Koperasi Petani Karet: Analisis Arah Kebijakan dan Strategi Pengembangan Agribisnis Karet Rakyat dalam Perspektif Peranan Kelembagaan dan Ekonomi Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan
dana TP dengan dana sharing untuk pendampingan program
pengendalian HPT.
8 Proses pengadaan barangjasa
khususnya untuk kegiatan pengendalian OPT pada
tanaman perkebunan seringkali dilakukan menjelang akhir
tahun, sehingga terlambat. Ditjen Perkebunan, Dinas
Perkebunan Provinsi, Dinas Perkebunan kabkota, BP4K,
perlu mengintensifkan koordinasi dengan pelaksana di
daerah guna mengantisipasi dan memberi solusi atas kendala
proses pengadaan barangjasa. Belum meningkatnya
kompetensi petani yang tercermin dalam
perubahan perilaku petani yang hanya
berorientasi pemenuhan kebutuhan pokok
menjadi berorientasi bisnis dan mau
berorganisasi dalam bentuk kerjasama
koperasi atau perusahaan.
9 Jadwal pelaksanaan dan
tahapan penarikan uang kegiatan belum sepenuhnya
sesuai dengan ROPAK yang telah disusun.
Ditjen Perkebunan, Dinas Perkebunan Provinsi, Dinas
Perkebunan kabkota, BP4K, perlu mengintensifkan
koordinasi dengan SKPD pelaksana di
provkabupatenkota guna mengantisipasi dan memberi
solusi atas kendala proses administrasi keuangan
pelaksanaan kegiatan sesegera mungkin.
Belum ada upaya serius dari Pemerintah untuk
menargetkan dan memberi legalitas
terhadap kelembagaan petani, baik dari pemrov
maupun pemkab.
10 Kurangnya koordinasi dan
kurangnya kejelasan Ditjen Perkebunan dan Ditjen
PPHP, perlu duduk bersama Terjadi perubahan antara
target dengan capaian Dinas Perkebunan kabkota bersama Bappeda
kabkota, perlu bekerjasama memfokuskan kebijakan
pembagian tugas antara Direktorat Pasca Panen Ditjen
Perkebunan dengan Ditjen PPHP dalam pembinaan pasca
panen, pemasaran, dan penguatan kelembagaan
kelompok tani untuk pemasaran.
memperjelas pembagian peranan agar dapat menghindari
duplikasitumpang tindih program di bidang pengolahan
dan pemasaran, melalui mencoba exercise
percontohan kerjasama dalam pengelolaan per komoditas
prioritas; menyusun dan menetapkan secara bersama-
sama tentang komoditas perkebunan karet sebagai
komoditas ekspor yang prioritas; mengefektifkan
koordinasi untuk sinkronisasi mulai dari perencanaan sampai
pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi per komoditas.
realisasi PIR BUN, karena bencana alam,
ketersediaan lahan, proyek ditutup,
pengelolaannya diserahkan kepada Dinas
Perkebunan setempat. dan alokasi pendanaan untuk menyiapkan perencanaan
pengelolaan pengembangan wilayah kabupatenkota berbasis agribisnis produk unggulan karet dari hulu ke
hilir secara terintegrasi antar SKPD dan antar pelaku usaha, melalui peningkatan koordinasi, sinkronisasi
dan kerjasama dengan seluruh organisasilembaga terkait; mendorong BupatiWalikota untuk
meningkatkan keberpihakan dalam peningkatan jumlah pegawai fungsional dan tenaga ahli profesional
dalam penguatan efektifitas program revitalisasi perkebunan karet sebagai bahan baku industri.
11 Kementerian Pertanian hanya
membuat kebijakan tentang penyuluhan pertanian dalam
arti luas, sehingga tidak ada program bersifat teknis tentang
pelatihan SDM PPL khusus untuk pengembangan
agribisnis karet rakyat di Sumatera Selatan.
Badan Pengembangan SDM dan Penyuluhan Pertanian
Kementan, perlu melakukan perubahan peranan tidak hanya
pada penyusunan NSPM dan fasilitasi pelatihan ketahanan
pangan atau pertanian secara umum, namun lebih
meningkatkan efektfiitas dan profesionalisme PPL melalui
program fasilitasi dan koordinasi serta dukungan
Penetapan SK Tim Pelaksana
ProvinsiKabupaten dan CPCL seringkali
terlambat sehingga pelaksanaan kegiatan
menjadi terlambat. Solusi diperlukan adanya
percepatan penetapan SK agar kegiatan berjalan
sesuai waktunya.