Cahaya Salinitas Suhu Kondisi Fisika dan Kimia Perairan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Kondisi Fisika dan Kimia Perairan

Parameter fisika dan kimia perairan sangat mempengaruhi kehidupan biota laut khususnya terumbu karang. Parameter yang tidak sesuai dengan baku mutu normal untuk karang akan mempengaruhi pertumbuhan terumbu karang. Dalam kondisi perubahan parameter yang ekstrim dapat menyebabkan stress dan kematian pada karang.

4.1.1. Cahaya

Cahaya memiliki peranan penting untuk kegiatan fotosintesis alga zooxanthellae yang bersimbiosis dengan karang. Nilai kecerahan pada penelitian ini bernilai 100 yang artinya penetrasi cahaya sampai ke dasar perairan sehingga akan mendukung proses fotosintesis Nybakken 1992. Selain itu, menurut Nybakken 1992 cahaya matahari digunakan juga sebagai sumber energi untuk melakukan proses kalsifikasi sehingga karang bisa tumbuh dengan cepat.

4.1.2. Salinitas

Salinitas suatu perairan sangat dipengaruhi oleh curah hujan dan masukan air tawar dari daratan. Menurut Nybakken 1992, salinitas air laut yang normal untuk kehidupan karang hermatifik adalah 32-35 00 dan berkisar antara 33-34 00 Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004. Gambar 7. Perubahan salinitas rata-rata n=3 perairan Pulau Kelapa Salinitas di perairan Pulau Kelapa berfluktuasi dengan kisaran salinitas 29- 32 00 . Nilai salinitas menurun pada bulan Januari 2011 kemudian naik sampai pada salinitas 32 00 di bulan Mei dan Juli 2011. Hal ini diduga disebabkan oleh tingginya curah hujan memasuki musim barat sehingga nilai salinitas semakin rendah dengan nilai terendah pada bulan Januari 2011 kemudian naik lagi memasuki musim timur karena berkurangnya curah hujan. Menurut Rachmawati 2001 in Wibowo 2009 penurunan salinitas perairan laut dapat disebabkan oleh pasokan air tawar, badai, dan hujan. Kisaran salinitas pada bulan September dan Desember yang berada di bawah kisaran normal untuk pertumbuhan karang dapat menyebabkan pertumbuhan karang terganggu dan tidak optimal.

4.1.3. Suhu

Suhu adalah salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam kehidupan karang. Berdasarkan Bikerland 1997 terumbu karang umumnya ditemukan pada perairan dengan suhu 18-36 ºC. Gambar 8. Fluktuasi suhu rata-rata n=3 perairan Pulau Kelapa Suhu perairan pada lokasi penelitian di Pulau Kelapa berkisar antara 28-30,6 ºC. Suhu perairan berfluktuasi pada tiap pengambilan data dan menunjukkan tren menurun dari bulan September 2010 sampai Juli 2011. Menurut Nybakken 1992 kisaran suhu optimal untuk pertumbuhan karang berkisar antara 25-30 ºC, sedangkan menurut Dirjen PHKA 2008 26-30 ºC dan menurut KepMen LH No.51 2004 baku mutu suhu perairan untuk terumbu karang berkisar antara 28-30 ºC. Pada bulan September 2010 sampai Mei 2011 suhu perairan masih dalam batas optimal untuk pertumbuhan karang sedangkan pada bulan Juli 2011 suhu perairan di atas batas normal sehingga tidak terlalu baik untuk pertumbuhan karang. Perubahan suhu bulan Mei ke Juli menunjukkan kenaikan sebesar 2 ºC dimana kenaikan ini cukup signifikan sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan karang. Studi yang dilakukan Coles Jokie 1978 dan Neudecker 1981 in Supriharyono 2007 menunjukkan perubahan suhu perairan secara mendadak sekitar 4-6 ºC dapat mengurangi pertumbuhan karang, bahkan mematikannya. Penurunan suhu perairan dapat disebabkan oleh kurang optimalnya intensitas penyinaran matahari. Curah hujan yang meningkat pada bulan Desember berpengaruh terhadap intensitas penyinaran matahari dan mempengaruhi kondisi saat pengambilan data. Meningkatnya curah hujan juga dapat menyebabkan masuknya sedimen-sedimen dari daratan sehingga meningkatkan kekeruhan perairan yang berakibat pada terhambatnya penetrasi cahaya matahari karena terhalang oleh sedimen. Berkurangnya cahaya matahari akan berpengaruh terhadap penurunan suhu. Sebaliknya, pada bulan Juli curah hujan semakin berkurang sehingga penetrasi cahaya matahari menjadi optimal dan berakibat pada meningkatnya suhu perairan.

4.1.4. Kekeruhan

Dokumen yang terkait

Respon Pertumbuhan Serta Keberhasilan Transplantasi Koral Terhadap Ukuran Fragmen dan Posisi Penanaman Pada Dua Spesies Karang Acropora micropthafma (Verrill, 1869) dan Acropora intermedia (Brook, 1891) di Perairan Pulau Pari Kepulauan Seribu

0 11 112

Tingkat Kelangsungan Hidup, Laju Pertumbuhan Dan Rasio Pertumbuhan Beberapa Jenis Karang Batu Dan Karang Api Yang Ditransplantasikan Di Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 8 99

Studi Pertumbuhan Dan Tingkat Keberhasilan Hidup Karang Batu Spesies Acropora Nobilis Dan Acropora Formosa Pada Dua Kedalaman Yang Berbeda Di Pulau Pari, Kepulauan Seribu

0 8 90

Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang Jenis Euphylia sp (Dana, 1846), Plerogyra sinuosa (Dana 1846) dan Cyarina lacrymallis (Edwards & Halima, 1848) yang Ditransplatasikan di Perairan Pulau Pari, Jakarta.

0 10 75

Tingkat keberhasilan hidup dan pertumbuhan karang batu jenis Acropora pulchra, Accropora iatistella, Acropora acuminata yang ditransplantasikan dengan menempelkan dua jenis karang di Pulau Payung, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 7 108

Analisis Laju Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang Acropora spp., Hydnopora rigida, dan Pocillopora verrucosa yang Ditransplantasikan di Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu

0 11 77

Tingkat Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Karang Transplantasi Jenis Acropora humilis (Dana 1846), Acropora brueggemanni (Brook 1893), dan Acropora austera (Dana 1846) di Perairan Pulau Kelapa, Kepulauan Seribu, Jakarta

0 3 1

Laju Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Karang Acropora nobilis dan Montipora altasepta, Hasil Transplantasi di Pulau Karya, Kepulauan Seribu

0 7 103

Tingkat Kelangsungan Hidup dan Laju Pertumbuhan Karang Pocillopora damicornis dan Acropora millepora yang Ditransplantasikan dengan Teknik Rubble Stabilization di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

0 8 31

Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Karang Keras Acanthastrea echinata (Dana 1846) di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu

1 14 115