tanjung Sari Kec. Medan Sunggal.

Profil Informan

a) Nama :

b) Tempat/ Tgl Lahir :

c) Jabatan/ Kedudukan :

d) Alamat :

1) Sudah berapa lama PKPU berdiri? 2) Apa latar belakang didirikan PKPU ? 3) Apa yang menjadi prinsip dasar PKPU?

4) Bagaimana menurut anda lembaga PKPU dengan lembaga kemanusiaan lainya?

5) Apa saja norma-norma dan nilai-nilai yang harus dijalankan PKPU? 6) Apakah Visi dan Misi PKPU ke depan ?

7) Dari mana sumber dana PKPU diperoleh?

8) Dari golongan masyarakat mana yang banyak menjadi muzakki jika dilihat dari latar belakang pendidikan dan status ekonomi?

9) Bagaimana kriteria orang yang akan menjadi muzakki?

10)Bagaimana tata pelaksanaan tentang penggunaan dana zakat, infaq dan sedekah?

11)Upaya apa yang dilakukan PKPU sebagai badan Amil yang menghimpun dana

dari masyarakat?

12)Bagaimana cara PKPU mencari donatur (penyumbang dana) untuk menjalankan program-programnya?

13)Bagaimana PKPU membangun Trust (kepercayaan) terhadap donatur,

masyarakat, dan lingkungan sekitarnya?

14) Bagaimana jaringan yang dibangun untuk menarik minat menjadi Muzakki (orang yang menginfaqkan harta)?

15) Sosialisasi apa yang dilakukan dalam memperkenalkan keberadaan PKPU pada masyarakat umum?


(51)

Jika sukarela apa mereka menguasai bidangnya dan sebaiknya jika profesional bidang keahlianya, apakah tepat diletakkan pada bidangnya. 17) Kriteria apa yang ditetapkan dalam merekrut pengurus PKPU?

18) Pengurus PKPU, apakah digaji sesuai dengan standart gaji yang layak atau atas

dasar pengabdian?

19) Bagaimana upaya yang dilakukan PKPU untuk bekerjasama untuk menjalankan programnya ditengah-tengah masyarakat?

20) Apa yang dilakukan lembaga PKPU dalam meningkatkan SDM bagi anggotanya dan upaya untuk memberdayakan masyarakat dikota Medan?

B. Pelaksanaan Harian Lembaga PKPU Profil Informan

a) Nama :

b) Tempat/ Tgl Lahir :

c) Pekerjaan :

d) Alamat :

1) Apa yang menjadi ciri-ciri kegiatan PKPU?

2) Berapa jumlah anggota yang menanggani program pemberdayaan Ekonomi PKPU?

3) Bagaimana karakteristik program diPKPU bidang Ekonomi dan siapa saja yang bisa bergabung didalamnya?

4) Apa saja program dan pelayanan jasa yang ditawarkan oleh PKPU?

5) Apa saja kegiatan yang dilakukan PKPU, khususnya aspek ekonomi dibidang

pemberdayaan kelompok binaan?

6) Kepada siapa, sasaran program pemberdayaan ekonomi kelompok binaan ditujukan? dan alasan memilih tersebut?

7) Ukuran apa yang dilakukan PKPU untuk memberdayakan masyarakat/memilih orang-orang dikelompok binaan dikota Medan? dan bentuk pendukungnya seperti apa?

8) Bagaimana kriteria dalam memilih lokasi dan sarana mendukung bagi kelompok binaan?


(52)

9) Bagaimana kriteria yang ditetapkan dalam proses memberikan dana, khususnya kelompok Binaan?

10) Apa yang anda rasakan ketika mendampingi kelompok binaan dilapangan? 11)Menyangkut kelompok binaan yang dijalankan, seberapa besar dana yang

diberikan, apakah pinjaman/ hibah dan jika ada pinjaman agunan bagaimana proses/syarat yang digunakan?

12)Apa kendala yang dihadapi jika ada masalah keuangan pada kelompok binaan tersebut?

13)Bagaimana hubungan yang terjadi antara PKPU dengan kelompok binaan? 14)Apa harapan kedepan dengan keberadaan PKPU dalam menjalankan

program kelompok binaan?

15)Bagaimana model pendampingan/pembinaan yang dilaksanakan oleh PKPU terhadap kelompok binaan?

16)Bagaimana kesiapan pengurus, jika kelompok binaan memerlukan dana? 17)Masalah apa yang menjadi persoalan PKPU pada umumnya khusus kepada

kelompok binaan a) Dalam penggunaan dana b) Dalam hal tehnis pengelolah dan pengembangan usaha.

