Model Regresi Linier Berganda

h Tujuan usahatani padi Tujuan usahatani padi merupakan nilai dummy yang menunjukkan tujuan usahatani padi 1=pekerjaan utama, 0=pekerjaan sampingan. Petani yang melakukan usahatani padi sebagai pekerjaan utama maka akan mengupayakan segala cara agar usahatani padi menghasilkan keuntungan yang tinggi. Hipotesis awal untuk variabel tujuan usahatani adalah jika usahatani padi adalah pekerjaan utama maka kemauan petani menerapkan PTT lebih tinggi dari pada petani yang melakukan usahatani padi dengan tujuan pekerjaan sampingan. i Pengalanan usahatani padi tahun Pengalaman usahatani padi adalah suatu variabel yang mengukur pengalaman yang dimiliki oleh petani dalam menjalankan usahatani padi. Petani yang memiliki pengalaman tinggi diperkirakan tidak mau merubah pola pertaniannya. Hal ini disebabkan karena petani tersebut telah terbiasa dengan pola pertanian yang dimilikinya. Hipotesis awal dari variabel ini adalah semakin besar nilai variabel pengalaman usahatani padi, semakin rendah kecenderungan petani untuk menerapkan PTT pada usahatani padi. j Tingkat pengalaman mengikuti program sekolah lapang PTT padi Tingkat pengalaman mengikuti program sekolah lapang PTT merupakan nilai dummy yang menunjukkan “1” untuk petani yang mengikuti sekolah lapang PTT dan “0” untuk petani yang tidak mengikuti sekolah lapang PTT. Keikutsertaan petani dalam program sekolah lapang PTT padi dapat dikatakan bahwa petani tersebut masuk dalam kelompok formal karena menjadi peserta sekolah lapang Sekolah Lapang PTT mempunyai peraturan yang tertulis dan diawasi oleh Badan Penyuluh. Petani yang mengikuti sekolah lapang PTT, secara tertulis harus mengikuti seluruh peraturan yang telah ditetapkan terkait penerapan PTT. Pengalaman sekolah lapang juga akan memberikan pengaruh pada pemahaman petani terhadap PTT sehingga dengan pemahaman yang cukup serta telah merasakan manfaat PTT pada lahan percontohan menjadikan peluang penerapan PTT menjadi lebih besar. Hipotesis awal untuk variabel tingkat pengalaman mengikuti sekolah lapang PTT padi adalah semakin banyak pengalaman petani mengikuti program sekolah lapang PTT maka kemauan petani untuk menerapkan PTT semakin tinggi.

3. Uji-t Sampel Bebas

Uji-t sampel bebas digunakan untuk menguji apakah ada perbedaan antara dua kelompok sampel yang tidak saling mempengaruhi Parianto 2011. Syaratnya yaitu menggunakan dua sampel yang tidak saling berhubungan dan kondisi data memenuhi persyaratan uji parametrik yakni berditribusi normal. Hipotesis yang dibangun yaitu : H o : kedua varians populasi adalah identiksama. H 1 : kedua varians populasi adalah tidak identiksama. Dasar pengambilan keputusan pada penelitian ini berdasarkan probabilitas signifikansi: 20 persen, jika probabilitasalpha, maka H diterima. Signifikansi hasil perlakuan, dilakukan untuk mengetahui signifikansi perbedaan yang terjadi. Hipotesis yang dibangun pada penelitian ini misalnya untuk pendapatan adalah : H : Rata –rata pendapatan usahatani yang menerapkan PTT dan tidak menerapkan PTT tidak beda nyata atau sama. H 1 : Rata –rata pendapatan usahatani yang menerapkan PTT dan tidak menerapkan PTT beda nyata atau tidak sama. Dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan membandingkan nilai Sig hitung, yakni nilai Sig hitung alpha maka H ditolak.

