3.5. Pengambilan Sampel Sedimen
Pengambilan sampel sedimen permukaan dasar laut dilakukan untuk mengetahui keseragaman dari tekstur ukuran butirnya. Penggunaan gravity core dan
grab sampler untuk pengambilan contoh sedimen permukaan di perairan Selat Sunda bergantung pada kondisi sedimen di wilayah perairan. Penggunaan kedua peralatan
dalam pengambilan sampel dilakukan untuk mendapatkan hasil sampel sedimen yang maksimal. Gambar dan spesifikasi alat dari gravity core dan grab sampler yang
digunakan dapat dilihat pada Lampiran 1. Setelah mendapatkan sampel sedimen selanjutnya sampel tersebut di analisa menggunakan metode ayakan bertingkat untuk
mengetahui ukuran butiran pada sedimen.
23
4 . HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 . Batimetri Selat Sunda
Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang
mewakili kedalaman tersebut. Peta batimetri memiliki arti penting dalam sebuah penelitian karena akan memudahkan mengetahui kondisi morfologi serta sejarah
geologi suatu lokasi perairan. Selat Sunda merupakan selat yang membujur dari arah timur laut menuju barat daya di ujung barat Pulau Jawa atau ujung selatan
Pulau Sumatera. Kedalaman perairan Selat Sunda bertambah secara bertahap ke arah Samudra Hindia.
Pada penelitian ini digunakan peta batimetri secara 2 dimensi dimana menggunakan data batimetri SRTM 30 plus pada perairan Selat Sunda yang
diolah menggunakan perangkat lunak Surfer. Gambar 9 menampilkan kontur batimetri perairan secara 2 dimensi dimana daerah yang berwarna coklat
merupakan daratan yaitu bagian dari pulau Sumatera. Gambar 9 juga menunjukkan lintasan survei pengambilan data side scan sonar yang digambarkan
dengan garis berwarna hitam. Perairan Selat Sunda termasuk dalam kategori perairan dangkal dimana
kedalaman perairannya kurang dari 200 meter. Terdapat adanya variasi kedalaman perairan yang berbeda untuk setiap posisi lintang dan bujur. Batimetri pada
lintasan survei yang koordinatnya 105,77 BT – 105,83 BT dan -5,89 LS – -5,93
LS menunjukkan nilai kedalaman maksimum mencapai 40 meter. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Oktavia 2011 menggunakan data tahun 2008
diketahui tipe pasang surut perairan Selat Sunda adalah campuran dominan ganda. Hal ini diperoleh dari hasil perhitungan bilangan Formzahl. Ketika muka laut
pasang, arus pasut akan mengalir ke arah timur laut menuju Laut Jawa dengan kisaran kecepatan antara 0,51-0,72 mdtk, sedangkan pada saat muka laut surut,
arus pasut akan mengalir ke arah barat daya menuju Samudera Hindia dengan kisaran kecepatan antara 0,48-0,51 mdtk. Berdasarkan data arus pasut ini dapat
dikatakan nilai kedalaman perairan tidak akan berbeda jauh walaupun saat pengambilan data terjadi pasang tertinggi ataupun surut terendah. Nilai kedalaman
hanya akan berselisih 0,4 - 0,7 meter pada nilai sebenarnya. Semakin mendekati daratan atau pulau kedalaman perairan cenderung rendah atau dangkal.
Gambar 9. Peta Batimetri 2 Dimensi Perairan Selat Sunda
4.2 . Sebaran Sedimen Permukaan Dasar Laut