18)Apa tolak ukur keberhasilan dalam pengembangan program-program yang ada diPKPU?

19)Jika didalam program PKPU, misalnya bidang ekonomi mempunyai masalah didalam keuangan, market, tindakan apa yang dilakukan PKPU?

20)Sejauh mana, apakah program-program dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat binaan?

C. Informan Kelompok Binaan Profil Informan

a) Nama :

b) Tempat/Tgl Lahir :

c) Pekerjaan :

d) Alamat :

e) Jenis Usaha :


(53)

2)Apakah yang menjadi motivasi dan alasan menjadi anggota kelompok binaan?

3)Mengapa memilih PKPU sebagai (mitra) atau kerjasama?

4)Apa saja syarat yang harus dipenuhi jika ingin bergabung dalam kelompok binaan?

5)Apakah anda meminta izin kepada suami untuk menjalankan usaha anda? dan bagaimana dukunganya yang diberikan.

6)Sebagai ibu rumah tangga, bagaimana anda mengatur waktu anda selain kewajiban mengurusi keluarga dan ikut pada kelompok binaan?

7)Apakah ada dana yang dikeluarkan PKPU dalam membantu permodalan Usaha anda?

8) Apakah dana yang digulirkan bentuk dana pinjaman bergulir atau secara hibah?

9) Jika dana hibah apa syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkanya? 10)Jika secara pinjaman bergulir apakah ada syarat yang harus dipenuhi? Bagaimana cara pengembaliannya

11) Telah berapa lamakah anda ikut program kelompok binaan dan bagaimana informasi tentang PKPU anda peroleh?

12)Usaha apa yang anda jalankan saat ini, dari program kelompok binaan PKPU?

13)Bagaimana anda menditribusikan/ menjual kepada konsumen? Apakah melalui kredit/ kontan. Jika secara kredit tahap pembayaran gimana?

14)Dimana lokasi anda untuk menjual barang-barang anda?

15)Bagaimana pandangan anda tentang program kelompok binaan PKPU? 16)Apakah program PKPU kelompok binaan sesuai dengan keinginan usaha anda?

17) Bagaimana program-program yang ditawarkan dalam kelompok binaan? 18)Apakah keuntungan dan kelemahan yang anda rasakan setelah bekerjasama

dengan PKPU?

19)Pelatihan apakah yang pernah diberikan PKPU dalam memajukan program kelompok binaan?


(54)

21)Apakah program ini meningkatkan dan membantu penghasilan didalam rumah tangga anda?

22)Bagaimana menurut anda hubungan PKPU dengan kelompok binaan?

23)Apa yang menjadi harapan kedepan anda dengan keberadaan PKPU menjadi mitra usaha anda?

24)Bagaimana menurut anda kinerja pendamping lapangan dalam membina kelompok binaan?

25)Apa yang membuat anda percaya masuk kedalam PKPU dan bagaimana mempertahankan kepercayaan itu?


(55)

Dokumentasi


(56)

Gbr.2. Kaleng dan Kotak Tabungan sebagai Tempat pengumpulan Dana PKPU yang disebarkan ke sekolah, rumah makan, tempat perbelanjaan.


(57)

Gbr.3. Seluruh pengurus PKPU sedang berkumpul setelah selesai Melaksanakan


(58)

Gbr.4. Pendamping lapangan sedang melakukan arahan pada ibu-ibu bersama penulis


(59)

Gbr.5. Kelompok Binaan PKPU sedang berjualan Es Campur dan Kedai Sampah


(60)

Gbr.6. Kerajinan Tas , Kue gorengan dalam kelompok binaan yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga

Gbr.7. Belanja Bareng Yatim (BBY) Bersama 200 anak Se-Kota Medan di Plaza Medan Fair Carrefour Program PKPU dengan Mitra.


(61)

Gbr.8. Informan bersama anak-anak disela-sela kesibukan rumah tangga masih memberikan waktu untuk memberikan perhatian kepada anaknya.


(62)

Gbr.9. Sosialisasi Mengenai Keberadaan Lembaga PKPU Dan Penyebaran Brosur Program PKPU menganai Zakat, Infaq dan Sedekah.