4. Korelasi Pearson

Uji statistik korelasi pearson dilakukan untuk mengetahui bagaimana korelasi antara tingkat penerapan penerapan PTT dengan hasil, penerimaan, biaya, pendapatan dan efisiensi usahatani padi. Menurut Nugroho 2005, uji korelasi dilakukan untuk menguji hubungan antara dua variabel yang tidak menunjukan fungsional berhubungan bukan berarti disebabkan. Uji korelasi ini tidak membedakan jenis variabel tidak ada variabel dependen maupun independen. Keeratan hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefesien korelasi. Sampel yang digunakan dalam korelasi pearson minimal 30, kondisi data normal dan memenuhi asumsi parametik. Menurut Nugroho 2005, koefesien korelasi memiliki nilai antara -1 hingga +1. Sifat nilai koefesien korelasi adalah plus + dan minus -. Hal ini menunjukan arah korelasi. Makna sifat korelas jika positif berarti jika variabel X 1 mengalami kenaikan maka variabel X 2 juga mengalami kenaikan, atau jika variabel X 2 mengalami kenaikan maka variabel X 1 juga mengalami kenaikan. Begitu pula sebaliknya jika arah korelasi negatif. Keeratan korelasi dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. 0,00 -0,20 berarti korelasi memiliki keeratan sangat lemah. 2. 0,21- 0,40 berarti korelasi memiliki keeratan lemah. 3. 0,41-0,70 berarti korelasi memiliki keeratan kuat. 4. 0,71-0,90 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat. 5. 0,91-0,99 berarti korelasi memiliki keeratan sangat kuat sekali. 6. 1 berati korelasi sempurna. Hipotesis yang dibangun pada penelitian ini misalnya untuk hasil prosuksi adalah : H : Tingkat penerapan PTT tidak berkorelasi dengan hasil produksi padi. H a : Tingkat penerapan PTT berkorelasi dengan hasil produksi padi. Pedoman yang digunakan untuk menerima atau menolak hipotesis jika menggunakan hipotesis nol H adalah jika nilai p-value pada kolom Sig hitungalpha 20 persen maka H ditolak. Definisi Operasional Dalam penelitian ini digunakan definisi operasional, antara lain : 1. Petani padi adalah petani yang berusahatani dalam bidang pertanian padi yang menerapkan PTT dan yang tidak menerapkan PTT di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. 2. Petani yang menerapkan PTT adalah petani padi yang mengikuti kegiatan sekolah lapang PTT tahun 2012 di Desa Ciherang. 3. Petani yang tidak menerapkan PTT adalah petani padi yang tidak mengikuti kegiatan sekolah lapang PTT tahun 2012 di Desa Ciherang. 4. Produksi padi adalah seluruh hasil padi dalam bentuk gabah kering giling yang didapat dari luas lahan tertentu yang diukur dengan satuan kilogram. 5. Harga produk adalah harga jual padi berupa gabah yang diukur dengan satuan rupiah per kilogram. 6. Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian antara produksi padi dan harga produk, yang dinyatakan dengan satuan rupiah. 7. Biaya tunai adalah pengeluaran dari petani padi yang dibayar dengan alat pembayaran uang, mulai dari awal penanaman padi sampai dengan pasca panen dinyatakan dengan satuan rupiah. 8. Biaya diperhitungkan adalah pengeluaran untuk pemakaian input milik sendiri dan pemakaian tenaga kerja dalam keluarga berdasarkan tingkat upah yang berlaku. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Wilayah Penelitian Kecamatan Dramaga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah 2.885 ha. Sebagian besar lahan di wilayah tersebut yaitu 972 ha digunakan untuk sawah, 1145 ha lahan kering pemukiman, pekarangan, kebun, 49,79 ha lahan basah rawa, danau, tambak, situ dan 20,30 ha lapangan olahraga dan pemakaman umum. Kecamatan Dramaga mempunyai batas wilayah sebelah utara dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah selatan dengan Kecamatan TamansariCiomas, sebelah barat dengan Kecamatan Ciampea dan sebelah timur dengan Kecamatan Bogor Barat. Kecamatan Dramaga memiliki pH tanah 5,5-6,6, curah hujan rata-rata 38bulan dan jumlah hari dengan curah hujan terbanyak ialah 30 hari. Temperatur di Kecamatan Dramaga sekitar 22,8-32 C dengan kelembaban nisbi rata-rata 80-86 persen. Kecamatan Dramaga memiliki bentuk wilayah dataran rendah dan berbukit dengan kemiringan 5,20 derajat, dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut. Jenis