Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan (Kasus Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PEDESAAN

Kasus Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

Oleh: ARIS SAFRUDIN

I34070066

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ABSTRACT

ARIS SAFRUDIN. Factors That Affect The Performance Of Poverty Reduction Program at Village (Case Family Hope Program, Village Petir, Dramaga District, Bogor Regency, West Java Province). Supervised by IMAN K. NAWIREJA and FREDIAN TONNY NASDIAN

The poverty issue has become a main agenda of each nation which joined to commit to Millennium Development Goals (MDGs). As one of the member of the MDGs, Indonesia also bound in this commitment. One of poverty prevention program conducted by Indonesia government among other is the Program Keluarga Harapan (Hope Family Program) in Petir Village, Dramaga Sub-District, of Bogor Regency, West Java Province. The purpose of this research is to identify the factors affected the performance of PKH programs, as well as the impact of the program to the quality of PKH participant’s living standard. This research is a combination of quantitative and qualitative research. This study found that the factors that affect the program performence: 1) program planning and implementation coordination, 2) the ability of PKH facilitators, 3) PKH participant criteria, 4) PKH participant education, 5) and place condition of PKH implementation. These factors affect the performance that was measured bt increasing of education and health level, and the easiness of accessing education and health facility both positively and negatively.


(3)

RINGKASAN

ARIS SAFRUDIN. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan (Kasus Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). Di bawah bimbingan IMAN K. NAWIREJA DAN FREDIAN TONNY NASDIAN

Berbagai upaya telah dilakukan oleh pihak pemerintah maupun swasta untuk menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Upaya tersebut dituangkan dalam berbagai program penanggulangan kemiskinan khususnya di pedesaan. Akan tetapi program penggulangan kemiskinan tersebut belum dapat menyelesaikan masalah kemiskinan yang ada di Indonesia. Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program penanggulangan kemiskinan tersebut, baik faktor internal maupun faktor eksternal dari institusi pemberi program.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program penanggulangan kemiskinan di pedesaan, yaitu melalui Program Keluarga Harapan (PKH). Penelitian ini juga bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKH baik faktor internal maupun faktor eksternal. Selain itu, penelitian ini juga melihat bagaimana hubungan antara kinerja PKH dengan taraf hidup peserta PKH. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang didukung dengan penelitian kualitatif. Data kuantitatif diperoleh melalui wawancara kepada responden oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam kepada informan. Penelitian ini menggunakan tipe explanatory research dimana penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan-hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa. Pelaksanaan penelitian dilakukan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah responden yang diambil adalah sebanyak 47 responden dari 87 orang peserta PKH dengan menggunakan rumus Slovin dan penentuan responden menggunakan teknik simple random sampling.

Temuan di lapangan menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja PKH yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari


(4)

institusi pemberi PKH yang meliputi koordinasi perencanaan dan pelaksanaan PKH, kemampuan pendamping PKH, dan kriteria peserta PKH. Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari luar institusi pemberi PKH yang meliputi kondisi tempat pelaksanaan PKH dan tingkat pendidikan peserta PKH.

Baik faktor internal maupun faktor eksternal memiliki hubungan yang negatif dengan kinerja PKH, sedangkan hubungan diantara kinerja PKH dengan taraf hidup peserta PKH memiliki hubungan yang positif. Peningkatan taraf hidup peserta PKH diukur dari peningkatan taraf kesehatan dan pendidikan serta kemudahan peserta PKH dalam mengakses berbagai fasilitas kesehatan dan pendidikan.


(5)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PEDESAAN

Kasus Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

Oleh:

ARIS SAFRUDIN I34070066

SKRIPSI

Sebagai Syarat untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

DEPARTEMEN SAINS DAN KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama Mahasiswa : Aris Safrudin

NIM : I34070066

Program Studin : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul Skripsi : Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan (Kasus Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Iman K. Nawireja, SP, MSi Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS NIP. 19711119 200701 1001 NIP. 19580214 198503 1004

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003


(7)

LEMBAR PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PEDESAAN (Kasus Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2011

ARIS SAFRUDIN I34070066


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada 24 September 1988 di Bogor, merupakan anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Cucu Sumantri (alm) dan Sukarni. Penulis telah menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 01 Gunung Batu Bogor, dilanjutkan di SMP Negeri 18 Bogor dan SMA Negeri 5 Bogor. Penulis melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat dengan jalur masuk Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).

Pada saat duduk di bangku SMP, penulis menduduki peringkat dua siswa teladan se-Bogor Timur. Ketika duduk di SMA, penulis juga aktif dalam organisasi keagamaan dan beladiri. Di bangku kuliah, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan, yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekologi Mahasiswa, Divisi Sosial Lingkungan pada 2009/1010. Selain organisasi kemahasiswaan, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitian yang diselenggarakan oleh organisasi kemahasiswaan; diantarannya kepanitiaan Masa Perkenalan Fakultas (MPF) dan Masa Perkenalan Departemen (MPD) (2008), Bukti Cinta Lingkungan (2009), Indonesia Ecology Expo (2009), Let’s CSR (2010), dan Ikatan Mahasiswa Pencinta Ekologi Manusia (2010).


(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Judul skripsi ini adalah “Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan di Pedesaan (Kasus Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Porvinsi Jawa Barat)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Program Keluarga Harapan dan melihat hubungan kinerja PKH terhadap taraf hidup peserta PKH di Desa Petir.

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang berkaitan dengan penanggulangan kemiskinan yang ada di Indonesia, terutama bagi penulis, pemerintah, dan masyarakat.

Bogor, September 2011

Aris Safrudin I34070066


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Allah SWT telah memberikan segala nikmat dan rahmatnya kepada penulis, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan hasil yang maksimal. Penulis juga telah banyak dibantu dalam proses penyelesaian skripsi ini oleh berbagai pihak, baik secara materil maupun moril. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Iman K. Nawireja, SP, MSi dan Ir. Fredian Tonny Nasdian, MS sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, saran, kritik dan motivasi kepada penulis. 2. Martua Sihaloho, SP, M.Si sebagai dosen penguji petik yang telah

memberikan banyak masukan dan saran dalam teknis penulisan skripsi ini. 3. Ibunda dan kakak-kakak tercinta di rumah yang telah memberikan kasih

sayangnya yang tulus, motivasi, doa, saran serta dukungan penuh terhadap penulis.

4. Thresa Jurenzy, yang telah memberikan semangat, motivasi, masukan, doa dan waktunya kepada penulis.

5. Sahabat-sahabatku tersayang (Eka, Dian, Kidut, Tita, Ade Puput, Ade Citra, Ade Dewi, Nyimas, Zuhaida, dan Akira) yang telah memberikan saran, semangat, dorongan dan motivasi.

6. Teman-teman di Departemen KPM angkatan 44 yang telah memberikan semangat, dorongan dan doa yang tulus kepada penulis.

7. Ibu Yayah dan Ibu Tantri di Kecamatan Dramaga yang selalu meluangkan waktunya untuk memberikan informasi, memberikan dorongan dan semangat kepada penulis.

8. Bapak Toni di Kantor Desa Petir yang telah memberikan banyak informasi dan bantuan selama penulis berada di lapangan.

9. Bapak Suryadi selaku pendamping PKH yang telah memberikan banyak informasi kepada penulis terkait jalannya PKH di Desa Petir.

10. Peserta PKH yang telah dijadikan sebagai responden dan informan atas kesediaan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian ini.


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ………... xi

DAFTAR TABEL………... xv

DAFTAR GAMBAR………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN... xvii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang………... 1

1.2 Rumusan Masalah………... 2

1.3 Tujuan Penelitian………... 3

1.4 Kegunaan Penelitian………... 3

BAB II PENDEKATAN TEORITIS………... 5

2.1 Bentuk-bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan………... 5

2.1.1 Kemiskinan ………... 5

2.1.2 Penyebab Kemiskinan ………... 7

2.1.3 Ukuran Kemiskinan ………... 8

2.1.4 Penanggulangan Kemiskinan ……….... 9

2.1.5 Program Keluarga Harapan………... 11

2.2 Kinerja... 13

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan ……….... 13 2.4 Dampak Program Penanggulangan Kemiskinan ………... 18

2.5 Kerangka Pemikiran……….... 20

2.6 Hipotesis Penelitian………... 22

2.7 Definisi Operasional………... 22

BAB III PENDEKATAN LAPANG………... 28

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian………... 28

3.2 Metode Penelitian………... 28

3.3 Jenis dan Sumber Data………... 29

3.4 Teknik Penentuan Responden dan Informan………... 29

3.5 Teknik Analisis Data………... 30 Halaman


(12)

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN………... 31

4.1 Kondisi Geografis dan Demografis………... 31

4.2 Mata Pencaharian………... 32

4.3 Sarana dan Prasarana………... 33

4.4 Program Keluarga Harapan………... 33

4.5 Karakteristik Peserta PKH di Desa Petir... 35

BAB V FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN………... 36 5.1 Faktor Internal………... 36

5.1.1 Kemampuan Pendamping PKH …………... 36

5.1.2 Kriteria Peserta PKH ………... 38

5.1.3 Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan Program PKH………. 47

5.2 Faktor Ekternal PKH………... 52

5.2.1 Tingkat Pendidikan Peserta PKH………... 51

5.2.2 Kondisi Tempat Pelaksanaan PKH………... 53

5.3 Kinerja Program Keluarga Harapan………... 54

5.3.1 Ketepatan Pemilihan Peserta PKH………... 54

5.3.2 Jumlah Anak yang Bersekolah………... 55

5.3.3 Persentase Kehadiran Anak Sekolah………... 56

5.3.4 Kunjungan Ke Puskesmas atau Posyandu………... 56

5.4 Taraf Hidup Peserta PKH Desa Petir………... 57

5.4.1 Kemudahan Mengakses Bidang Pendidikan………... 57

5.4.2 Peningkatan Taraf Pendidikan Peserta PKH………... 58

5.4.3 Kemudahan Mengakses Bidang Kesehatan………... 59

5.4.4 Peningkatan Taraf Kesehatan………... 60

BAB VI HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM KELUARGA HARAPAN…………... 62 6.1 Kemampuan Pendamping dengan Kinerja PKH………... 62

6.2 Kriteria Peserta PKH dengan Kinerja PKH………... 64

6.3 Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan Program PKH………... 65


(13)

6.5 Tingkat Pendidikan Peserta PKH dengan Kinerja PKH………... 69

BAB VII HUBUNGAN KINERJA PKH TERHADAP TARAF HIDUP PESERTA PKH……... 72 BAB VIII PENUTUP………... 74

8.1 Kesimpulan………... 74

8.2 Saran……….... 74


(14)

DAFTAR TABEL  

Tabel 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program

Penanggulangan Kemiskinan………...  17

Tabel 2 Dampak Impelementasi Program Penanggulangan Kemiskinan... 20 Tabel 3 Jumlah Sarana dan Prasarana Berdasarkan Bidang Ekonomi,

Pendidikan, dan Kesehatan di Desa Petir... 33

Tabel 4 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Berdasarkan Luas Lantai Tempat Tinggal di Desa Petir (2011)...