(63)

Biodata Penulis

Burhan Efendi, 21 Mei 1989 lahir di sebuah perkebunan swasta PT. Socfindo Aek-Loba Asahan, tepatnya didesa Sengonsari dusun IX, sebuah wilayah yang terletak dari 34 km dari garis pantai barat Indonesia yaitu Asahan yang berada di selat malaka berbatasan dengan empat kabupaten Labuhan Batu, Batubara, Simalungun dan Tobasa (Porsea), Sungguh kekayaan Alam yang luar biasa aliran sungai dari danau toba dari hulu ke hilir membentang pada kabupaten yang bernama sungai Asahan yang bertemu dengan sungai Silau dan bertemu di sebuah tanjung dan raja- raja terdahulu mendirikan balai dan kedua sungai ini bertemu disini, sehingga di sebut Tanjung Balai Asahan yang lebih dikenal dengan kota kerang atau monja yang saat menyandang sebagai kota madya.

Penulis menghabiskan waktu didesa ini bersama keluarga yang susah dan senang penulis lalui disana, setelah tamat Sekolah Menengah Atas hijrah kekota Medan untuk menimbah ilmu dikota Medan Metropolitan dengan Motto hidup “Belajar Mandiri Itu Indah”.

Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN 0171735 disebuah desa yang bernama Sengonsari, Sekolah lanjutan pertama SMP Neg 1. Aek Kuasan. Sedangkan Sekolah Menengah Atas SMAN 1. Aek-Kuasan untuk meraih gelar sarjana , penulis kuliah di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan”.

Saat sekolah,dan kuliah penulis pernah menjabat sebagai ketua OSIS SMA Neg 1. Aek Kuasan, Paskibra, dan dimasa kuliah penulis pernah membuat puisi. Berbagai Seminar pernah berbagai tingakat lokal dan Nasional. Semoga penulis menjadikan hidup ini tidak kenal lelah mencari ilmu walaupun ditebus dengan sangat mahal.


(1)

Gbr.4. Pendamping lapangan sedang melakukan arahan pada ibu-ibu bersama penulis

yang rutin dilakukan setiap bulannya.


(2)

Gbr.5. Kelompok Binaan PKPU sedang berjualan Es Campur dan Kedai Sampah


(3)

Gbr.6. Kerajinan Tas , Kue gorengan dalam kelompok binaan yang dilakukan ibu-ibu rumah tangga

Gbr.7. Belanja Bareng Yatim (BBY) Bersama 200 anak Se-Kota Medan di Plaza Medan Fair Carrefour Program PKPU dengan Mitra.


(4)

Gbr.8. Informan bersama anak-anak disela-sela kesibukan rumah tangga masih memberikan waktu untuk memberikan perhatian kepada anaknya.


(5)

Gbr.9. Sosialisasi Mengenai Keberadaan Lembaga PKPU Dan Penyebaran Brosur Program PKPU menganai Zakat, Infaq dan Sedekah.


(6)

Biodata Penulis

Burhan Efendi, 21 Mei 1989 lahir di sebuah perkebunan swasta PT. Socfindo Aek-Loba Asahan, tepatnya didesa Sengonsari dusun IX, sebuah wilayah yang terletak dari 34 km dari garis pantai barat Indonesia yaitu Asahan yang berada di selat malaka berbatasan dengan empat kabupaten Labuhan Batu, Batubara, Simalungun dan Tobasa (Porsea), Sungguh kekayaan Alam yang luar biasa aliran sungai dari danau toba dari hulu ke hilir membentang pada kabupaten yang bernama sungai Asahan yang bertemu dengan sungai Silau dan bertemu di sebuah tanjung dan raja- raja terdahulu mendirikan balai dan kedua sungai ini bertemu disini, sehingga di sebut Tanjung Balai Asahan yang lebih dikenal dengan kota kerang atau monja yang saat menyandang sebagai kota madya.

Penulis menghabiskan waktu didesa ini bersama keluarga yang susah dan senang penulis lalui disana, setelah tamat Sekolah Menengah Atas hijrah kekota Medan untuk menimbah ilmu dikota Medan Metropolitan dengan Motto hidup “Belajar Mandiri Itu Indah”.

Penulis menamatkan sekolah dasar di SDN 0171735 disebuah desa yang bernama Sengonsari, Sekolah lanjutan pertama SMP Neg 1. Aek Kuasan. Sedangkan Sekolah Menengah Atas SMAN 1. Aek-Kuasan untuk meraih gelar sarjana , penulis kuliah di Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik di Universitas Sumatera Utara (USU) Medan”.

Saat sekolah,dan kuliah penulis pernah menjabat sebagai ketua OSIS SMA Neg 1. Aek Kuasan, Paskibra, dan dimasa kuliah penulis pernah membuat puisi. Berbagai Seminar pernah berbagai tingakat lokal dan Nasional. Semoga penulis menjadikan hidup ini tidak kenal lelah mencari ilmu walaupun ditebus dengan sangat mahal.