tanah di Kecamatan Dramaga adalah latosol dengan kedalaman efektif lebih dari 90 cm dan bertekstur sedang. Keadaan topografi terdiri dari lapangan datar sampai sedikit bergelombang dengan lereng-lereng pada daerah yang berbatasan dengan sungai. Peranan Kecamatan Dramaga dari aspek ketahanan pangan di Kabupaten Bogor adalah sebagai wilayah desa perkotaan yang dijadikan kawasan pengembangan pertanian. Penobatan kawasan pengembangan pertanian ini, tidak lepas dari peranan IPB yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Institusi pendidikan ini memiliki kegiatan memberdayakan masyarakat dalam bidang pertanian di 14 desa lingkar kampus, yang beberapa diantaranya merupakan desa di Kecamatan Dramaga. Hasil kegiatan tersebut kemudian akan disebarluaskan ke wilayah kecamatan lainnya, terutama wilayah sentra-sentra produksi padi di Kabupaten Bogor. Peningkatan produksi padi di Kabupaten Bogor dari 59,81 persen menjadi 83,03 persen pada tahun 2007, turut menjadi bukti kesuksesan dari kegiatan yang dilakukan di kawasan pengembangan pertanian tersebut BKP5K Kabupaten Bogor 2013. Kecamatan Dramaga terdiri dari sepuluh desa yakni Sukadamai, Sinarsari, Sukawening, Petir, Purwasari, Babakan, Dramaga, Neglasari dan Ciherang. Desa Ciherang memiliki luas areal wilayah sebesar 466 hekar. Dilihat dari posisinya, Desa Ciherang dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Desa Bubulak, Desa Dramaga, Desa Margajaya b. Sebelah Selatan : Desa Sukawening, Desa Petir, Desa Ciapus c. Sebelah Barat : Desa Bojong Jengkol, Desa Cihideng Udik, Desa Sinarsari d. Sebelah Timur : Desa Gunung Batu, Desa Ciomas Rata-rata kepadatan penduduk Desa Ciherang adalah 7.028 jiwakm 2 . Jumlah penduduk Desa Ciherang adalah 12.187 jiwa yang terdiri dari 5.974 jiwa laki-laki dan 6.213 jiwa perempuan. Seluruhnya merupakan 2.650 kepala keluarga dan kepala keluarga tani berjumlah 1.590. Artinya 60 persen kepala keluarga di Desa Ciherang memiliki pekerjaan sebagai petani. Potensi sumberdaya manusia di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, tergambar pada Tabel 3. Tabel 3 Populasi penduduk Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga menurut umur tahun 2007 No Umur Tahun Jumlah Jiwa 1. 0-15 3.290 2. 16-30 3.168 3. 31-45 2.071 4. 46-60 1.952 5. 61 1.706 Total 12.187 Sumber :BKP5K Kabupaten Bogor, 2013 Data dari Tabel 3, menunjukkan bahwa dari sudut jumlah, penduduk Desa Ciherang didominasi oleh mereka yang berusia produktif 16 –45 tahun, kemudian disusul oleh anak –anak dan remaja 0–15tahun, kemudian orang tua 46 – 60 tahun. Berkaitan dengan upaya pengembangan bidang pertanian di daerah tersebut, gambaran komposisi penduduk di atas cukup mendukung. Namun demikian, fakta lapangan yang tercermin dari data yang diperoleh selama berlangsungnya penelitian menunjukkan bahwa penduduk yang berusia relatif muda kurang tertarik untuk bekerja di bidang pertanian, menurut mereka kegiatan usahatani tidak memberikan masa depan yang baik. Tabel 4 Kelompok tani pangan di Desa Ciherang tahun 2012 No Nama Kelompok Tani Jml Ang gota Luas Lahan Tahun di Bentuk Jenis Tanaman Sawah ha Darat ha Jml ha 1. Subur Jaya 20 25 25 2004 padi, jagung, ubi jalar, bengkuang 2. Minasri 25 25 25 1978 padi 3. Barokah 20 25 25 1998 padi, jagung, ubi jalar, mentimun 4. Saluya 26 20 20 1998 padi, jagung, ubi jalar 5. Alam Sari 20 5 5 2009 padi palawija 6. Sekar Sari 20 1 1 2001 tanaman pekarangan Sumber :BKP5K Kabupaten Bogor, 2013 Petani di Desa Ciherang sudah mulai membentuk beberapa kelompok tani dan satu buah gapoktan Gabungan kelompok tani yang bernama Subur Makmur. Kelompok tani di Desa Ciherang dapat dibedakan menjadi : a. Kelompok tani dewasa yang berjumlah 15 kelompok. b. Kelompok tani wanita yang berjumlah 1 kelompok. c. Kelompok tani pangan yang berjumlah 6 kelompok Tabel 4. d. Kelompok tani ikan yang berjumlah 5 kelompok. e. Kelompok tani ternak yang berjumlah 5 kelompok. f. Kelompok petani pengguna air P3A yang berjumlah 4 kelompok. Berdasarkan Tabel 4, dapat kita ketahui bahwa sebagian besar petani di Desa Ciherang melakukan usahatani padi, di sawah yang mereka kelola. Sisanya memanfaatkan lahan untuk usahatani sayuran, palawija