Uji-t Sampel Bebas Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Oleh Petani Padi Di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat
Berdasarkan Tabel 4, dapat kita ketahui bahwa sebagian besar petani di Desa Ciherang melakukan usahatani padi, di sawah yang mereka kelola. Sisanya
memanfaatkan lahan untuk usahatani sayuran, palawija dan tanaman pekarangan. Lahan sawah di Desa Ciherang tergolong pada jenis sawah irigasi sederhana. Pola
tanam di Desa Ciherang terdiri dari tiga pola yaitu :
1. Padi-padi-padi 2. Padi-padi-sayuran
3. Padi-padi-palawija
Saluran tataniaga gabah di Desa Ciherang secara umum adalah petani menjual gabag kering panen GKP di sawah kepada tengkulak. Pengumpultengkulak menjual
gabah GKP ke pabrikpedangan besar. Pabrikpedangan besar mengolah gabah menjadi beras atau langsung dijual kepengilingan. Setelah menjadi beras, pedagang besar
menjual beras kepada pengecer dan dari pengecerlah konsumen mendapatkan beras.
Karakteristik Petani Responden
Karakteristik petani merupakan salah satu aspek penting yang turut berpengaruh dalam menerapkan inovasi atau cara baru dalam usahatani, terutama dalam upaya
peningkatan produksi dan pendapatan petani. Penjelasan mengenai karakteristik responden digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi dan keadaan petani
responden di Desa Ciherang. Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini baik dari petani yang menerapkan PTT maupun petani yang tidak menerapkan PTT adalah
karakteristik berdasarkan
pengalaman mengikuti sekolah lapang PTT, status usahatani padi, usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman usahatani, luas lahan
garapan, status penguasaan lahan dan waktu panen padi terakhir. Keragaman karakteristik tersebut dapat mempengaruhi keputusan petani responden dalam
melakukan kegiatan usahatani padi.
Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Sekolah Lapang PTT
Berdasarkan definisi yang telah di bangun pada,”Bab Metode Penelitian”, petani yang menerapkan PTT adalah petani yang mengikuti program sekolah lapang. Sekolah
lapang PTT di Desa Ciherang telah dilaksanakan dua kali yaitu pada tahun 2008 dan tahun 2012. Secara logika jika petani telah mengikuti kegiatan sekolah lapang baik satu
kali ataupun dua kali maka petani akan menerapkan PTT. Hal ini disebabkan petani telah mengetahui, memahami dan merasakan manfaatnya.
Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman sekolah lapang PTT, di Desa Ciherang tahun 2013
No Pengalaman
sekolah lapang PTT kali
Petani yang Menerapkan PTT
Petani yang tidak Menerapkan PTT
Jumlah Orang
Persentase Jumlah
Orang Persentase
1 30
100 2
1 19
63,3 3
2 11
36,7 Jumlah
30 100
30 100
Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa petani yang tidak menerapkan 100 persen atau 30 orang belum pernah mengikuti kegiatan sekolah lapang PTT. Petani yang
menerapkan PTT dengan nilai 63,3 persen atau 19 orang telah mengikuti kegiatan
sekolah lapang selama satu kali yaitu pada tahan 2012 dan sisanya yaitu 36,7 persen atau 11 orang telah dua kali mengikuti kegiatan sekolah lapang PTT. Hal ini
memberikan informasi bahwa tidak ada petani yang pernah mengikuti sekolah lapang namun tidak menerapkan PTT pada tahun 2012.
Karakteristik Responden Berdasarkan Status Usahatani Padi
Berdasarkan penelusuran melalui wawancara langsung kepada petani di Desa Ciherang, diketahui bahwa sebagian besar petani menjadikan usahatani padi sebagai
pekerjaan utama dengan alasan tidak membutuhkan perawatan seintensif tanaman hortikultura, menguntungkan dan sudah menjadi pekerjaan turun temurun. Walaupun
demikian, petani tidak hanya menggantungkan hidupnya dari bertani padi, tetapi petani juga mempunyai pekerjaan sampingan seperti bertani tanaman lain, berdagang, warung,
kuli bangunan, kuli cangkul, tukang urut ataupun melakukan budidaya ikan dan melakukan ternak seperti bebek, ayam dan kambing.
Berdasarkan Tabel 6, didapatkan informasi bahwa mayoritas dari responden menjadikan bertani padi sebagai pekerjaan utama. Persentase petani yang menerapkan
PTT, yang menjadikan usahatani padi sebagai pekerjaan utama sebesar 83,3 persen. Persentase petani padi yang tidak menerapkan PTT, yang menjadikan usahatani padi
sebagai pekerjaan utama sebesar 80 persen. Tingginya persentase yang menjadikan usahatani padi sebagai pekerjaan utama dikarenakan dari kecil mereka telah mengenal
pertanian atau telah turun temurun mengandalkan hidup mereka dengan bertani.
Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan status usahatani padi, di Desa Ciherang tahun 2013
No Status Usahatani
Padi Petani yang tidak
Menerapkan PTT Petani yang Menerapkan
PTT Jumlah
Orang Persentase
Jumlah Orang
Persentase 1
Pekerjaan Utama 24
80 25
83,3 2
Pekerjaan Sampingan
6 20
5 16,7
Jumlah 30
100 30
100 Pengusahaan usahatani padi akan dilakukan dengan sungguh-sungguh, jika
penguasaan padi sawah merupakan pekerjaan utama. Hal ini dikarenakan pendapatan keluarga tani sangat bertumpu pada usahatani padi tersebut. Modal yang ada, tenaga,
waktu dan sumber daya yang lain yang dimiliki oleh keluarga tani akan difokuskan pada usahatani padi tersebut, dengan memaksimalkan sumber daya yang ada diharapkan
dapat memaksimalkan pendapatan keluarga tani.
Karakteristik Responden Berdasarkan Kelompok Usia
Umur sangat mempengaruhi produktivitas petani dalam hal tenaga kerja. Petani yang masih dalam usia produktif pada umumnya akan menghasilkan produksi yang
lebih tinggi dibandingkan dengan usia petani yang tidak lagi produktif. Hal ini berkaitan dengan proses pengolahan lahan pertanian yang membutuhkan tenaga, sehingga jika
petani masih memiliki tenaga yang kuat proses pengolahan lahan menjadi lebih baik dan hasil dari usahataninya pun akan lebih baik.
Faktor umur juga berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan setiap petani dalam menerapkan inovasicara baru dalam