39

Tabel 5 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Jenis Lantai Tempat Tinggal di Desa Petir (2011)...

40

Tabel 6 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Jenis Dinding Tempat Tinggal di Desa Petir (2011)...

40

Tabel 7 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Fasilitas Buang Air Besar di Desa Petir (2011)...

41

Tabel 8 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Sumber Penerangan di Desa Petir (2011)...

41

Tabel 9 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Sumber Air Minum di Desa Petir (2011)...

42

Tabel 10 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Bahan Bakar untuk Memasak di Desa Petir (2011)...

42

Tabel 11 Jumlah Dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Konsumsi Daging/Susu/Ayam di Desa Petir (2011)...

43

Tabel 12 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Pembelian Pakaian di Desa Petir (2011)...

44

Tabel 13 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Frekuensi Makanan di Desa Petir (2011)...

44

Tabel 14 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut

Kesanggupan Berobat di Desa Petir (2011)... 45

Tabel 15 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Pendapatan per Bulan di Desa Petir (2011)...

45

Tabel 16 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Tingkat Pendidikan Kepala Rumah Tangga di Desa Petir (2011)...

46

Tabel 17 Jumlah dan Persentase Kriteria Peserta PKH Menurut Kepemilikan Tabungan di Desa Petir (2011)...

46

Tabel 18 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Menurut Status Kemiskinan.... 57 Halaman


(15)

Tabel 19 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Petir (2011)...

53

Tabel 20 Jumlah dan Persentase Sarana dan Prasarana Menurut Pendidikan dan Kesehatan di Desa Petir (2011)...

53

Tabel 21 Jumlah Peserta PKH Setiap Desa di Kecamatan Dramaga... 54 Tabel 22 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Menurut Ketepatan Pemilihan

Peserta PKH di Desa Petir (2011)... 55

Tabel 23 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Menurut Status Anak

Bersekolah di Desa Petir (2011)... 55

Tabel 24 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Menurut Kehadiran Anak Bersekolah di Desa Petir (2011)...

56

Tabel 25 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Berdasarkan Kunjungan Peserta PKH ke Puskesmas/Posyandu...

57

Tabel 26 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Berdasarkan Kemudahan dalam Mengakses Lembaga Pendidikan di Desa Petir (2011)...

58

Tabel 27 Jumlah dan Persentase Anak Peserta PKH Berdasarkan Kehadiran di Sekolah di Desa Petir (2011)...

59

Tabel 28 Jumlah dan Persentase Peserta PKH berdasarkan Kemudahan Peserta PKH dalam Mengakses Bidang Kesehatan di Desa Petir (2011)...

59

Tabel 29 Jumlah dan Persentase Peserta PKH Berdasarkan Riwayat

Kesehatan Peserta PKH dan Balita di Desa Petir (2011)... 60

Tabel 30 Jumlah dan Persentase Balita Peserta PKH Berdasarkan Penyakit yang di Derita di Desa Petir (2011)...

61

Tabel 31 Persentase Pendamping PKH Berdasarkan Kinerja PKH dan Kemampuan Pendamping PKH...

62

Tabel 32 Persentase Peserta PKH Berdasarkan Kinerja PKH dan Kriteria Peserta PKH...

64

Tabel 33 Persentase Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan Berdasarkan Kinerja PKH dan Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan PKH...

66

Tabel 34 Persentase Kondisi Tempat Berdasarkan Kinerja PKH dan Kondisi Tempat Pelaksanaan PKH...

68

Tabel 35 Persentase Peserta PKH Berdasarkan Kinerja PKH dan Pendidikan Peserta PKH...

70

Tabel 36 Persentase Kinerja Berdasarkan Taraf Hidup Peserta PKH dan Kinerja PKH...

73


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Matriks "Peta" Kemiskinan Indonesia... 5 Gambar 2 Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Program

Keluarga Harapan dan Dampaknya terhadap Taraf Kesejahteraan Peserta Program di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor………...

22

Gambar 3 Mata Pencaharian Penduduk Desa Petir 2008……… 32 Halaman


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Denah lokasi penelitian……… 82 Lampiran 2 Kuesioner penelitian dan pedoman pertanyaan………... 83 Lampiran 3 Pedoman Pertanyaan Kualitatif……….. 94 Lampiran 4 Kerangka Sampling Peserta PKH Desa Petir, Kecamatan

Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat..………. 98 Halaman


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Tujuan penting pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan dan pengurangan kemiskinan. Negara mempunyai kewajiban menanggulangi permasalahan kemiskinan, guna mencapai tujuan pembangunan yaitu meningkatkan kesejahteraan hidup dari seluruh rakyat. Pembangunan yang tidak mengubah kondisi kemiskinan akan menyisakan masalah sosial dan politik. Penanggulangan kemiskinan menjadi penting karena kemiskinan akan menurunkan kualitas hidup (quality of life) masyarakat, meningkatkan beban sosial ekonomi masyarakat, menurunkan kualitas dan produktivitas sumber daya manusia, mengurangi partisipasi aktif masyarakat, menurunkan tingkat ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat, merosotnya kepercayaan terhadap pemerintah dalam hal pelayanan kepada masyarakat, dan kemungkinan merosotnya mutu generasi yang akan datang (Yudhoyono dan Harniati 2004).

Menurut data BPS (2009a) jumlah penduduk miskin menurun dari 34,96 juta jiwa pada 2008 menjadi 32,53 juta jiwa tahun 2009 dengan penurunan yaitu 2,43 juta jiwa, tetap merupakan jumlah yang sangat tinggi. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan jika masalah kemiskinan telah menjadi agenda bersama setiap negara yang tergabung dalam membangun komitmen tujuan pembangunan millennium (Millenium Development Goals, MDGs). Sebagai salah satu anggota MDGs, Indonesia turut terikat dengan komitmen ini (Sukidjo 2009).

Guna mengatasi masalah kemiskinan di pedesaan, baik pemerintah, swasta maupun Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta pihak terkait lainnya telah melakukan berbagai program penanggulangan kemiskinan. Adapun beberapa kebijakan yang dijalankan secara umum oleh pemerintah pusat untuk mengatasi kemiskinan pedesaan adalah (1) mengusahakan pemenuhan kebutuhan konsumsi dasar seperti sembako gratis kepada rakyat miskin di pedesaan, (2) memberikan kredit usaha tani, penyaluran kredit sebagai modal usaha, jaminan usaha serta Koperasi Unit Desa (KUD), (3) mengadakan sarana dan prasarana di pedesaan terutama yang menunjang pertanian, (4) pelayanan kesehatan dengan mendirikan


(19)

puskesmas dan menyebarkan tenaga-tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, dan perawat, (5) pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah Inpres, (6) Listrik Masuk Desa (LMD), dan (7) melengkapi sarana kesehatan yang lain seperti sanitasi dan air bersih (Rahardjo 2006).

Kenyataan di lapangan menunjukkan banyak program penanggulangan kemiskinan di pedesaan masih belum mampu untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan, hal tersebut terbukti dengan jumlah masyarakat miskin yang masih tinggi. Berbagai program tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sebagai contoh, seperti pada penelitian Hermanto dan Supriati (2009) salah satu kendala yang ditemui yaitu kurang matangnya persiapan institusi pada program penanggulangan kemiskinan melalui sub sektor perikanan, Hariri (2009) pada program Unit Pengelolaan Keuangan (UPK) yang memiliki desain program yang memudahkan kelompok sasaran, dan Sajogyo (2000a) menyatakan bawah suatu pogram akan berjalan dengan baik jika diberikan pendampingan yang intensif. Berbagai faktor tersebut dapat berasal dari institusi program atau berasal dari luar institusi pemberi program. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi kinerja program yang kemudian kinerja program tersebut mempengaruhi dampak terhadap pencapaian pelaksanaan program.

Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian tentang program penanggulangan kemiskinan di pedesaan masih perlu dilakukan. Penelitian ini melihat pelaksanaan Program Kelurga Harapan (PKH) di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Program ini telah berjalan sejak Tahun 2007, sehingga memungkinkan untuk diteliti proses pelaksanaan program, kinerja program serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan dampak kinerja program terhadap taraf hidup peserta program.

1.2Rumusan Masalah

Penelitian ini berusaha untuk mencari jawaban atas pertanyaan faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja PKH, dampak yang dirasakan dari kinerja PKH serta upaya yang dapat dilakukan agar faktor-faktor tersebut dapat mendukung kinerja PKH. Secara lebih operasional permasalahan penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:


(20)

1. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kinerja Program Keluarga Harapan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat? 2. Bagaimana hubungan faktor-faktor tersebut dengan kinerja Program Keluarga

Harapan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat?

3 Bagaimana hubungan antara kinerja Program Keluarga Harapan dengan taraf hidup peserta Program Keluarga Harapan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka dapat ditentukan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Program Keluarga Harapan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

2. Mengetahui hubungan faktor-faktor tersebut dengan kinerja Program Keluarga Harapan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

3. Mengetahui hubungan kinerja Program Keluarga Harapan dengan taraf hidup peserta Program Keluarga Harapan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi berbagai pihak terkait mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKH dalam implementasinya khususnya di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat:

1. Peneliti dan civitas akademik

Bagi peneliti, ini suatu proses pembelajaran terkait dalam mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja PKH dalam implementasinya dan melihat dampak yang diakibatkan oleh kinerja program tersebut, serta hasil


(21)

penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian yang sejenisnya.

2. Masyarakat

Bagi masyarakat, penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan dan pembelajaran, apa yang dapat masyarakat lakukan untuk mendukung kinerja program penanggulangan kemiskinan, khususnya program PKH yang ada di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

3. Bagi Instansi Terkait

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi penentu kebijakan khususnya dengan memberi informasi terkait faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja penanggulangan kemiskinan, khususnya Program Keluarga Harapan sehingga program tersebut dapat berjalan efektif dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan, secara umum untuk menanggulangi kemiskinan.


