Model Tangki HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 16. Hubungan curah hujan dengan evapotranspirasi tahun 200932010 di Sub DAS Lahar. Berdasarkan gambar terlihat bahwa ETp harian tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada tanggal 27 Februari sebesar 4,7 mmhari, dan terendah terjadi pada tanggal 22 Mei sebesar 2,58 mmhari. Pada tahun 2010 ETp harian tertinggi terjadi pada tangal 3 Oktober sebesar 4,6 mmhari, dan terendah terjadi pada tanggal 5 Juni sebesar 2,52 mmhari. Nilai ETp hasil perhitungan metode + ini masih dalam bentuk pendugaan, sehingga untuk penggunaan data Model Tangki digunakan beberapa kemungkinan ETp mulai dari 10 hingga 100. Hasil optimasi dengan Model Tangki menunjukkan nilai ET yang menghasilkan nilai koefisien korelasi R paling tinggi adalah 0,7 ETp. Model Tangki tidak menjelaskan nilai ET yang digunakan adalah aktual atau potensial.

5.5 Model Tangki

Penerapan Model Tangki dilakukan berdasarkan data harian berupa data hujan, evapotranspirasi dan debit aliran. Data3data tesebut digunakan untuk menentukan parameter3parameter Model Tangki Rudiyanto dan Setiawan 2003. Selain itu pada optimasi Model Tangki ini, mengingat nilai awal tinggi air di setiap tidak diketahui, maka tahap awal yang dilakukan dengan cara 1 2 3 4 5 80 160 240 320 400 1 -J a n 1 -F e b 1 -M a r 1 -A p r 1 -M a y 1 -J u n 1 -J u l 1 -A u g 1 -S e p 1 -O ct 1 -N o v 1 -D e c 1 -J a n 1 -F e b 1 -M a r 1 -A p r 1 -M a y 1 -J u n 1 -J u l 1 -A u g 1 -S e p 1 -O ct 1 -N o v 1 -D e c E v a p o tr a n sp ir a si m m C u ra h h u ja n m m CH Etp menentukan nilai Hd yang diperoleh dari perhitungan data debit minimum yang terjadi pada musim kering dan diasumsikan tidak ada aliran air dari ketiga yang berada di atasnya Ha=Hb=Hc=0, dimana Hd=Qmind 1 , dan nilai d 1 sebesar 0,001 Setiawan 2003. Data yang digunakan pada Model Tangki ini adalah data tanggal 1 Juni 2009331 Mei 2010. Berdasarkan hasil optimasi Model Tangki diperoleh nilai koefien determinasi R 2 sebesar 0,417 sehingga diperoleh nilai koefisien korelasi R sebesar 0,65. Nilai R yang mendekati 1 ini menunjukkan bahwa Model Tangki dapat menggambarkan kondisi lapang dengan baik. Berikut Gambar 17 menyajikan kurva hubungan Q observasi dengan Q kalkulasi Model Tangki MDM Barek Kisi Sub DAS Lahar. Gambar 17. Kurva hubungan Q observasi dengan Q kalkuasi Model Tangki y = 0.587x + 1.689 R² = 0.417 5 10 15 20 25 5 10 15 20 25 30 35 40 Q k a lk u la si M o d e l T a n g k i Q observasi Dari hasil optimasi diperoleh 12 parameter Model Tangki di MDM Barek Kisi Sub DAS Lahar. Parameter3parameter tersebut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Parameter hasil optimasi Model Tangki No Parameter Tank Model Jenis Parameter Hasil Optimasi 1 a0 5 0,3923 2 a1 0,0536 3 Ha1 9,5829 4 a2 0,1663 5 Ha2 158,5763 6 b0 5 0,0194 7 b1 0,0067 8 Hb1 16,993 9 c0 5 0,0046 10 c1 0,0264 11 hc1 50,409 12 d1 0,0006 Parameter3parameter Model Tangki dapat dikelompokan menjadi 3 jenis yaitu: 1. Koefisien laju aliran menunjukkan besarnnya laju aliran a1=0,0536, a2=0,1663, b1=0,0067, c1=0,0264, d1=0,0006. Dari hasil optimasi tersebut, parameter yang menunjukan laju aliran terbesar adalah tangki A. 2. Koefisien infiltrasi 5 menunjukkan besarnya laju infiltrasi a0=0,3923, b0=0,0194 dan c0=0,0046. Dari hasil optimasi tersebut, parameter yang menunjukan laju infiltrasi terbesar adalah tangki A. 3. Parameter simpanan menunjukkan tinggi lubang outlet horizontal masing3masing tangki Ha1=9,5829, Ha2=158,5763, Hb1=16,993, dan Hc1=50,409. Dari hasl optimasi tersebut parameter yang memiliki tinggi lubang outlet horizontal terbesar adalah tangki A. Selain parameter3parameter di atas, optimasi Model Tangki menghasilkan beberapa komponen berupa keseimbangan air , tinggi muka air dan total aliran . Komponen hasil optimasi Model Tangki disajikan pada Tabel 8. Tabel 8. Komponen hasil optimasi Model Tangki. Komponen Satuan Nilai Persen Keseimbangan air 5 mm 2590 mm 1435 mm 1308 .