dan tanaman pekarangan. Lahan sawah di Desa Ciherang tergolong pada jenis sawah irigasi sederhana. Pola tanam di Desa Ciherang terdiri dari tiga pola yaitu : 1. Padi-padi-padi 2. Padi-padi-sayuran 3. Padi-padi-palawija Saluran tataniaga gabah di Desa Ciherang secara umum adalah petani menjual gabag kering panen GKP di sawah kepada tengkulak. Pengumpultengkulak menjual gabah GKP ke pabrikpedangan besar. Pabrikpedangan besar mengolah gabah menjadi beras atau langsung dijual kepengilingan. Setelah menjadi beras, pedagang besar menjual beras kepada pengecer dan dari pengecerlah konsumen mendapatkan beras. Karakteristik Petani Responden Karakteristik petani merupakan salah satu aspek penting yang turut berpengaruh dalam menerapkan inovasi atau cara baru dalam usahatani, terutama dalam upaya peningkatan produksi dan pendapatan petani. Penjelasan mengenai karakteristik responden digunakan untuk memberikan gambaran tentang kondisi dan keadaan petani responden di Desa Ciherang. Karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini baik dari petani yang menerapkan PTT maupun petani yang tidak menerapkan PTT adalah karakteristik berdasarkan pengalaman mengikuti sekolah lapang PTT, status usahatani padi, usia, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pengalaman usahatani, luas lahan garapan, status penguasaan lahan dan waktu panen padi terakhir. Keragaman karakteristik tersebut dapat mempengaruhi keputusan petani responden dalam melakukan kegiatan usahatani padi. Karakteristik Responden Berdasarkan Pengalaman Sekolah Lapang PTT Berdasarkan definisi yang telah di bangun pada,”Bab Metode Penelitian”, petani yang menerapkan PTT adalah petani yang mengikuti program sekolah lapang. Sekolah lapang PTT di Desa Ciherang telah dilaksanakan dua kali yaitu pada tahun 2008 dan tahun 2012. Secara logika jika petani telah mengikuti kegiatan sekolah lapang baik satu kali ataupun dua kali maka petani akan menerapkan PTT. Hal ini disebabkan petani telah mengetahui, memahami dan merasakan manfaatnya. Tabel 5 Karakteristik responden berdasarkan pengalaman sekolah lapang PTT, di Desa Ciherang tahun 2013 No Pengalaman sekolah lapang PTT kali Petani yang Menerapkan PTT Petani yang tidak Menerapkan PTT Jumlah Orang Persentase Jumlah Orang Persentase 1 30 100 2 1 19 63,3 3 2 11 36,7 Jumlah 30 100 30 100 Berdasarkan Tabel 5, diketahui bahwa petani yang tidak menerapkan 100 persen atau 30 orang belum pernah mengikuti kegiatan sekolah lapang PTT. Petani yang menerapkan PTT dengan nilai 63,3 persen atau 19 orang telah mengikuti kegiatan

Dokumen yang terkait

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani Padi Sawah Petani Penyewa Lahan (Studi Kasus : Desa Pematang Sijonam, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

13 169 79

Evaluasi Penerapan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT ) Pada Budidaya Padi Sawah ( Studi Kasus : Desa Sambirejo Kecamatan Binjai kabupaten Langkat )

13 93 123

Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerapan Rakitan Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) pada Usahatani Kedelai

0 7 8

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kemandirian Petani Melalui Penyuluhan (Kasus di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 12 155

Tingkat Penerapan Pengendalian Hama Terpadu oleh Petani (Kasus Petani Padi Sawah di Desa Purwasari, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 15 190

Survei Nematoda Parasit Pada Tanaman Padi Sawah Di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

0 11 37

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan (Kasus Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

2 33 215

PENGARUH FAKTOR PRODUKSI DALAM PENERAPAN PENGELOLAAN TANAM TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI BALI

0 2 20

Sikap Petani Terhadap Program Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT) Padi di Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Keranganyar.

0 0 14

MAKALAH SEMINAR /HUBUNGAN ANTARA FAKTOR EKSTERNAL PETANI DENGAN TINGKAT PENERAPAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH DI KECAMATAN MONCONGLOE KAB. MAROS | Agronomi Pertanian

0 0 21