(22)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Bentuk-Bentuk Program Penanggulangan Kemiskinan 2.1.1 Kemiskinan

Kemiskinan sangat erat kaitannya dengan tiga konsep yaitu kemiskinan itu sendiri (poverty) yang menggambarkan ketidakmampuan seseorang atau suatu kelompok masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, ketidakmerataan, dan ketidakadilan (inequality) dalam sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan hidup, serta kerentanan (vulnerability) seseorang atau sekelompok orang dapat menjadi miskin atau menjadi lebih parah kemiskinannya (Krisnamurthi 2006). Mereka yang menghadapi masalah kemiskinan dapat dikategorikan antara lain seperti yang di gambarkan pada Gambar 1.

Sumber: Khrisnamurthi (2006)

Gambar 1 Matriks "Peta" Kemiskinan Indonesia

Gambar 1 merupakan “peta” hipotetik rakyat miskin di Indonesia. Diantara orang miskin terdapat mereka yang “miskin tidak aktif secara ekonomi’ (I, J, K, dan L). Mereka adalah kelompok masyarakat yang benar-benar miskin. Kelompok masyarakat ini membutuhkan dukungan bahkan untuk

Hampir miskin dan rentan untuk

menjadi miskin A B C

Garis Kemiskinan ‘institusional’

D

Miskin dan aktif secara ekonomi

E F G H

Miskin dan tidak aktif secara ekonomi

I J K L

Anak Accidental Struktual Lanjut Usia

Usia Kerja


(23)

mempertahankan kebutuhan hidupnya. Bagi kelompok ini, salah satu program yang diperlukan adalah yang serupa Jaringan Pengaman Sosial (JPS) atau bentuk-bentuk bantuan langsung. Kelompok kedua adalah mereka yang termasuk kategori miskin tetapi masih memiliki kegiatan ekonomi aktif (E, F, G, dan H). Pada kelompok ini aspek dukungan, stimulasi dan proteksi ekonomi, termasuk dalam hal pembiayaan, menjadi faktor yang penting. Kelompok ketiga adalah mereka yang berada ‘dekat’ dengan garis kemiskinan, kelompok yang hampir miskin (A, B, C, dan D). Kelompok ini sering tidak dimasukkan dalam sasaran program penanggulangan kemiskinan, tetapi sebenarnya mereka sangat rentan terhadap guncangan yang akan menyebabkan mereka berada dibawah garis kemiskinan. Merekapun membutuhkan dukungan, stimulasi, dan proteksi ekonomi.

Muttaqien (2006) menyatakan bahwa kemiskinan di wilayah pedesaan dapat dijabarkan dalam indikator sebagai berikut:

1. Kurangnya kesempatan memiliki lahan pertanian (mata pencaharian paling utama penduduk pedesaan).

2. Kurangnya modal bagi penduduk pedesaan. 3. Rendahnya tingkat pendapatan masyarakat desa.

4. Terbatasnya lapangan pekerjaan, biasanya hanya tergantung pada pertanian dan kelautan.

5. Rendahnya kualitas kesehatan masyarakat.

6. Kurangnya kesempatan memperoleh kredit usaha. 7. Kurangnya produktivitas usaha.

8. Kurangnya pendidikan yang berkualitas.

9. Kurang terpenuhinya kebutuhan dasar (sandang, pangan, papan). 10.Sistem pertanian bertumpu pada cara tradisional.

11.Sistem pemerintahan yang buruk, terjadinya korupsi, kolusi, dan nepotisme.

12.Kurangnya akses terhadap informasi. 13.Kurangnya akses terhadap air bersih.

14.Lingkungan yang kurang mendukung, seperti kekeringan berkepanjangan. 15.Kurangnya partisipasi rakyat dalam pengambilan keputusan publik pada


(24)

16.Kurangnya budaya menabung, investasi, dan disiplin dalam masyarakat.

2.1.2 Penyebab Kemiskinan

Secara konseptual, kemiskinan dapat diakibatkan oleh empat faktor, yaitu: 1. Faktor individual. Terkait dengan aspek patologis, termasuk kondisi fisik dan

psikologis orang miskin yang disebabkan oleh perilaku, pilihan, atau kemampuan dari sisi mereka sendiri dalam menghadapi kehidupannya.

2. Faktor sosial. Kondisi-kondisi sosial yang menjebak seseorang menjadi miskin, misalnya, diskriminasi berdasarkan usia, jender, etnis yang menyebabkan seseorang menjadi miskin, bahkan kondisi sosial dan ekonomi keluarga yang menyebabkan kemiskinan antar generasi.

3. Faktor kultural. Kondisi atas kualitas budaya yang menyebabkan kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjukkan pada konsep “kemiskinan kultural” atau “budaya kemiskinan” yang menghubungkan kemiskinan dengan kebiasaan hidup.

4. Faktor struktural. Menunjukkan pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak sensitif dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau sekelompok orang menjadi miskin (Suharto 2009)

Krisnamurthi (2006) menjelaskan beberapa penyebab kemiskinan yang telah dikelompokkan agar sesuai dengan pemahaman atas kondisi kemiskinan yang dihadapi, yaitu:

1. Kemiskinan absolut. Terjadi bila seseorang, keluarga, atau masyarakat yang tingkat pendapatannya atau pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan.

2. Kemiskinan relatif. Terjadi jika seseorang, keluarga, atau masyarakat yang tingkat pendapatannya atau pengeluarannya relatif lebih rendah dibandingkan dengan pendapatan atau pengeluaran masyarakat sekitarnya.

3. Kemiskinan kronis atau struktural. Terjadi jika kondisi kemiskinan berlangsung terus menerus dalam jangka waktu yang lama.

4. Kemiskinan sementara atau ‘accidental’. Terjadi akibat adanya perubahan atau ‘shock’ yang mengakibatkan seseorang atau keluarga atau masyarakat berubah dari tidak miskin menjadi miskin.


(25)

5. Kemiskinan massal. Terjadi jika sebagian besar dari masyarakat mengalami kemiskinan.

6. Kemiskinan individual. Terjadi jika hanya beberapa orang atau sebagian kecil masyarakat mengalami kemiskinan.

Krisnamurthi (2006) juga menjelaskan penyebab kemiskinan jika dilihat dari konsep dan teori, diantaranya:

1. Teori lingkaran setan kemiskinan. Teori ini menegaskan bahwa kemiskinan terjadi karena suatu kondisi yang dihadapi oleh masyarakat miskin sehingga membuat kemiskinan tersebut tetap berada dalam masyarakat tersebut.

2. Teori eksploitasi. Kemiskinan dapat pula dipandang sebagai hasil dari eksploitasi suatu kelompok masyarakat atas masyarakat lain.

3. Teori kemiskinan struktural. Kemiskinan juga dapat dikonsepkan sebagai kondisi logis dari persaingan yang tidak ‘fair’. Persaingan yang tidak sehat ini akhirnya akan membuat kegiatan masyarakat miskin semakin miskin.

4. Teori ketidakmampuan mengatasi kemiskinan. Kemiskinan yang berkembang juga disebabkan oleh ketidakmampuan para pengambil keputusan dalam mengatasi kemiskinan yang sudah ada. Ketidakmampuan tersebut timbul baik karena kurangnya komitmen dalam penanggulangan kemiskinan maupun tertinggal berbagai keterbatasan dalam kemampuan menanggulangi kemiskinan atau gabungan dari keduanya.

2.1.3 Ukuran Kemiskinan

Menurut Sayogyo (1977), kemiskinan (poverty) pada dasarnya menggambarkan kondisi kesejahteraan yang buruk. Indikator yang digunakan yaitu dengan pendekatan konsumsi atau pengeluaran. Pendekatan ini lebih baik dari pendekatan pendapatan, karena: dalam survei lebih tepat dilaporkan (daripada angka penghasilan), selain itu pendekatan pengeluaran sudah mencakup penghasilan bukan uang, pemakaian tabungan masa lalu, dan pinjaman.

BPS (2009b) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach) untuk mengukur kemiskinan. Melalui pendekatan ini kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi


(26)

pengeluaran. Adapun 14 kriteria keluarga miskin yang dikeluarkan oleh BPS dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Sosial oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (2008) sebagai berikut:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bamboo/kayu murahan.

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bamboo/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan

500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan pekerjaan lainnya dengan pendapatan di bawah Rp600.000,00 per bulan. 13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya tamat SD.

14.Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp500.000,00 seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

2.1.4 Penanggulangan Kemiskinan

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia No 15 tahun 2010, mengenai percepatan penanggulangan kemiskinan pasal 1 pada poin 1 dan 2, dijelaskan bahwa penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program


(27)

pemerintah dan pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana, dan bersinergi dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dalam rangka meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat. Sedangkan program penanggulangan kemiskinan yaitu kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

Priyarsono et al. (2006) secara umum upaya penanggulangan kemiskinan ada dua strategi utama yang ditempuh. Pertama, melakukan berbagai upaya dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pokok dan melindungi keluarga dan kelompok masyarakat yang mengalami kemiskinan sementara akibat negatif krisis ekonomi dan kemiskinan struktural. Kedua, melakukan berbagai upaya untuk membantu masyarakat yang mengalami kemiskinan struktural, antara lain, memberdayakan mereka agar mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melakukan usaha dan mencegah terjadinya kemiskinan baru.

Sebagai upaya menanggulangi kemiskinan perlu dilakukan pendekatan multisektor yang saling terkait. Kebijakan pengendalian stabilitas moneter dan fiskal juga harus diperhatikan, guna menghindari adanya goncangan ekonomi secara mendadak, sehingga upaya penanggulangan kemiskinan di pedesaan maupun di perkotaan, baik melalui kebijakan perbaikan produksi, harga, investasi, dan kebijakan lainnya bisa berjalan dengan baik (Daryanto 2006).

Menurut Muttaqien (2006) beberapa kebijakan secara umum yang dijalankan oleh pemerintah pusat untuk menanggulangi kemiskinan pedesaan adalah (1) mengusahakan pemenuhan kebutuhan konsumsi dasar seperti sembako gratis kepada rakyat miskin di pedesaan, (2) memberikan kredit usaha tani, penyaluran kredit sebagai modal usaha, jaminan usaha serta KUD, (3) mengadakan sarana dan prasarana di pedesaan terutama yang menunjang pertanian, (4) pelayanan kesehatan dengan mendirikan Puskesmas dan menyebarkan tenaga-tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, dan perawat, (5) pendidikan dengan mendirikan sekolah-sekolah Inpres, (6) Listrik Masuk Desa


(28)

(LMD), dan (7) melengkapi sarana kesehatan yang lain seperti sanitasi dan air bersih.

2.1.5 Program Keluarga Harapan

Pedoman Program Keluarga Harapan yang dikeluarkan oleh Departemen Sosial (2007) menjelaskan pengertian Program Keluarga Harapan (PKH), yaitu program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), yaitu melalui pendidikan dan kesehatan. Tujuan utama PKH yaitu untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia pada kelompok masyarakat miskin dan tujuan tersebut sekaligus sebagai upaya mempercepat pencapaian target MDGs. Sedangkan tujuan khusus dari PKH sebagai berikut:

1. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM. 2. Meningkatkan taraf pendidikan anak RTSM.

3. Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas dan anak di bawah 6 tahun dari RTSM.

4. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan kesehatan , khususnya bagi RTSM.

Adapun manfaat dari PKH yaitu:

1. Untuk jangka pendek memberikan income effect kepada rumah tangga miskin melalui pengurangan beban pengeluaran rumah tangga miskin.

2. Untuk jangka panjang dapat memutus rantai kemiskinan antar generasi melalui:

a. Peningkatan kualitas kesehatan/nutrisi, pendidikan dan kapasitas pendapatan anak dimasa depan (price effect anak keluarga miskin).

b. Memberikan kepastian kepada anak keluarga miskin dimasa depan.

3. Merubah perilaku keluarga miskin yang relatif kurang mendukung peningkatan kesejahteraan akibat antara lain:

a. Kurangnya informasi mengenai hak, manfaat, keuntungan, dan kesempatan.


(29)

c. Opportunity Cost (anak bekerja lebih “menguntungkan” daripada bersekolah).

4. Mengurangi pekerja anak.

5. Peningkatan kualitas pelayanan dan barang publik melalui complementary perbaikan akses pendidikan dan kesehatan keluarga miskin, penyempurnaan sistem perlindungan sosial dan pelaksanaan desentralisasi.

6. Mempercepat pencapaian MDGs.

Program ini bukan dimaksudkan sebagai kelanjutan program Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga miskin mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah melakukan penyesuaian harga BBM. PKH lebih dimaksudkan sebagai upaya membangun sistem perlindungan sosial kepada masyarakat miskin. Keikutsertaan daerah dilakukan melalui dua tahap, yaitu:

a. Tahap pertama, pemilihan provinsi yang dilakukan atas dasar kesediaan pemerintah provinsi pada saat Musrenbang tahun 2006. Sebanyak tujuh provinsi telah dipilih sebagai daerah uji coba pelaksanaan PKH, yaitu Sumatera Barat, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, dan Nusa Tenggara Timur.

b. Tahap kedua, pemilihan kabupaten/kota dan kecamatan. Dari ke tujuh provinsi yang telah terpilih, selanjutnya dipilih sejumlah kabupaten/kota dan dengan kriteria: (i) tingginya angka kemiskinan, (ii) angka gizi buruk dan angka transisi dari SD/MI ke SMP/MTs, (iii) ketersediaan sarana dan prasarana baik pendidikan maupun kesehatan, serta (iv) adanya komitmen daerah.

Keikutsertaan daerah dalam PKH ditentukan juga oleh kesediaan pemerintah daerah untuk melaksanakan PKH. Hal ini dimaksud untuk menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang merupakan salah satu kunci keberhasilan pelaksanaan program. Untuk itu, sebelum pelaksanaan dimulai, pimpinan daerah (Bupati) harus menandatangani surat pernyataan menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan dan pendidikan yang dibutuhkan dalam program PKH termasuk segala aspek yang berkaitan didalamnya.


(30)

2.2 Kinerja

Nawawi (2006), Kinerja bukan sifat atau karakterisrik individu, melainkan kemampuan kerja yang ditunjukkan melalui proses atau cara bekerja dan hasil yang dicapai. Secara praktis kinerja dapat diartikan sebagai upaya yang dikerjakan atau tidak dikerjakan oleh seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas pokoknya.

2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan

Kinerja program penanggulangan kemiskinan yang telah banyak dilakukan, baik oleh pemerintah, swasta maupun LSM, dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor itu adalah persiapan institusi yang memberikan program. Persiapan yang tidak matang akan mempengaruhi jalannya program yang dijalankan. Sebagai contoh Hermanto et al. (1995), menyatakan bahwa terdapat beberapa kendala yang diakibatkan oleh kurang matangnya persiapan institusi pada program penanggulangan kemiskinan melalui sub sektor perikanan, seperti koordinasi perencanaan yang lemah, yaitu hanya dilakukan dengan dinas perikanan saja dan kurang dilakukan dengan instansi terkait dan Pemda. Koordinasi yang lemah kurang mendapat dukungan dari instansi terkait lainnya dan jika akhirnya ada permasalahan yang muncul tidak dapat segera ditangani secara koordinatif. Selain masalah koordinasi, terbatasnya waktu perencanaan, menjadi salah satu faktor pelemah, yang menyebabkan melemahnya perencanaan dan pelaksanaan bantuan. Permasalahan lainnya yaitu perencanaan yang bersifat “top down”, karena akan sulit dilakukan suatu perencanaan yang rinci dan spesifikasi lokasi.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi ketidakmatangan institusi tersebut yaitu melalui persiapan sosial yang memadai seperti pada penelitian Sarman dan Sajogyo (2006a). Melalui persiapan ini diharapkan perencanaan program yang dijalankan benar-benar telah dirancang secara matang, sehingga dapat mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan sewaktu pelaksanaannya. Selain itu karena kemiskinan merupakan masalah pembangunan diberbagai bidang, sehingga untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan pendekatan multisektor antar pihak yang terkait.


(31)

Institusi harus mendesain program yang memberikan kemudahan kepada kelompok sasaran untuk memanfaatkan dan menikmati program tersebut. Seperti kasus Unit Pengelolaan Keuangan (UPK) di Jawa Timur pada penelitian Hariri (2009), program UPK yang dijalani memberikan modal secara mudah tanpa banyak syarat, sehingga banyak warga miskin dapat memanfaatkan. Faktor kemudahan pengaksesan program menjadi penting, karena jika hal ini tidak terpenuhi akan berdampak buruk pada keberhasilan program seperti pada kasus BPR Parasahabat di Desa Cibarusah dalam penelitian Burhan (2004) memiliki ketentuan atau aturan kredit yang ketat, yaitu mengharuskan peminjam memiliki tempat tinggal dan usaha tetap, padahal banyak warga miskin di Desa Cibarusah yang tidak memiliki tempat tinggal tetap. Sehingga banyak warga miskin yang tidak dapat memanfaatkan program yang ada. Berbeda pada kasus PPSTN di Desa Pamongkong diperlukan kesepakatan bersama dalam mekanisme yang dijalankan terkait program antar aktor yang berkepentingan. Sehingga tidak ada pihak yang dimungkinkan melakukan protes apabila ada yang merasa dirugikan oleh aturan main yang telah disepakati bersama.

Sumber daya manusia yang memadai menjadi faktor lainnya yang mempengaruhi kinerja penanggulangan kemiskinan yang ada. Baik sumber daya manusia yang dimiliki oleh pendamping, pengurus maupun kelompok sasaran. Pada kasus BPR Parasahabat misalnya, kendala yang dihadapi dalam pencapaian keberhasilan program salah satunya keterbatasan sumber daya manusia. Dari penelitian di lapangan ditemukan bahwa banyak diantara staf/pelaksana program tidak memiliki latar belakang ilmu yang berhubungan dengan program yang dijalankan, hal ini akan sangat berpengaruh pada pelaksanaan program dan akhirnya berdampak pada keberhasilan program. Kasus lainnya terjadi pada program IDT di Sulawesi Selatan pada penelitian Sarman dan Sajogyo (2000b) mengalami kendala dalam pelaksanaan program yaitu dikarenakan pendampingan yang kurang intensif dan kapasitas pendamping yang sangat terbatas, khususnya pendamping lokal. Hal ini diperkuat dengan temuan lainnya oleh Sarman dan Sajogyo (2000a) di NTB berdasarkan pengalaman LSM lokal di sana, suatu program akan berlangsung dengan baik jika diberikan pendampingan yang intensif secara terus menerus. Karena disadari oleh banyak aparat di lapangan


(32)

bahwa salah satu faktor penentu keberhasilan program pembangunan untuk warga miskin itu adalah fungsi peran yang optimal dari petugas atau kelompok pendamping yang profesional. Untuk mencapai tersebut perlu dilakukan pelatihan kepada pendamping, pengurus, bahkan anggota kelompok sasaran. Adanya pelatihan ini diharapkan tumbuh pemahaman yang sama atas tujuan program, kapasitas yang memadai dalam pelaksanaan program, sehingga program akan berjalan dengan efektif.

Kondisi tempat dimana program tersebut dijalankan perlu diperhatikan juga. Sebagai contoh pada Program Penanggulangan Berpendapatan Rendah (PPBR) yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Peternakan, bahwa kesesuaian komoditas dengan karakteristik masyarakat setempat serta kondisi agroekosistem yang mendukung dalam menjalankan program mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangan program, dimana semakin sesuai kondisi tersebut semakin baik perkembangan program. Contoh lainnya pada kasus IDT di NTB, kalangan aparat pelaksana mengeluhkan bahwa yang menjadi kendala dalam pengembangan usaha masih ada usaha yang tidak didukung oleh potensi lingkungan setempat serta masih terdapatnya pemilihan jenis usaha yang tidak sesuai dengan keterampilan yang dimiliki anggota. Hal tersebut mengakibatkan sulitnya mengembangkan usaha alternatif yang dapat dijadikan sebagai gantungan hidup karena peluang usaha belum dikaitkan dengan peluang pasar.

Pada kasus BPR Parasahabat juga mengalami kendala dalam pelaksanaan program di lapangan, bahwa peningkatan pendapatan anggota peserta program sangat bergantung dari hasil usaha yang dijalankan dan juga tergantung pada situasi pasar. Seperti kasus IDT di Sulawesi Selatan, pemasaran menjadi permasalahan dalam pengembangan usaha, karena selama ini kegiatan masih sangat tergantung pada pesanan konsumen lokal. Selain itu permasalahan lainnya ada pemberi modal lain (rentenir) yang akhirnya mengganggu pengkreditan yang ada, sehingga terjadi kredit macet yang seperti yang ditemui pada kasus BPR Parasahabat. Kegagalan proyek dialami juga oleh usaha Yayasan Swadaya Membangun (YSM) Mataram di Desa Pamongkong yang mencoba mengembangkan keswadayaan masyarakat di sektor simpan pinjam. Salah satu alasan umum yang menjadikan macetnya angsuran simpan pinjam adalah


(33)

kebangkrutan usaha yang diperoleh dari dana simpan pinjam tersebut. Bahkan ada beberapa kasus lain yang mengakibatkan macetnya simpan pinjam tersebut yaitu beroperasinya lembaga-lembaga keuangan liar yang disebut “bank rontok” atau “bank beseang”.