+ mm 797 mm 479 Tinggi Muka Air Ha mm 108,8 Hb mm 8,2 Hc mm 13,8 Hd mm 1276,1 Total Aliran mm 203,5 15,6 5 mm 324,5 24,8 mm 520,8 39,8 mm 258,7 19,8 Berdasarkan hasil optimasi Model Tangki diperoleh nilai neraca air di Sub DAS Lahar yaitu yang berasal dari curah hujan sebesar 2.590 mmth, dengan evapotranspirasi sebesar 797 mmth dan sebesar 1.308 mmth yang terdistribusi melalui sebesar 203,5 mm 15,6, sebesar 324,5 mmth 24,8, sebesar 520,8 mmth 39,8 dan sebesar 258,7 mmth 19,8, sehingga diperoleh sebesar 479,25 mmth. Besarnya ini menunjukkan bahwa di MDM Barek Kisi Sub DAS Lahar terdapat simpanan air. Tinggi muka air pada setiap tangki berbeda3beda. Tangki A diperoleh ketinggian air Ha sebesar 108,8 mm, tangki B diperoleh ketinggian air Hb sebesar 8,2 mm, tangki C diperoleh ketinggian air Hc sebesar 13,8 mm dan tangki D diperoleh ketinggian air Hd sebesar 1276,1 mm. Hal ini disebabkan karena data awal yang dimasukan pada Model Tangki ini dimulai dari musim kemarau, sehingga curah hujan yang terjadi sangat minim yang menyebabkan simpanan air hanya terdapat di tangki D. Ketika terjadi musim hujan maka air hujan yang jatuh ke permukaan tanah tangki A akan terinfiltrasi dan mengisi tangki3tangki di bawahnya tangki A, tangki B, tangki C. Ketika tanah sudah jenuh maka air hujan tersebut akan mengalir di permukaan. Selain itu yang mempengaruhi ketinggian air pada masing3masing tangki berbeda yaitu faktor tutupan lahan, geologi dan jenis tanah, topografi kelerengan dan iklim. MDM Barek Kisi Sub DAS lahar memiliki tutupan lahan yang sebagian besar adalah perkebunan dan hutan sehingga mampu menyimpan air dalam tanah.Berikut Gambar 18, 19, 20 dan 21 menyajikan ketinggian air pada masing3masing tangki hasil optimasi Model Tangki tanggal 1 Juni 2009331Mei 2010. Gambar 18. Ketinggian air tangki A Gambar 19. Ketinggian air tangki B Gambar 20. Ketinggian air tangki C Gambar 21. Ketinggian air tangki D Berdasarkan gambar terlihat pengaruh curah hujan terhadap ketinggian masing3masing tangki berbeda3beda. Pada tangki A ketinggian air sangat dipengaruhi curah hujan. Hal ini terlihat ketika curah hujan tinggi ketinggian air pada tangki A mengalami peningkatan. Pada tangki B peningkatan aliran air 80 160 240 320 400 -10 60 130 200 270 340 1 3 8 7 5 1 1 2 1 4 9 1 8 6 2 2 3 2 6 2 9 7 3 3 4 m m m m tangki A CH 80 160 240 320 400 -50 100 250 400 550 700 1 3 8 7 5 1 1 2 1 4 9 1 8 6 2 2 3 2 6 2 9 7 3 3 4 m m m m tangki B CH 80 160 240 320 400 -50 100 250 400 550 700 1 4 2 8 3 1 2 4 1 6 5 2 6 2 4 7 2 8 8 3 2 9 m m m m tangki C CH 80 160 240 320 400 -50 850 1750 2650 3550 4450 1 4 2 8 3 1 2 4 1 6 5 2 6 2 4 7 2 8 8 3 2 9 m m m m tangki D CH masih dipengaruhi curah hujan, namun peningkatan tersebut tidak seperti tangki A. Pada tangki C besarnya curah hujan tidak secara langsung mempengaruhi ketinggian air di tangki C. Hal ini terlihat peningkatan aliran air terjadi secara kontinyu. Pada tangki D curah hujan tidak mempengaruhi ketinggian air. Hal ini terlihat keadaan air di tangki D konstan hanya mengalami peningkatan secara lambat. 