Sifat Kimia Tanah pada Areal TPTJ
1997. Hal tersebut menjadi salah satu faktor tingginya nilai C-mic pada plot penelitian.
Tabel 7 juga memperlihatkan bahwa nilai C-mic pada plot tahun 2005 dan 2007 memiliki nilai yang sangat mendekati nilai C-mic pada plot buffer zone,
sedangkan pada plot penelitian yang lainnya nilai C-mic lebih tinggi. Adanya fluktuasi atau perbedaan nilai C-mic antar plot ini dipengaruhi oleh sifat dan
aktivitas mikroorganisme itu sendiri. Aktivitas mikroorganisme dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya misalnya, aktivitas mikroorganime pada kondisi yang
kering atau panas akan berbeda dengan aktivitas mikroorganisme pada kondisi lingkungan lembab ataupun basah Gregorich et al. 1997. Secara sederhana
dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara aktivitas mikroorganisme antara sebelum dan setelah terjadinya hujan. Untuk hasil pada plot penelitian diperoleh
nilai C-mic untuk plot pada areal buffer zone lebih rendah dibandingkan dengan pada plot TPTJ. Hal ini dikarenakan aktivitas mikroorganisme lebih besar pada
areal yang mengalami gangguan seperti keterbukaan tajuk dan sebagainya. Pada areal TPTJ kegiatan penebangan dan penyiapan lahan menjadi faktor yang
menyebabkan terjadinya gangguan pada ekosistem hutan tersebut sehingga aktivitas mikroorganisme lebih tinggi, dibandingkan dengan areal buffer zone
yang sudah mulai mendekati kondisi stabil. Hal ini menyebabkan nilai C-mic untuk plot TPTJ lebih tinggi dibandingkan dengan plot pada buffer zone.
Faktor lain penyebab adanya perbedaan nilai C-mic pada setiap plot yaitu penutupan tajuk. Areal dengan penutupan tajuk yang lebih rapat pada umumnya
akan memiliki nilai C-mic yang lebih tinggi daripada areal yang kondisi tajuknya lebih terbuka. Hal ini dikarenakan pada areal yang memiliki penutupan tajuk lebih
rapat terdapat substrat atau bahan organik segar lebih banyak dibadingkan dengan pada tajuk yang lebih terbuka Pamoengkas 2006.
Nilai kualitas tanah pada setiap plot yang disajikan pada Tabel 8 menunjukkan adanya fluktuasi nilai kualitas tanah antar plot penelitian. Namun
saat dikategorikan ke dalam batas ambang nilai kualitas tanah yang dikembangkan oleh Pamoengkas 2006, nilai kualitas tanah pada semua plot tergolong sedang.
Hasil ini menunjukan tidak adanya perubahan kualitas tanah pada areal yang diterapkan sistem silvikultur TPTJ dengan kualitas tanah pada buffer zone yang
diasumsikan memiliki kondisi yang sama dengan hutan alam primer. Sedikit berbeda dengan hasil yang diperoleh Murti 2011 dengan menggunakan
persamaan yang sama namun pada areal TPTJ yang berbeda. Murti 2011 memperoleh hasil yang memperlihatkan adanya peningkatan nilai kualitas tanah
pada areal yang diterapkan sistem TPTJ dibandingkan dengan kualitas tanah pada hutan alam.
Nilai kualitas tanah yang tergolong sedang pada areal yang diterapkan sistem TPTJ dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain yaitu intensitas
penebangan yang sebelumnya dilakukan di areal tersebut. Kualitas tanah pada areal TPTJ yang penerapannya dilaksanakan di areal bekas tebangan atau logged
over area LoA, tentunya dipengaruhi oleh intensitas penebangan yang pernah dilakukan pada areal tersebut. Rendahnya intensitas penebangan ini bisa jadi salah
satu faktor kenapa kualitas tanah yang diperoleh tergolong sedang dan tidak berbeda dengan kualitas tanah pada areal buffer zone.
Faktor lain yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas tanah yaitu potensi tegakan pada areal tersebut. Hal ini dikarenakan besar atau kecilnya
intensitas penebangan dipengaruhi oleh besar atau kecilnya potensi tegakan pada areal tersebut. Kondisi tegakan yang potensinya tidak terlalu besar tentunya
membuat kegiatan penebangan pada areal tersebut juga tidak terlalu tinggi, sehingga dampak yang ditimbulkan tidak terlalu mempengaruhi atau
menimbulkan kerusakan pada tanah. Hal tersebut tentunya juga akan mempengaruhi keterbukaan areal yang ditimbulkan. Tidak terlalu besarnya
keterbukaan yang terjadi menyebabkan perubahan pada sifat ataupun kualitas tanah tidak signifikan. Faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi yaitu
kondisi lingkungan yang menyebabkan terjadinya pemulihan sifat kimia tanah. Faktor-faktor tersebut menyebabkan nilai kualitas tanah yang diperoleh sama
dengan nilai kualitas tanah pada areal buffer zone.
4 SIMPULAN DAN SARAN