Menanggapi permasalahan tersebut, hal yang dapat dilakukan seperti melakukan survei, pertemuan umum, dan uji kelayakan yang dilakukan pada kasus BPR Parasahabat. Hal ini dilakukan agar program yang akan dilaksanakan dapat diimplementasikan dapat berjalan dengan baik ditempat tersebut. Selain itu adanya kepastian pasar agar modal yang dikelola oleh kelompok binaan dapat diputar. Kapastian pasar ini selain dapat menjamin keberhasilan dari usaha, dapat membangun kepercayaan diri kelompok binaan tersebut dalam menekuni usaha yang sedang digelutinya secara sungguh-sungguh.

Salah satu faktor yang paling krusial adalah ketepatan kelompok sasaran dari program penanggulangan kemiskinan yaitu masyarakat yang berada dibawah garis kemiskinan. Namun kenyataan di lapangan, terdapat banyak ketidaktepatan sasaran yang dituju. Sebagai contoh pada kasus PPBR, yang seharusnya masyarakat miskin yang mendapatkan bantuan ternyata dari 26 kelompok, hanya 14 kelompok yang sesuai dan 12 kelompok lainnya tidak termasuk orang miskin. Hal ini dikarenakan ada faktor subyektifitas dari pemilihan kelompok sasaran oleh kepala desa maupun PPL yang lebih berorientasi keberhasilan program, bukan pada upaya untuk membantu masyarakat berpendapat rendah. Hal serupa pun terjadi pada kasus JPS di Kelurahan Keparakan pada penelitian Ismail (2000) salah satu kelemahan program yaitu rendahnya tingkat profesionalisme dari para petugas dalam melakukan seleksi atas warga yang perlu mendapat bantuan. sehingga banyak warga yang tidak tepat sasaran dalam pemanfaatan program tersebut. Faktor kurang tepat sasaran ini pun ditemui pada kasus proyek P4K sehingga proyek mengalami berbagai hambatan. Adapun faktor tersebut diakibatkan oleh tiga hal, pertama, dilokasi proyek P4K sudah tidak ada petani miskin sementara PPL masih dibebani oleh target penumbuhan KPK yang harus dipenuhi, sehingga untuk memenuhi target, terpaksa mengambil petani yang sesungguhnya tidak memenuhi syarat. Kedua, ada semacam ketentuan bahwa proyek dapat berjalan dengan baik, jika pengembalian kredit berjalan dengan


(34)

lancar, maka untuk menjadi anggota KPK dipilih petani miskin yang pengeluaran keluarganya sedikit di bawah atau mendekati garis kemiskinan dan bukan petani sangat miskin, karena petani yang sangat miskin dikhawatirkan dapat menghambat kelancaran pengambilan kredit proyek P4K. Ketiga, proses pembentukan KPK tidak sesuai dengan petunjuk rancangan P4K.

Tabel 1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Program Penanggulangan Kemiskinan

No Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program penanggulangan kemiskinan 1 Koordinasi perencanaan antar pihak terkait.

2 Kecukupan waktu perencanaan. 3 Desain program.

4 Mekanisme program yang disepakati oleh pengurus, pendamping dan kelompok sasaran.

5 Sumber daya manusia pendamping, pengurus, dan kelompok sasaran 6 Intensifitas pendampingan

7 Kondisi tempat pelaksanaan program 8 Ketepatan kelompok sasaran

Terkait dalam meningkatkan peluang keberhasilan, beberapa hal perlu mendapat perhatian terutama yang berkaitan dengan kebijakan dalam pelaksanaanya. Pihak-pihak yang ikut terlibat di daerah dari tingkat propinsi sampai dengan desa perlu diberi peran yang lebih besar, sesuai dengan kondisi di masing-masing daerah dengan kapasitas yang memadai. Contoh pada kasus PPBR dalam menentukan kelompok sasaran, wewenang sepenuhnya berada pada instansi setempat, berdasarkan kriteria yang telah ditentukan dalam pedoman PPBR pusat. Kepala Desa dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) adalah pihak-pihak yang banyak berperan dalam hal ini. Besarnya keterlibatan mereka dalam menentukan sasaran memiliki keuntungan dan kerugian. Mereka memang yang paling tahu kondisi petani di wilayahnya sehingga dapat memilih sasaran dengan tepat, namun terkadang pemilihan sasaran ditujukan kepada peternak yang tidak miskin. Untuk mengurangi hal seperti ini, Dinas Peternakan Tk.II atau Cabang Dinas Peternakan tingkat kecamatan dapat diikutsertakan dalam memilih


(35)

kelompok sasaran. Berbagai faktor tersebut jika disimpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.

2.4 Dampak Program Penanggulangan Kemiskinan

Kinerja program penanggulangan kemiskinan mempengaruhi dampak yang didapat dari implementasi program tersebut. Sebagai contoh, dampak dari program PPSTN yang dilaksanakan di Desa Pemongkong dalam kurun waktu dua tahun sejak 1994 sekitar 28 KK nelayan telah mampu diberdayakan menjadi nelayan mandiri. Kesuksesan ini tidak hanya terjadi di sektor perikanan laut saja, pada kelompok petani binaan PPSTN pun terjadi keberhasilan. Kelompok tani diberikan satu buah traktor tangan dengan status pinjaman angsuran, dalam tempo dua tahun dari semula delapan traktor yang telah digulirkan kepada petani binaan, menjadi 14 buah traktor tangan. Contoh lainya pada kasus UPK Gerdutaskin di Jawa Timur, kehadiran UPK ini menjadi salah satu solusi dalam menanggulangi kemiskinan yang ada, saat berbagai kebijakan program penanggulangan kemiskinan sulit menjangkau sasaran secara tepat dan efektif sehingga keberadaan UPK dimaknai sebagai modal dan potensi dasar bagi usaha penanggulangan kemiskinan secara berkelanjutan. Walaupun dalam pelaksanaannya banyak kendala yang dihadapi seperti adanya kredit macet pada program, kelembagaan yang belum independen, atau administrasi keuangan yang belum dilaksanakan secara konsisten.

Kinerja BPR Parasahabat di Desa Cibarusah, mempunyai dampak terhadap hasil yang diperoleh antara lain bagi warga atau kelompok binaan yang mampu mengakses program dapat merasakan peningkatan usaha dan pendapatan, adapun manfaat sosial yang dirasakan seperti adanya perubahan sikap para anggota khususnya dalam bentuk solidaritas antar sesama dan adanya kebiasaan dalam menabung. Contoh lainnya pada kasus P4K, program ini dapat memberikan dampak positif terhadap kelompok binaan yaitu adanya peningkatan pendapatan, pemupukan modal, peningkatan konsumsi gizi keluarga, penyerapan tenaga kerja, pendalaman dan perluasan usaha serta terampil teknis dan manajemen. Disamping dampak terhadap peserta proyek, P4K juga memberikan dampak terhadap kelompok antara lain berupa usaha bersama secara kelompok, kemampuan


(36)

manajemen pengurus, kesadaran tentang manfaat berkelompok. Selain itu KPK-KPK yang terbentuk menjadi suatu wahana pendidikan masyarakat pedesaan, yaitu dapat meningkatkan taraf kehidupannya. Namun dalam pelaksanaan program terkait pemilihan kelompok sasaran cenderung tidak tepat sasaran, sehingga masih banyak warga miskin yang belum diberdayakan, terlebih dengan penerapan aturan yang memberatkan menjadikan mereka semakin sulit untuk merasakan manfaat dari program tersebut.

Dampak yang dirasakan pada kasus penanggulangan kemiskinan nelayan dan petani ikan di laut, antara lain: bagi peserta, adanya program ini dapat meningkatkan konsumsi ikan bagi keluarga nelayan, adanya perbaikan gizi keluarga, terjadinya peningkatan pendapatan nelayan 10-100 persen, bahkan ada beberapa nelayan bersedia melakukan modifikasi perahu dan alat tangkap. Dampak program terhadap pendapatan nelayan peserta sangat bervariasi. Semakin tingginya pemanfaatan paket maka makin tinggi pula hasil yang diperoleh. Bagi bukan peserta, manfaaat yang dirasakan seperti adanya adopsi teknologi, peluang atau pilihan kesempatan kerja, serta perahu yang dimiliki dapat digunakan untuk alat transportasi.

Selain itu kasus IDT di Sulawesi Selatan terkait penelitian Sarman dan Sajogyo (2000b), program ini ternyata cukup efektif untuk memberikan penguatan kepada anggota pokmas, khususnya kelompok ibu-ibu yang bergiat dalam usaha menjual ikan asap. Dari dana tersebut, mereka praktis melepaskan diri dari ketergantungan pada “bandar” ikan yang sebelumnya berperan mirip pelepas uang dan cukup semena-mena menentukan harga penjualan ikan segar yang dibutuhkan ibu-ibu untuk diasap. Jika dilihat dari implementasi program ini, mengalami kendala seperti pendampingan yang kurang intensif dan kapasitas pendamping yang sangat terbatas, khususnya pendamping lokal.

Program PPBR ini memberikan manfaat terhadap peserta program antara lain dapat memenuhi konsumsi sendiri, adanya peningkatan bahan pangan, penambahan pendapatan, dan peningkatan pengetahuan dalam hal peternakan. Bagi non-peserta, manfaat proyek cenderung masih kurang dirasakan. Kalaupun ada dalam jumlah kecil mereka menyatakan dapat belajar memelihara ternak lebih


(37)

baik. Namun beberapa menyatakan terganggu oleh bau dan menduga ternak program sumber penyakit bagi ternak yang sudah ada.

Tabel 2 Dampak Impelementasi Program Penanggulangan Kemiskinan No Dampak Implementasi Program Penanggulangan Kemiskinan 1 Adanya peningkatan usaha peserta program

2 Adanya peningkatan pendapatan peserta 3 Terbangunnya solidaritas antar peserta 4 Adanya peningkatan gizi peserta 5 Terbukanya kesempatan kerja

6 Peningkatan keterampilan dan pengetahuan peserta 7 Tumbuhnya kesadaran peserta atas manfaat berkelompok 8 Ketidaktepatan sasaran

9 Adanya adopsi teknologi

Pada pelaksanaannya PPBR mengalami permasalahan seperti ketidaktepatan sasaran yang dituju. Hal ini dipengaruhi oleh faktor subyektifitas dari pemilihan kelompok sasaran oleh kepala desa maupun PPL yang lebih berorientasi keberhasilan program, bukan pada upaya untuk membantu masyarakat berpendapat rendah. Pelaksanaan program ini terlihat tidak sungguh-sungguh dalam menanggulangi kemiskinan, terbukti telah melenceng dari tujuan umum yang ingin dicapai oleh Direktorat Jenderal Peternakan yaitu upaya penanggulangan kemiskinan melalui penyebaran ternak yang disertai dengan pembinaan pada masyarakat berpendapatan rendah, sehingga secara bertahap dapat meningkatkan pendapatan mereka. Beberapa dampak yang dirasakan atas implementasi beberapa program penanggulangan tersebut, dapat disimpulkan seperti yang tertera pada Tabel 2.