5.6 Analisis Laju Sedimentasi dengan Debit Aliran Data sedimentasi diperoleh dari data pengambilan sample air sungai di lapangan. Sample air tersebut disaring menggunakan kertas sedimen sehingga sedimen tersebut mengendap. Sedimen tersebut dikeringkan dan beratnya diukur menggunakan timbangan elektrik. Untuk mengetahui laju sedimentasi digunakan model persamaan regresi yang didapat dari hubungan antara debit aliran dengan laju sedimen hasil pengukuran di lapangan tahun 2010. Kurva hubungan debit aliran dengan laju sedimen disajikan pada Gambar 22. Gambar 22. Kurva hubungan debit aliran dengan sedimentasi. Persamaan regresi hubungan antara debit aliran dengan laju sedimentasi di SPAS Plumbangan Sub DAS Lahar adalah: Y = 43,56Q 2,118 ....................................................................................................17 y = 43.56x 2.118 R² = 0.853 5000 10000 15000 20000 25000 30000 2 4 6 8 10 12 14 16 18 S e d im e n to n h a ri Debit m³s Keterangan: Y = laju sedimentasi tonhari Q = debit aliranm 3 s Persamaan regresi laju sedimentasi SPAS Plumbangan Sub DAS Lahar memiliki koefisien determinasi R 2 sebesar 0,853. Nilai R 2 tersebut menunjukkan hubungan antara debit aliran dengan laju sedimentasi sangat kuat, dimana keragaman laju sedimentasi Qs dapat diterangkan oleh debit aliran Q. Hubungan debit aliran dengan laju sedimen harian tahun 2009–2010 SPAS Plumbangan MDM Barek Kisi disajikan pada Gambar 23. Gambar 23. Hubungan debit aliran dengan sedimentasi Sub DAS Lahar tahun 200932010. Menurut Rusdiana 2007, besarnya sedimentasi sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor diantaranya iklim, vegetasi penutup tanah, topografi. Berdasarkan kondisi umum, Sub DAS lahar memiliki topografi bergelombang hingga bergunung sehingga jika terjadi hujan yang tinggi akan menghasilkan debit yang tinggi dan menyebabkan laju sedimen pun akan tinggi. Berdasarkan analisis bahwa laju sedimentasi harian tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada tanggal 14 Mei yaitu sebesar 1.506,98 tonhari atau 1,06 tonhahari dengan debit aliran sebesar 5,33 m³s. Sedangkan sedimentasi harian terendah terjadi pada tanggal 15 1000 2000 3000 4000 5000 3 6 9 12 15 1 -J a n -0 9 1 -M a r- 9 1 -M a y -0 9 1 -J u l- 9 1 -S e p -0 9 1 -N o v -0 9 1 -J a n -1 1 -M a r- 1 1 -M a y -1 1 -J u l- 1 1 -S e p -1 1 -N o v -1 S e d im e n ta si to n h a ri D e b it m ³ s Debit m³s Sedimentasi tonhari Agustus sampai 5 Oktober sebesar 0,7 tonhari atau 0,0005 tonhahari. Pada tahun 2010 laju sedimentasi harian tertinggi terjadi pada tanggal 27 April yaitu sebesar 1.973,4 tonhari atau 1,39 tonhahari dengan debit aliran sebesar 6,05 m³s. Sedangkan sedimentasi harian terendah terjadi secara menyebar di bulan Juni, Juli, Agustus dan September sebesar 1,4 tonhari atau 0,001tonhahari. Total sedimentasi tahun 2009 sebesar 12.366 tonth atau 8,7 tonhath atau 0,7 mmth, sedangkan total sedimentasi tahun 2010 sebesar 20.180 tonth atau 14 tonhath atau 1,18 mmth. Laju sedimentasi bulanan tertinggi pada tahun 2009 terjadi pada bulan Mei sebesar 3.027 tonbulan atau 2,1 tonhabulan. Sedangkan sedimentasi bulanan terendah terjadi pada bulan September sebesar 21,2 tonbulan atau 0,01 tonhabulan. Laju sedimentasi bulanan tertinggi pada tahun 2010 terjadi pada bulan April sebesar 5.494 tonbulan atau 3,9 tonhabulan. Sedangkan laju sedimentasi bulanan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 85,9 tonbulan atau 0,1 habulan. Laju sedimen bulanan dari bulan Januari 2009 sampai Desember 2010 disajikan pada Gambar 24. Gambar 24. Laju sedimen bulanan bulan Januari 20093Desember 2010.

5.7 Analisis Laju Sedimentasi Aliran Lateral dan