Sumber pengetahuan pemanfaatan buah takokak sebagai buah yang berkhasiat obat

5.2.2 Sumber pengetahuan pemanfaatan buah takokak sebagai buah yang berkhasiat obat

Terdapat tiga sumber pengetahuan responden dalam pemanfaatan buah takokak untuk pengobatan. Sumber-sumber pengetahuan mengenai buah takokak dan pemanfaatannya dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Sumber pengetahuan mengenai buah takokak dan pemanfaatannya sebagai obat oleh responden di Kampung Gunung Leutik Sumber pengetahuan Kader TOGA orang Bukan kader TOGA orang Presentase penyuluh 3 - 15 turun-temurun, dan kerabat - 2 10 penyuluh dan turun temurun 7 1 40 tidak mengetahui - 7 35 Berdasarkan data pada Tabel 11, sumber pengetahuan melalui informasi dari penyuluh dan secara turun temurun mengenai buah takokak dan pemanfaatannya merupakan sumber pengetahuan terbanyak yang didapatkan responden. Berdasarkan hasil wawancara, sumber pengetahuan melalui informasi dari penyuluh diperoleh melalui penyuluh tumbuhan obat seperti oleh Tim Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor serta para kader TOGA yang melakukan penyuluhan kepada perwakilan warga dari tiap RT. Persentase sumber pengetahuan tersebut yaitu sebesar 40. Hal ini mengindikasikan bahwa hampir separuh pengetahuan mengenai buah takokak dan pemanfaatannya berasal dari pengetahuan melalui informasi dari penyuluh dan secara turun temurun. Zuhud dan Yuniarsih 1995 menyatakan bahwa pengetahuan dan pengalaman masyarakat mengenai pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan obat sangat berharga sekali bagi kegiatan pengembangan penelitian yang lebih lanjut, khususnya obat fitofarmatik yang telah teruji manfaat dan khasiatnya. Responden yang memiliki pengetahuan mengenai pemanfaatan buah takokak sebagai buah yang berkhasiat obat melalui penyuluh adalah responden yang merupakan kader TOGA serta perwakilan warga yang mendapatkan penyuluhan dari kader TOGA, sehingga sebagian besar responden yang bukan merupakan kader TOGA tidak mengetahui manfaat buah takokak sebagai buah yang berkhasiat obat. Kegiatan penyuluhan mengenai pemanfaatan buah takokak sebagai buah yang berkhasiat obat yang belum dilakukan secara menyeluruh kepada masyarakat yang bukan merupakan kader TOGA. Hal ini menyebabkan sampai saat ini responden yang bukan merupakan kader TOGA banyak yang belum mengerti mengenai khasiat obat yang terkandung di dalam buah takokak, Sehingga umumnya responden tersebut hanya mengetahui manfaat dari buah takokak adalah sebagai sayur tidak sebagai buah berkhasiat obat. Selain itu dengan rasa buah takokak yang kurang enak membuat masyarakat enggan untuk memanfaatkannya, sehingga pemanfaatan buah takokak oleh masyarakat Kampung Gunung Leutik menjadi rendah. Responden yang mengetahui mengenai pemanfaatan buah takokak sebagai buah berkhasiat obat secara turun temurun dan melalui kerabat tidak terlalu banyak. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya pemanfaatan buah takokak yang dilakukan oleh orang tua atau leluhur responden, sehingga mereka masih memegang dan melaksanakan pengetahuan yang diajarkan oleh orang tua atau leluhurnya dalam pemanfaatan buah takokak, meskipun intensitas pemanfaatannya tidak sebanyak dahulu. Menurut Rahayu et al. 2006, pewarisan pengetahuan lokal ke generasi muda tidak berlangsung baik terutama pengetahuan tumbuhan obat tradisional. Faktor peningkatan kesehatan dari pemerintah merupakan salah satu penyebab terjadinya erosi pengetahuan tumbuhan obat tradisional. Penyebaran informasi kepada masyarakat dilakukan oleh warga yang telah mendapatkan penyuluhan dari kader TOGA. Menurut salah satu responden yaitu masyarakat yang merupakan kader TOGA, ia mendapatkan pengetahuan pemanfaatan buah takokak sebagai buah berkhasiat obat melalui penyuluhan. Namun ia juga melakukan penyebarluasan informasi tersebut melalui penyebaran dari mulut ke mulut sehingga masyarakat pun yang akhirnya mengetahui khasiat buah takokak mulai memanfaatkannya. Masyarakat mudah terpengaruh oleh perilaku, pemikiran, dan perasaan warga lain dalam lingkungan masyarakat tersebut atau oleh masyarakat lainnya terhadap suatu hal, karena seringkali interaksi dalam dan antar masyarakat bersifat persuasif. Dalam hal pemanfaatan buah takokak, warga ikut menggunakan buah takokak karena mendapat saran dari warga lainnya. Pengaruh tersebut akan semakin besar seiring dengan semakin dekatnya hubungan warga dalam suatu masyarakat atau dengan masyarakat lainnya. Penyebarluasan informasi pada masyarakat sekitar kawasan perlu dilakukan terus menerus dengan pendekatan yang baik dan mampu menggerakkan minat masyarakat. Oleh karenanya dibutuhkan petugas penyuluh yang menguasai permasalahannya Wibowo et al. 1991. Kegiatan pengembangan plasma nutfah di Kampung Gunung Leutik merupakan kegiatan yang relatif baru sehingga masyarakat perlu mendapatkan bimbingan teknis dalam hal penanaman, pemeliharaan, pemanenan yang baik, dan bahkan mungkin sampai penanganan dan pemrosesan pasca panen. Disamping itu untuk peningkatan dan keterampilan masyarakat perlu pula adanya kursuslatihan yang berkaitan dengan masalah tersebut agar tujuan pengembangan plasma nutfah tersebut dapat berhasil Wibowo et al. 1991.

5.3 Status dan Kondisi Tumbuhan Takokak