2.5 Kerangka Pemikiran

Baik pemerintah, swasta, maupun LSM telah melakukan berbagai upaya untuk menanggulangi kemiskinan. Program penanggulangan kemiskinan yang menjadi kajian penelitian ini yaitu Program Keluarga Harapan (PKH) yaitu


(38)

merupakan suatu program yang memberikan bantuan langsung tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin, yang berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. PKH ini telah berjalan dari tahun 2007 dan akan berakhir tahun 2015. Tujuan utama dari PKH adalah untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada kelompok masyarakat miskin khususnya dalam bidang kesehatan dan pendidikan. Faktor Eksternal Faktor Internal 1. Kemampuan pendamping PKH dalam menjalankan tugas

2. Kriteria peserta PKH

3. Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan PKH

Kinerja PKH

Taraf hidup peserta PKH di Desa Petir 1. Ketepatan

pemilihan peserta PKH

2. Jumlah anak peserta PKH yang bersekolah 3. Persentasi

Kehadiran Anak Sekolah

4. Persentase Balita Pergi ke

Posyandu

1. Peningkatan taraf pendidikan 2. Peningkatan kesehatan 3. Kemudahan mengakses bidang pendidikan 4. Kemudahan mengakses bidang kesehatan 1. Kondisi tempat

pelaksanaan PKH (Desa Petir) 2. Tingkat

pendidikan peserta PKH

Gambar 2 Faktor- Faktor yang Berpengaruh terhadap Kinerja Program Keluarga Harapan dan Dampaknya terhadap Taraf Kesejahteraan Peserta Program di Desa Petir,

Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor

Keterangan:


(39)

Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini dipaparkan lebih rinci dalam Gambar 2. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kinerja program dikelompokkan ke dalam faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari institusi pemberi program dalam hal ini PKH yaitu meliputi: (1) Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program PKH, (2) Kemampuan pendamping PKH dalam menjalankan tugas, dan (3) Kriteria peserta PKH. Faktor eksternal ialah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari luar institusi pemberi program dalam hal ini PKH yang meliputi: (1) Kondisi tempat pelaksanaan PKH dan (2) Tingkat pendidikan peserta PKH.

Berdasarkan kerangka pemikiran sebagaimana tertera pada Gambar 2, kinerja PKH yang terpengaruh faktor-faktor tersebut akan mempunyai pengaruh atas dampak terhadap taraf hidup peserta program, yaitu rumah tangga sangat miskin di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penelitian ini dimaksudkan untuk membuktikan hubungan antar faktor-faktor tersebut.

2.6 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program PKH, kemampuan pendamping, dan kriteria peserta PKH diduga memiliki hubungan positif terhadap kinerja PKH.

2. Kondisi tempat pelaksanaan PKH dan tingkat pendidikan peserta PKH memiliki hubungan positif terhadap kinerja PKH

3. Tingginya kinerja PKH diduga memiliki hubungan positif terhadap peningkatan taraf hidup peserta PKH.

2.7 Definisi Operasional

Rumusan definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: A. Faktor Internal


(40)

Faktor internal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari institusi pemberi PKH, terdiri dari:

a. Kemampuan pendamping adalah kemampuan yang dimiliki pendamping PKH dalam menjalankan tugasnya yaitu:

1. Menyelenggarakan pertemuan awal dengan seluruh peserta PKH. 2. Memberikan informasi mengenai PKH kepada peserta PKH.

3. Mengelompokkan peserta ke dalam kelompok yang terdiri dari 20-25 orang/kelompok.

4. Melakukan pemilihan ketua kelompok.

5. Membantu peserta PKH dalam mengisi formulir klarifikasi data dan menandatangani surat persetujuan PKH.

6. Mengkoordinasikan kunjungan awal ke puskesmas dan pendaftaran sekolah.

7. Melakukan pertemuan dengan seluruh peserta setiap enam bulan sekali. 8. Melakukan pertemuan insidentil kepada peserta PKH yang tidak

memenuhi komitmen.

9. Melakukan koordinasi dengan aparat setempat dan pemberi pelayanan kesehatan dan pendidikan.

10.Melakukan pendampingan rutin.

11.Menerima segala pengaduan dari peserta.

12.Memberikan sanksi bagi peserta yang tidak mematuhi aturan. Skor 3: Semua tugas dijalankan

Skor 2: Satu sampai tiga tugas tidak dijalankan Skor 1: lebih dari tiga tugas tidak dijalankan

b. Kriteria peserta PKH yaitu sejumlah persyaratan yang harus terpenuhi oleh peserta PKH untuk mendapatkan manfaat program.

Hal tersebut dapat diukur melalui1:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang. 2. Jenis lantai tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu murahan.

      

1

14 kriteria yang dipergunakan untuk menentukan keluarga/ rumah tanggadikategorikan miskin oleh Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat.


(41)

3. Jenis dinding tempat tinggal dari bambu/rumbia/kayu berkualitas rendah/tembok tanpa diplester.

4. Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga lain.

5. Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik.

6. Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air hujan.

7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah.

8. Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam seminggu. 9. Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun.

10.Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari.

11.Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik. 12.Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan

500 m2, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, dan pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp600.000,00 per bulan. 13.Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat

SD/hanya tamat SD.

14.Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan minimal Rp500.000,00 seperti sepeda motor kredit/non kredit, emas, ternak, kapal motor, atau barang modal lainnya.

Skor 3: minimal 10 kriteria kemiskinan terpenuhi (RTSM) Skor 2: 6 sampai 9 kriteria kemiskinan terpenuhi (RTM)

Skor 1: kurang dari 6 kriteria kemiskinan terpenuhi (Non RTM)

B. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program yang berasal dari luar institusi pemberi PKH, terdiri dari:

a. Kondisi tempat pelaksanaan PKH adalah kesesuaian kegiatan program dengan keadaan tempat tinggal peserta dilihat dari adanya fasilitas kesehatan seperti puskesmas, puskemas pembantu (pustu), polindes, posyandu, atau praktek bidan yang mudah dijangkau oleh peserta yang menjadi mitra PKH, adanya


(42)

sekolah SD maupun SLTP yang mudah dijangkau oleh peserta program untuk menyekolahkan anggota keluarganya yang berusia 6-18 tahun, adanya kantor pos yang mudah dijangkau oleh peserta untuk pengambilan uang tunai langsung.

Skor 3: Memiliki semua fasilitas yang mendukung pelaksanaan PKH.

Skor 2: Tidak terdapat salah satu fasilitas yang mendukung pelaksanaan PKH. Skor 1: Tidak memiliki semua fasilitas yang mendukung pelaksanaan PKH. b. Tingkat pendidikan peserta PKH yaitu jenjang sekolah formal terakhir yang

pernah dilaksanakan oleh peserta PKH, antara lain tidak bersekolah, Sekolah Dasar (SD), Madrasah Ibtidaiyah, SMP Umum/Kejuruan, Madrasah Tsanawiyah, SMA, Madrasah Aliyah, SMK, Program D.I/D.II, Program D.III, dan Program D.IV/S1.

Skor 3: Lulus program D.I/D.II/DIII/S1 Skor 2: Lulus SMP sampai SMA Skor 1: Tidak bersekolah atau tamat SD

C. Kinerja Program

1. Ketepatan memilih peserta PKH yaitu seluruh peserta PKH memenuhi persyaratan dari 14 kriteria peserta PKH.

Skor 2: Peserta PKH memenuhi minimal 9 kriteria kemiskinan Skor 1: Peserta PKH memenuhi kurang dari 9 kriteria kemiskinan

2. Jumlah anak yang bersekolah yaitu banyaknya anak peserta PKH yang memiliki usia 6-18 tahun terdaftar pada lembaga pelayanan pendidikan. Diukur memalui anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah dan terdaftar di sekolah.

Skor 2: Anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah terdaftar di sekolah. Skor 1: Anak peserta PKH yang memiliki usia sekolah tidak terdaftar di sekolah.

3. Persentase kehadiran anak sekolah yaitu kehadiran anak peserta PKH yang bersekolah yang memiliki persentasi kehadiran minimal 85 persen setiap bulannya.


(43)

Skor 2: Kehadiran anak peserta PKH yang bersekolah lebih dari 85 persen setiap bulannya.

Skor 1: Kehadiran anak peserta PKH yang bersekolah kurang dari 85 persen setiap bulannya.

4. Kunjungan ke puskemas atau posyandu adalah rutinitas peserta PKH untuk memeriksakan kesehatan setiap bulan ke puskesmas atau posyandu terdekat. Skor 3: Peserta PKH, baik ibu hamil, nifas, maupun balitanya memeriksa kesehatannya ke lembaga pelayanan kesehatan setiap bulan.

Skor 2: Peserta PKH, baik ibu hamil, nifas, maupun balitanya tidak memeriksa kesehatannya ke lembaga pelayanan kesehatan setiap bulan secara rutin. Skor 1: Peserta PKH, baik ibu hamil, nifas, maupun balitanya tidak memeriksa kesehatannya ke lembaga pelayanan kesehatan setiap bulan.

D. Taraf Hidup

Peningkatan taraf hidup peserta program adalah suatu perubahan yang dirasakan oleh peserta terhadap setelah adanya program PKH.

Diukur melalui:

1. Peningkatan taraf pendidikan peserta PKH yaitu banyaknya anak peserta PKH yang berada pada usia 6-18 tahun telah terdaftar di lembaga pelayan pendidikan dan memiliki persentase kehadiran minimal 85 persen setiap bulannya.

Skor 3: Anak peserta PKH usia sekolah terdaftar di sekolah dan memiliki persentase kehadiran minimal 85 persen setiap bulan.

Skor 2: Anak peserta PKH usia sekolah terdaftar di sekolah tetapi memiliki persentase kehadiran minimal 85 persen setiap bulan.

Skor 1: Anak peserta PKH usia sekolah tidak terdaftar di sekolah.

2. Peningkatan akses pendidikan yaitu anak peserta PKH usia sekolah dapat mengunjungi lembaga pelayanan pendidikan yang ada dan peserta PKH merasa terbantu dalam pembiayaan anak bersekolah.

Skor 3: Peserta PKH merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan anak bersekolah dan anak peserta PKH dapat mengunjungi lembaga pelayanan pendidikan.


(44)

Skor 2: Peserta PKH merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan anak bersekolah namun anak peserta PKH tidak dapat mengunjungi lembaga pelayanan pendidikan atau kebalikannya.

Skor 1: Peserta PKH tidak merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan anak bersekolah dan anak peserta PKH tidak dapat mengunjungi lembaga pelayanan pendidikan.

3. Peningkatan taraf kesehatan yaitu riwayat kesehatan yang dialami oleh peserta PKH.

Skor 2: satu bulan terakhir tidak pernah mengalami sakit. Skor 1: Satu bulan terakhir pernah mengalami sakit

4. Peningkatan akses kesehatan yaitu kemudahan peserta PKH untuk berkunjung ke lembaga pelayan kesehatan untuk mengecek kesehatannya setiap bulannya dan merasa terbantu dalam pembiayaan pengobatan.

Skor 3: Peserta PKH merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan pengobatan dan dapat mengunjungi lembaga pelayanan kesehatan.

Skor 2: Peserta PKH merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan pengobatan namun peserta PKH tidak dapat mengunjungi lembaga pelayanan kesehatan atau kebalikannya.

Skor 1: Peserta PKH tidak merasa terbantu dengan adanya PKH dalam pembiayaan pengobatan dan tidak dapat mengunjungi lembaga pelayanan pendidikan.


(45)

BAB III

PENDEKATAN LAPANG

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja program penanggulangan kemiskinan di pedesaan kasus Program Keluarga Harapan, dilaksanakan di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat (Lampiran 1). Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (Purposive). Pemilihan lokasi dilakukan dengan pertimbangan bahwa di Desa Petir memiliki program penanggulangan kemiskinan, yaitu Program Keluarga Harapan yang telah melaksanakan PKH sejak tahun 2007.

Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2011. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, pengambilan data lapangan, penulisan draft skripsi, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, sidang skripsi, dan perbaikan laporan penelitian.

3.2 Metode Penelitian

Tipe penelitian ini adalah explanatory research, karena akan menghubungkan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis (Singarimbun dan Effendi 1989). Pendekatan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan pendekatan kualitatif, serta melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan metode survei yaitu wawancara yang dipandu kuesioner (Lampiran 2) dan pedoman pertanyaan kualitatif (lampiran 3). Populasi dan kerangka sampling dalam penelitian ini adalah rumah tangga sangat miskin yang mengikuti Program Keluarga Harapan yang berada di Desa Petir dan yang menjadi sampel penelitian ini yaitu ibu atau wanita yang mengurus anak pada rumah tangga bersangkutan yang ikut program PKH (Lampiran 4).

Selanjutnya, untuk melengkapi data primer yang didapat berdasarkan hasil pengisian kuesioner, dilakukan pendekatan kualitatif melalui wawancara mendalam dan studi literatur. Hal ini dilakukan agar memberikan pemahaman yang mendalam dan rinci tentang suatu peristiwa atau gejala sosial.


(46)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari wawancara melalui wawancara yang dipandu kuesioner dan data pendukung berupa wawancara mendalam terhadap responden dan informan. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil dokumentasi dan studi literatur melalui hasil penelitian sebelumnya, dapat buku, tesis, jurnal, hasil penelitian, dan laporan penelitian.

3.4 Teknik Penentuan Responden dan Informan

Populasi pada penelitian ini adalah rumah tangga sangat miskin di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Responden terdiri dari ibu atau wanita rumah tangga sangat miskin yang menjadi peserta PKH yang berada di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Penentuan sampel dilakukan menggunakan metode Simple Random Sampling berdasarkan data rumah tangga sangat miskin di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan menggunakan Microsoft Excel untuk mengundi sampel yang akan diambil. Jumlah responden yang akan diambil menggunakan rumus Slovin:

n = N = 87 = 46,52 ≈ 47 orang 1 + N.e2 1 + (87.0,01)

Keterangan:

n = Jumlah Sampel N= Populasi

E= Batas error 10%

Informan dipilih dengan menggunakan teknik purposive yaitu memilih orang-orang atau pelaku pemberdayaan, yang dianggap lebih tahu dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data dan mengetahui masalahnya secara mendalam. Informan dalam penelitian ini yaitu tokoh masyarakat seperti elit desa, ketua RT serta pihak lainnya yang memiliki pengetahuan lebih terhadap PKH.


(47)

3.5 Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh secara kuantitatif menggunakan instrumen kuesioner. Data yang diperoleh melalui kuesioner kemudian diolah untuk mendapatkan informasi. Pengolahan data terlebih dahulu dilakukan dengan pengkodean data. Setelah itu dilakukan penghitungan persentase jawaban responden yang dibuat dalam bentuk tabel frekuensi. Setelah mendapatkan persentase jawaban responden maka akan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan Microsoft Excel 2007. Persentase jawaban responden kemudian diolah dengan menggunakan tabulasi silang untuk melihat pola dan kekuatan hubungan antara dua variabel, yaitu:

a. Melihat hubungan antara koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program program PKH, kemampuan pendamping PKH dalam menjalan tugasnya dan kriteria peserta PKH terhadap kinerja PKH.

b. Melihat hubungan antara kondisi tempat pelaksanaan PKH dan tingkat pendidikan peserta PKH terhadap kineja PKH.

c. Hubungan kinerja PKH terhadap taraf hidup peserta PKH.

Data kualitatif yang diperoleh dari informan dan responden melalui wawancara mendalam dikumpulkan kemudian dilakukan pemisahan data-data penting dan kemudian disimpulkan. Kemudian data tersebut digunakan sebagai data pendukung bagi data kuantitatif dan didukung juga oleh data sekunder yang telah didapatkan sebelumnya.


(48)

BAB IV

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

4.1Kondisi Geografis dan Demografis

Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa Petir pada tahun 2011 sebanyak 12.283 jiwa yang terdiri dari 6.449 laki-laki dan 5.835 perempuan dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sebanyak 2.974 KK. Sedangkan jumlah keluarga miskin sebanyak 1.077 atau 33 persen dari jumlah keluarga yang ada di Desa Petir.2

Desa Petir secara umum merupakan dataran tinggi dan sedang yang berada di ketinggian antara 350 m sampai 400 m di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata berkisar antara 28o Celsius sampai 36o Celsius. Desa Petir memiliki luas 449,8 km2. Sekitar 160 km2 merupakan lahan pertanian dengan jenis pertanian padi dan palawija. Sedangkan lahan pertanian bukan sawah yang diperuntukan untuk ladang, tambak, kebun, hutan rakyat, peternakan seluas 67,5 km2 dan lahan nonpertanian seperti untuk industri, perumahan, perkantoran, pertokoan, dan lain sebagainya seluas 222,3 km2. Desa Petir memiliki 4 dusun, 9 Rukun Warga (RW), dan 43 Rukun Tetangga (RT).

Adapun batas-batas administratif pemerintahan Desa Petir, Kecamatan Dramaga sebagai berikut:

a. Sebelah utara: Desa Neglasari

b. Sebelah timur: Desa Sukawening dan Desa Sukadamai c. Sebelah Selatan: Desa Sukajadi Kecamatan Tamansari d. Sebelah Barat: Desa Purwasari dan Sungai CIhideung

Desa Petir pun terkenal dengan budidaya ikan gurame, karena di desa ini memiliki potensi alam yang mendukung untuk melakukan budidaya ikan gurame. Namun berhubung harga pakan yang semakin mahal dan perawatan ikan yang tidak mudah, banyak pembudidaya ikan gurame di Desa Petir yang tidak bertahan, dan kebanyakan dari mereka beralih ke budidaya ikan bawal dan mujair, karena

      


(49)

harga pakan yang lebih murah, perawatan yang lebih mudah serta waktu panen yang lebih singkat.

4.2Mata Pencaharian

Lahan yang diperuntukan untuk pertanian mencapai 227,5 km2 . Hal ini sesuai dengan kondisi masyarakat yang banyak bekerja pada sektor ini. Sebagian besar bekerja sebagai petani dan buruh tani, selain di sektor pertanian, penduduk Desa Petir pun ada yang bekerja sebagai sebagai pedagang, PNS, TNI Polri, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya terkait mata pencaharian masyarakat desa petir dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Mata Pencaharian Penduduk Desa Petir 2008

Terlihat jelas pada Gambar 3, bahwa sebagian besar penduduk Desa Petir yaitu bekerja sebagai buruh tani yang pendapatannya tidak tetap dan relatif kecil. Hal ini sesuai dengan data kemiskinan Desa Petir 2008 yang mencapai 1.077 KK dari 2.974 KK.

15.25%

45.65% 16.00%

0.91%

0.13% 5.37%

8.46% 0.16%

8.06%

Mata Pencaharian Penduduk Desa Petir

2008

Petani Buruh tani Pedagang PNS TNI Polri Buruh bangunan Karyawan swasta Wirausaha lainnya Jasa


(50)

4.3Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk kelancaran atas setiap kegiatan yang dilaksanakan.Baik dalam bidang pendidikan, kesehatan maupun ekonomi. Semua sarana dan prasaran tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3Jumlah Sarana dan Prasarana Berdasarkan Bidang Ekonomi, Pendidikan, dan Kesehatan di Desa Petir

No Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

Ekonomi

1. Bank -

2. Koperasi Unit Desa -

3. Pasar -

4. BUMDES -

5. Industri Rumah Tangga 10

6. Perusahaan kecil 120

7. Perusahaan sedang 80

8. Perusahaan besar 2

Pendidikan

1. TK/sederajat 3

2. SD/sederajat 6

3. SMP/sederajat 1

Kesehatan

1. Puskesmas 1

2. Puskes pembantu -

3. Polindes -

4. Balai pengobatan/klinik -

5. Dokter umum -

6. Posyandu 11

7. Pos KB desa 1

8. Bidan 1

9. Petugas gizi keliling -

10. Dukun bayi terlatih 4

Sumber: Rencana kegiatan pembangunan desa 2011, Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor (2008).

4.4Program Keluarga Harapan

Program Keluarga Harapan (PKH) yang merupakan salah satu program penanggulangan kemiskinan dimulai pada 2007 sampai 2015. PKH ditujukan kepada rumah tangga miskin yang memenuhi persyaratan kepesertaan PKH yaitu


(1)

Lampiran 3 Pedoman Pertanyaan Kualitatif

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PEDESAAN Kasus: Program Keluarga Harapan Desa Petir, Kecamatan Dramaga,

Kabupaten Bogor

A. Informan : Pendamping PKH

Hari/tanggal :

Lokasi Wawancara :

Nama :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

No. Telepon/HP :

1. Dapatkah Anda menjelaskan secara umum kegiatan PKH?

2. Siapa yang menjadi sasaran dalam kegiatan PKH?

3. Apa kriteria yang menjadi sasaran kegiatan PKH?

4. Apakah kriteria tersebut sudah dipenuhi oleh peserta PKH?

5. Pihak mana saja yang terlibat dalam kegiatan PKH ini?

6. Bagaimana Anda mengordinasikan berbagai pihak yang terlibat dalam

kegiatan PKH ini?

7. Berapa lama waktu yang diperlukan untuk mengordinasikan pihak-pihak

tersebut dalam kegiatan PKH ini?

8. Apakah waktu yang digunakan sudah cukup untuk melakukan koordinasi

dengan berbagai pihak tersebut?

9. Sudah berapa lama Anda menjadi pendamping PKH?

10. Selain Anda, apakah ada pendamping PKH lainnya?

11. Apakah ada pertemuan khusus yang dilakukan antar pendamping untuk

mengevaluasi kegiatan PKH?

12. Apakah ada pelatihan terkait pendampingan PKH?


(2)

14. Dimana berlangsungnya pertemuan awal dengan peserta PKH dalam mensosialisasikan kegiatan PKH pertama kali?

15. Apa saja yang Anda sampaikan dalam kegiatan pertemuan awal tersebut?

16. Apakah semua peserta PKH hadir dalam kegiatan pertemuan awal

tersebut? Jika tidak, apa yang Anda lakukan terhadap peserta PKH yang tidak ikut dalam pertemuan awal tersebut?

17. Apakah ada pertemuan rutin antara peserta PKH dengan pendamping

PKH?

18. Jika ada, kapan pertemuan tersebut berlangsung?

19. Apakah ada peserta PKH yang tidak mematuhi aturan PKH?

20. Jika ada, apa yang Anda lakukan terhadap peserta PKH yang tidak

mematuhi aturan PKH?

21. Apakah ada sanksi bagi mereka yang tidak mematuhi aturan?

22. Jika ada, sanksi seperti apa yang diberikan?

23. Apakah ada peserta PKH yang mengadu atau mengeluhkan sesuatu yang

berhubungan dengan kegiatan PKH kepada Anda?

24. Jika ada, bagaimana Anda menanggapi pengaduan tersebut?

25. Kendala apa saja yang Anda hadapi selama menjadi pendamping PKH?

B. Informan : Mitra PKH (Puskesmas)

Hari/tanggal :

Lokasi Wawancara :

Nama :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

No. Telepon/HP :

1. Apa yang Anda ketahui mengenai kegiatan PKH?

2. Sudah berapa lama puskesmas ini menjadi mitra PKH?


(3)

4. Apa saja kegiatan puskesmas ini dalam rangka mensukseskan kegiatan PKH?

5. Apakah ada pertemuan khusus antara pihak puskesmas dengan

pendamping PKH?

6. Setiap kapan pertemuan tersebut berlangsung?

7. Apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut?

8. Apakah kendala yang sering puskesmas ini hadapi selama menjadi mitra

PKH?

C. Informan : Mitra PKH (Sekolah, baik SD maupun SLTP)

Hari/tanggal :

Lokasi Wawancara :

Nama :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

No. Telepon/HP :

1. Apa yang Anda ketahui mengenai kegiatan PKH?

2. Sudah berapa lama sekolah ini menjadi mitra PKH?

3. Bagaimana sejarahnya sekolah ini menjadi mitra PKH?

4. Apa saja kegiatan sekolah ini dalam rangka mensukseskan kegiatan PKH?

5. Apakah ada pertemuan khusus antara pihak sekolah dengan pendamping

PKH?

6. Kapan pertemuan tersebut berlangsung?

7. Apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut?

8. Apa kendala yang sering sekolah ini hadapi selama menjadi mitra PKH?

D. Informan : Mitra PKH (Kantor POS)

Hari/tanggal :

Lokasi Wawancara :

Nama :


(4)

Pendidikan terakhir :

Alamat :

No. Telepon/HP :

1. Apa yang Anda ketahui mengenai kegiatan PKH?

2. Sudah berapa lama kantor POS ini menjadi mitra PKH?

3. Bagaimana sejarahnya Kantor POS ini menjadi mitra PKH?

4. Apa saja kegiatan Kantor POS ini dalam rangka mensukseskan kegiatan

PKH?

5. Setiap kapan kantor POS mengadakan pemberian bantuan tunai PKH

kepada peserta PKH?

6. Apakah ada pertemuan khusus antara pihak kantor POS dengan

pendamping PKH?

7. Kapan pertemuan tersebut berlangsung?

8. Apa saja yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut?

9. Apa kendala yang sering kantor POS ini hadapi selama menjadi mitra

PKH?

E. Informan :

Hari/tanggal :

Lokasi Wawancara :

Nama :

Umur :

Pendidikan terakhir :

Alamat :

No. Telepon/HP :

1. Apa yang Anda ketahui mengenai kegiatan PKH?

2. Siapakah yang menjadi sasaran dari kegiatan PKH ini?

3. Apakah kegiatan PKH ini sudah tepat sasaran?

4. Apakah kegiatan PKH ini sudah berjalan baik?

5. Adakah kendala yang dihadapi kegiatan PKH ini?

6. Apa adakah perubahan yang Anda lihat atau rasakan dari giatan PKH ini


(5)

Lampiran 4 Kerangka Sampling Peserta PKH Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat

No Nama Alamat

1. Enr Kp. Babakan, Dusun 1 RT 01/01

2. Ega Kp. Malingping, Dusun 1 RT 02/01

3. Ach Kp. Malingping, Dusun 1 RT 02/01

4. Ath Kp. Tari Kolot, Dusun 1 RT 01/02

5. Nni Kp. Gang Salak, Dusun 1 RT 02/02

6. Oah Kp. Gang Salak, Dusun 1 RT 02/02

7. Tti Kp. Gang Salak, Dusun 1 RT 02/02

8. Syt Kp. Babakan, Dusun 1 RT 04/02

9. Edh Kp. Babakan, Dusun 1 RT 04/02

10. Eem Kp. Babakan Dalam, Dusun 1 RT 05/02

11. Uti Kp. Babakan Dalam, Dusun 1 RT 05/02

12. Srn Kp. Babakan Dalam, Dusun 1 RT 05/02

13. Sta Kp. Babakan Dalam, Dusun 1 RT 05/02

14. Iah Kp. Babakan, Dusun 1 RT 06/02

15. Ens Kp. Cikiruh, Dusun 1 RT 01/03

16. Erk Kp. Cikiruh, Dusun 1 RT 01/03

17. Nyi Kp. Cikiruh, Dusun 1 RT 03/03

18 Awg Kp. Cikiruh, Dusun 1 RT 04/03

19. Iin Kp. Cikiruh, Dusun 1 RT 05/03

20. Ish Kp. Cikiruh, Dusun 1 RT 05/03

21. Odh Petir, Dusun 1 RT 05/03

22. Sta Kp. Sempur, Dusun 1 RT 01/04

23. Nyi Kp. Sempur, Dusun 1 RT 02/04

24. Mnh Kp. Sempur, Dusun 1 RT 02/04

25. Yyn Kp. Sempur, Dusun 1 RT 04/04

26. Fmt Kp. Sempur, Dusun 1 RT 01/05

27. Iyh Kp. Sempur, Dusun 1 RT 01/05

28. Rna Kp. Sempur, Dusun 1 RT 01/05

29. Ara Petir, Dusun 1 RT 01/06

30. Eni Petir, Dusun 1 RT 01/06

31. Skl Petir, Dusun 1 RT 01/06

32. Ttn Petir, Dusun 1 RT 01/06

33. Nsi Petir, Dusun 1 RT 01/06

34. Nni Petir, Dusun 1 RT 02/06

35. Oth Petir, Dusun 1 RT 03/06

36. Als Petir, Dusun 1 RT 03/06

37. Nns Petir, Dusun 1 RT 03/06

38. Yti Petir, Dusun 1 RT 03/06

39. Uun Petir, Dusun 1 RT 03/06

40. Nnh Kp. Peuntas, Dusun 3 RT 05/06

41. Wtn Lebak Nangka, Dusun 3 RT 06/06

42. Wwi Lebak Nangka, Dusun 3 RT 06/06

43. Lsi Lebak Nangka, Dusun 3 RT 06/06


(6)

45. Anh Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 01/07

46. Fah Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 01/07

47. Rah Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 01/07

48. Aih Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 01/07

49. Nni Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 01/07

50. Mmn Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 02/07

51. Iis Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 02/07

52. Als Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 02/07

53. Enh Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 02/07

54. Mkh Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 02/07

55. Iti Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 03/07

56. Sjr Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 03/07

57. Srh Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 03/07

58. Krh Kp. Pasir Andong, Dusun 4 RT 03/07

59. Enr Kp. Petir, Dusun 4 RT 04/07

60. Sti Kp. Petir, Dusun 4 RT 04/07

61. Iah Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 01/08

62. Rni Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 01/08

63. Jti Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 01/08

64. Sti Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 02/08

65. Nti Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 03/08

66. Aih Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 03/08

67. lim Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 03/08

68. Iah Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 03/08

69. Aah Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 03/08

70. Udi Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 03/08

71. Yyn Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 03/08

72. Ani Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 04/08

73. Ags Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 04/08

74. Eny Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 04/08

75. Ims Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 05/08

76. Oon Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 05/08

77. Jni Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 05/08

78. Eah Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 05/08

79. Oah Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 01/09

80. Mah Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 01/09

81. Aih Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 01/09

82. Wti Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 01/09

83. Nng Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 02/09

84. Eis Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 02/09

85. Mah Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 02/09

86. Sti Kp. Cibereun, Dusun 4 RT 04/09


Dokumen yang terkait

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Usahatani Padi Sawah Petani Penyewa Lahan (Studi Kasus : Desa Pematang Sijonam, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai)

13 169 79

Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Buruh Harian Panen Jeruk Di Kabupaten Karo (Kasus : Desa Sukanalu Kecamatan Barus Jahe Kabupaten Karo)

7 72 70

Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Alokasi Pengeluaran Keluarga (Studi Kasus di Desa Sudirmara Barat Kecamatan Ciledug, Kabupaten Tangerang, Provinsi Jawa Barat)

0 4 107

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kemandirian Petani Melalui Penyuluhan (Kasus di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

0 12 155

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi dalam Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Kasus pada KSM di Kelurahan Loji, Kota Bogor, Jawa Barat)

1 3 141

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEJAHTERAAN KELUARGA SUBJEKTIF PENERIMA PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH)

0 9 15

Analisis Implementasi Kebijakan Program Keluarga Harapan terhadap Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pendidikan Keluarga (Kasus Desa Tegal Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat)

5 23 215

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerapan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Oleh Petani Padi Di Desa Ciherang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat

2 25 123

Cover Proseding FH UB

0 0 1

PERAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DALAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI KECAMATAN KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO PROVINSI GORONTALO

0 0 163